" Wi, putusin Bimo! Kamu pacaran sama aku saja " ucap Bagas
" Mana bisa kak, aku putusin Kak Bimo lalu pacaran dengan kak Bagas " ucap Dewi
" seperti naik ranjang kakak ipar saja hahaha " ucap Dewi sambil tertawa
Bagaimana bisa Dewi menuruti kata Bagas untuk memutuskan hubungannya dengan Bimo adik kandung Bagas, yang hampir lima tahun mereka jalani
" Bimo itu gak serius sama kamu wi " ucap bagas
" Kak Bagas tolong ngertiin Dewi donk, Dewi itu sukanya sama kak Bimo bukan sama kak Bagas " ucap Dewi
" tapi, aku suka sama kamu wi" ucap Bagas
" Tapi Dewi sukanya sama kak Bimo, kak " ucap Dewi
" Okey, kakak akan nungguin kamu putus sama Bimo " ucap Bagas
Bagas meninggalkan Dewi dan Ani di bawah pohon mangga di halaman rumah Ani
" Hebat kamu wi, sudah pacaran sama adiknya masih di tembak juga sama abangnya " ucap Ani yang sedari tadi diam
Dewi tak menghiraukan ucapan Ani. Dia sedang asyik menikmati mangga ranum yang baru saja di petik dengan bantuan Bagas yang kebetulan lewat.
" tapi yang aku heran, kenapa tu Bagas gak punya malu nembak pacar adiknya sendiri, kayak gak ada cewek lain aja" ucap Ani
" Ya begitulah, pesona Dewi di hadapan cowok " ucap Dewi menyombongkan dirinya
" pretttt....." ucap Ani menjulurkan lidahnya
" Kamu tahu sendiri kan cowok yang mencoba deketin aku dan hampir semua nembak dan aku tolak hahaha..." ucap Dewi
" percaya kalau itu, modenya manfaatin PDKT mereka kan? " ucap Ani
" hahaha....aku kan gak minta mereka yang memberi, aku kan cewek setia An " ucap Dewi
" Nah itu bener kan?" ucap Ani
" Gak baik nolak rejeki hahaha...." ucap Dewi
" Dasar matre " ucap Ani
" Matre itu kalau si ceweknya minta minta An, lha ini aku gak pernah minta apa apa di kasih sama mereka" ucap Dewi
" Terus apa namanya?" ucap Ani
" Cukup terima aja tanpa minta hahaha...." ucap Dewi
" tapi herannya aku tuh malah sama cowokmu wi, cowok lain berlomba memikat hatimu dengan berbagai macam usaha e malah dia santai aja " ucap Ani
" kan dia sudah percaya sama aku An, dia juga sadar kalau ceweknya ini primadona jadi gak mungkin bisa nahan mereka semua untuk tidak mendekatiku hahaha " ucap Dewi
" PD mu itu lo wi membuatku tidak kuat untuk tidak tertawa hahahaha..." ucap Ani
Dewi dan Ani adalah sahabat sejak kecil selain rumahnya yang hanya berjarak beberapa rumah saja. mereka juga satu kelas dan satu sekolah sejak sekolah dasar jadi di mana ada Dewi pasti ada Ani begitupun sebaliknya
Bimo datang membawa kresek hitam yang di taruh di stang motor sportnya. Dia turun dan menghampiri keduanya yang masih asyik menikmati mangganya
" Hai Beb, ni aku bawain duku kesukaanmu " ucap Bimo pada sang kekasih
" Thanks ya beb " ucap Dewi
" Buat aku mana ? " tanya Ani
" tenang An, ntar aku bagi ni nanti juga gak bakalan habis " ucap Dewi
" Aku kan gak minta kamu wi, aku minta bimo, masak iya aku dijadiin obat nyamuk terus " ucap Ani blak blakan
" hahaha...gampang, ntar malem aku tlaktir An " ucap Bimo
" Yee....boleh boleh " ucap Ani
" Okey, habis maghrib ya " ucap Bimo
" siiap " ucap Ani
" Masuk ke rumah yuk " ucap Ani
" Dengan senang hati " ucap Bimo lirih di telinga Dewi sambil mengedipkan sebelah matanya genit
" maunya " ucap Dewi
Mereka mengikuti langkah Ani ke dalam rumahnya.
