NovelToon NovelToon

RAHASIA CINTA EDMOND

Pergi

Tangan Mahira bergetar saat memegang ponselnya. Ia seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dibacanya. Teddy meninggalkan dia? Secepat itukah?

Jantung Mahira berdetak mulai tak beraturan. Keringat dingin mulai memenuhi wajah, kaki dan tangannya. Ini tak mungkin! Teddy pasti hanya main-main dengan pesannya ini, batin Mahira lalu mencoba menghubungi nomor Teddy.

Nomor Teddy tak aktif. Ketakutan mulai melanda Mahira. Ia tahu kalau Teddy sedang marah padanya. Teddy kecewa karena Mahira tak mau ikut bersamanya ke Singapura.

Mahira kembali membaca pesan yang baru setengah jam yang lalu dikirimkan Teddy padanya.

Ini pilihanmu. Maaf, aku tak bisa menunggu lagi

pekerjaanku sangat banyak di Singapura.

Sebaiknya hubungan kita berakhir sampai di sini karena aku tak mau lagi menjalin hubungan jarak jauh. Aku pergi dan tak akan

kembali lagi.

Air mata Mahira menetes di pipinya. Ia tak menyangka kalau Teddy akan benar-benar meninggalkan dia.

"Kamu kenapa?" tanya Putri membuat Mahira terkejut dan buru-buru menghapus air matanya.

"Hai, Put!" Mahira berusaha tersenyum namun Putri menatapnya penuh curiga. Bagaimana pun Putri adalah sahabatnya sejak masih TK. Putri sangat tahu bagaimana menderitanya Mahira saat papa dan mamanya meninggal secara bersamaan karena kecelakaan pesawat yang mereka alami saat Mahira berusia 8 tahun. Dan bagaimana menderitanya Mahira saat harus hidup bersama dengan om dan tantenya. Om Mahira adalah adik dari papanya. Om Frans namanya. Ia sebenarnya baik

Namun tidak dengan istrinya. Mahira selalu diperlakukan bagaikan pembantu di rumah itu yang harus melayani tantenya dan kedua sepupu perempuan Mahira.

Omanya lah yang menjadi sumber kekuatan bagi Mahira untuk bertahan dan tetap tinggal di rumah itu.

Mahira yang pintar masuk universitas disaat usianya masih 3 bulan lagi genap 17 tahun. Mahira giat untuk belajar dan akhirnya ia lulus dengan hasil yang sangat membanggakan diusianya yang ke-20. 3 bulan setelah kelulusannya, Mahira mendapatkan pekerjaan di salah satu bank swasta dan kini ia sudah satu tahun lebih menjadi pegawai di bank ini, sampai akhirnya Putri pun mendapatkan pekerjaan yang sama dengannya.

"Masalah di rumah lagi? Tante Wulan membuat masalah lagi kah?" tebak Putri. Keduanya baru saja memesan makan siang mereka. Putri kemudian pamit ke toilet dan saat ia kembali, wajah Mahira terlihat sangat sedih.

"Bukan, Put."

"Lalu?".

"Teddy akhirnya pergi ke Singapura dan dia memutuskan hubungan kami."

Putri menepuk bahu sahabat karibnya itu. "Ya sudahlah. Kamu kan tahu dari dulu aku nggak terlalu suka kalau kamu berhubungan dengan Teddy. Mungkin ini sudah jalan Tuhan untuk mengatakan kalau kalian nggak jodoh."

"Masalahnya nggak sesederhana itu." Mahira menarik napas panjang.

"Aku tahu hubungan kalian sudah cukup lama. 4 tahun. Namun kamu harus move on, Ra."

"Aku...., aku mungkin ha...mil." kata Mahira pelan seolah takut ada yang mendengar karena mereka sementara ada di cafe dekat bank tempat mereka bekerja.

"Apa? Kok bisa? Kamu dan Teddy sudah......" Putri tak dapat meneruskan kalimatnya karena ia tak bisa membayangkan bagaimana Mahira bisa melakukan itu dengan Teddy.

Mahira menunduk agak sedikit malu. "Kami baru satu kali melakukannya. Kejadiannya sudah dua minggu yang lalu. Saat Teddy ulang tahun."

"Mahira....! Mengapa kamu mau melakukan itu? Tante mu dan kedua sepupumu itu pasti akan menghina kamu habis-habisan. Mereka mungkin akan mengusir kamu dari rumah itu. Lalu bagaimana dengan Oma mu?" Putri ingin sekali memukul kepala temannya itu.

