NovelToon NovelToon

Kembalinya Puteri Tengkorak Putih

Chapter 1 : Prolog.

Bagaikan sebuah kutukan.

Semua yang terlahir akan berakhir dengan kematian.

Tidak ada yang tahu apa yang akan dilalui setelah kematian.

Karena itulah kenapa semua yang hidup takut akan kematian.

***

Tiga ribu tahun manusia mencoba bertahan dari invasi alien.

Semuanya telah hancur, tidak ada yang tersisa dari kemegahan peradaban yang manusia bangunan.

Daratan menjadi gurun, lautan mengering, bumi telah mati tidak ada satupun kehidupan yang akan bisa bertahan.

Tapi tidak untuk pahlawan terakhir, Kirana sang Putri Tengkorak Putih.

Satu-satunya yang masih tetap bertahan dan berjuang melawan saat seluruh temannya dan semua yang ingin dia lindungi telah musnah berabad-abad lamanya.

{Ini akan menjadi pertarungan terakhir kita, Putri Tengkorak}

Suara itu bergema di seluruh alam semesta.

Dunia bergetar, langit hitam terbuka memperlihatkan sosok Titan yang besarnya mampu mencengkeram dunia di telapak tangannya.

The Primordial God, Yagdragoath.

Entitas yang tercipta dari kematian, sang pemusnahan yang telah menghancurkan jutaan dimensi.

Yagdragoath menggunakan jari telunjuknya untuk menyerang. Sementara Kiran segera menggunakan kemampuannya untuk membangkitkan milyaran tengkorak yang terkubur di dasar lautan pasir.

Bagaikan raksasa yang tengah melawan segerombolan semut.

Jari Yagdragoath menghantam permukaan bumi, membuat gempa dahsyat hingga memecah seluruh benua. Jari itu terus menerobos hingga menyentuh inti bumi.

Hanya dengan jari telunjuk Yagdragoath menghancurkan sebuah planet.

Tapi itu belum cukup untuk mengalahkan Kirana yang telah mempersiapkan segalanya untuk hari ini.

Milyaran tengkorak merangkak naik dari jari telunjuk Yagdragoath. Jutaan alien yang merupakan pengikut dewa Yagdragoath tentu tidak akan membiarkan pasukan tengkorak Kirana macam-macam dengan dewa mereka.

Pertempuran besar pun terjadi saat pesawat luar angkasa alien terus menembaki pasukan kerangka yang merangkak naik.

{Kau tidak akan bisa lari dari kematian}

Yagdragoath mengalirkan energi ke tangannya memusnahkan semua tengkorak. Tapi itu terlambat karena Kirana telah masuk kedalam daging Yagdragoath bersama ratusan juta pasukan tengkorak yang masih tersisa.

Kirana bermaksud menyerang langsung inti kehidupan Yagdragoath, tapi itu membuahkan kerja keras. Di dalam tubuh dewa sendiri terdapat bermacam-macam jenis kehidupan dengan jumlah tanpa batas yang harus Kirana lawan untuk membunuh Yagdragoath.

“Ayah ibu, berkati aku dengan kekuatan kalian.” ucap Kirana sambil menempelkan keningnya pada pedang besar seolah tengah berdoa.

Dalam sekejap tubuh Kirana diselimuti cahaya emas, kemudian enam sayap tumbuh di punggungnya dan sesosok raksasa dengan armor kesatria muncul di belakangnya.

Pertarungan mematikan terjadi, Kirana tidak hanya mengandalkan kekuatan pasukan tengkorak dan kesatria emas. Gadis itu memiliki kemampuan untuk menyerap kehidupan yang membuatnya semakin bertambah kuat saat membunuh makhluk hidup.

“Setelah mengorbankan semua yang ada di bumi, akhirnya aku dapat membunuhmu Yagdragoath!.” ucap Kirana saat melihat bola hitam raksasa yang menjadi sumber dari kehidupan Yagdragoath.

Kirana yang telah bertambah kuat setelah mengalahkan pasukan Yagdragoath, berhasil memasuki inti dewa itu.

{Aku mengakui kekuatanmu Putri Tengkorak}

Walaupun saat ini keselamatannya tengah terancam, Yagdragoath tidak terlihat panik sedikitpun dari suaranya. Kirana merasa aneh dengan cara bicara Yagdragoath yang biasanya selalu terdengar seperti boss terakhir di sebuah cerita fantasi.