" Aku bersih bersih dulu ya " pamit Ani
" sip " ucap Bimo
Dewi duduk di sofa ruang tamu Ani di ikuti Bimo yang duduk di sampingnya
" Beb, kiss dong kangen nih " ucap Bimo
" Gak mau ah, ntar ada yang liat " ucap Dewi
...* Dewi, kalaupuan gak ada yang lihat ada Allah yang melihat kalian ada malaikat yang mencatat perbuatan kalian. Jangan mau menikmati dosa dengan laki laki yang belum tentu jadi jodohmu *...
" ya udah sini biar aku aja yang nyium kamu " ucap Bimo
" gak mau di cium juga " ucap Dewi
" kamu gak kangen aku beb?" tanya Bimo
" hmmm....gimana ya, kita sudah biasa backstreet gak boleh kangen kangenan ntar makan ati hahaha" ucap Dewi asal
Bimo menarik tangan Dewi sampai tubuhnya jatuh di dada Bimo, posisi kepala Dewi yang berada di bawah dagu Bimo memudahkannya untuk mencium sang pacar
Cup Cup Cup
bukan suara orang yang sedang menghibur anak kecil yang sedang menangis lo ya...
suara kecupan Bimo di kening di pipi kiri dan pipi kanan Dewi.
Dewi selalu dag dig dug saat di cium Bimo, entah karena imannya sedang memberi kode bahwa itu tidak benar atau malah karena saking menikmatinya. Dewi bukan cewek yang taat agama namun dia juga bukan cewek yang brutal dan murahan. Meskipun sudah hampir lima tahun mereka pacaran namun belum pernah Dewi inisiatif mencium Bimo terlebih dulu.
" Beb, Senin aku balik ke Surabaya dan mungkin bakal lama di sana " ucap Bimo
" hmmm...." ucap Dewi sambil menikmati buah duku yang di bawakan Bimo untuknya
" kamu baik baik di sini ya, do'ain aku ya smoga namaku bisa lolos " ucap Bimo
" Pasti beb, smoga cita citamu tercapai " ucap Dewi
" Aamiin, ma kasih beb " ucap Bimo
Cita cita Bimo sejak dulu adalah menjadi Pegawai Negeri di kantor Departemen Imigrasi, statusnya sekarang yang masih karyawan kontrak di kantor itu membuatnya harus bekerja lebih keras, bahkan Dia berani mengeluarkan uang dalam jumlah yang banyak untuk ikut seleksi masuk menjadi Pegawai Negeri
" hanya kamu semangatku, setelah aku mendapat pekerjaan. Aku akan melamarmu " ucap Bimo
" Ingat beb, aku SMA belum lulus jangan di lamar dulu hahaha...." ucap Dewi
" Kamu bisa aja beb " ucap Bimo menyentil hidung Dewi
" Auuu...sakit beb " ucap Dewi
" Diapakan kamu wi sama Bimo...." ucap Ani tiba tiba dari dalam rumah
" biasalah An, kita kan pacaran " ucap Bimo
" Di cowel ni hidung An, coba liat merah gak An?" ucap Dewi mengelus hidungnya yang sakit
" Sakit ya beb, Maaf ya aku gak sengaja " ucap Bimo
" Merah wi, ni ngaca aja. kamu gigit ya Bim?" ucap Ani memberikan cermin kecil yang di pegang
" emang kulitmu yang sensitif beb, di cowel dikit udah merah " ucap Bimo
" Masak sih Bim? " tanya Ani yang tak pernah tahu tentang ini
" mau lihat? " ucap Bimo
Bimo mengambil tangan kanan Dewi dan mengecup dengan bibirnya
" ni..." ucap Bimo menunjukkan tangan Dewi yang tadi di kecupnya
Dan benar saja, tangan Dewi yang putih meskipun hanya di kecup sekilas saja sudah terlihat seperti jejak tanda cinta.
