...Tidak ada yang lebih tajam dari kata-kata,...
...Ucapan seseorang bisa membunuh orang lain lebih dalam daripada pedang,...
...Sama seperti fitnah yang diibaratkan lebih kejam dari pembunuhan,...
...Karena kata-kata bisa membuat seseorang bangkit, dan membuat seseorang jatuh.....
...Karena lidah tidak bertulang!...
...🍀🍀🍀...
Di sebuah rumah mewah bak istana kerajaan, kediaman Duke Geraldine. Terlihat seorang gadis cantik dengan rambut pirangnya sedang berdandan dan dia dilayani oleh beberapa pelayan di rumah itu.
Gadis cantik berambut panjang dan pirang itu selalu mendapat pujian dari semua orang di mansion Geraldine. Dia adalah Adara Brisia Geraldine, putri bungsu dari Duke Geraldine. Terkenal dengan kecantikan dan kebaikan hatinya. Kemanapun dia pergi, dia selalu bersinar. Bahkan banyak pria tampan yang mengajukan lamaran pernikahan kepadanya, akan tetapi dia belum mencapai usia dewasa untuk menikah.
"Anya, aku ingin mengenakan gaun ku yang paling mewah hari ini!" Titah Adara kepada pelayan setianya yang bernama Anya, itu.
Aku harus menjadi yang paling cantik di acara amal itu.
"Baik nona, akan saya siapkan!" Jawab Anya patuh, dia menyunggingkan senyuman dibibir nya.
Anya membuka lemari baju di kamar Adara, dia terlihat sedang memilih milih baju. Tak lama kemudian datanglah seorang wanita bertubuh gemuk, memiliki tompel besar di wajahnya, menghampiri Adara di kamarnya. Dia adalah Adaire, putri sulung dari duke Geraldine. Memiliki hati yang baik, walau dia jarang berbicara dengan orang lain dan membatasi dirinya dalam bergaul.
"Adara.."
"Ada apa kakak ku sayang? Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Adara sambil menoleh ke arah kakak nya yang berdiri dibelakang nya.
Adaire melihat adiknya sudah terlihat cantik dengan gaun berwarna biru yang dikenakan nya. "Ayah meminta ku untuk ikut dengan mu ke acara amal itu, katanya undangan itu untukku. Jadi aku harus datang kesana, tapi aku bingung, Adara."
"Oh.. ayah meminta kakak datang juga? Lalu, apakah kakak mau datang? Aku tidak masalah kalau kakak mau ikut denganku, tapi aku hanya takut kalau kejadian tahun kemarin terulang kembali," Adara tersenyum tipis, sembari memegang kedua bahu kakak nya yang lebar itu.
Adaire termenung mendengar ucapan adiknya, dia terlihat tidak senang dan tidak percaya diri. Terlihat jelas ketika dia menundukkan kepalanya.
Wajah tembem dan tompel itu membuat Adaire ditindas dan dihina semua orang di sekitarnya, termasuk pelayan di mansion itu. Akan tetapi, Adaire tidak menyadari nya dan menganggap bahwa dia memang wajar mendapatkan perlakuan seperti itu karena rupanya memang jelek.
Adaire teringat kejadian tahun kemarin, saat dia berada di pesta ulang tahun temannya. Ketika dia hadir di pesta itu, dan dia menjadi pusat perhatian semua orang. Bukan karena semua orang terpana kagum oleh dirinya, tapi karena mereka terpana tidak suka dengan kehadirannya. Tubuh gemuk dan wajah tompel Adaire membuat nya menjadi bahan pembicaraan di dalam masyarakat kelas atas terutama nona bangsawan yang suka dengan gosip.
Sejak saat itu, Adaire tidak mau pergi ke pesta lagi. Meskipun banyak orang-orang yang mengundang nya, karena dia adalah putri tertua dan pewaris sah dari harta kekayaan ayahnya, Duke Geraldine. Salah satu kstaria hebat di kerajaan Istvan.
"Kali ini aku akan pergi denganmu, Adara. Karena ini adalah permintaan ayah," ucap Adaire penuh keraguan dan tidak percaya diri.
"Baiklah kalau kakak mau ikut denganku. Tapi, jika ada yang menganggu kakak disana, jangan ragu untuk mengatakan nya padaku ya?" Adara tersenyum dan bersikap semanis mungkin pada kakak nya.
Disisi lain, Anya pelayan Adara diam-diam melirik sinis dan jijik pada Adaire.
"Iya Adara, terimakasih karena kau selalu melindungi kakak!" Adaire tersenyum tulus. Selama ini dia selalu dilindungi oleh Adara, jika ada yang menganggu nya dan menghina dirinya.
"Tenang saja kak, ada aku disamping kakak!"
Adara memeluk Adaire, dia menyunggingkan senyuman liciknya tanpa sepengetahuan sang kakak.
Kita lihat saja kakak, aku akan membuatmu menyesal datang ke pesta denganku. Batin Adara.