Namun kali ini sosok dewa pemusnahan itu justru seperti orang tua yang bosan akan hidupnya.

{Setelah pertempuran panjang yang kita lalui, aku sadar sebanyak apapun aku berusaha tidak akan pernah cukup untuk membuatmu menyerah}

Pertarungan selama tiga ribu tahun bisa saja Yagdragoath selesaikan dalam sekejap, tapi bukan kehancuran mutlak yang dewa itu inginkan, melainkan keputusasaan makhluk hidup di dalamnya.

Yagdragoath telah menikmati reaksi yang diakibatkan rasa takut umat manusia akan kematian sebelumnya. Namun melihat Kirana yang terus berjuang tanpa rasa takut akan kematian membuat Yagdragoath bosan sehingga dia sendiri kembali mempertanyakan tentang keberadaannya.

“Kau menjadikan seluruh kehidupan sebagai mainan. Keluarga, teman-temanku dan seluruh manusia yang dulu hidup di dunia yang telah kau hancurkan…”

Air mata mengalir saat Karina teringat kenangannya ribuan tahun lalu.

{Kalau begitu ambillah tempatku dan lakukan apa yang kau inginkan. Bawa aku ke keabadian dan kau akan menjadi dewa}

Kirana perlahan mendekati inti kehidupan Yagdragoath. Bola hitam mutlak, seolah Kirana akan terhisap kedalamnya saat dia terus menatap.

“Bawa aku kembali ke tempat di mana semua ini berawal.”

Kirana berharap dapat memiliki kesempatan kedua untuk menjalani hidupnya seperti manusia normal.

***

Chapter 1 Prolog.

END

Chapter 2 : Kembali

Triiiiiing.

Suara berisik dari jam weker membuat gadis yang masih terlelap terganggu dari tidurnya.

“Ngeeehhh… sangat berisik! Sekhomet bunuh apapun yang membuat bunyi itu!.” perintah gadis itu sambil menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, dia kembali mencoba untuk tidur.

Triiiiiing!

Tapi tidak ada yang terjadi, jam weker itu masih menimbulkan suara berisik.

“Demi nama ibuku, sebaiknya seseorang menghentikan suara berisik itu atau aku akan marah!.”

Untuk kedua kalinya gadis itu mencoba menyuruh seseorang untuk menghentikan suara yang telah mengganggunya.

Tapi seperti sebelumnya tidak ada yang terjadi suara berisik masih mengganggunya.

“Oke kalian yang memintanya.”

Dengan penuh amarah gadis itu bangkit dari tempat tidur dan segera mengangkat kedua tangannya ke langit.

“Datanglah pelayan setiaku Golden Knight!.”

Triiiiiing...

Keadaan kamar itu masih berisik dengan suara jam weker sedangkan si gadis masih berdiri di atas tempat tidur dengan tangan terangkat ke atas tanpa terjadi apapun.

“Apa… apa yang terjadi? Kenapa kesatria emas tidak muncul, mungkinkah dia berkhianat? Tidak mungkin.” Dia terlihat bingung saat menyadari semua yang dia lakukan gagal.

Pertama, dia mencoba menggunakan sihir tapi tidak berhasil.

Kedua, gadis itu mencoba memanggil beberapa nama namun tidak ada yang datang.

“Apa yang sebenarnya terjadi, tempat apa ini?.” Gadis itu mulai panik.

Dia mencoba menenangkan diri dan melihat sekitar. Sebuah kabar yang agak familiar dengan ingatannya, namu ingatlah itu tidak jelas.

Sebuah lemari kayu, seragam sekolah seragam nama Kirana, lalu jam weker yang masih menimbulkan suara berisik.

Melihat jam weker itu seketika si gadis segera mengambilnya dan berniat membanting alat tersebut karena sudah terlalu kesal oleh suar berisik.

Namun tangannya berhenti, seolah mengingat sesuatu si gadis kembali menjadi tenang. Dia menekan tombol off untuk mematikan jam weker lalu menaruhnya kembali di tempatnya semula.

“Ini mustahil bukan?.”

Gadis itu duduk termenung di samping tempat tidur. Dia sulit mempercayai jika apa yang ada di pikirannya benar-benar terjadi.

“Baiklah mari kita buktikan apakah benar ini bukan mimpi.”