" Wah, bahaya ni..." ucap Ani
" kenapa An?" ucap Bimo
" KDMP ni " ucap Ani
Dewi dan Bimo yang tak tahu maksud Ani bertanya
" Apaan tu An? " tanya Bimo
" Kekerasan Dalam Masa Pacaran , bisa kena pasal kamu Bim " ucap Ani asal sambil ketawa
" Dasar jomblo Akut ! " ucap Bimo
" Emang kenapa kalau Jomblo ? Sudah mati juga yang di tanya Siapa Tuhanmu? bukan Siapa Pacarmu? wek...." ucap Ani
...Assalamu'alaikum warohmatullah Wabarokaatuh reader termanis.......
...Mohon dukungannya njih, Author masih terus belajar.......
...jangan lupa like, komen, Vote, dan juga berikan hadiah untuk author ya...
...terima kasih...
Habis Maghrib, Ani menjemput Dewi di rumahnya dengan motor maticnya.
" wi, buruan " teriak Ani di depan pintu rumah
" Mau jalan kemana An?" tanya ibunya Dewi
" eh, bu lik...Mau jajan mie ayam bu lik" ucap Ani sembari salim
" terus? " tanyanya lagi
" hanya itu saja bu lik " ucap Ani
Dewi keluar kamar menggunakan celana jeans hitam dan kaos biru dengan swetter rajut hitam dan jilbab pashmina warna senada
" buk, Dewi jalan dulu ya " pamit Dewi pada Ibunya
" Iya, hati hati jam 8 sudah di rumah ya " ucap ibu
" biasanya kan jam 9 buk " ucap Dewi
" kata Ani tadi cuman mau jajan mie ayam saja?" ucap ibu
" ya, nanti kalau mie ayamnya antri gimana? makannya buru buru kan gak enak buk " ucap Dewi
" hmmm...ya sudah nanti jam 9 sudah di rumah ya " ucap Ibu
" Siiap buk " ucap Dewi mengangkat tangannya di atas kening seperti posisi hormat pada bendera
Merekapun salim sama ibuk dan meninggalkan rumah Dewi dengan sepeda motor matic milik Ani.
" wi, coba chat si Bima, posisi di mana?" ucap Ani sambil fokus mengemudikan motornya
" Tadi udah chat aku, katanya dia datang agak telat " ucap Dewi
" jadi kita langsung ke cafe biasa aja An" ucap Dewi
" Okey " ucap Ani mempercepat laju motornya
Sampai di Cafe, mereka berjalan mencari tempat yang kosong namun karna malam minggu tempat sudah terlihat penuh
" Padahal kita berangkatnya udah cepet lo kenapa sudah penuh aja ni cafe " gerutu Ani
" Namanya juga malam minggu An" ucap Dewi
" Mereka pada berangkatnya jam berapa? baru habis maghrib juga sudah pada di sini " ucap Ani
" eh, itu di ujung masih kosong An, yuuk " ucap Dewi
Mereka berjalan terburu agar segera sampai di tempat itu, namun saat mereka sampai dua orang cowok juga tiba di tempat yang sama
" Hmmm....Dewi kan? anak IPA? " tanya seorang cowok
" Iya, kamu siapa?" tanya Dewi
" kenalin Aq Anto anak IPA juga " jawabnya
" Masak sih anak IPA juga? Aku kok gak pernah lihat ya?" ucap Dewi
" Beda kelas wi, Anto IPA satu " ucap Ani
" nah tu Ani tahu " ucap Anto
Dewi merasa malu karna terlihat bodoh saja saat tidak mengenali teman satu jurusannya
" Maaf, tapi aku memang baru lihat kamu " ucap Dewi
" ya gak papa, aku maklum kok. kamu terlalu sibuk meladeni cowok cowok yang mendekatimu " ucap Anto tersenyum
Dewi semakin malu akan yang di katakan Anto, selama ini dewi hanya mengenal dan memperhatikan cowok yang mendekatinya saja.