Setelah pembicaraan mereka, Adaire dibantu oleh Daisy pelayan setianya untuk berganti pakaian. Tubuh Adaire yang gemuk, membuat dia kesulitan untuk memilih baju yang pas. Oleh sebab itu, Adaire selalu memesan baju yang dijahitkan khusus oleh penjahit di butik. Gaun, atau barang apapun yang dia kenakan selalu terlihat jelek dimatanya. Terlebih lagi tompel di wajahnya yang menganggu.
"Nona Adaire, nona Adara sudah menunggu anda di depan mansion!" Daisy membungkuk dengan sopan dihadapan nona yang dia layani dengan sepenuh hati nya itu.
"Da-daisy, haruskah aku pergi? Apa aku jangan pergi saja? Bagaimana jika orang-orang menertawakan ku persis seperti waktu itu?" Adaire bertanya-tanya, dia tidak percaya diri.
"Nona, anda harus pergi! Saya yakin kali ini orang-orang tidak akan menertawakan nona lagi, karena nona sangat cantik," Daisy tersenyum lembut dan tulus.
"Cantik? Daisy jangan bohong padaku, aku cantik darimana nya? Semua orang tidak suka aku, bahkan mereka tidak mau berteman dengan ku," nyali Adaire menciut, dia takut berhadapan dengan orang banyak.
Daisy tersenyum, dia berusaha menyemangati nona nya dengan percaya diri. Jangan mendengarkan ucapan orang, karena Adaire cantik luar dalam.
Sementara itu Adara menunggu kakak nya di depan mansion, sudah ada kereta kuda yang akan membawa mereka ke acara amal juga.
"Kenapa si jelek itu lama sekali? Aku sudah pegal menunggunya! Apa dia mau membuat kecantikan ku luntur dibawah sinar matahari?" gerutu Adara kesal menunggu kakak nya yang tak kunjung keluar dari rumah nya.
Baru saja dibicarakan, Adaire sudah datang bersama pelayan nya Daisy. Adara terlihat seperti ingin tertawa ketika melihat Adaire memakai gaun berwarna merah muda yang tidak cocok dengannya. Bukan hanya Adara saja yang ingin tertawa, tapi semua pengawal disana juga.
Daisy tidak senang melihat nona nya diremehkan, dia pun menegur mereka semua yang berpandangan buruk pada Adaire. "Jangan kurang ajar kalian! Nona Adaire adalah putri sulung keluarga ini!" Seru Daisy berteriak kepada pengawal yang berjaga di depan gerbang.
"Benar, dia adalah kakak ku! Kalian harus nya menghormati dia! Cepat tundukkan kepala kalian!" Titah Adara kepada para pengawal itu, seolah dia membela kakak nya.
Para pengawal itu langsung tunduk di depan Adara, tidak seperti Adaire yang memerintahkan nya. Daisy malah terlihat tidak senang dengan sikap Adara yang bersikap seolah dia adalah anak tertua keluarga Geraldine.
Adara sangat baik, dia tidak membenciku atau jijik padaku seperti yang lain. Adaire terharu melihat Adara membelanya.
Adara dan Adaire pergi ke acara amal yang dihadiri oleh nona bangsawan kelas atas. Semua orang menyambut kehadiran mereka, semua mata menatap Adara yang cantik dengan tatapan terpesona. Bahkan dia disambut oleh beberapa pria tampan di kota itu.
Sementara Adaire terdiam dibelakang nya dan tidak ada yang mengajaknya berbicara. Semua orang menatapnya dengan tajam dan menganalisis. Mereka berbisik-bisik di depan Adaire, membuat gadis gemuk itu terpaku di tempatnya.
Ya Tuhan, ini terjadi lagi.
"Bagaimana bisa dia begitu tidak tahu malu? Apa dia datang ke pesta ini untuk membuat adiknya malu?" bisik seorang nona bangsawan tak senang dengan kehadiran Adaire.
"Kalau aku jadi dia, aku sudah bersembunyi karena malu! Bagaimana bisa dia keluar rumah dengan tubuh gemuk dan percaya diri itu?" seorang wanita lainnya mendesis.
Adaire mendengar semua ucapan tajam yang ditujukan kepadanya. Inilah yang membuat dia tidak percaya diri untuk pergi keluar rumah.
Seharusnya aku tidak datang! Adaire berjalan mundur, dia takut dengan tatapan orang-orang kepadanya di pesta itu.
Adara menarik tangan kakak nya, gadis cantik berambut pirang itu tersenyum seolah menyemangati kakak nya. "Ayolah kakak, kakak harus melawan mereka! Kakak harus percaya diri, aku akan membantu kakak!"
"Ta-tapi, Adara..aku.." Adaire terlihat bingung dan ketakutan. Tangannya gemetar dan memegang tangan Adara.
Bagus, takutlah, gemetar lah, kau memang tidak pantas menjadi pewaris Duke Geraldine. Adara memperkenalkan kakak nya pada semua orang.
