Entah rasa apa yang sedang aku rasakan?mencintai wanita yang sudah memiliki kekasih, tersiksa batin ini memendamnya.
Shinta itulah nama wanita yang ku
cintai dikampus, anggun dan cantik parasnya membuatku tak kuasa untuk memandangnya.
Seringkali aku menjadi budak cinta untuknya, suatu hari dipagi yang cerah
Shinta menyuruhku untuk menjemput dirinya di cafe dengan sigap aku langsung pergi menjemputnya.
Sampai dicafe hatiku hancur melihat Shinta yang begitu mesra dengan pacarnya, aku menghampiri Shinta bersama motor bututku.
“Maaf Shinta, aku membuatmu lama menunggu,“ ucapku menahan rasa sakit dihati.
“Azhar sudah berapakali aku bilang?jangan pernah terlambat
jemput aku,” jawab Shinta membentakku.
Setelah itu kita pulang bersama,
disepanjang jalan aku terdiam tanpa kata. Sampai dirumah aku menghentikan langkah Shinta yang hendak masuk kerumahnya.
“Shinta aku ….” ucapku dengan gugup menatap wajahnya.
“Aku apa Azhar?sudahlah aku cape mau istirahat,“ jawab Shinta dengan nada ketus lalu pergi.
Entah kenapa bibirku rasanya keluh
untuk mengungkapkan cinta kepada Shinta.
Setiap pagi aku selalu menjemput Shinta dirumahnya, melihat kedua orang tua Shinta yang sangat baik membuatku semangat untuk mendapatkan hatinya.
Pak Fandi dan Bu Maryam adalah kedua orang tua Shinta. Mereka bekerja sebagai PNS.
Aku selalu disambut baik oleh mereka, tapi semua itu tidak merubah sikap Shinta yang selalu ketus denganku.
Sambil menunggu Shinta keluar dari kamar, Bu Maryam menyuguhkan secangkir kopi untukku yang duduk diteras Rumah ditemani oleh pak Fandi.
“Azhar maafkan sikap anak Bapak yang selalu ketus sama kamu, tapi Bapak percaya kamu pria yang baik untuk Shinta,” Ucap Pak Fandi.
Saat kita mengobrol, Shinta keluar dari rumah dan terkejut melihatku duduk diteras rumahnya.
“Kenapa kamu duduk disini? sudah aku bilang tunggu aku diluar gerbang, dasar cowok kampung!” ucap Shinta emosi.
Melihat sikap sang putri yang begitu
kasar dengan tamu membuat pak Fandi sedih.
“Shinta jangan bicara seperti ini!hargailah tamu nak bagaimanapun juga Azhar ini teman kamu,“ ucap pak Fandi menasehatinya.
“Dia bukan teman aku
tapi dia budak aku!!“ jawab Shinta emosi lalu pergi. Melihat Shinta pergi aku langsung mengejarnya.
“Shinta jangan pergi,” ucapku menghentikannya.
“Aku bisa berangkat sendiri, mulai besok kamu tidak perlu mengantarkan ku,” jawab Shinta hendak pergi.
“Jangan Shinta izinkan aku untuk menjemputmu setiap hari. Aku minta maaf, aku janji tidak akan mengulangi
kesalahan yang sama. Setiap jemput kamu, aku akan menunggumu diluar rumah,” ucapku memohon didepannya.
Shinta pun mau memaafkan Azhar lalu mereka pergi kekampus bersama, sampai dikampus Shinta langsung pergi tanpa mengucapkan terimakasih kepadaku.
Sedih rasanya melihat sikap Shinta yang acuh tak acuh denganku.
Saat aku bersedih pasti selalu pergi ke taman untuk merenungi sebuah rasa yang tersimpan dalam hati.
Memandang foto Shinta membuatku berlinang air mata, kisah cinta yang begitu rumit untukku. Tiba-tiba Nilam datang menghampiriku membawa sapu tangan untuk mengusap air mataku.
“Hapuslah air matamu Azhar, aku tahu kamu hancur melihat sikap Shinta yang sangat kasar sama kamu,” ucap Nilam lalu duduk disampingku.
“Seharusnya Shinta beruntung dicintai sama kamu, tapi dia malah menyakiti hati kamu,” ucap Nilam kembali dengan nada sedih.
“Ini bukan salah Shinta karena selama ini aku belum mengungkapkan cinta didepannya,“ jawabku sedih.
“Apa kamu tidak berani mengungkapkan cinta di depan Shinta?” tanya Nilam menatapku.
“Bukan Nilam aku pasti akan mengungkapkan rasa itu diwaktu yang tepat dan aku percaya Shinta akan menerimaku,” ucap Azhar lalu
pergi.
Hati Nilam begitu hancur melihat sikap Azhar yang sangat mencintai
Shinta.
“Apakah kamu tahu Azhar? Ada hati yang selalu menunggumu disini,“ ucap Nilam didalam hatinya berlinang air mata. Setiap hari Azhar melihat Shinta yang semakin mesra dengan pacarnya.
“Shinta kenapa kamu harus
memilih dia? apa kamu sadar ada hati yang selalu menunggumu disini?” ucap Azhar dalam hati lalu pergi.
Azhar pergi ke perpustakaan untuk membaca buku, dia selalu datang kesana untuk melupakan rasa sakit hatinya. Di kampus Azhar dikenal sebagai mahasiswa yang sangat cerdas.
Tapi karena penampilan yang kampungan membuat semua orang
menghinanya, hingga seringkali dia diganggu oleh mahasiswa yang usil.
Bahkan pernah kacamata yang dipakainya hancur karena diinjak oleh temannya, melihat Azhar yang dihina membuat Nilam marah lalu menolongnya.
“Kamu kenapa Azhar? apa yang mereka lakukan kepadamu?” tanya Nilam perhatian. Azhar merasa tidak jelas untuk melihat dan dia mencari kacamatanya.