" kapan duduknya nih, kok ngobrol terus " ucap cowok yang datang bersama Anto
" Eh, Iya Mas " ucap Anto
" gimana kalau kita duduk disini aja semua, kan tinggal ini yang kosong " ucap Anto
" Gak papa lah dari pada berdiri " ucap Ani yang terlihat sebal
Mereka sepakat untuk duduk di tempat yang sama
" Dasar Bimo sok sibuk, kan jadinya kita malah gak dapat tempat duduk " gerutu Ani dalam hatinya
" mau pesan apa kalian? biar sekalian pesannya" ucap Anto
" Gak usah, nanti aja kita lagi janjian sama temen bentar lagi juga datang " ucap Dewi
"Ya udah, aku pesenin minum aja dulu kali ya sambil nunggu, kalian mau minum apa?" ucap Anto
" Juz Alpukat saja" ucap Ani
" Kamu wi? " tanya Anto
" Samain aja An " jawab Dewi
Anto memanggil pelayan cafe dan memesan minuman dan cemilan buat Ani dan Dewi, sementara untuk dirinya dan Fadhil Anto memesan minuman dan bebek bakar
" eh, An mas ini siapa?" tanya Ani
" Oh, ya kenalin An, wi, ini sepupuku dari Surabaya namanya Mas Fadhil " ucap Anto
" Mas Fadhil, kenalin ini Dewi dan Ani teman sekolah Anto " ucap Anto memperkenalkan keduanya
" Hai mas Fadhil, aku Dewi " ucap Dewi
Dewi yang duduk di depan Fadhil, berinisiatif menjabat tangan Fadhil, Namun Fadhil menolaknya dengan menangkupkan ke dua tangannya ke dada, Dewi kecewa uluran tangannya di tolak seorang cowok
" Cowok ini beda " guman Dewi
" Maaf " ucap Fadhil
" Okey, Kita bukan Mahrom jadi gak boleh salaman ya " ucap Dewi
" emang gak boleh salaman wi, kata pak uztad " ucap Ani
" Iya An, Mas Fadhil agamanya kenceng makanya gak mau salaman sama cewek, kalau aku ni belok kanan belok kiri masih banyak salah jadi ya, mau salaman hayuk gak mau ya udah " ucap Dewi
Usai bicara Dewi terlihat diam dan memainkan ponselnya. Dia sebenarnya kepalang malu di tolak salaman sama cowok saat tangannya sudah di ulurkan pas depan sang cowok.
" Hai Mas Fadhil, aku Ani salam kenal ya " ucap Ani basa basi
Fadhil hanya tersenyum ke arah Ani sekilas dan kembali melihat ponselnya
" Kalian janjian sama siapa nih?" ucap Anto memecah kecanggungan
" jangan jangan janjian sama pacar ya?" ucapnya lagi
belum sempat mereka menjawab, tiba tiba suara seseorang memanggil
" Hai, Fadhil " ucap seseorang
Semua menoleh ke sumber suara
" Bimo " ucap Ani dan Dewi lirih
Mereka heran kenapa yang di panggil malah Fadhil, padahal mereka yang di ajak janjian
" Hai Bim " ucap Fadhil
" Sudah lama? " tanya Bimo
" Baru saja duduk, ni makanannya juga belum datang" jawab Fadhil
Bimo melihat ke arah meja yang kosong dan memandang orang yang duduk di sana
" Kalian? di sini juga?" tanya Bimo
" iya " jawab Ani kesal
" kalian saling kenal?" tanya Fadhil
" Ya, mereka tetangga dan juga temanku " ucap Bimo
deg
Jantung Dewi kaget mendengar jawaban Bimo yang hanya mengakuinya sebagai tetangga dan temannya saja. Hatinya terluka tapi di tahannya hingga tak sengaja air bening dari matanya jatuh. Saat air mata jatuh di pipinya segera dia lap dengan tissu yang di pegangnya dan tak sengaja Fadhil melihatnya.