"Aku nggak tahu juga kenapa malam itu aku sampai tergoda dengan rayuan Teddy. Tubuhku seakan begitu bergairah dan begitu mendambakan sentuhannya."

Putri tak ingin memojokkan lagi sahabatnya itu. Ia memberikan tissue pada Mahira.

"Tenanglah. Kalian kan hanya melakukannya satu kali. Kemungkinan untuk hamil mungkin kecil."

"Masalahnya, itu adalah tanggal suburku, aku takut kalau aku akan hamil, Put."

Mahira memberikan ponselnya agar Putri dapat membaca pesan yang dikirimkan Teddy padanya.

"Ya sudah. Pulang kantor nanti, kita akan mencari Teddy. Siapa tahu ia hanya menggertak kamu saja." Putri menghibur sahabatnya.

Jam 5 sore, keduanya sudah menyusuri jalan raya Manado untuk menuju ke apartemen Teddy yang ada di pusat Kota itu. Teddy memang tinggal sendiri karena kedua orang tuanya sudah lama pindah ke Singapura. Teddy hanya memiliki satu adik perempuan yang juga sudah menikah dan tinggal di Korea Bersama suaminya.

Sesampai di depan apartemen Teddy yang memiliki nomor 457, Putri langsung membunyikan bel yang ada.

Tak lama kemudian, pintu dibuka. Namun bukan Teddy, melainkan seorang bapak-bapak berusia sekitar 40an.

"Maaf, mencari siapa ya?" tanya bapak itu.

"Ini kan apartemennya Teddy Kandow?"

Bapak itu tersenyum. "Benar. Kami sudah membelinya 3 hari yang lalu. Nak Teddy sepertinya sudah berangkat ke Singapura tadi pagi."

Mahira merasakan kalau tubuhnya tiba-tiba saja menjadi lemah. Ia bahkan harus memegang lengan Putri untuk menahan tubuhnya yang hampir jatuh.

"Terima kasih kalau begitu, pak. Maaf menganggu."

Bapak itu mengangguk. Namun saat memperhatikan Mahira, tiba-tiba ia ingat sesuatu.

"Nona, tunggu sebentar." Bapak itu masuk ke dalam apartemen lalu keluar dengan sebuah kardus ditangannya. "Ada barang-barang nak Teddy yang tertinggal. Sepertinya juga ada foto nona ini." kata bapak itu sambil menunjuk ke arah Mahira.

"Terima kasih." Putri yang menerima kardus itu.

Mereka pun segera meninggalkan gedung apartemen. Saat sudah berada dalam mobil, Mahira tak tahan untuk membuka kardus itu. Alangkah terkejutnya ia saat melihat isi kardus itu adalah semua barang pemberiannya untuk Teddy. Ada jam tangan, beberapa bingkai foto dirinya. Dan juga dasi dan kemeja yang pernah Mahira hadiahkan saat Teddy ulang tahun.

"Dia memang ingin melupakan aku selamanya. Semua barang-barang pemberianku tak ada yang dibawa nya. Aku harus bagaimana, Put?" tangis Mahira kembali pecah.

"Dasar laki-laki tak bertanggungjawab. Setelah dia mendapatkan sesuatu yang berharga darimu, dia seenaknya saja pergi. Jangan bersedih, Ra. Kamu harus kuat. Masih banyak kok laki-laki yang akan menerima kamu apa adanya."

"Bagaimana kalau aku hamil, Put? Aku pasti akan diusir dari sana. Dan Oma akan menderita. Aku harus gimana? Aku memang sedih karena Teddy meninggalkanku namun yang aku takutkan jika aku hamil." Mahira nampak sangat putus asa.

Putri diam sejenak. Tiba-tiba ia ingat dengan satu nama. "Edmond!"

"Edmond?" Mahira nampak bingung.

"Edmond Moreno."

"Kenapa dia?"

"Dia pasti mau menolong mu."

"Mana mungkin? Aku sudah menolaknya berkali-kali. Lagi pula dia mungkin sekarang sudah ada di luar negeri. Atau mungkin dia sudah menikah."

"Nggak. Dia ada di Kalimantan. Kamu ingatkan setahun yang lalu aku bertemu dengannya di Jakarta? Ia masih saja menanyakan mu. Sebentar ya, aku telepon dia." Putri mengambil ponselnya dari dalam tasnya.