“Dimana kacamataku Nilam? aku
tidak bisa melihat tanpa kacamata,” ucap Azhar mencarinya.
“Kacamata kamu hancur Azhar tadi diinjak sama mereka,“ jawab Nilam
sedih.
“Lalu bagaimana aku melihat?tanpa kacamata itu aku tidak bisa kuliah,” jawab Azhar sedih.
“Biar nanti aku membelikan kacamata baru untuk kamu,“ ucap Nilam lalu mengajak Azhar pergi untuk membeli kacamata.
Sampai di optic Nilam membelikan kacamata baru untuk Azhar.
“Terimakasih Nilam sekarang aku bisa melihat lagi. Aku janji jika ada uang, pasti akan mengganti uang kamu,“ jawab Azhar bahagia.
“Tidak perlu Azhar melihatmu bahagia itu sudah cukup untukku,“ ucap Nilam
tersenyum.
“Aku bahagia karena aku masih bisa menjemput Shinta dan melihat nya tersenyum, terimakasih Nilam kamu adalah teman terbaikku,“ ucap Azhar lalu memeluk Nilam dengan rasa bahagia, dipelukan Azhar Nilam meneteskan air mata.
Setiap pagi aku selalu menjemput Shinta dirumahnya. Saat aku sampai dirumahnya Shinta hendak pergi dengan pacarnya yaitu Evan.
“Shinta kamu mau kemana?” tanyaku
terkejut. Shinta menggandeng tangan Evan didepanku
"Aku mau pergi kekampus sama Evan, Jadi mulai sekarang kamu tidak perlu menjemputku lagi,“ ucap Shinta
lalu pergi.
Aku hanya diam melihat sikap Shinta yang acuh tak acuh denganku, hingga suatu hari aku berfikir seandainya sukses dan tampan mungkin Shinta akan memilihku.
Hati ini rasanya hancur melihat Shinta yang lebih memilih Evan. Shinta dan Evan begitu bahagia menghabiskan waktu bersama.
Setiap dikampus Shinta selalu mentraktir teman-temannya, aku mencoba untuk mendekati dia dan ikut bergabung dengannya.
“Mau apa kamu kesini?“ tanya Shinta
ketus.
“Aku ingin bergabung disini,” jawab Azhar tersipu malu, Melihat penampilan Azhar yang kampungan membuat Shinta dan teman-temannya tertawa.
“Kalau kamu mau jadi teman, kamu harus membayar semua makanan kami,“ ucap Shinta lalu pergi bersama teman-temannya dan membiarkan Azhar untuk membayarnya.
Karena Azhar tidak punya uang jadi terpaksa harus mencuci piring dikantin, Nilam sedih melihat Azhar yang begitu keras untuk mendapatkan cinta Shinta.
“Kamu begitu keras mendapatkan hati Shinta bahkan kamu rela mengorbankan apapun untuk Shinta,”
ucap Nilam dalam hati sedih. Setelah selesai membantu Ibu kantin Azhar pulang, sebelum pulang dia melihat Nilam di taman.
“Nilam kamu kenapa? kenapa kamu menangis?” tanya Azhar dengan penasaran.
“Aku menangis karena kamu Azhar," jawab Nilam lalu memegang tangan Azhar.
“Kenapa karena aku? selama ini aku tidak pernah melukai kamu?” ucap Azhar heran. Nilam pun mengungkapkan cinta yang
selama ini ia pendam dihati.
“Aku mencintai kamu Azhar, sejak awal kamu kuliah disini aku jatuh cinta sama kamu,“ ucap Nilam jujur
“Tidak Nilam aku tidak pernah mencintai kamu, aku hanya mencintai Shinta,” jawab Azhar lalu melepaskan tangan Nilam.
“Tapi Azhar, Shinta tidak pernah
mencintai kamu. Untuk apa kamu menunggu dia Azhar? selama ini Shinta tidak pernah menghargai kamu?“ jawab Nilam berlinang air mata.
“Aku yakin suatu saat nanti Shinta akan mencintai aku, aku akan selalu menunggu dia didalam hidupku. Aku minta maaf Nilam, tidak bisa menerima kamu dalam hidup," jawab Azhar lalu pergi. Nilam sangat sedih cintanya telah ditolak
“Rasanya seperti dipukul mendengar ucapan kamu, hancur hati ini mencintai kamu, Azhar,“ ucap Nilam dalam hati lalu pergi.
Sementara Azhar merasa bersalah
dengan Nilam, sampai dirumah dia selalu memikirkan ucapannya kepada Nilam.
“Apa aku salah mencintai Shinta? apa aku salah menolak cinta Nilam? selama ini aku tidak pernah mencintai Nilam, aku hanya mencintai Shinta,“ ucap Azhar dalam hati sambil memandang foto Shinta.
“Aku tidak akan pernah menyerah dengan rasa ini, suatu saat kamu pasti akan mencintai aku. Aku janji Shinta akan selalu menunggumu dijalan takdir,“ ucap Azhar lalu mencium foto Shinta
Dipagi yang cerah Azhar menjemput Shinta di rumahnya dan terpaksa Shinta pergi dengan Azhar, disepanjang jalan Azhar selalu melihat wajah Shinta dari kaca spionnya.
Saat dijalan motor Azhar mogok dan itu membuat Shinta marah dan kesal.
“Motor aku mogok Shinta,” ucap Azhar tersipu malu.
“Motor kamu ini butut persis seperti orangnya, dasar motor kampungan!nyesel aku bareng kamu,“ jawab Shinta lalu pergi meninggalkan Azhar.
Setelah motornya selesai diperbaiki Azhar pergi kampus, saat masuk kelas dia berpapasan dengan Nilam yang hanya tersenyum menyapanya lalu pergi.