" Yakin cuman teman?" tanya Fadhil tak percaya setelah melihat Dewi yang meneteskan air matanya
" Iya " jawab Bimo mantap
Ani geram dan geleng geleng mendengar jawaban Bimo, sementara Dewi berusaha untuk tegar
" Duduk sini Bim " ucap Fadhil
Bimo duduk di antara Dewi dan Fadhil
" Besok jadi balik jam berapa Dhil? " ucap Bimo
" Habis subuh aja Bim " jawab Fadhil
" Jadi, mas Fadhil ini orang yang di ceritakan tadi siang " guman Dewi dalam hati
Tadi siang saat kencan di rumahnya Ani, Bimo sempat bilang akan balik ke Surabaya bareng temannya yang bekerja di tempat yang sama tapi sudah di angkat menjadi pegawai negeri dua tahun lalu karena kecerdasaannya tanpa uang pelicin tanpa perantara orang dalam. Fadhil satu angkatan dengan Bimo saat masuk di departemen Imigrasi cuman nasibnya saja berbeda.
" Okey " ucap Bimo
" bentar, aku ke toilet dulu " ucap Fadhil berdiri dari duduknya
" mau pesen apa Bim, biar sekalian aku pesankan" ucapnya sebelum pergi
Bimo lalu menyebut makan dan minum yang ingin di makannya.
Fadhil meninggalkan mereka namun belum jauh dia berjalan dia teringat ponselnya yang tertinggal. Fadhil kembali ke meja hendak mengambil ponsel namun dia melihat tangan Bimo dan tangan Dewi yang bertautan erat saling menggenggam di bawah meja
Fadhil mengurungkan niatnya dan berjalan kembali untuk ke toilet.
Sebelum ke toilet Fadhil lebih dulu memesankan minum dan makan untuk Bimo dan juga Ani dan Dewi.
Saat Fadhil kembali ke toilet, pesanan mereka sudah tertata di meja
" Yuk langsung makan, mumpung masih anget" ucap Fadhil
" ini kita tadi gak pesen makan lo mas Fadhil " ucap Ani
" memang kalian mau apa ke sini kalau gak mau makan? " tanya Fadhil
" Temanmu pasti lupa kalau punya janji, sudah makan saja " ucap Fadhil lagi
Mereka menurut dan menikmati makanannya, sesekali Fadhil memperhatikan interaksi Bimo dan Dewi
..." Kadang Backstreet itu melukai pasangan saat tak di akui di depan orang, kamu bisa Backstreet di hadapan manusia Namun tidak bisa membohongi Tuhan, Karna Tuhanmu tahu isi hatimu yang sebenarnya "...
...Assalamu'alaikum warohmatullah Wabarokaatuh reader termanis.......
...Mohon dukungannya njih, Author masih terus belajar.......
...jangan lupa like, komen, Vote, dan juga berikan hadiah untuk author ya...
...terima kasih...
Pov Dewi
" wi, bangun nduk " ucap ibu
aku tak menjawab, malah semakin erat memeluk guling dan menarik selimut tebalku agar menutupi semua tubuhku
" Subuh dulu wi " ucap ibu menarik selimut dan membuangnya ke lantai
" kamu itu udah baligh Nduk, Ayo cepet bangun keburu siang " ucap ibu
" ya bu " jawabku mengucek mata dan dengan malas berjalan ke kamar mandi hendak wudhu.
Begitulah kebiasaanku tiap pagi, ibu selalu membangunkanku untuk sholat. meski di omeli tiap hari, aku selalu mengulanginya lagi subuh yang kesiangan tiap harinya. sebenarnya aku ingin subuh tepat waktu namun apalah daya di jam jam subuh itu mataku seakan seperti di lem, mungkin setan yang menggodaku terlalu banyak atau imanku yang terlalu tipis
" Dari pada tidak Subuh mending kan Subuh meski terlambat " prinsipku tiap kali ibu mengomeliku
Usai sholat subuh yang kesiangan aku tak pernah membantu ibu untuk memasak di dapur. Aku hanya membantu membersihkan rumah saja, kalaupun di dapur aku hanya membantu mencuci piring saja.