Adara juga membela kakak nya, di depan orang yang mengejeknya. Adaire merasa terharu dengan adiknya. "Nona Adaire Charise Geraldine, bagaimana bisa anda begitu percaya diri menunjukkan diri anda seperti ini di hadapan orang banyak? Kalau saya jadi anda, saya sudah menyembunyikan diri saya ditempat yang tidak terlihat banyak orang," ucap seorang nona bangsawan dengan sinis dan pandangan tajam nya.
"Sa-saya.."
"Seingat saya, mendiang nyonya Geraldine itu sangat cantik. Lalu kenapa dia memiliki anak seperti nona?" sindir seorang wanita bangsawan lainnya, sambil membuka kipas yang dia pegang.
"Adara dan Adaire, memiliki arti yang sama yaitu cantik. Tapi kenapa anda tidak memiliki sedikit saja kecantikan itu? Apa pantas seorang wanita yang belum menikah memiliki tubuh gemuk?" ucap seorang nona berambut keriting dengan tajamnya pada Adaire.
Bibir gadis gemuk itu membeku, tajamnya kata-kata telah membuat dia terdiam. Tatapan mata semua orang yang tertuju matanya , membuat dirinya seperti orang mati. Rasanya sesak di dada, dia pun memutuskan untuk pergi dari sana.
Ya Tuhan! Mengapa semua orang memandangi ku seperti itu? Kenapa?. Adaire menahan tangisnya. Dia pergi menyendiri di sebuah tempat sepi di acara amal itu.
"Kakak ku ada dimana?" tanya Adara yang baru saja kembali dari kamar mandi.
"Kakak mu? Baru saja dia berlari keluar dari sini,"
"Baguslah, aku sangat jijik melihat wajahnya. Nafsu makan ku jadi berkurang karena ada dia,"
"Adara, kenapa kau sangat baik mau membawa kakak mu kemari? Kalau aku sudah pasti malu mengajaknya kemari, "tanya Annette, teman baik dan teman dekat Adara.
"Aku sudah mengingatkan dia untuk berada di rumah, tapi dia memaksa ku membawanya. Ya, apa boleh buat? Dia adalah kakak ku. Tolong kalian bersikap baik lah padanya ya," Adara tersenyum licik sambil meminum sampanye nya pelan-pelan.
Rasakan, bukankah aku sudah bilang untuk jangan ikut?. Adaire menertawakan kakak nya di dalam hati.
Di depan Adaire, Adara selalu membela kakak nya itu. Tapi, dibelakang nya Adara selalu mencari celah dari permainan kata yang dia buat untuk membuat semua orang membenci Adaire.
Sejak kejadian itu, Adaire menjadi penyendiri dan tidak percaya diri. Dia tidak berani untuk keluar dari rumahnya.
...---***---...
Hai Readers! Mohon beri dukungan untuk karya baru ku ya ☺️☺️😍 Dengan Like, vote, gift dan komen nya juga 😘😘😍
...🍀🍀🍀...
Adaire pulang lebih dulu meninggal pesta karena dia malu dan sakit hati dengan perkataan orang-orang di sana. Dia duduk didepan sebuah toko pakaian sambil menangis sedih.
"Kenapa semua orang selalu memandang ku seperti ini? Apa karena tubuhku yang gemuk? Apa karena aku sangat jelek? Kenapa Tuhan sangat kejam padaku? Kenapa aku tidak cantik seperti ibuku dan kenapa aku tidak tampan seperti ayahku? Apa aku benar-benar anak kandung mereka? hiks... huuuhuuu.. huhuuuhuuhuu..," Adaire menangis tersedu-sedu, air matanya mengalir deras. Dan diantara sekian banyak orang yang melihatnya, tidak ada satupun orang yang peduli padanya, atau hanya sekedar bertanya apa yang terjadi padanya.
Tidak ada satu pun yang peduli padanya, mereka yang lewat hanya menatap Adaire dengan tatapan jijik. Tatapan yang bisa membuat mental seseorang melemah, dan menyayat hati.
"Ibu, lihat itu bu! Ada monster di depan toko baju!" Seorang anak perempuan menunjuk-nunjuk ke arah Adaire yang sedang duduk menangis di depan toko baju.
"Sayang, nona itu bukan monster, dia manusia sama seperti kita!" Ucap ibu anak perempuan itu.
"Bodoh, itu bukan monster tapi badut..hahaha," ucap seorang anak laki-laki disebelah nya sambil menertawakan Adaire.
Monster? Aku monster? Adaire semakin tidak percaya diri, dia menyentuh wajah gemuk nya terlebih lagi tompel hitam besar di pipi kanan itu menutupi sebagian wajahnya.
CEKRET!
Seorang nona dengan wajah jutek keluar dari toko baju itu, dia menatap Adaire dengan sinis dan mengejek. "Pantas saja daritadi di depan toko ku terlihat sangat ramai, rupanya ada monster buruk rupa disini. Sedang apa kau disini? Apa kau berencana membuat toko ku tidak laku?" tanya nona itu dengan berkacak pinggang dan suara nya yang meninggi.