Dia menemui Shinta dikelasnya lalu meminta maaf kepadanya, tidak lama
kemudian Evan datang menghampiri Shinta lalu mengajaknya pergi. Lagi-lagi Azhar selalu diacuhkan oleh Shinta.
Suatu hari Shinta membagikan undangan ulang tahun kepada teman kelasnya. Azhar dengan lugunya meminta undangan kepada Shinta.
“Malam ini kamu mau ulang tahun? apa
aku diundang Shinta? undangannya mana?” tanya Azhar dengan wajah polosnya.
“Kamu tidak ada didaftar undanganku. jadi jangan harap dapat undangan,” jawab Shinta lalu pergi, meski tak diundang Azhar pergi ke sebuah toko baju lalu melihat-lihat baju yang sangat bagus untuk Shinta.
“Aku yakin Shinta pasti akan suka dengan baju ini dan dia mau menerima aku," ucap Azhar lalu membeli bajunya.
Dimalam yang indah Azhar datang dengan penampilan yang sangat biasa, sehingga membuat semua tamu undangan melirik melihatnya bahkan tersenyum mengejek.
Dengan pedenya Azhar menyapa mereka, acara pun dimulai dengan Shinta meniup lilin lalu memotong
kue. Azhar sangat berharap potongan kue pertama itu untuknya, tapi ternyata untuk Evan.
“Potongan kue pertama ini untuk Evan,“ ucap Shinta tersenyum, Evan menerima kue tersebut lalu mencium Shinta didepan tamu undangan.
“Terimakasih sayang, " ucap Evan lalu memberikan kado jam tangan mewah kepada Shinta, setelah itu Azhar memberikan kado nya.
“Kamu ngapain ada disini? aku tidak pernah mengundang kamu dipesta
ulang tahunku,” ucap Shinta dengan nada ketus.
“Aku kesini ingin memberikan kado ini untuk kamu, aku harap kamu mau menerima kado dariku, ” jawab Azhar
menyerahkan kadonya. Didepan semua tamu Shinta membuka kado dari Azhar lalu mentertawakannya.
“Kado yang kamu bawa ini murahan,“ ejek Shinta lalu melempar baju pembelian Azhar didepan mukanya.
Melihat sikap putrinya Pak Fandi mencoba untuk menasehatinya.
“Shinta hargai teman kamu, kamu tidak boleh bersikap seperti itu. Azhar sudah baik membelikan kamu baju,“ ucap pak Fandi.
“Tapi aku tidak perlu kado dari dia,"
jawab Shinta lalu mengusir Azhar dari pestanya.
Dengan rasa malu Azhar pergi
membawa kadonya kembali, di sepanjang jalan Azhar merenungi semuanya. Hati dia sangat hancur melihat sikap Shinta yang begitu kasar.
Langkah demi langkah ia berjalanan dengan rasa yang begitu sakit dan hancur karena cinta Azhar rela di perbudak oleh Shinta bahkan rela menerima sikap yang sangat kasar padanya.
Hembusan angin menjadi saksi penderitaan cintanya, hujan yang lebat telah mengguyur tubuhnya. Petir yang sangat keras menemani langkahnya.
“Kenapa hati kamu tak bisa menerimaku? apakah ini cinta? rasa yang begitu hancur saat aku menerima semua ucapannya,“ ucap Azhar dengan sedih.
Berhenti di sebuah tempat dia merenungi semuanya. Cinta yang ia miliki telah membuatnya hancur dan sedih, begitu besar cinta itu kepada Shinta. Dia berharap Shinta akan mencintainya.
Pada suatu hari Azhar bertemu Evan di café bersama wanita lain, mereka begitu mesra seperti sepasang
kekasih. Azhar semakin penasaran dengan wanita yang bersama Evan.
Azhar mengikuti Evan dan wanita itu pergi ke hotel, tapi Azhar tidak diperbolehkan masuk oleh satpam. Lalu Azhar pergi ke rumah Shinta untuk memberitahu semuanya, namun Shinta tidak mempercayai nya.
“Tidak mungkin Evan mengkhianatiku, dia hanya mencintai ku. Jangan pernah kamu fitnah Evan,” Ucap Shinta kasar.
“Tapi Shinta apa yang aku lihat itu Nyata, aku melihat Evan bersama
wanita lain dan mereka sangat mesra, " sahut Azhar.
“Evan sangat mencintai aku
lebih baik kamu pergi!!” bentak Shinta lalu mengusir Azhar.
Setelah itu Shinta pergi untuk menemui Evan dan menanyakan kebenarannya
"Apa benar kamu mengkhianati aku dengan wanita lain?“ tanya Shinta.
“Tidak mungkin aku mengkhianati kamu, sayang. Aku sangat mencintai kamu,” jawab Evan berbohong.
Malam ini Shinta dan Evan pergi ke sebuah tempat, di sana Shinta merasa asing dengan tempat itu.
“Tempat apa ini Evan?” tanya Shinta ketakutan.
Evan mengajak Shinta pergi ke tempat hiburan malam.
“Malam ini aku ingin memilikimu
seutuhnya Shinta,“ rayu Evan.
“Tidak Evan aku tidak mau,“
jawab Shinta.
“Kamu tenang aja aku pasti akan menikahi kamu,“ bujuk Evan.
Karena Shinta sangat mencintai Evan hingga apapun ia berikan untuknya
termasuk kehormatannya, sejak itu setiap malam Shinta selalu pulang dalam keadaan mabok.
Suatu hari Azhar datang kerumah Shinta dengan membawa setangkai bunga dan cincin.
“Semoga Shinta mau menerima aku. Malam ini aku akan mengungkapkan cinta kepada Shinta,” ucap Azhar penuh harapan.
Sampai dirumahnya Azhar menemui Shinta di depan orang tua.
“Mau apa kamu datang
ke sini? bukannya aku sudah bilang jangan pernah temui aku lagi!” ucap Shinta ketus.
