Hujan mulai membasahi seluruh jalanan dengan air yang dibawanya, tampak jalanan menjadi lebih sepi dari biasa jika ada yang lewat itu hanya suara orang orang kaya dengan mobilnya yang sedang menerobos kedalam hujan. sedangkan seorang gadis malah dengan santainya berjalan dilebatnya hujan. Hingga sebuah suara memanggilnya.
"Ra, Ra, Tiara...."
gadis itu menoleh kebelakang untuk melihat seseorang yang berjalan menggunakan payung di tangannya.
"ayah..."
bibir wanita yang bernama Tiara itu sudah membiru akibat dinginnya air hujan. Senyuman tipis terbit diwajahnya memandang pria yang dipanggil ayah olehnya.
"kenapa kau malah menerobos hujan nak? bukannya kau bisa menunggu hujan reda atau menunggu ayah datang"
lelaki tua itu berjalan pelan kearah putrinya dengan perlahan lahan akibat kaki kirinya yang mengalami cacat akibat kecelakaan beberapa tahun lalu.
"kenapa ayah malah datang menjemputku? seharusnya ayah di rumah saja"
"jangan mengalihkan pembicaraan ! jawab pertanyaan ayah tadi!"
Tiara hanya tersenyum kecil sambil menjulurkan tangannya agar dia saja yang memegang payung. Akan tetapi sang ayah malah menolak permintaan dari putrinya itu.
"ayah..apa yang ayah lakukan lihat itu pundak ayah terkena hujan"
"jangan menghawatirkan ayah nak, selama ini ayah sama sekali tidak berguna dan tidak bisa menghidupi keluarga kita. malahan kau yang masih muda sudah harus bekerja"
"Tiara tidak apa apa ayah, Tiara malah senang kok"
" dan sepertinya kau terlalu lama dibawah hujan lihat itu matamu merah kemasukan air"
"hehehe iya ayah"
'maaf ayah sebenarnya ini karena Tiara baru saja nangis'
FLASHBACK ON
seorang lelaki gagah melangkahkan kakinya kedalam sebuah perusahaan dengan gagahnya. perlahan tapi pasti setiap mata mulai meliriknya dengan pandangan kagum akan tetapi pria itu seperti es yang berjalan tidak memperhatikan pandangan kagum yang ditujukan padanya.
sedangkan dari jauh ada seorang wanita dengan pakaian office girl menatap rindu kepada lelaki tampan itu.
"aku merindukanmu "
gumaman yang hanya dapat didengar oleh gadis itu. perlahan keramaian mulai berangsur sepi dikarena sang bintang yang telah pergi kedalam lift yang dikhususkan untuk bos perusahaan ini.
"Ra ..Tiara kamu ngapain setiap lihat bos pasti langsung sedih?"
"Nggak ada apa apa kok hanya mengingat seseorang saja"
"Siapa?"
tanya Ratna penasaran
"Orang yang berarti deh pokoknya"
"Owalah mantan pacar?"
"Hmmm kalau dipikir pikir sih kami belum pernah putus berarti masih pacaran ya.."
"Tap.."
Belum sempat Ratna menyelesaikan ucapannya Tiara sudah menggenggam tangannya.
"Sudahlah mari kita pergi untuk bersih bersih lagi"
Akhirnya matahari sudah mulai bersembunyi dan pertanda bahwa inilah saat mereka untuk pulang kerja.
"Huh akhirnya bisa pulang tapi kayaknya mendung deh"
"Ra kamu mau nunggu hujan atau gimana ni ? aku harus pulang cepat hari ini karena si mbok dari tadi nelpon"
"Jadi kamu mau gimana Rat? ini udah gerimis, kamu liat aja noh"
"Aman aku mesan ojol aja biar nggak terlalu basah hehe, kamu mau jalan nih yakin?"
"Nggak kok aku nanti pesan ojol juga pas hujan nya berhenti"
"Ok kalau gitu aku duluan ya Ra..noh abang ojolnya dah nyampe"
setelah Ratna pergi Tiara langsung membuka dompetnya terlihat hanya ada satu lembar uang sepuluh ribu disana.
"Huh.. alhamdulilah jalan kaki aja, nanti duitnya bisa beli telur untuk makan"
Perlahan hujan semakin lebat sehingga ia memutuskan untuk berhenti di depan sebuah kafe. Tiara hanya bisa melihat dari dinding kaca semua orang yang dia ketahui bahwa orang orang itu adalah orang orang kaya yang sedang menikmati beberapa hidangan didalam.