"Ma-maafkan saya, saya tidak bermaksud begitu. Saya hanya ikut duduk disini karena saya lelah," Adaire menyeka air matanya, buru-buru dia berdiri dari tempat duduknya.
"Pergi dari sini kalau kau tidak mau ku panggil petugas keamanan!" Nona itu mengusir Adaire dengan kasar.
"Ma-maaf kan saya.." Adaire menunduk sedih, sudah dihina dia juga di usir. Sudah tak terhitung berapa banyak orang yang memperlakukan nya seperti ini. Tapi dia yang selalu meminta maaf kepada pelaku. Bukannya mendapat permintaan maaf. Dia selalu merasa bersalah pada orang-orang di sekelilingnya karena kehadiran dirinya.
"Ya sudah tunggu apa lagi, pergi dari sini!" Pemilik toko pakaian itu mendorong Adaire dengan kasar sampai tubuh gemuknya oleng dan jatuh ke tanah.
Lagi-lagi dirinya menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sana. Adaire berusaha berdiri, namun dia kesulitan untuk berdiri karena bobot tubuhnya yang begitu berat. Kemudian ada seorang pria mengulurkan tangannya dan membantu gadis itu untuk berdiri.
"Nyonya, tolong jangan bersikap kasar kepada nona ini!" Seru Arsen, seorang pria tampan dengan tampilan memukau, membuat semua wanita disana terpana dalam sekejap.Adaire juga dibuat terpesona olehnya.
Arsen menolong dan membela Adaire, pria itu terlihat lembut dan tegas. Adaire langsung jatuh cinta kepadanya. Setelah itu Adaire berkenalan dengan Arsen.
"Saya harap nona yang cantik tidak menangis lagi," Arsen mengecup punggung tangan Adaire dengan gentle.
"Terimakasih tuan.."
Tatapan dan senyuman nya sangat lembut, dia pasti pria yang baik. Adaire tersenyum ramah pada Arsen, dia merasa pria itu adalah pria yang baik.
"Arsen Frederick Wales, itu adalah namaku. Dan nona adalah?" Arsen tersenyum lembut.
"Adaire Charise Geraldine," jawab Adaire tersipu malu menyebutkan namanya.
"Nama yang cantik nona, secantik orangnya." Arsen memuji Adaire sambil tersenyum lembut.
Jadi dia adalah putri keluarga Geraldine? Dia pasti akan menjadi saudara iparku, aku harus baik-baik padanya.
Arsen mengantarkan Adaire pulang ke rumahnya. Disana lah Arsen melihat Adara, saudara Adaire yang cantik jelita. Matanya langsung terpana melihat kecantikan wanita itu.
"Kakak, kau darimana saja? Para pengawal sedang mencari dirimu! Semua orang sangat mencemaskan mu, aku juga terkejut karena kakak tiba-tiba pergi meninggalkan acara amal begitu saja!" Adara memasang tampang memelas, dia terlihat mencemaskan Adaire.
"Aku baik-baik saja Adara, maafkan aku karena sudah membuatmu cemas." Adaire memegang tangan adiknya, sambil tersenyum.
Tatapan Adara tiba-tiba teralihkan kepada seorang pria tampan yang berdiri disamping kakak nya. Hati Adara berdebar melihat pria tampan itu, dia memasang senyum termanis nya, sembari mengibaskan rambut panjang nya. Arsen memperkenalkan dirinya pada Adara, mereka pun berkenalan.
Keesokan harinya, Arsen datang membawa lamaran dari Count untuk keluarga duke Geraldine. Arsen sangat bahagia, dia mengira bahwa dia akan mempersunting Adara, si cantik dari keluarga itu dan membawakan banyak mas kawin ke mansion Geraldine.
Namun, harapannya musnah ketika dia sudah bertemu dengan Duke Geraldine, ayah Adaire dan Adara.
"Jadi, count muda sudah setuju untuk menikah dengan putriku?" tanya Duke Geraldine dengan wajah ramah dan hangatnya.
"Saya bersedia, bahkan saya sudah membawakan mas kawin dan barang seserahan untuk putri tuan Duke," Arsen tersenyum bahagia.
"Kalau begitu, aku akan panggilkan putri ku!" Duke Geraldine tersenyum.
Tak lama kemudian, Adaire dan pelayanan nya datang kesana. Adaire tampak bahagia karena dia tau calon suaminya adalah Arsen, pria yang dia sukai. Tapi, Arsen terlihat kecewa. Sebelumnya dia mengira akan menikahi Adara, tapi ternyata yang akan dia nikahi adalah Adaire. Si gadis gemuk bertompel.
Adaire menerima pernikahan itu, sementara Arsen terpaksa menerima pernikahan mereka demi status sosialnya. Satu minggu setelah pernikahan, Arsen mengajak istrinya untuk berbulan madu. Adara juga ikut dengan mereka dengan dalih ingin melihat laut.