“Shinta kamu tidak boleh seperti itu, hargai Azhar yang ingin
bertemu kamu,“ nasihat Bu Maryam.
“Ada apa Nak Azhar ingin menemui kami?“ tanya Pak Fandi.
Dengan gugup Azhar mengungkapkan
niat baiknya kepada mereka.
“Kedatangan saya ke sini ingin melamar Shinta, selama ini saya jatuh cinta dengan Shinta putri Bapak dan Ibu,” ucap Azhar tersipu malu.
“Apa kamu bilang? kamu mau melamar aku? aku tidak bisa menerima
lamaran kamu karena aku sudah punya pacar!!" kata Shinta emosi.
“Tapi Shinta aku sangat mencintai kamu," jawab Azhar.
“Tapi aku tidak pernah
mencintai kamu, seharusnya lihat diri kamu yang cupu dan kampungan!! aku dan kamu tidak sederajat," ucap Shinta menghinanya.
“Shinta jaga bicara kamu, Azhar ini pria yang baik. Kamu sudah punya pacar itu bukan alasan kamu untuk menolak Azhar, siapa yang pertama kali datang dia yang akan mendapatkan
kamu,“ ucap Pak Fandi tegas.
“Aku tidak akan pernah sudi punya suami seperti dia, kita ini keluarga berada sedangkan Azhar dia orang miskin dan kampungan,“ jawab Shinta.
“Baiklah Shinta mungkin saat ini kamu tidak bisa menerima aku, tapi aku akan selalu menunggu kamu di jalan takdir,“ ucap Azhar lalu berlinang air mata.
“Dasar cowok halu! Kamu dan Evan sangat beda. Evan anak orang kaya sedangkan kamu yang cupu dan miskin,“ ejek Shinta mentertawakan Azhar.
“Tapi Evan bukan pria yang baik untuk kamu, dia sudah mengkhianati kamu. jika kamu memilih Evan kamu akan menyesal,“ ucap Azhar dengan tegas.
Shinta begitu marah lalu menyuruh Azhar pergi dari rumahnya
“Lebih baik kamu pergi dari rumahku!” bentak Shinta lalu menarik tangan Azhar keluar dari rumahnya.
“Jangan pernah kamu temui aku lagi!” ucap Shinta kasar lalu menutup pintu rumahnya dengan keras.
Hati Azhar sangat hancur, cinta yang selama ini ia pendam telah ditolak mentah-mentah oleh Shinta.
Dengan rasa yang begitu hancur Azhar pergi dari rumah Shinta, di sepanjang jalan ia merasa putus asa untuk mendapatkan cinta Shinta.
“Kenapa cinta ini harus menghukumku?apa aku salah mencintai kamu Shinta? kenapa derajat harus jadi syarat dalam cinta?” ucap Azhar dalam hati lalu membuang bunga dan cincin untuk Shinta ke tempat sampah.
Tidak sengaja Nilam melihatnya lalu mengambil bunga dan cincin itu kembali.
“Nilam?kok kamu ada disini?“ tanya Azhar lalu mengusap air matanya.
Nilam tersenyum manis kepada Azhar.
“Kenapa kamu buang bunga dan cincin ini?“ tanya Nilam.
“Untuk apa aku menyimpan bunga dan cincin itu?Shinta sudah menolak lamaranku, hanya karena penampilanku dia menolak cintaku,“ jawab Azhar.
“Bukannya kamu sangat mencintai Shinta? kalau memang kamu mencintai Shinta menunggu adalah jalan terbaik untuk kamu,“ ucap Nilam tersenyum.
“Apa maksud kamu?” tanya Azhar.
“Cinta itu indah Azhar, aku yakin suatu saat Shinta akan mencintai kamu. Mungkin kamu harus sabar menunggu sampai dia membuka hati nya untuk kamu, hanya takdir yang bisa mengubah semua keadaan ini. Jika Shinta memang jodoh kamu pasti kalian akan dipertemukan di jalan takdirnya,“ jawab Nilam menasehati Azhar.
“Kamu benar Nilam mungkin saat ini aku harus menunggu dia tapi Nilam apa kamu tidak membenciku?padahal aku sudah menolak cinta kamu?“ ucap Azhar lalu menatap Nilam.
“Aku sadar cinta itu tidak harus memiliki, melepaskan kamu untuk memilih. Jika memang kamu memilih Shinta, aku hanya bisa berdoa semoga Allah mempertemukan kalian di jalan takdirnya. Jika kamu bahagia aku ikut bahagia,“ jawab Nilam tersenyum.
“Terimakasih Nilam maafkan aku yang tidak bisa membalas cinta kamu," ucap Azhar lalu memeluk Nilam.
“Aku harus bisa melupakan kamu karena aku ingin melihatmu bahagia meski itu bukan bersamaku,“ ucap Nilam dalam hati lalu berlinang air mata.
Semenjak itu Azhar memiliki semangat baru untuk mendapatkan cinta Shinta, setiap hari dia selalu menunggu Shinta diparkiran kampus. Melihat Azhar yang selalu menunggu membuat Shinta marah.
“Kamu ngapain ada di sini?bukannya aku sudah bilang aku tidak mau jadi pacar kamu,” ucap Shinta lalu hendak pergi.
“Tapi Shinta aku akan selalu menunggu kamu, apapun yang terjadi aku akan menunggu kamu,” jawab Azhar.
Shinta tidak menghiraukan ucapannya lalu pergi begitu saja. Azhar selalu membantu Shinta mengerjakan tugas rumahnya.
“Ini tugas kamu sudah aku kerjakan," ucap Azhar tersenyum.
“Ada untungnya juga kamu jadi temen aku,“ jawab Shinta lalu pergi.
Pada suatu hari Azhar pergi bersama Shinta dan Evan ke sebuah mall. Shinta menyuruh Azhar untuk membawakan belanjaanya dan dengan polosnya Azhar mau membawakannya, melihat kemesraan mereka didepan matanya membuat hati Azhar hancur.