"Jangan, Put!"

"Kamu diam saja."

Putri mencari nama Edmond di daftar kontaknya. Setelah menemukan nama itu, ia segera menghubunginya. Putri sengaja menekan loud speaker agar Mahira dapat mendengarkan percakapan mereka.

Di dering keempat, panggilan itu di jawab.

"Hallo kak Edmond!" sapa Putri.

"Siapa ya?"

"Kakak nggak menyimpan nomor aku? Aku Putri."

"Putri yang mana ya?"

"Putri sahabatnya Mahira Amalia Hamarung."

"Oh....aku ingat. Apa kabar nya Mahira?"

Putri menatap Mahira sambil mengangkat satu alisnya.

"Mahira lagi nggak baik. Sedang patah semangat. Kayaknya ia mau bunuh diri."

"Kenapa?" Suara Edmond terdengar cemas.

"Dia putus dengan Teddy."

"Kenapa bisa putus?"

"Teddy mengajak Mahira tinggal di Singapura. Namun Mahira tak bisa meninggalkan omanya. Kakak tahu kan latar belakang Mahira seperti apa. Teddy kayaknya nggak mau punya hubungan jarak jauh. Akhirnya Teddy pergi meninggalkan Mahira sendiri."

"Apakah dia terlihat sangat sedih? Andai aku bisa ada di sana untuk menolongnya."

"Kakak dapat menolongnya."

"Caranya?"

"Menikahinya untuk menyelamatkan dia."

"Maksudnya?"

"Mahira mungkin hamil."

"Kenapa mungkin?"

"Ia belum melakukan test. Namun ia merasa bahwa ia pasti hamil karena saat Teddy menyentuhnya, ia dalam masa subur. Dan jika dia memang hamil, maka habislah ia."

Edmond diam sejenak.

"Kak Ed, kamu masih di sana kan?" tanya Putri khawatir karena suara Edmond nggak terdengar lagi.

"Putri, memangnya Mahira mau menikah sama aku?" tanya Edmond.

"Sekarang aku yang tanya sama kakak, apakah kakak mau menikah dengan Mahira seandainya dia hamil?"

"Asalkan dia mau menjadi istriku yang sesungguhnya dan belajar melupakan Teddy, aku mau. Kamu kan tahu, dari dulu aku memang mencintainya."

"Dan anaknya."

"Akan ku sayangi seperti anakku sendiri."

"Kakak sungguh-sungguh, kan?"

"Kalau memang Mahira siap untuk menikah denganku, besok aku datang ke Manado."

"Ok. Aku akan bicara dengan Mahira. Malam ini, aku kasih kabar ke kakak."

"Aku akan menunggu dengan senang hati. Katakan pada Mahira, rasa yang dulu masih tetap sama."

Putri mengahiri percakapan diantara mereka. Ia kini menatap sahabatnya. "Edmond bersedia, Ra. Bagaimana denganmu?"

"Aku bingung, Put. Kita pulang aja, yuk!"

**********

Oma Yohana tersenyum melihat cucunya yang memasuki kamarnya.

"Oma senang kamu sudah ada di sini. Eh, kenapa matamu bengkak?"

Tadi ada sedikit salah paham dengan teman di kantor. Oma kan tahu kalau aku kadang suka jadi cengeng." Mahira menarik kursi agar mendekat dengan kursi roda omanya. Sudah setahun ini omanya tak bisa lagi berjalan.

"Mahira, kapan kau akan menikah? Rasanya oma sudah tak sabar ingin melihat kau menggunakan gaun pengantin."

"Oma, usiaku baru saja genap 22 tahun 2 bulan yang lalu. Aku masih ingin kerja."

Yohana membelai rambut cucunya. "Oma takut nggak akan sempat melihatmu menikah, nak. Carilah pria baik yang mau bertanggungjawab akan hidupmu sehingga kau bisa keluar dari neraka rumah ini. Oma nggak mau kamu kayak Maya dan Merry Yang menghabiskan waktu mereka di diskotik. Yang Oma dengar, Merry bahkan sudah pernah mengugurkan kandungannya. Kamu jangan kayak mereka ya? Perempuan yang baik adalah yang tahu menjaga kehormatan dirinya. Yang akan menyerahkan dirinya hanya kepada laki-laki yang sudah menjadi suaminya."

Susah payah Mahira menahan air matanya agar tidak jatuh. Bagaimana kalau aku hamil? Oma pasti akan kecewa. Apalagi sekarang aku dan Teddy sudah putus.