Mereka bertiga, juga tiga pengawal pribadi Arsen menaiki kapal laut untuk pergi ke pulau dimana Arsen dan Adaire akan berbulan madu.
"Sayang, apa kita benar-benar akan pergi ke pulau Kamalama?" tanya Adaire sambil menggandeng tangan suaminya, dia menatap Arsen penuh cinta.
"Iya, kita akan pergi kesana. Kamu pasti akan menyukai nya sayang," Arsen tersenyum ramah pada istrinya.
Malam itu di atas kapal pesiar, Arsen dan Adaire makan malam romantis berdua. Dengan perhatian Arsen melayani istrinya, seolah dia adalah wanita tercantik di dunia. "Sayang, tidak apa-apa.. makanlah yang banyak, aku tidak masalah rupa dan bentuk tubuhmu mau seperti apa. Aku tetap mencintaimu,"
"Terimakasih Arsen, tapi aku akan menjaga pola makan ku dari sekarang. Aku tidak mau membuat kamu malu," ucap Adaire sambil tersenyum manis pada suaminya.
Tepat setelah Adaire menghabiskan makanan nya, tiba-tiba saja gadis gemuk itu muntah darah, dadanya sesak entah apa penyebabnya.
"Uhuk..uhukk..Arsen.. aku.." Adaire memegang tangan suaminya, darah nya membasahi gaunnya.
"Sayang? Kamu kenapa? Apa kamu sakit?" tanya Arsen sambil memeluk istrinya yang bertubuh lebar itu.
"Kakak, apa yang terjadi denganmu? Apa kau baik-baik saja? Apa kau muntah darah?" tanya Adara sambil menutup mulutnya dengan satu tangannya, seolah dia terkejut melihat kakaknya kesakitan seperti itu.
Arsen mendorong Adaire hingga gadis itu jatuh ke kayu kapal pesiar. Arsen menghampiri Adara, dia tersenyum pada gadis cantik itu. Adaire terkejut karena Arsen mendorong nya dan menatap ke arah Adara, padahal dia sedang kesakitan bersimbah darah.
"Adara sayang, kau sudah datang?" sambut Arsen kepada Adara.
"Jadi racunnya sudah mulai bereaksi ya?" tanya Adara dengan menunjukkan senyuman liciknya. Dia menggenggam tangan Arsen dengan mesra.
Deg!
Hati Adaire tersentak melihat suami dan adiknya terlihat mesra. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, mata dan telinga nya tidak menipu. Adaire terluka, dia tak percaya dengan kebenaran di depannya. Bahwa suaminya, memilki hubungan dengan adik nya.
"Ka-kalian..Ar-Arsen apa maksudnya semua ini? Adara, kenapa kau memeluk suamiku?!" tanya Adaire sambil menahan sakit di dadanya, mulutnya berlumuran darah.
"Aku pikir aku tidak perlu menjelaskan nya padamu karena kau sudah melihatnya sendiri. Tapi seperti nya kau benar-benar bodoh, istriku sayang. Seperti yang kau lihat, Adara dan aku adalah pasangan kekasih." Arsen melingkarkan tangannya pada tubuh mungil Adara dengan mesra. Adara juga balas memeluk Arsen dengan tingkah genitnya.
Patah dan hancur hati Adaire mendengar sendiri pengakuan dari suaminya, dia tidak percaya dua orang yang dia sayangi akan mengkhianati nya.
"Tidak! Ini pasti bohong kan? Arsen, kau bilang kau mencintaiku! Kau bilang kau akan selamanya bersama denganku, uhuk uhuk!" Mulut Adaire kembali memuntahkan darah. Dia berusaha sekuat tenaga untuk berbicara.
"Mencintai mu? Haha, kau ini lucu sekali kakak! Mana mungkin pria tampan seperti Arsen akan mencintai wanita seperti kakak? Bahkan orang buta saja tidak mau bersama dengan gadis jelek seperti kakak!" Adara menunjukkan sifat aslinya di depan Adaire.
"Itu benar, aku menikahi mu hanya untuk status Duke. Dan sebentar lagi aku akan menjadi Duke. Aku tidak pernah mencintai mu gadis jelek, aku hanya mencintai Adara!" Arsen menginjak tangan Adaire dengan kasar.
"Kalian! Apa kalian juga yang meracuni ku? Tega sekali kalian padaku? Apa salahku pada kalian berdua?" Napas Adaire mulai tersengal-sengal, dia kesulitan untuk berbicara.
"Salahkan saja wajah jelek dan tubuh gemuk mu itu, atau salahkan takdir Tuhan untukmu," Arsen tersenyum sinis, dia menikmati pemandangan istrinya yang sedang sekarat.
"Adara.. kenapa.. kenapa kau seperti ini? Aku selalu sayang padamu, kenapa kau tega..hiks.." Adaire menangis merasa terkhianati.