“Sepertinya Shinta sangat bahagia dengan Evan,” ucap Azhar dalam hati lalu sedih. Azhar berjalan membawa belanjaan dibelakang Shinta dan Evan.
Dia rela melakukan apapun untuk Shinta, setelah selesai belanja mereka pulang. Azhar mengikuti mobil Evan dan Shinta dari belakang dengan motor bututnya, saat ditengah jalan mobil Evan mogok. Shinta menyuruh Azhar untuk membawanya ke bengkel.
“Azhar mobil Evan mogok jadi kamu harus bawa mobil ini ke bengkel,“ ucap Shinta menyuruhnya.
“Tapi Shinta aku tidak bisa pakai mobil, lebihbaik kamu pulang bersamaku biar Evan yang membawa mobilnya sendiri, “ jawab Azhar.
“Evan itu pacar aku seharusnya kamu yang bawa mobil ini ke bengkel karena kamu pembantu aku. Pokoknya aku tidak mau tahu bawa mobil ini kebengkel bagaimanapun caranya,“ ucap Shinta lalu pergi bersama Evan naik taxi.
Dengan terpaksa Azhar mencari montir untuk membawa mobil Evan. beberapa bulan kemudian Shinta mengalami sakit hingga wajahnya sangat pucat. Azhar yang melihatnya begitu khawatir.
“Shinta kamu kenapa? kamu sakit?” tanya Azhar lalu memegang kening Shinta yang begitu panas.
“Aku tidak butuh perhatian dari kamu,“ jawab Shinta lalu pingsan.
Azhar segera membawanya ke rumah sakit, sesampainya di rumah sakit dokter segera menangani Shinta. Setelah itu dokter mengatakan bahwa Shinta sakit demam berdarah dan harus dirawat.
Kedua orang tua Shinta berterimakasih kepada Azhar yang sudah membawa Shinta kerumah sakit.
“Terimakasih Azhar kamu adalah pria yang baik dan tulus mencintai Shinta,“ ucap pak Fandi lalu memeluk Azhar berlinang air mata.
“Saya sangat mencintai Shinta apapun akan saya lakukan untuk Shinta,“ jawab Azhar tersenyum.
Semenjak Shinta dirawat Azhar rela tidak masuk kuliah demi menjaga Shinta di rumah sakit, meski sikap Shinta sangat kasar namun karena cinta Azhar rela bertahan.
“Lebih baik kamu pergi dari sini!aku mau Evan yang ada disini bukan kamu!!” ucap Shinta dengan kasar.
“Tapi Shinta aku ikhlas merawat kamu. aku sangat mencintai kamu melebihi diri aku sendiri,“ jawab Azhar dengan lembut.
Shinta sangat tidak suka dengan adanya Azhar di rumah sakit, saat makan malam Azhar menyiapkan makanan untuk Shinta.
“Aku tidak mau makan, aku mau Evan yang ada disini bukan kamu,“ ucap Shinta kasar.
“Tapi Shinta aku tidak tahu dimana Evan, lebih baik kamu makan biar kamu cepat sembuh,” jawab Azhar lalu mengambil makananya diatas meja, tapi Shinta menjatuhkan makanannya
“Lebih baik aku sakit dari pada aku harus makan sama kamu,“ ucap Shinta lalu menyuruh Azhar pergi.
Dengan polosnya Azhar pergi, dia begitu sedih melihat sikap Shinta yang begitu kasar. Dia duduk dibangku rumah sakit untuk merenungi semuanya, wanita yang sangat ia cintai selalu bersikap kasar dengannya. Cinta dia ke Shinta begitu tulus apapun akan dia lakukan untuk Shinta.
“Kau wanita yang sangat aku cintai tapi kenapa kau membenciku?apa rasa yang aku miliki itu salah untukmu?” ucap Azhar dalam hati lalu meneteskan air mata.
Tanpa disadari Nilam melihat Azhar yang ada dirumah sakit lalu meneteskan air mata
“Begitu besar cinta kamu untuk Shinta, sampai kamu lupa ada wanita yang begitu mengharapkanmu. Aku berharap hati Shinta akan terbuka untuk kamu," ucap Nilam dalam hati lalu pergi.
Keesokan hari nya Azhar berangkat kekampus, dia melihat Nilam yang hendak pergi membawa koper.
“Nilam kamu mau kemana?aku tahu pasti kamu mau liburan?“ tanya Azhar tersenyum.
Tidak sanggup Nilam menatap wajah Azhar apalagi senyumnya yang begitu menyakitkan untuknya.
“Aku pergi bukan untuk berlibur Azhar,“ jawab Nilam lalu meneteskan air mata.
“Terus kamu mau kemana Nilam?” tanya Azhar lagi.
“Aku ingin pergi dari kampus ini dan ingin pergi dari hidup kamu, Azhar.“
“Maksud kamu apa Nilam?“ tanya Azhar lalu memegang tangan Nilam.
“Aku akan melepaskanmu untuk Shinta, semoga kamu bahagia dengan Shinta. Aku berdoa kelak nanti Shinta akan membuka hatinya untuk kamu,“ ucap Nilam lalu memeluk Azhar dengan penuh kesedihan.
Nilam memilih pergi dari hidup Azhar, dia sadar cinta Azhar begitu besar untuk Shinta.
“Jangan pernah lupakan aku Azhar, meski hati dan cinta kamu bukan untuk aku tapi aku mau kita tetap jadi sahabat. Doaku selalu bersamamu,“ ucap Nilam lalu pergi dengan membawa luka yang ada di hatinya.
Melihat kepergian Nilam membuat Azhar terbelenggu dengan cinta, wanita yang Ia harapkan tidak pernah mencintai dia. Sedangkan wanita yang tidak pernah ia cintai begitu mengaharapkan cintanya.