Dia berjalan menuju jendela dan langsung membukanya untuk melihat pemandangan rumah yang berjejer, di kejauhan dia dapat melihat gedung-gedung pencakar langit bagaikan hutan beton, banyak orang melintasi di di depan rumahnya tanpa kekhawatiran di wajah mereka.

Pemandangan yang sangat berbeda dari selama ribuan tahun dia lihat.

Perlahan gadis itu melangkah mundur dari jendela, dia merasa senang tapi juga takut, dia takut jika yang dia lihat hanya sebuah ilusi.

Tapi langkahnya terhenti saat melihat pantulan dirinya sendiri di cermin. Itu adalah sosok gadis itu yang sudah lama dia lupakan.

“Ini… ini benar-benar kenyataan. Aku kembali….. aku kembali ke masa sebelum dunia hancur.”

Di penuhi oleh kebahagiaan gadis itu menangis keras.

***

“Aku tidak bisa menggunakan sihir karena saat ini mana yang aku miliki tidak cukup besar untuk mengaktifkan sihir tingkat 10, sedangkan tentang para pelayan yang tidak bisa aku panggil itu wajar karena saat ini mereka belum melakukan kontrak dengan ku.”

Kirana mencoba memahami situasinya saat ini. Dia mencoba mencari informasi lebih banyak, dan cara tercepat yang dia pikirkan adalah lewat internet.

“Dimana itu?.” dia mencoba mencari smartphone miliknya namun tidak kunjung berhasil. Karena kesal tidak berhasil kunjung menemukan item yang dia cari membuat Kirana menggunakan sihir pencarian.

“Sihir pencarian adalah sihir tingkat 4, seharusnya mana yang aku miliki cukup untuk mengaktifkan sihir itu.”

Mata Kirana bersinar hijau saat dia mengaktifkan sihir pencarian, dengan kemampuan itu membuat Kirana dapat menemukan smartphone yang selama ini ternyata berada di tumpukan baju kotor.

“Argh….aaah.” tiba-tiba Kirana merasa sakit kepala yang luar biasa setelah beberapa detik mengaktifkan sihir pencarian. Sakit kepala mendadak yang dia rasakan adalah efek mana yang menipis.

“Payah, hanya menggunakan sihir tingkat empat selama beberapa detik saja sudah membuatku hampir pingsan.” Kirana mengeluhkan kondisi tubuhnya yang tidak terlatih.

“Sebenarnya apa yang aku lakukan saat masih sekolah sehingga tubuhku selemah ini.”

Kirana segera mengambil smartphone yang dia temukan tadi. Lewat ponsel itu Kirana mengetahui jika dia telah kembali ke tahun 2322.

“Ini adalah masa dimana aku baru masuk SMA.” Kirana kembali mengingat beberapa kejadian saat dia sekolah, “Masa terburuk dalam hidupku.” tambahnya.

Karena lelah akibat kehilangan banyak mana Kirana memuaskan untuk kembali tiduran di atas ranjang. Dia terdiam menatap langit-langit kamar, Kirana terus memikirkan apa yang akan dia lakukan sekarang.

Keinginannya untuk kembali ke masa saat kehancuran dunia belum terjadi telah terwujud, namun dia justru bingung apa yang akan dia lakukan sesudahnya.

“Apa aku perlu menjadi pahlawan yang akan menyelamatkan dunia dari kehancuran seperti sebelumnya?,” Kirana kembali mengingat hidupnya yang sebelumnya, “Tidak, aku tidak ingin menjalani hidup yang sama. Apa gunanya memulai dari awal jika akhirnya akan tetap sama.”

Menjadi pahlawan menurut Kirana benar-benar pekerjaan yang merepotkan. Dia ingin kali ini kehidupannya harus berjalan sesuai dengan yang dia inginkan.

“Untu itu aku secepatnya harus bertambah kuat.”

Merasa pusing dikepalanya telah mereda, kira bangkit dari tempat tidur, keluar dari kamar kemudian menuju kebun belakang rumah. Gadis itu duduk dengan posisi bersila, memejamkan mata lalu mengatur nafas.

Kirana mencoba membiasakan tubuhnya untuk menggunakan teknik pernafasan yang dapat meningkatkan jumlah mana dalam tubuhnya.

“Haaah… aku pikir dengan kondisi tubuhku saat ini akan memakan waktu lebih lama dari yang aku pikirkan untuk mencapai kekuatan sejati ku.”