"Kau tanya kenapa aku seperti ini, kakak? Ini semua karena kau terlahir sebagai anak sulung dan karena kau terlahir sebagai anak sah ayah! Sedangkan aku, aku hanyalah anak tiri! Tapi, setelah kau mati aku akan menjadi satu satu nya putri keluarga Geraldine, dan menggantikan mu mewarisi semua kekayaan ayah!" Adara menatap tajam ke arah Adaire yang masih terduduk di atas kapal.
"Kau sangat jahat Adara, kau kejam! Ternyata selama ini kau memiliki perasaan seperti itu padaku..aku tidak percaya," Adaire tersenyum sinis, dia sangat terluka dengan adik dan suaminya. Adaire menatap dua orang pengkhianat itu dengan penuh kemarahan.
Adara mendekati Adaire, dia membawa sebuah belati di tangannya. Kemudian tanpa ragu dia menusuk perut Adaire dengan belati itu.
JLEB!
"A-Adara.."
"Pergilah ke neraka kakak!" Teriak Adara sambil tersenyum sinis dan melepaskan belati yang menancap di perut Adaire. Tangan Adara berlumuran darah kakak nya.
Darah segar dari perut itu menetes, bersamaan dengan air mata Adaire. Setelah itu, Arsen dan Adara bekerja sama melempar Adaire ke lautan lepas tanpa sepengetahuan siapapun.
Aku bersumpah! Aku akan membalas dendam pada kalian! Aku bersumpah jika aku dilahirkan kembali, dan jika aku punya kehidupan kedua, hal yang pertama aku lakukan adalah membuat kalian menangis darah! Aku akan menghantui kalian meski aku sudah mati! Adara, Arsen, jika aku kembali hidup...kalian tidak akan bisa lari dariku.
Dan aku tidak akan percaya lagi dengan cinta!
Adaire menutup mata untuk selamanya, mayatnya terombang-ambing di lautan lepas. Adara dan Arsen malah tertawa bahagia melihatnya.
...---***---...
Adaire tenggelam di lautan yang ombaknya sedang besar. Tubuhnya hanyut terombang-ambing, sebelum napas terakhir nya, sebelum dia menutup mata, Adaire melihat suami dan adik nya sedang berpelukan dengan bahagia mengiringi kematian nya.
Tuhan...kenapa kau sangat kejam kepadaku? Kenapa aku harus mati seperti ini?
Adaire meninggal dunia dalam keadaan sakit hati.
***
Sinar mentari yang menyilaukan membuat seorang gadis cantik, berambut merah terbangun dari pingsan nya. Gadis berambut merah itu memuntahkan banyak air, tubuh dan rambutnya juga basah.
"Uhuk uhuk," Gadis cantik itu beranjak duduk, dia berada diatas pasir pantai yang berwarna putih. Dia tampak kebingungan dengan apa yang terjadi padanya. "Kenapa aku masih merasakan sakit? Apa aku masih hidup? Ah, ini pasti surga!" Jiwa Adaire berada di dalam tubuh gadis itu.
"Lily! Cepat lari! Pergilah!" Teriak seorang wanita berkuncir dua itu pada Adaire. Wanita itu terlihat panik ketika meminta Adaire untuk pergi.
Apa wanita itu bicara padaku? Apa ini masih mimpi? Adaire kebingungan dengan wanita yang berteriak padanya itu. Siapa dia dan kenapa dia memanggil nya dengan nama Lily?
Tak lama setelah wanita itu berteriak padanya meminta pergi, tiba-tiba saja beberapa pria bertubuh besar membawa gadis cantik berambut merah itu dengan paksa. "Hey! Kalian mau apa? Lepaskan aku! Beraninya kalian menyentuhku seperti ini!" Teriak Liliana alias Adaire marah.
Kenapa suaraku menjadi lebih halus? Kenapa juga tubuhku terasa lebih ringan? Dan tanganku kenapa mengecil?. Liliana merasakan keanehan pada tubuhnya, sebelumnya dia selalu merasa berat dengan tubuh nya sendiri.
"Hanya anak nelayan dan penjudi rendahan saja, beraninya bicara kasar!" ujar salah satu pria itu pada Liliana.
"Anak nelayan? Penjudi? Siapa maksud kalian?" tanya Liliana kebingungan, menatap pria-pria yang menangkapnya itu.
Ini terlalu nyata untuk menjadi mimpi, ini bukan surga.. apa aku hidup kembali?
"Cepat bawa dia! Madam Morena pasti sudah menunggu barang bagus ini!" Ucap seorang pria berkumis itu sambil tersenyum.
Salah satu pria itu membekap mulutnya dengan tangan, dan memukul Liliana hingga pingsan. Gadis itu terbangun di sebuah kamar mewah dan minim cahaya.
"Uh.. kepalaku sakit sekali, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa aku.." Liliana melihat tangannya yang kecil dan ramping, kuku nya juga cantik, rambutnya panjang berwarna merah. "Tanganku jadi kecil, kuku ku juga cantik? Tubuhku terasa ringan, sebenarnya ini tubuh siapa! Jelas-jelas ini bukan tubuhku!" Liliana alias Adaire panik karena merasakan tubuh yang mengecil dan ringan itu.