“Kenapa cinta begitu rumit?aku tidak ingin menyakiti hatinya, tapi rasa sudah membuat luka dihatinya. Maafkan aku Nilam aku berharap kamu akan menemukan kebahagiaan kamu bersama pria lain,“ ucap Azhar dalam hati berlinang air mata melihat kepergian Nilam.
Cinta yang indah harus membuat luka di hatinya. Azhar tidak bisa memaksakan cintanya untuk Nilam karena wanita yang dia cintai adalah Shinta bukan Nilam.
Azhar tidak akan pernah menyerah untuk mengejar cinta Shinta, meski Shinta bersikap kasar dia rela merawat Shinta hingga sembuh.
Semenjak sakit Evan sama sekali tidak pernah menjenguknya.
2 Minggu Shinta dirawat, kini dia diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit.
Evan datang untuk menjemputnya, di loby rumah sakit Evan bertemu Azhar dan Shinta. Mereka sangat mesra didepan Azhar, dia memaafkan Evan karena dia percaya Evan sangat mencintai dirinya.
“Azhar aku dan Evan akan pulang bersama jadi kamu bawa pulang barang barang aku,” ucap Shinta menyuruhnya.
“Tapi Shinta kamu baru sembuh lebih baik kamu pulang bersamaku,” jawab Azhar melarangnya.
“Aku tidak mau pulang bersamamu!aku akan tetap pergi sama Evan!!“ kata Shinta lalu pergi bersama Evan.
Seringkali Azhar tidak pernah dihargai oleh Shinta, keduanya pergi ke restoran dan makan bersama hingga larut malam. Mereka juga melepas rindu karena lama tidak bertemu.
Sampai dirumah Pak Fandi menegur putrinya yang pulang hingga larut malam
“Darimana kamu Shinta?tega kamu menyuruh Azhar membawa barang kamu sementara kamu pergi dengan pria itu,“ ucap Pak Fandi emosi.
“Evan itu pacar aku ayah, jadi wajar jika aku pergi dan menghabiskan waktu bersama dia,“ jawab Shinta kasar.
“Tapi Azhar juga mencintai kamu, ayah lebih setuju kamu dengan Azhar karena dia adalah pria yang baik. Bukalah hati kamu untuk Azhar,“ ucap Bu Maryam lembut.
Shinta semakin marah melihat sikap kedua orang tuanya yang selalu membela Azhar, baginya Evan adalah pria yang terbaik untuknya.
“Aku tidak pernah mencintai Azhar dan aku hanya mencintai Evan dan hanya menganggap dia pembantu tidak lebih,“ jawab Shinta lalu menutup pintu kamarnya dengan keras. Sedih rasanya melihat sikap putrinya yang begitu egois dan kasar.
Burung berkicau dipagi hari dan langit cerah menyambut indahnya hari ini, seperti biasa Azhar pergi ke rumah Shinta untuk menjemputnya. Kali ini Shinta menolak Azhar untuk berangkat kekampus bersamanya.
“Aku minta sama kamu jangan pernah datang kerumah aku lagi,” ucap Shinta kasar
“Tapi Shinta aku sangat mencinta kamu. aku rela jadi pembantu kamu asal aku bisa jadi pacar kamu, " jawab Azhar.
Dengan kasar Shinta menumpahkan Air dibaju Azhar.
“Jangan pernah kamu bermimpi untuk jadi pacar aku karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintai kamu,“ ucap Shinta lalu menutup pintu rumahnya dengan keras.
Hancur hati Azhar melihat sikap Shinta yang begitu kasar dan begitu keras menolak cintanya bahkan juga menghina nya.
“Apa aku salah mencintai kamu Shinta?” tanya Azhar dalam hati lalu pergi.
Setiap hari Shinta selalu tidak masuk kelas dia lebih memilih pergi dengan Evan, mereka menghabiskan waktu bersama hingga larut malam dan itu membuat Azhar sedih melihat Shinta yang semakin bebas dalam pergaulan.
2 Bulan Shinta tidak masuk kuliah dan itu membuat pihak kampus memutuskan untuk mengeluarkan Shinta dari kampusnya. Pak Fandi sangat sedih melihat masa depan Shinta yang semakin hancur karena cinta
“Ayah kecewa sama kamu semenjak kamu pacaran sama Evan pergaulanmu semakin bebas,“ ucap pak Fandi penuh emosi.
“Aku sangat mencintai Evan Ayah! apapun akan aku lakukan untuk Evan meski itu masa depanku sendiri,“ ucap Shinta lalu pergi begitu saja.
Esok harinya Azhar datang kerumah Shinta
“Shinta aku mohon tinggalkan Evan dia bukan pria yang baik untuk kamu,” ucap Azhar
“Kamu tidak perlu menasehati aku karena aku tahu mana yang terbaik untuk aku, lebih baik kamu pergi karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah memilih kamu,“ jawab Shinta lalu pergi.
Azhar sangat mengharapkan Shinta di dalam hidupnya, hanya Shinta wanita yang dia cintai
“Meski kamu menolakku tapi aku akan selalu menunggu kamu di jalan takdir, aku percaya doa akan merubah kerasnya hati kamu,“ ucap Azhar dalam hati lalu pergi.
Pria berkacamata itu pergi meninggalkan rumah Shinta, seringkali Azhar melihat Evan pergi bersama wanita lain tapi Shinta tidak pernah percaya dengan ucapannya.
Cintalah yang sudah menutup hati Shinta untuk melihat mana yang benar dan mana yang salah. Azhar mencoba untuk tegar menghadapi semua ini.
Hingga suatu hari apa yang di takutkan oleh kedua orang tua Shinta terjadi, Shinta dinyatakan positif hamil oleh Dokter mendengar itu pak Fandi begitu marah dan sangat malu dengan sikap putrinya.
“Siapa yang sudah menghamili kamu?” tanya Pak Fandi.