Kirana terus berlatih teknik pernafasan hingga waktu berjalan cepat, tidak terasa langit sudah mulai gelap Kirana pun menghentikan latihannya.

Merasa lapar Kirana pergi ke dapur untuk memasak makan malam, tapi yang dia dapati lemari pendingin kosong tidak ada apapun yang dapat dia makan.

“Aku lupa jika saat ini kondisi keuangan ku sedang memburuk.” Kirana hanya bisa menghela nafas berat.

Kedua orang tua Kirana telah meninggal sejak gadis itu berusia lima tahun, tanpa bantuan dari kerabat Kirana hanya bisa mengandalkan diri sendiri untuk tetap bertahan.

“Ayah dan ibu telah meninggalkan harta warisan untukku sebelum mereka meninggal, namun semuanya diambil oleh keluarga besar. Di kehidupan sebelumnya aku tidak pernah tahu akan penggelapan yang dilakukan keluar besar, hingga akhirnya kebenaran terungkap setelah organisasi yang aku dirikan mulai menyelidiki semua anggota keluarga.”

Mengetahui jika selama ini dirinya telah di tipu oleh keluarga sendiri membuat Kirana sangat marah, namun apa yang bisa dia lakukan semua telah terlambat harta warisan ditinggalkan oleh ayah dan ibunya telah habis hanya menyisakan sebuah pedang dan bola kristal yang tidak berguna.

“Namun siapa sangka jika kedua benda yang tersisa itu justru akan merubah hidupku.”

***

Chapter 2 Kembali.

END.

Chapter 3 : Pergi ke Pemukiman Kumuh

“Hanya sebanyak ini? Aku harap cukup untuk membeli tiket masuk.”

Di sebuah ATM, kirana menarik semua tabungan yang dia miliki. Tidak banyak yang tersimpan di rekeningnya, semua uang itu adalah hasil dari kerja paruh waktu.

“Mengingat tentang kerja paruh waktu aku pikir perlu untuk mengabari manajer jika aku akan mengambil cuti.”

Menurut ingatan Kirana saat ini dia masih berkerja di sebuah bar yang terletak tidak jauh dari sebuah dungeon tempat dimana para Hunter berburu monster dan harta Karun.

Dungeon muncul pertama kali tiga puluh tahun lalu dimana saat awal dunia berubah. Manusia tidak mengenal sihir sebelumnya tapi semua berubah setelah kemunculan dungeon yang membawa monster dan zat mana, zat yang merubah semua makhluk hidup saat menghirupnya.

“Aku harus secepatnya membangun kekuatanku sendiri, menghidupkan kembali pasukan YrH adalah pilihan terbaik.” Kirana mulai merencanakan masa depannya.

“Rencana ini perlu agar aku dapat hidup nyaman kali ini.”

Gadis itu tidak ingin mengalami kehidupannya yang dahulu dimana setelah lulus sekolah Kirana tidak memiliki pilihan lain selain menjadi tentara. Setiap hari dia diharuskan menghadapi bahanya membuangnya kurang menikmati hidup.

“Yah walaupun demikian berkat masuk kemiliteran membuatku berkembang dan mendapatkan koneksi pada orang-orang penting.”

Setelah beberapa saat mengingat kenangan yang dia alami saat menjadi seorang prajurit, Kirana melanjutkan rencananya.

“Benar mari kita mendapatkan beberapa uang mudah.”

Memanggil taksi, kira pergi menuju perkampungan pinggir kota, tempat sebagian besar kriminal berkumpul.

***

Taksi berhenti di depan sebuah gapura, walaupun tempat yang kirana tuju masih jauh tapi supir menolak untuk masuk lebih dalam ke daerah tersebut.

“Kau benar-benar ingin ke sana? Asal tahu saja daerah ini akan sangat kejam untuk gadis muda seperti anda.” supir taksi mencoba memperingati Kirana tentang bahayanya daerah pinggiran.

“Benarkah? Aku berharap tempat ini memang seperti yang anda katakan.” balas Kirana yang kemudian keluar dari taksi.

“Jika kau berakhir menjadi barang dagangan para mafia di sana, jangan salahkan aku karena membawamu ke mari. Aku sudah memperingati mu.”

Tanpa menunggu lama supir taksi segera menancap gas pergi tempat itu meninggalkan penumpangnya seorang diri.