Liliana melangkah menuju ke dekat pintu, dia menndengar pembicaraan beberapa orang disana. Ketika orang-orang itu akan membuka pintu kamar tempat Liliana berada, Liliana langsung pura-pura tertidur di ranjang. Seorang wanita dengan dandanan menor dan dua orang pria yang menangkap Liliana, masuk ke dalam kamar itu.
Aku harus tau aku berada dimana, aku siapa, dan siapa orang-orang ini. Liliana pura-pura tertidur, dia memiliki banyak pertanyaan di kepalanya.
"Bagaimana madam? Barangnya bagus kan?" tanya pria itu dengan senyuman liciknya, dia menatap genit ke arah Liliana yang sedang tidur.
"Dia sangat cantik, tubuhnya juga bagus. Apakah dia masih perawan?" tanya madam Morena, pemilik tempat itu. Dia tersenyum puas melihat wajah cantik Liliana.
Cantik? Aku cantik? Aku yang jelek dan bertompel ini dibilang cantik?. Liliana membatin mendengar ucapan Madam Morena.
"Dia masih perawan, tentu saja harganya mahal kan madam?" tanya pria itu menawar harga untuk Liliana.
Huh! Apa aku dijual oleh pria-pria busuk ini?. Keluhnya di dalam hati.
"Baiklah, bagaimana kalau dengan 75 koin emas?" Madam Morena tersenyum sambil membuka kantung uang nya.
"Madam...gadis seperti ini harganya lebih dari 75 koin emas, bagaimana kalau seratus koin emas?" Pria itu kembali menawar Liliana dengan harga mahal.
"Apa kalian mau merampok ku? Aku bahkan tidak yakin kalau dia adalah perawan," tanya Madam Morena tidak senang dengan penawaran ketiga pria itu. Dia juga tidak yakin kalau Liliana masih perawan.
Aku masih perawan, bahkan si Arsen sialan itu belum pernah tidur denganku!. Batin Liliana yang gemas ingin membuka mata dan membuka mulutnya.
"Baiklah, bagaimana kalau 75 koin dulu untuk sekarang dan sisanya 25 koin boleh nanti kalau madam sudah memastikan dia perawan atau bukan,"
"Hah! Baiklah, jika dia perawan aku akan memberikan kalian 25 koin lagi sebagai sisanya. Beruntunglah kalian karena kali ini kalian membawa gadis cantik kemari dan bukan seperti gadis kemarin yang kalian bawa," Gerutu madam Morena sebal.
Madam Morena memberikan 75 koin emas untuk tiga orang pria yang membawa Liliana ke tempat pelacuran itu. Akhirnya Liliana pun mengerti dimana dia berada dan siapa dia. Dia adalah Liliana, putri seorang nelayan miskin yang hobi berjudi, dan ayahnya memberikan dia pada kreditor untuk membayar hutangnya.
Kemudian Liliana dibawa kreditor itu untuk di jual lagi. Dia paham bahwa kini dia berada di dalam tubuh seseorang yang bukan dirinya, itu karena dia dipanggil cantik oleh madam Morena. Panggilan yang tidak pernah dia dapatkan dari siapapun dengan tulus.
"Bangunlah manis, aku tau kau sudah bangun dari tadi," ucap Madam Morena sambil duduk di sudut ranjang, tempat Liliana tertidur.
Liliana langsung beranjak bangun dari ranjang itu, dia berusaha setenang mungkin menghadapi madam Morena. "Ternyata madam cukup pintar juga ya," gadis itu tersenyum lebar.
Aku dapat kesempatan kedua untuk hidup, aku tidak boleh menyia-nyiakan nya. Aku harus keluar dari sini!
"Bukan cukup pintar, tapi aku memang pintar!" Madam Morena tersenyum lebar. Dia mendekati Liliana dan memegang wajahnya."Dengan kecantikan mu, kau akan menjadi primadona di tempat ini, namamu Liliana ya?" Madam Morena memegang dagu Liliana, dia terkesan dengan wajah cantik yang dimiliki gadis itu.
Padahal dia hanya gadis miskin, tapi wajahnya sangat cantik.
"Iya, nama saya Liliana." jawab Liliana.
"Baiklah Lily, apa kau sudah tau apa tugasmu disini?" tanya Morena.
"Saya tidak tau," jawab Liliana dengan wajah pura-pura polos.
"Kau akan dapat bayaran mahal, hanya perlu temani saja seorang pria kaya malam ini. Kalau kau mencoba kabur dari sini, aku akan membuatmu tidak bisa menggunakan kaki dan tanganmu lagi. Apa kau paham, Lily?" Madam Morena tersenyum, tapi matanya menatap tajam dan mengancam Liliana.