Aku sama sekali tak bisa memasak, bisanya cuman masak air. nama nama bumbu dapur saja aku tidak tau. Entahlah kalau nanti menikah, urusan makan suami dan anak anakku biar di urus pembantu saja pikirku, kalau suamiku kaya dan mampu menggaji ART, kalau gak palingan beli lauk dan sayur mateng aja di warung biar gak repot. Setiap hari tak lelah ibu mengingatkanku untuk belajar memasak namun aku tak ada niat sedikitpun untuk belajar memasak saat ini. Belajar memasaknya nanti saja setelah punya suami pikirku. langsung belajar praktek memasak.
Pernah suatu hari di suruh ibu pergi ke pasar untuk membeli ketumbar namun apa yang ku dapat. Aku pulang membawa kemiri.
Beda jauh kan kemiri sama ketumbar?
Aku yang sok tahu dan agak gengsi kalau ketahuan gak bisa masak kan malu ! saat beli harusnya aku bilang aja sama penjualnya kalau mau beli ketumbar aku malah sok tahu nunjuk nunjuk kemiri hahaha kena omel ibu kan akhirnya si kemiri hahaha
" Nyapunya yang bersih wi, ntar kalau gak bersih dapat suami brewok lo " ucap tetangga yang kebetulan lewat halaman rumah
" Apa hubungannya coba? nyapu gak bersih sama suami brewokan? gak nyambung kan?" gerutuku dalam hati.
Namun jiwaku yang tak pernah dendam dan aku yang terbiasa ramah tetap tersenyum dan menyapa tetanggaku meski hatiku kesal karena perkataannya
" Njih bu lik, Bu lik dari pasar? mau masak apa bu lik?" ucapku
" iya wi, ni mau masak sayur bayam sama sambal teri buat pak lik" jawabnya
" Pasti enak tu bu lik, Dewi jadi laper nih " ucapku
" bu lik duluan wi " pamitnya
" monggo bu lik" ucapku
Aku bergegas menyelesaikan tugas menyapu halaman, perutku keroncongan sudah minta di isi. Aku pergi ke dapur dan segera mengambil piring dan ku isi nasi dari magic com yang sudah matang. aku membuka tudung saji namun hanya menemukan sambal korek dan terong bakar saja.
" Bu, lauknya mana? " tanyaku
" Gak ada wi, bahan makanan habis semua. sarapan seadanya dulu. ntar habis itu tolong anterin ibu ke pasar " ucap ibu
" ya bu " jawabku
Usai makan, aku mandi dan bersiap mengantar ibu ke pasar. Aku ke kamar mas Woro untuk mengambil kunci motor. Mas Woro adalah kakak laki lakiku satu satunya dan juga saudaraku satu satunya.
" Mas, kunci motor mana?" tanyaku mendongakkan kepalaku ke dalam kamarnya
" mau kemana? motornya mau mas pakai " ucap Mas Woro
" Nganter ibuk ke pasar mas " jawabku
" gak usah mampir mampir, selesai belanja langsung pulang " ucap mas Woro memberikan kunci motor padaku
" siap bosh ! " jawabku
Aku diam di tempat sengaja menunggu mas Woro, biasanya kalau habis gajian aku di kasih uang buat tambahan jajan.
" kok masih di situ aja, gak jadi ke pasar wi?" tanya mas Woro
" hmmm...kemarin kan habis gajian, apa mas Woro gak niat ngasih shodaqoh buat saudaramu yang cantik ini? " ucapku
" hallah, bilang aja mau minta uang jajan...ni...." ucap mas Woro sambil menyodorkan selembar lima puluh ribuan
" hahaha... terima kasih mas, Semoga mas Woro di mudahkan rejekinya, di sehatkan badannya, di dekatkan jodohnya " ucapku
" Aamiin " ucap mas Woro
Aku berlari menuju garasi memakai helm dan pergi ke pasar mengantar ibu.
Saat mendekati rumah Bimo, aq deg deg an, selalu begitu entah kenapa? aku melirik ke arah rumah dan di sekitaran rumah, saat ku lihat ibunya Bimo melihatku aku mengangguk tanda menyapanya.