“Hemm… benar-benar supir yang sangat baik.” ucap Kirana saat menatap taksi yang pergi menjauh.

“Well, mari cepat bergegas karena sebentar lagi waktu pertandingan pertama akan segera di mulai.”

Menggunakan sihir Kirana merubah penampilannya. Dengan restorasi tulang Kirana dapat menambah maupun mengurangi usia.

Saat ini kira telah merubah tubuhnya seperti seorang wanita berusia dua puluh lima tahun berambut putih.

Dia terlihat seperti saat melawan Yagdragoath.

Tapi sayangnya untuk menutupi identitasnya dia mengenakan topeng tengkorak yang menutupi wajah cantiknya.

***

“Mati kau wanita sial, [Fire Ball].”

Seseorang berjubah penyihir melemparkan bola api yang muncul dari tongkatnya kearah Kirana. Bola api meledak saat mengenai tubuh wanita itu.

“Huwahahaha… rasakan itu.” penyihir tertawa keras saat melihat api berkobar dimana Kirana sebelumnya berdiri.

“Dasar bodoh! Jika dia mati bagaimana kita bisa menjualnya.” bentak pria yang mengenakan topi koboi. Penyihir itu hanya bisa diam seolah sadar telah melakukan kesalahan besar.

“Yeeeaah… kita pasti bisa menjual tubuhnya sebagai daging bakar.” penyihir mencoba berkelit.

“Mata mu!.” bentak koboi yang marah akibat tidak bisa mendapatkan uang yang dia inginkan.

Selain koboi dan penyihir ada beberapa orang di kelompok mereka yang tergiur untuk menculik Kirana setelah melihat tubuhnya yang seksi.

Namun sebelu kelompok mereka sudah banyak kelompok penculik lain yang mencoba menyerang Kirana, tspi semua kelompok itu berakhir dengan kegagalan.

Melihat jika kirana bukan gadis biasa membuat kelompok koboi dan penyihir berencana melakukan serangan tiba-tiba, dan hasilnya seperti yang terjadi saat ini.

“Tsk, walaupun dia memiliki tubuh yang luar biasa tapi dia menggunakan topeng tengkorak, itu pasti karena wajahnya yang jelek. Dia tidak mungkin laku dijual dengan mahal.” penyihir masih mencoba membela diri.

“Wajah tidak penting selama tubuhnya terlihat bagus, ada beberapa pelanggan dengan fetis aneh yang suka pada wanita yang menutupi wajah mereka.” balas koboi.

Kelompok itu kemudian berusaha mengambil tubuh Kirana yang terbakar, mungkin mereka bisa mengolahnya menjadi makanan anjing jika beruntung.

Tapi sesuatu yang aneh terjadi.

“Kenapa apinya belum juga padam, apa yang sihir yang kau gunakan?.” tanya si koboi yang semakin marah karena takut tidak ada yang tersisa dari wanita itu.

“Hah, aku hanya menggunakan sihir api biasa.” penyihir panik karena takut kembali dimarahi oleh koboi.

Api yang membakar tubuh Kirana memang terlihat aneh karena seharusnya sihir bola api tidak akan menimbulkan kobaran sebesar itu.

“Hem, apa kalian selesai berdebat?.” suara Kirana terdengar dari dalam kobaran api membuat semua orang menjadi terkejut.

Tapi yang lebih mengejutkan saat semua orang melihat kobaran api itu perlahan tersedot kedalam tubuh Kirana yang terlihat tidak mengalami sedikitpun luka bakar.

“Well… aku tidak memiliki banyak waktu untuk bermain-main dengan kalian jadi mari kita selesaikan ini.”

Wussh!

Dengan kecepatan yang tidak dapat dilihat oleh mata keempat orang dalam kelompok tersebut, Kirana menghampiri salah satu yang menggunakan perisai.

“Kau yang pertama.”

“Ap….apa?.”

Pengguna prisai itu sangat terkejut saat tiba-tiba Kirana bersinar di depannya. Dia segera menggunakan perisa besar untuk melindungi diri, tapi.…

Bang!

Tinju Kirana menjebol prisai yang terbuat dari bahan monster, tinju itu pun mengenai perut si pengguna prisai dan membuatnya muntah darah.

Bruk!

Pengguna prisai jatuh hanya dengan satu pukulan.