'Kruyuk..'
"Huff sabar ya perut nanti pasti diisi"
Perlahan matanya mulai menelusuri bagian kafe yang memperlihatkan seorang laki laki tengah makan bersama sosok wanita cantik. perlahan air matanya menetes ingin rasanya ia berteriak akan tetapi suaranya seakan hilang bersama derasnya hujan. baru saja ingin menenangkan diri akan tetapi seorang pelayan wanita datang menghampirinya.Dengan cepat Tiara menghapus air matanya dan menoleh kepada pelayan wanita itu.
"Mbak bisa pergi nggak ? mbak berdiri disini membuat pemandangan jadi nggak enak ! kan udah tau kayak gembel masih aja berdiri disini, berharap dapat orang kaya ya? maaf mbak ngaca dulu dong! mana mungkin seorang gembel mendapatkan pangeran karena mbak bukan Cinderella"
Mendengar perkataan pelayan itu mendadak ada yang hancur di dalam hatinya. Tanpa memperdulikan pelayanan yang masih menghinanya, perlahan Tiara berjalan dibawah derasnya hujan itu.
"Hahaha kenapa sedih Ra yang dikatakan pelayan tadi semuanya benar, kau bodoh jangan berharap terlalu tinggi hiks hiks hiks.."
Suara tangisan itu seakan tertutupi oleh derasnya hujan sehingga sekeras apapun ia menangis hanya ia sendiri yang menanggung luka.
FLASHBACK OFF
Sesampainya di rumah, Tiara langsung mandi dan bersiap untuk memasak beberapa telur yang ia beli dengan uangnya tadi di jalan.
"Kak Randi udah lapar"
"Riko juga kak"
Tiara melihat kearah kedua adik kembarnya dengan senyuman
"Ok tunggu bentar ya ..."
Tak berapa lama Tiara datang dengan membawa 2 telur goreng diatas piring.
"Tara..ini yok dimakan"
Perlahan Riko pun mengambil satu buah telur dan memotongnya menjadi dua.
"Eh kok di belah ko?"
"Nggak apa apa kak untuk besok hehehe"
Mendengar perkataan adiknya Tiara tak kuasa menahan haru
"Maaf kakak janji nanti kakak akan lebih usaha lagi untuk kerjanya biar kita bisa makan tiap hari pakai lauk ya"
"Iya kak nanti kalau kami udah besar kami juga bantu kakak kok nyari duit setelah itu kita bisa beli obat ayah deh hehe"
Tiara perlahan mengelus kepala adik adiknya itu.
"Terima kasih tapi sekarang kalian fokus sekolah dulu ya.."
"Ok kak"
jawab dua adiknya secara bersamaan. kemudian Tiara kembali ke kamarnya.
"Kruyuk"
'Astaga perut kayaknya hari ini kamu harus puasa deh'
awalnya Tiara juga ingin makan tadi akan tetapi dilihatnya Nasi yang hanya cukup untuk satu orang lagi. jadi, ia menahan laparnya agar sang ayah dapat makan nantinya.
"Mendingan aku tidur aja biar nggak terlalu lapar"
perlahan ia mulai menjatuhkan badannya diatas kasur dan mulai menutup matanya akan tetapi gadis itu tidak dapat terlelap karena terus terbayang apa yang dilihatnya tadi di cafe.
"Ternyata kamu memang hanya menjadi tanda koma yang berhenti di tengah jalan sedangkan aku menjadi tanda titik yang berhenti di ujung cerita kita dengan kesendirian."
Perlahan bulir bulir air mulai keluar dari sudut matanya semakin lama air itu terus menjadi deras menandakan hati yang terluka.
"Aku merindukanmu sangat merindukanmu hiks hiks kenapa hanya aku yang terluka dengan mengingat semuanya sedangkan kamu malah melupakannya..."
Perlahan kalimat kalimat itu tergantikan dengan suara halus menandakan bahwa sang empu sedang bermimpi.
...'aku akan tetap mencintaimu sampai akhir karena aku adalah titikmu' -Tiara Sabila...
'Aku harus bisa ngelupain dia..ayo Ra kamu harus bisa move on dari dia....'