"Baik, saya akan patuh. Kebetulan saya juga memang butuh uang, tapi saya ingin uang mukanya sekarang," Liliana melihat ke arah wanita menor itu dengan tatapan tak berdaya.
Ya, aku butuh uang untuk kabur dari sini. Untuk balas dendam, aku harus punya uang! Uang adalah kekuatan!
Madam Morena tersentak kaget, baru kali ini dia melihat seorang wanita pemberani yang dibawa ketempat pelacuran. Biasanya wanita yang dibawa kesana akan menangis, mencoba kabur, memohon dipulangkan, bahkan sampai menyerang penjaga yang ada disana. Tapi Liliana berbeda, dia wanita yang cukup tenang dan tidak takut apapun.
Wanita pemilik tempat pelacuran itu memberikan sejumlah koin emas untuk Liliana. Tak lama setelah itu Liliana menunggu pria yang datang ke kamarnya, dia sudah bersiap dengan senjata tusuk rambut untuk menyerang pria itu.
"Aku penasaran, siapa pria brengsek yang akan menjadi sasaran kemarahan ku! Semua pria memang brengsek, sama seperti Arsen!" Liliana duduk di ranjang nya. Terlintas ingatan sebelum kematian nya, dia sangat marah karena pengkhianatan Arsen dan Adara.
Kata siapa Tuhan tidak tidak sayang padaku? Tuhan masih bersamaku dan tidak meninggalkan ku.Terimakasih Tuhan, aku akan mengubah takdir ku di dalam kehidupan kedua di dalam tubuh ini. Akan aku buat mereka yang menyakiti ku menangis darah!
CEKRET!
Pintu kamar itu terbuka, terlihat seorang pria bertopeng, tubuh tegap dan kulit putih sudah berdiri di depan Liliana. Liliana mendongak melihat ke arah pria itu, matanya merah menyala. Dia menutup pintu kamar itu, mendekati Liliana yang duduk di ranjang.
"Sayang sekali gadis cantik seperti mu harus terjebak ditempat ini dan melayani pria hidung belang," ucap pria itu sambil tersenyum pada Liliana. Senyuman yang mengejek.
"Saya juga benar-benar sial karena terjebak di tempat ini lalu bertemu pria hidung belang seperti anda!" Liliana tersenyum sinis membalas perkataan pria itu, kemudian mulai menyerang si bertopeng dengan tusuk rambutnya.
Gerakan pria itu lebih cepat Liliana, dia menangkis serangan Liliana dan memeluk wanita itu untuk tetap diam. "Lepaskan aku! Dasar pria mesum!" Teriak Liliana sambil berusaha melepaskan dirinya dari pelukan pria itu.
"Aku dengar kau masih perawan, apa kau baru ditempat ini nona Lily?" bisik pria itu ke telinga Liliana. Napas nya berhembus di leher Liliana, membuat wajah wanita itu memerah.
Tak lama setelah itu terdengar keributan di luar, terdengar suara orang-orang berlarian."Jangan kabur! Kalian sudah dikepung!"
Liliana tersentak kaget mendengar suara ribut-ribut itu. Dia berusaha berontak kabur dari sana. "Nona, apa kau mau kabur?"
"Bukan urusanmu!" Liliana ketus.
"Kalau tidak mau tertangkap mereka, ikut aku!" Pria itu menggendong Liliana dengan paksa. Dia membawa Liliana keluar dari tempat itu melalui jendela.
Liliana terkejut karena pria itu bisa melompat dari lantai 3, membawanya dengan selamat.
"Kau sudah gila! Kita bisa saja mati!" Gerutu Liliana kesal.
"Tapi kita tidak mati kan? Aku sudah menyelamatkan mu, apa kau tidak akan berterimakasih?" tanya pria bertopeng itu.
Benar juga, kalau aku tidak dibawa kabur olehnya.. aku pasti sudah ditangkap pengawal pemerintah itu.
"Kau punya cermin, tidak?" tanya Liliana dengan nada ketusnya.
"Cermin?" Pria bertopeng itu memberikan cermin kecil pada Liliana. Dengan cepat gadis itu bercermin dan melihat wajahnya.
Seperti apa kata madam Morena, aku memang sangat cantik.
"Bagus, aku benar-benar cantik! Aku akan mengubah takdir ku sebagai gadis jelek!" Liliana terpesona pada wajahnya sendiri.
Adara, Arsen, kalian tunggu saja!
Liliana berterimakasih pada pria bertopeng dan memberikan cermin itu kembali kepada pemilik nya. "Aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi tuan bertopeng aneh," Liliana berkata dengan nada ketus.
Gadis yang aneh, dan juga cantik.
Wanita itu pergi begitu saja meninggalkan si pria bertopeng disana sendirian. Tak lama setelah itu, beberapa pria berpakaian rapi memberikan hormat kepadanya.
"Yang mulia putra mahkota, semua nya telah selesai,"
Pria itu membuka topengnya, terlihat wajah nya yang tampan dengan rambut hitam yang mempesona. "Kerja bagus,"
...---***---...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!