“Ini anak Evan ayah aku dan Evan telah telah .... ” Jawab Shinta lalu menangis.
Saat mereka ribut Azhar datang membawa setangkai bunga mawar untuk Shinta.
“Shinta kamu kenapa?apa yang terjadi sama kamu?” tanya Azhar melihat Shinta menangis.
“Azhar lebih baik kamu melupakan Shinta,“ jawab pak Fandi lalu berlinang air mata.
“Kenapa pak?saya sangat mencintai Shinta,” jawab Azhar tersenyum.
“Shinta sudah hamil diluar nikah, dia dan Evan sudah bergaul di luar batas,“ jawab pak Fandi lalu pergi. Mendengar itu Azhar menjatuhkan bunga yang ia bawa.
“Tidak mungkin!Shinta apa benar kamu hamil?” tanya Azhar
“Iya aku Hamil!anak nya Evan!“ jawab Shinta dengan sedih
Rasanya begitu hancur hati Azhar, wanita yang sangat dia cintai sudah ternodai oleh pria lain. Tidak sanggup Azhar melihatnya lalu ia pergi dengan penuh kehancuran. Azhar pergi membawa hati yang begitu hancur.
“Sakit rasanya melihat Shinta wanita yang aku cintai telah ternoda, apakah penantianku sudah terlambat?kenapa semua ini harus terjadi?“ tanya Azhar lalu menangis sangat histeris.
Saat dia bersedih dia teringat dengan nasehat Nilam bahwa dia harus rela menunggu hati Shinta.
Shinta dan Evan akan segera menikah, mereka menikah di usia muda. Semuanya sudah mereka siapkan dan Azhar hanya bisa menyaksikan kebahagian mereka meski hatinya sangat hancur karena sebuah cinta.
Melihat foto prewedding mereka membuat hati Azhar hancur berkeping keping.
“Shinta rasanya sangat berat melepasmu, tapi inilah kenyataan yang harus aku terima. Senyuman mu adalah pedang untukku, kamu melupakan aku demi pria yang tidak pernah setia denganmu,“ ucap Azhar lalu pergi berlinang air mata.
Beberapa bulan kemudian Shinta dan Evan datang kerumah Azhar untuk memberikan undangan pernikahan.
“Aku dan Evan akan segera menikah jadi kamu jangan berharap sama aku lagi! kamu harus datang karena dipesta nanti ada makanan gratis untuk pria miskin seperti kamu,“ ejek Shinta lalu tertawa sangat puas.
Azhar hanya terdiam tanpa kata, hatinya terdiam menahan rasa sakit karena sebuah cinta.
“Haruskah aku melepaskanmu Shinta?sementara cinta ini begitu besar untuk kamu,“ ucap Azhar lalu berlinang air mata.
masihkah hati Azhar menunggu Shinta? atau kembali mengejar cinta Nilam yang selama ini telah menunggunya?
siapakah wanita yang akan dipilih oleh Azhar?
apakah Shinta wanita yang begitu keras menolak cintanya?
atau kah Nilam wanita yang lebih memilih pergi membawa cintanya yang bertepuk sebelah tangan?
siapakah wanita yang ia tunggu dijalan takdir nanti?
Hancur dan sedih itulah yang dirasakan oleh Azhar, menerima undangan pernikahan dari Shinta adalah pukulan keras untuknya.
“Shinta aku sangat mencintai kamu. Kenapa kamu tega melakukan ini?” ucap Azhar lalu membuang undangannya.
Pernikahan Shinta dan Evan sangatlah mewah, air mata bercucuran saat Azhar menyaksikan akad nikah mereka.
“Rasanya seperti mimpi aku melihatmu bersamanya. Shinta pupus sudah harapanku untuk bisa bersamamu,“ ucap Azhar dalam hatinya.
Setelah itu para tamu undangan mengucapkan selamat untuk pernikahan mereka. Langkah demi langkah Azhar berjalan menahan rasa sakit dihatinya. Dengan membawa kado Azhar mendekati Shinta yang tersenyum begitu bahagia.
“Shinta semoga kamu bahagia dengan pernikahan kamu,” ucap Azhar lalu berlinang air mata.
“Aku pasti bahagia menikah dengan Evan karena aku sangat mencintai nya,” jawab Shinta lalu memeluk suaminya didepan Azhar.
Begitu hancur hati Azhar melihat kemesraan mereka, selama ini Azhar sudah banyak berkorban untuk Shinta.
“Tapi aku mohon sama kamu izinkan aku memelukmu untuk terakhir kalinya aku bertemu denganmu,” ucap Azhar dengan permintaannya.
Shinta menolak permintaan dari Azhar “Aku tidak sudi kamu memelukku,” jawab Shinta. Azhar memegang tangan Shinta.
“Aku mohon Shinta izinkan aku untuk bisa memelukmu, ku janji setelah ini akan pergi dari hidup kamu untuk selamanya,” ucap Azhar lalu berlinang air mata.
pak Fandi dan Bu Maryam tak sanggup melihat kesedihan Azhar, pria yang begitu tulus mencintai putrinya. Harus berlinang air mata karena cinta, Shinta hanya terdiam lalu menatap mata Azhar yang begitu mengharapkan pelukannya.
Setelah berfikir akhirnya Shinta mengizinkan Azhar untuk memeluknya, Azhar langsung memeluk Shinta.
Dipelukan Shinta ia tumpahkan air mata.
“Aku berharap kelak nanti kita akan dipertemukan di jalan takdir Allah,“ ucap Azhar dalam hati lalu melepaskan pelukannya dan memberikan sebuah kado untuk Shinta.
“Terimalah kado ini Shinta, aku akan menunggumu dijalan takdir," ucap Azhar lalu pergi meninggalkan pesta pernikahan Shinta.
Pak Fandi mengejar Azhar yang pergi dari pesta pernikahan putrinya, lalu memeluk Azhar sambil bercucuran air mata.