"Ra kamu ngapain sih melamun terus dari tadi? kamu punya masalah? cerita aja sini aku pasti mau dengerin kok"
"nggak kok Rat aku cuman lagi mikir sinetron tadi malam"
"cuman gara gara itu kamu galau? astaga Ra...."
Ratna memijit kepalanya yang tidak sakit mendengar penuturan dari temannya itu. lalu, ia mendudukkan bokongnya di sebelah Tiara.
"hehehe Rat btw kok kamu cepat ya kerjanya bukannya kamu bagian lantai tempat bos?"
"bos nggak masuk Ra,jadi aku nggak perlu terlalu bersihkan seperti biasa hehehe."
Tiara yang mendengar penuturan dari Ratna mengerutkan keningnya.
"emangnya kenapa nggak masuk Rat ?"
Ratna tampak berfikir sejenak lalu mulai melirik ke kanan dan ke kiri seperti melihat apakah ada orang yang memperhatikan mereka. setelah merasa aman Ratna lalu memberi kode kepada Tiara agar mendekatkan telinganya.
"aku dengar sih katanya bokapnya bos sakit"
"ha kok bisa sakit apa Rat?"
"ntahlh menurut rumor yang beredar sih katanya Bos besar itu mau agar Bos muda segera menikah tapi ya gitu..bos muda kayak nggak tertarik sama perempuan, apa jangan jangan bos muda impoten lagi dan...."
"diamlah..bos muda nggak impoten atau lainnya dia normal 100 persen"
"kamu tau dari mana Ra?"
Tiara sadar akan apa yang dikatakannya mendadak membelalakkan matanya.
'mampus kamu Ra'
"Ng_ nggak kok aku hanya asal nebak aja .. mmi ... itukan bos muda tampan kaya nggak mungkinlah impoten."
Ratna masih melihat Tiara dengan pandangan tidak percaya.
"I-itu aku kemarin lihat bos makan dengan wanita cantik di cafe"
"HA !! BENARKAH!!"
secepat kilat Tiara menutup mulut Ratna dengan kain lap yang dipegangnya.
"Diamlah...."
"Hmm hmmm"
"Diamlah Rat!"
Dengan sekuat tenaga Ratna menghempaskan tangan Tiara.
"Cuih ... cuin hoek ...."
"kamu kenapa Rat?"
"kamu gila ya? nyumpal mulut aku pakai lap kotor ... astaga bau terasi hoek ...."
"Hahaha maaf Rat aku lupa tadi ni lap aku pakai untuk ngelap meja karyawan yang habis makan sambal terasi"
Ratna membulatkan matanya mendengar tingkah sahabatnya itu.
"Puas kamu? udah aku mau ke kamar mandi hoek."
"Hahaha sumpah aku minta maaf ya."
Ratna hanya melihat ke arah Tiara sambil menunjukkan jari tengahnya.
Selepas kepergian Ratna perlahan Tiara mulai menundukkan kepalanya.
"Huh ... rasanya sesak kenapa ini sangat sakit."
Tiara meremas dadanya yang terasa sakit seakan akan ada luka yang mendalam.
"kamu terlalu mencintainya Tiara hingga kamu sangat terluka"
perlahan buliran hangat mulai mengalir dari pelupuk matanya.
"hiks, hiks, hiks huh."
"Ra kamu kenapa?"
Ratna yang melihat seperti kesusahan bernafas berlalu menghampirinya.
"Ra jangan panik ayo bernafas perlahan."
"Rat sakit ..Rat huh hiks hiks ...."
"ayo kita ke rumah sakit ya Ra? sepertinya asma kamu kambuh."
Tiara hanya menganggukkan kepalanya perlahan ia sudah tak sanggup hanya untuk menggerakkan bibirnya, toh kalau ke rumah sakit kan biayanya ditanggung dengan perusahaan.
Setelah sekian lama akhirnya mereka sampai di rumah sakit dan dokter langsung melakukan penanganan terhadap Tiara. perlahan namun pasti Tiara sudah dapat merasakan bernafas dengan normal rasanya paru parunya mulai terisi dengan udara.
"Bagaimana dok dengan kondisi teman saya?"
"Ayo mbak ikut saya keruangan saya."
Perlahan Ratna mengikuti langkah dokter itu menuju ruangannya.