Aku pernah di ajak Bimo ke rumahnya saat lebaran idul Fitri. Bimo hanya memperkenalkanku sebagai teman pada ibunya. namun karna temanku dan juga teman Bimo sudah tau hubungan kita, kemungkinan orang tuanya Bimo dan juga orang tuaku sudah tau kalau kita pacaran
Mereka tak pernah mempertanyakan langsung pada kita. orang tua Bimo atau orang tuaku bungkam seolah mereka tidak tahu hubungan kita, mungkin karena hibungan ini di anggap cinta monyet oleh mereka hanya sekedar main main saja.
Aku dan ibu sampai di pasar, aku tak ikut ibu berbelanja aku menunggu ibu di warung dekat parkiran sambil makan bubur.
" Wi, sendirian aja?" tanya mas Riyo
" eh mas Riyo, iya mas lagi nunggu ibu " jawabku
Mas Riyo adalah teman main mas Woro, Bimo juga Bagas
" tumben Mas Riyo sarapan di sini?" tanyaku
" pengen aja, mungkin karna ada kamu di sini jadi pengen sarapan berdua hehehe..." ucap Mas Riyo
" ah..yang bener mas? nanti ceweknya marah lo " ucapku santai
" hisss...apaan sih paling juga cowokmu yang marah " ucapnya
" boleh duduk sini kan?, kalau gak boleh mas pergi nih" ucapnya lagi meminta ijin untuk duduk di depanku
" duduk aja mas, bebas, ini kan punya penjual bubur bukan punyaku hahaha" jawabku santai
Mas Riyo duduk dan mencicipi bubur di mangkoknya
" buburnya kok gak manis ya wi? " ucapnya
" punyaku manis kok Mas " ucapku
" Buburnya gak manis, manisnya udah di kamu semua " ucapnya
" mulai gombal ! " ucapku malu
Namun hatiku bahagia, di gombalin gombal sederhana mas Riyo. Selalu begitu, mas Riyo memang jago ngegombal. Tiap maen ke rumah untuk ketemuan dengan mas Woro pasti tak penah lupa gombalin aku dulu.
" Woro di rumah gak wi?" tanyanya
" di rumah mas, tapi tadi katanya mau pergi" jawabku
" Ya udah deh, ntar sore aku ke rumah kamu ya " ucapnya
" kenapa meski ijin Dewi mas, mau ke rumah ke rumah aja mau nyari mas Woro kan bukan nyari Dewi " ucapku
" ya niatnya ketemu Woro, tapi kalau ada adiknya Woro yang Cantik itu mas lebih senang wi " ucapnya tanpa malu
Sebenarnya aku sedikit kagum sama Mas Riyo, karena pemikirannya lebih dewasa dari pada mas Woro, Bimo dan juga Bagas. Mungkin karna dia sejak kecil terbiasa hidup mandiri dengan seorang ibu saja. Ayahnya sudah meninggal saat dia masih kecil. Mas Riyo Ganteng dan juga baik sayangnya dia playboy
Bubur di mangkukku sudah habis, aku pamit pada mas Riyo karna ibu juga terlihat sudah ada di dekat motor yang ku parkir
" Mas, Dewi duluan ya sudah di tunggu ibuk tu " ucapku
" Okey wi, hati hati ya...gak usah bayar nanti biar sekalian aku yang bayar " ucapnya
" beneran mas? Dewi gak bayar nih?" tanyaku
" iya, nanti biar mas aja " ucapnya
" Okey, ma kasih mas semoga Mas Riyo cepat insaf jadi playboynya ya hahaha..." ucapku menggodanya
" kalau sudah insaf, memangnya kamu mau wi?" tanyanya
" Mau? Dewi Mau pulang dulu ya...dadada....." ucapku sambil lari meninggalkannya
entah apa yang di ucapkannya saat aku pergi meninggalkannya. Aku gak mau tahu, yang penting sudah di traktir sarapan jadi uang jajanku utuh hahaha....
...Assalamu'alaikum warohmatullah Wabarokaatuh reader termanis.......
...Mohon dukungannya njih, Author masih terus belajar.......
...jangan lupa like, komen, Vote, dan juga berikan hadiah untuk author ya...
...terima kasih...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!