“Sial, dia bukan wanita biasa. Serang!.” koboi yang merupakan pemimpin kelompok itu memberikan peringatan penyerangan.

Menggunakan dua pistol, koboi itu menembaki Kirana beberapa kali.

“Aku pinjam ini.” ucap Kirana pada orang yang terkapar di bawah kakinya. Menggunakan prisai yang dia pinjam Kirana memblokir semua tembakan.

“Sial, aku kehabisan peluru!.” ucap koboi kesal, “Kalian serang wanita itu selama aku memakai reload.” perintahnya pada penyihir dan anggota lainnya.

Penyihir segera menyiapkan mantra sementara Anggota lainnya yang menggunakan pedang sebagai senjata segera melawan Kirana.

“Hiyaaaaaa…” pengguna pedang berteriak keras saat dia mengayunkan pedangnya.

Tebasan pedang menuju kepala Kirana, namun wanita dengan santai menghindar kesamping.

“Berteriak sekeras apapun tidak akan menambah kekuatan tebasan mu.” dengan mudah Kirana merebut pedang yang digunakan lawan lalu menghantam dagu pengguna pedang hingga terlempar beberapa meter.

“Dua berhasil dikalahkan, tersisa dua lainnya.” kata Kirana.

“Buwahahaha… kau terlambat nona.” penyihir yang telah selesai merapal mantra tertawa keras karena yakin jika sihirnya kali ini akan mengalahkan Kirana.

“Bersyukurlah karena kau bisa menyaksikan kehebatan sihir tingkat 3.” dia sangat percaya diri dengan sihir miliknya.

Itu wajar karena saat ini sihir tingkat 3 merupakan tingkat tertinggi yang diketahui manusia biasa.

“Trimalah kenatianmu.… Great Fir wav.…..”

Sebelum penyihir itu selesai menyebutkan nama sihir yang dia gunakan, tiba-tiba Kirana melempar pedang yang sebelumnya dia tampas. Pedang itu menggoreng pipi penyihir hingga membuatnya mengacaukan rapalan sihir.

Setelah berhasil mengganggu rapalan, Kirana bergerak cepat kearah penyihir.

Grab!

“Ghoeeekk…”

Kirana mencengkeram leher penyihir itu dan mengangkatnya hanya dengan satu tangan.

“Kau mungkin bisa menjadi penyihir hebat jika berhenti banyak bicara.” ucap Kirana, namun penyihir itu tidak mungkin memperdulikan perkataan Kirana karena dia sendiri hampir mati tercekik.

“Kau lepaskan anak buahku!.” koboi yang selesai mengisi ulang senjatanya mengancam Kirana dengan kedua pistolnya. Mendengar ancaman dari si koboi, Kirana hanya tersenyum kecil.

“Tentu…” balas Kirana singkat, namun justru membuat koboi merasa tidak nyaman. Dan benar saja Kirana dengan kuat membanting tubuh penyihir yang dia cekik ke tanah membuat penyihir itu tidak sadarkan diri dengan luka dikepalanya.

“Wanita j4lang, Mati kau!.” dengan penuh amarah karena semua anak buahnya di kalahkan, koboi menembaki Kirana dengan membabi buta.

Kirana tidak melakukan apapun saat tubuhnya terkena tembakan, dia hanya menatap koboi dengan tatapan bosan. Melihat tatapan itu perlahan kemarahan koboi berubah menjadi ketakutan.

Tak tak tak...

Pelatuk terus ditekan namun pluru pada kedua pistolnya telah habis. Ketakutan koboi semakin menjadi hingga tanpa sadar dia telah membasahi celananya sendiri.

Sementara itu Kirana masih berdiri diam ditempatnya walaupun seluruh pakaiannya dibasahi oleh darah akibat luka tembak.

“Kau puas sekarang?.” tanya Kirana dengan sangat sangat santai, dia berusaha bersikap ramah agar si koboi tidak panik. Tapi hasilnya justru koboi itu ketakutan hingga kakinya gemetaran.

Koboi tidak lagi menganggap Kirana sebagai manusia melainkan monster yang mustahil dia lawan.

“Hieeeee…. Kumohon maafkan aku maafkan aku.” dengan tangisan dan ingus keluar dari hidungnya, koboi itu seketika bersujud meminta maaf di depan Kirana.

***

Chapter 3 : Pergi ke pemukiman kumuh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!