Dokter itu mempersilahkan agar Ratna segera duduk
"Mbak pada kasus teman Anda ini telah mengalami serangan asma parah. Serangan asma umumnya terjadi secara ringan. Namun dalam kasus yang parah, serangan asma bisa menyumbat saluran pernapasan dan menghalangi udara yang masuk ke alveoli, yakni sel yang berperan dalam pertukaran udara di paru-paru. Ketika sumbatan yang terjadi cukup parah, pengidap asma semakin kesulitan bernapas. Jika tidak ditangani segera, serangan ini bisa menyebabkan kekurangan oksigen (hipoksia) yang berujung pada kematian. Tapi untunglah anda segera membawanya ke sini."
Ratna sempat terkejut hampir saja ia kehilangan sahabatnya itu.
"Dan untuk saat ini saya sarankan agar teman anda dapat dirawat beberapa hari disini."
Ratna hanya menganggukkan kepalanya dan berlalu menuju tempat Tiara berada.
Sedangkan saat ini Tiara memejamkan matanya merasa lelah dengan keadaannya hingga suara pintu terbuka membuatnya membuka mata indahnya.
Tiara hanya dapat tersenyum tanpa berucap satu katapun karena pada saat ini ia sedang menggunakan alat bantu pernafasan.
"Ra kamu hampir aja lewat kalau kita terlambat sedikit aja, kamu tu harus jaga kesehatan kamu jangan kecapean dan juga jangan stres. Dan juga kata dokter kamu harus di rawat inap di rumah sakit untuk beberapa hari ...jangan membantah masalah adik dengan ayah kamu biar aku yang urus"
Mendengar pernyataan tentang orang orang yang dicintainya membuat Tiara merasa lega. setidaknya ada yang mengurus keluarganya itu.
Tiara menggerakkan bibirnya mengucap terimakasih kepada Ratna. walaupun tidak ada suara akan tetapi Ratna dapat mengerti apa yang dikatakan sahabatnya itu.
"Sama sama Ra ...."
Dua hari kemudian
Perlahan-lahan matahari mulai menyinari tempat dimana Tiara sedang berbaring.
"Huh ... akhirnya alat pernafasan itu udah dilepas juga."
"Dok apa saya boleh keluar sebentar untuk menghirup udara luar ? saya benar benar merasa bosan berada dikamar terus ...."
"Baiklah anda boleh keluar asal jangan melakukan kegiatan yang membuat anda lelah . jika anda lelah maka, segera kembali kesini atau hubungi perawat untuk mengantar anda kembali."
"Baik dok."
Sesampainya di taman Tiara hanya berjalan pelan sambil memperhatikan sekelilingnya. mulai dari anak anak dan juga ada orang tua.
Ketika merasa lelah akhirnya ia duduk diatas kursi ditaman itu dan kembali memperhatikan sekelilingnya.
"Disini banyak sekali orang yang berusaha untuk sembuh agar bisa melanjutkan hidup sedangkan diluar sana banyak sekali orang yang ingin mengakhiri hidupnya."
"Yang kamu katakan itu benar sekali nak."
Tiara terkejut kemudian melihat seorang lelaki tua yang menggunakan pakaian yang sama dengannya.
"Bapak mau duduk?"
Tiara dengan cepat mempersilahkan pria tua itu untuk duduk
"Terima kasih nak."
"Kalau saya boleh tau bapak sakit apa ya hehehe?"
"Maklumlah nak penyakit tua, kamu tau sendiri komplikasi dimana mana. huh mana keluarga saya sibuk semua jadi nggak ada yang bisa saya ajak ngobrol."
"Tenang aja pak saya mau kok jadi teman mengobrol bapak, lagi pula saya juga sendiri jadi ya sepi gitu."
"Terima kasih nak."
Semenjak itu mereka jadi sering mengobrol dan juga bercerita hingga akhirnya Tiara sudah diizinkan untuk pulang.
"Pak Tiara udah boleh pulang jadi bapak juga harus cepat sembuh biar kita bisa ngobrol lagi ya."
"Sayang sekali padahal saya ingin lebih mengenal kamu dan pasti nanti saya tidak mempunyai teman mengobrol."
Orang tua itu tampak mengerutkan keningnya.
"Hehehe makanya bapak cepat sembuh."
Ketika ingin berbicara lagi seorang dokter datang.
"Pak husen ini sudah saatnya anda kembali keruangan anda"
Tampak Husen menatap tajam dokter itu menyadari hal itu Tiara dengan cepat menenangkannya.
"Ayok pak katanya mau cepat sembuh jadi harus mematuhi dokter kalau nggak Tiara nggak bakal mau jenguk bapak di rumah sakit ini."