“Maafkan anak Bapak, kamu pria yang baik. Kelak nanti ada waktunya kalian bersama,“ ucap pak Fandi.
“Aku sadar pak, cinta tidak bisa dipaksakan. Jika Shinta memang jodohku kelak nanti kita akan bertemu,“ jawab Azhar lalu mencium tangan Pak Fandi dan pergi membawa luka dihatinya.
Disepanjang jalan Azhar begitu sedih, wanita yang sangat dia cintai telah dipinang oleh pria lain.
“Shinta kamu adalah cinta pertamaku dan ku melepaskanmu untuk bahagia meski itu bukan bersamaku,” ucap Azhar dalam hati.
Dimalam yang hening Azhar melihat sebuah bintang diatas langit.
“Bintang aku rindu dengannya, tapi yang aku rindukan telah menjadi milik orang lain. Meski bintang itu jauh tapi terlihat indah seperti cinta walaupun jauh, tapi aku selalu merindukannya,“ ucap Azhar lalu memandang foto Shinta.
Semenjak Shinta menikah Azhar berusaha untuk focus kuliah, seringkali ia melihat Shinta dan Evan begitu mesra dari jarak jauh Azhar melihat mereka yang sangat romantis.
“Bahagia sekali mereka. Mungkin benar aku hanya pria bodoh yang mencintai kamu, seandainya kamu tahu Shinta rasa ini akan selalu ada untukmu. Meski sulit dan sangat menyakitkan, tapi cinta dihatiku akan selalu menunggu kamu,” ucap Azhar lalu pergi.
Bulan demi bulan ia lewati kini kandungan Shinta sudah semakin besar. Evan dan Shinta pergi ke toko perlengkapan bayi. Dari luar toko Azhar melihat mereka yang begitu bahagia menanti buah hatinya.
“Shinta sepertinya kamu bahagia dengan Evan, aku rindu senyumanmu,“ ucap Azhar dalam hati lalu berlinang air mata.
Shinta dan Evan adalah pasangan yang sangat mesra, keduanya sering menghabiskan waktu bersama.
Suatu hari Shinta melihat Azhar memakai motor bututnya.
“Jadi ini pria yang mencintai aku? seharusnya kamu tahu diri, siapa aku dan siapa kamu. Dasar cowok miskin!” ejek Shinta lalu pergi setelah menghina Azhar.
Kecewa itulah yang aku rasakan, wanita yang sangat aku cintai harus menghinaku.
“Karena aku miskin dan jelek Shinta menghinaku, aku janji suatu saat kamu akan jadi milikku karena hanya aku yang tulus mencintai mu,“ ucap Azhar.
Semenjak itu Azhar mulai focus untuk mengikuti ujian skripsi, dia berharap akan lulus dengan nilai terbaik. Dia pasrahkan semua kisah cintanya kepada Allah.
Azhar tetap semangat untuk kuliah meski tak ada penyemangat dihatinya. Hanya mimpi dan impian yang mampu membuatnya bangkit, dia percaya kelak nanti dia akan menjadi orang yang sukses.
Beberapa bulan kemudian Azhar dinyatakan lulus dan berhasil menjadi seorang sarjana, dia menjadi lulusan terbaik di kampusnya selain itu juga mendapatkan beasiswa S2 di Amerika.
Oleh sebab itu Azhar harus pergi dari Indonesia dan melanjutkan pendidikannya ke luar Negri. Azhar memutuskan untuk mengambil beasiswa itu, dia ingin mewujudkan mimpinya sebagai seorang arsitek.
Sebelum pergi Azhar datang menemui Shinta di rumahnya, begitu marah Shinta melihat Azhar yang selalu mengharapkan dirinya.
“Untuk apa kamu datang kesini?bukannya aku sudah pernah bilang jangan pernah temui aku lagi. Karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintai kamu,“ ucap Shinta.
“Aku kesini ingin melihatmu untuk terakhir kalinya karena setelah ini aku akan pergi, aku tahu kita memang tidak bisa bersatu saat ini, tapi hati ini akan selalu menunggumu dijalan takdir. Aku akan selalu melepaskan kamu untuk bahagia meski itu bukan bersamaku. Jadilah istri dan ibu yang baik untuk suami dan anak kamu nanti, semoga kamu bahagia Shinta,“ jawab Azhar lalu pergi. Melihat sikap Azhar, Shinta hanya terdiam.
Azhar pergi ke bandara meski rasanya berat untuk melepaskan Shinta, tapi cinta Shinta bukan untuk dirinya melainkan untuk pria lain. Memandang foto Shinta hatinya begitu sedih dan hancur.
“Apa kamu tahu Shinta?hatiku begitu hancur melihatmu bersamanya, tapi aku tahu kamu hanya bisa bahagia dan tersenyum bersama Evan. Aku berharap dijalan takdir kita akan bertemu,“ ucap Azhar lalu memeluk foto Shinta dengan penuh kesedihan.
Azhar sangat sedih dengan kisah cintanya yang tak sampai, cintanya ke Shinta begitu besar. Dia lebih memilih pergi membawa cintanya hanya karena derajat dan penampilan Shinta tidak bisa menerimanya.
Sampai di Amerika Azhar belajar untuk melupakan Shinta, dia focus untuk kuliah dan bekerja. Selama di Amerika Azhar merubah penampilanya hingga banyak cinta yang menghampirinya, tapi hati Azhar tidak bisa menerimanya. Karena hanya Shinta yang ada dihatinya.
“Shinta aku sangat mencintai kamu dan sampai kapanpun akan selalu menunggun kamu,“ ucap Azhar lalu memandang foto Shinta. Saat di Amerika Azhar sangat merindukan Shinta.
Menunggu memang bukanlah hal yang mudah untuknya, tapi dengan menunggu aku merasakan kesempatan kedua untuk bisa memiliknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!