Mendengar penuturan Tiara Husen pun mematuhi perintah dokter setelah berpamitan dengan Tiara.
"Mari kita keluar dari tempat ini dan kembali bekerja."
...' kamu mungkin memegang tanganku sementara tapi kamu memegang hatiku selamanya'...
"Ra kamu yakin udah sembuh kan?"
"udah kok Rat ...btw makasih ya udah mau jagain keluarga aku, kamu emang sahabat sejati aku banget hehe"
"sama sama Ra kamu juga sering kan bantu aku jaga si mbok jadi anggap aja aku balas kebaikan kamu Ra'"
"Terhura aku lama lama Rat..huaa"
"eh jangan dong kalau kamu terhura aku akan terhore hohoho"
Ratna langsung memperagakan dirinya yang tertawa antagonis dan dalam sejenak mendapat pukulan dipundaknya dari Tiara.
'plak '
"sakit Ra..kamu gila ya?"
Ratna mengusap pelan bahunya.
"maaf enggak sengaja hohoho"
Tiara meniru cara tertawa Ratna yang seperti antagonis.
"TIARA...AWAS YA kamu..."
"hahaha kejar aja kalau kamu bisa?"
akhirnya terjadi aksi kejar kejaran diantara mereka dengan Tiara yang terus tertawa melihat sahabatnya itu terus mengoceh akibat dari ulahnya.
'brak'
'aduh apasih yang aku tabrak kok keras'
perlahan ia mulai melihat apa yang ditabraknya mulai dari sepatu pantofel yang mengkilat hingga wajah tampan orang tersebut. bola mata Tiara membesar saat melihat orang yang di depannya, seseorang yang hanya bisa dipandanginya dari jauh kini berdiri dihadapannya. jantung yang awalnya berdetak lambat dan santai kini mulai mempercepat pergerakannya.
sedangkan pria itu hanya menatap jengah kearah Tiara.
"apakah anda bisa minggir nona,atau harus saya suruh anak buah saya menyeret anda"
Tiara masih tidak mendengarkan apa yang dikatakan pria itu karena saat ini rasanya ia sangat bahagia.
"hey kau tidak mendengarku"
Tiara masih tidak bergeming sehingga membuat pria itu semakin marah.
"Bima! seret wanita ini!"
"baik tuan"
pria yang bernama Bima itu mulai mendekati Tiara ingin menyeretnya hingga Tiara tersadar dari lamunannya dan melirik ke arah Bima yang ingin menyentuh tangannya.
"maafkan saya, saya akan pergi sendiri"
tanpa melihat lagi kearah orang yang ditabraknya Tiara segera berlalu.
sedangkan pria itu, ia hanya memandang Tiara dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
sesampainya di daerah sepi Tiara seketika berjongkok dan mulai menangis.
"hiks, hiks dia ternyata tidak mengenal kamu Tiara semua hal yang kalian lalui bersama, apa jangan jangan dia orang yang berbeda, tapi itu tidak mungkin kan ?"
Tiara menggelengkan kepalanya pertanda bahwa ia sedang berpikir keras tentang masalah itu.
sedangkan di tempat lain seorang pria sedang menatap keluar ruangannya yang hanya dilapisi kaca, dari tempatnya ia dapat melihat gedung gedung pencakar langit yang masih lebih rendah dari tempatnya serta langit biru yang mulai mendung itu.
"Bima"
lelaki bernama Bima dengan perawakan tampan dan kulit hitam manis itu segera menghampiri tuannya yang saat ini tengah menatap langit yang mendung.
"ya tuan"
"apakah sudah kamu cari siapa wanita yang bisa menjadi istri kontrakku?"
"belum tuan, karena sulit untuk menemukan kriteria yang anda inginkan"
"apakah sesulit itu ? aku hanya meminta wanita yang bukan model atau artis"
"dan anda lupa tuan bahwa anda meminta istri sebagai pajangan yang tidak mengurusi kehidupan anda bukan"
"itu poin pentingnya..kalau sampai besok tidak ketemu aku harus menikah dengan pilihan pria itu huh"
pria bernama Bima itu kembali melirik kearah tuannya itu.
"bukankah lebih baik anda menerima pilihan tuan besar, dengan begitu anda tidak perlu susah. jika suatu hari anda ingin bercerai anda tinggal mengatakan bahwa perceraian akibat ketidakcocokan tuan dengan calon yang dipilih dengan tuan besar. setelah itu, saya yakin tuan besar tidak akan mencampuri urusan anda lagi tuan."
pria yang dipanggil tuan itu akhirnya memutar kursinya sehingga memperlihatkan wajah tampannya bukan hanya tampan tapi itu sempurna.
"baiklah aku Arthur Alexander akan mengikuti saran darimu"
pria yang bernama Arthur itu hanya berkata seperti itu dengan aura dinginnya.
sedangkan Bima, pria itu hanya dapat meneguk ludahnya merasa terintimidasi oleh pria yang berada di depannya. Bima yang seorang asisten pribadinya selalu merasa ada jiwa seorang raja didalam diri tuannya itu sehingga semua yang dikatakan tuannya itu merupakan perintah yang mutlak.
'aku yakin mungkin dikehidupan sebelumnya dia seorang raja'
"jangan berpikir yang aneh aneh ! pergilah"
perkataan Arthur membuat Bima tersadar dari lamunannya kemudian segera pergi dari hadapan Arthur.
setelah Bima pergi pria tampan itu hanya berdiam diri dikursi kebesarannya dengan tangan yang menahan dagunya, seakan akan ia merupakan seseorang yang berhati dingin dan sedang bosan dengan apa yang dikerjakannya.
"membosankan"
setelah mengatakan itu perlahan angin bertiup entah dari mana membuat berkas yang ada disana bergerak perlahan akan tetapi tidak menyebabkan berkas berkas itu berantakan.
sedangkan di tempat lain seorang pria dengan jubahnya sedang berada didalam ruangan gelap. Tidak ada yang terlihat disana kecuali pria itu karena ia membawa lampu minyak ditangannya. Pria itu melihat kedalam satu titik didalam ruangan itu kemudian tertawa puas.
"hahaha mari kita mulai permainan season keduanya"
setelah itu, pria itu lenyap seakan akan tidak pernah berada disana. Yang ada tempat itu hanya menyisakan kesepian dan suasana yang mencekam.
Kembali ke perusahaan
"Ra, kamu kok dari tadi cemberut terus ? seakan akan hari ini adalah hari terburuk dalam hidup kamu"
"nggak kok Rat aku lagi males aja, kamu Taukan hidup di dunia ini kadang bisa baik kadang bisa buruk, sebenarnya itu bukan salah dunianya sih tapi hanya ketika keinginan kita nggak sesuai ekspektasi atau yang kita harapkan lalu dengan egoisnya kita mulai menyalah hari, takdir ataupun dunia itu sendiri. Dengan mengatakan bahwa ini adalah hari sial atau takdir yang sial atau apalah itu, toh dibalik semua itu mungkin pada saat kita mengalami momen yang buruk disaat itu ada seseorang yang mengalami momen yang indah bukan"
Tiara menghembuskan nafasnya perlahan lalu mulai melanjutkan pembicaraan dengan Ratna.
"huh..jadi intinya ya kita jangan pernah menyalahkan apapun tapi kita harus yakin bahwa dibalik sesuatu hal buruk terjadi pasti akan ada sesuatu baik yang kita peroleh. Benarkan rat ?"
Ratna tersenyum mendengar ucapan dari tiara, ia merasa bahwa Tiara merupakan seseorang yang telah mengalami berbagai kesulitan di dunia ini sehingga walaupun banyak masalah tapi temannya itu sangat pandai dalam menyembunyikannya.
"Tumben puitis kamu "
Tiara membelalakkan matanya mendengarkan ucapan dari temannya itu setelah ia berbicara panjang kali lebar tapi apa yang didapatnya hanya kalimat ejekan.
"serah kamu.. aku malas lagi ngomong ama kamu menguras energi positif aku, yang ada nanti aku darah tinggi ngomong dengan kamu rat"
sedangkan Ratna malah tertawa senang mendengar ocehan temannya itu. Ingin rasanya ia memasukkan Tiara kedalam karung pada saat Tiara sedang mengoceh seperti ini. Bayangkan saja pipinya yang bulat itu bergerak gerak saat Tiara sedang mengoceh sehingga membuat Ratna mencubit pelan pipi merah Tiara yang menggoda itu.
"Auh saukiit rat (aduh sakit rat)"
sedangkan Ratna tidak memperdulikan Tiara dan terus memainkan pipi gembulnya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!