*********

Jam 10 malam

Mahira menulis pesan pada Putri.

Aku bersedia menikah dengan Edmond

********

Hallo semuanya, selamat datang di novel emak yang ke-12

Semoga makin suka ,ya???

Awal Pertemuan

Mahira mengingat saat pertama ia berjumpa dengan Edmond......

Mahira melompat turun dari angkot yang mengantarnya sampai di depan gerbang universitasnya. Ia tahu kalau hari ini ia sudah sangat terlambat di hari kedua pelaksanaan Bimbingan Mahasiswa Baru di fakultas ekonomi.

Pagi ini Mahira dibuat sibuk oleh kedua sepupunya, Maya dan Merry. Mereka minta dibuatkan nasi goreng karena pembantu di rumah sedang pulang kampung karena orang tuanya meninggal. Pada hal Mahira harus berangkat dari rumah jam 6 pagi karena seluruh mahasiswa baru di suruh berkumpul jam setengah tujuh pagi. Dan kini jam sudah menunjukan pukul 7 pagi.

Habislah aku! Batin Mahira.

"Terlambat?"

Langkah Mahira terhenti. Ia celingukan mencari sumber suara itu. Dia akhirnya melihat seorang cowok tampan yang sedang melangkah ke arahnya. Dari kaos yang dikenakannya, Mahira tahu kalau cowok ini adalah panitia.

"Selamat pagi, kak!" Mahira membungkuk memberi hormat. Ia kenal kakak yang satu ini. Paling diminati oleh para gadis. Edmond Moreno. Pria keturunan Spanyol-Manado. Tapi dia kan mahasiswa fakultas Tehnik? Ngapain juga nyasar di fakultas ekonomi?

"Kenapa terlambat? Ingin lari keliling lapangan ya?" tanya Edmond dengan tatapan yang dingin dan tajam.

"Siap salah. Saya ada pekerjaan tambahan di rumah."

"Memangnya kamu asisten rumah tangga?"

"Oma ku sedang sakit. Nggak ada yang mengurus Oma di rumah."

Edmond menatap gadis di depannya dengan intens.

"Kamu nggak bohong kan?"

"Nggak, kak."

"Mana buktinya kalau kamu memiliki Oma?"

"Ada foto di ponsel ku. Namun kami nggak diijinkan untuk membawa ponsel."

"Berikan nomor ponselmu. Jika kamu sudah di rumah, kirim videomu bersama dengan Oma mu."

Mahira pun menyebutkan nomornya. Edmond mencatat dengan cepat.

"Sekarang, kamu harus berpura-pura sakit. Ayo!" Edmond langsung menggandeng tangan Mahira.

"Kak, kok main pegang-pegang sih?"

"Ceritanya kan kamu sakit. Jadi harus pura-pura pusing. Kalau nggak, kamu lari keliling lapangan. Mau?"

Mahira pun membiarkan Edmond menggandengnya dan melangkah menuju ke fakultas ekonomi.

Teddy Kandow, yang merupakan salah satu panitia di fakultas ekonomi menatap kedatangan Mahira dan Edmond.

"Terlambat?" tanya Teddy sambil menatap Mahira dengan tajam.

"Dia pusing. Tadi aku menemukannya pingsan di gerbang. Jadi aku membawanya dulu ke ruang kesehatan. Tekanan darahnya agak rendah." Ujar Edmond.

Teddy kembali menatap Mahira.

"Siapa namamu?" tanya Teddy.

"Mahira, kak." Jawab Mahira dengan jantung yang berdetak cepat. Ia sempat melihat beberapa mahasiswa yang lari keliling lapangan karena terlambat.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Teddy lagi.

"Sudah agak baikan, kak." Mahira menunduk. Tak berani menatap Teddy.

"Silahkan bergabung dengan teman-temanmu."

Mahira menarik tangannya perlahan yang masih dipegang oleh Edmond. "Terima kasih sudah menolong saya, kak."

Edmond tersenyum. Beberapa senior cewek jelas sangat iri melihat Mahira yang dipegang oleh Edmond.

"Masalah lagi di rumah?" tanya Putri saat Mahira ikut duduk di atas rumput.

"Biasalah. Maya dan Merry."

"Dua sepupumu itu memang iblis."

Mahira hanya bisa menarik napas panjang. Ia melihat kalau Edmond masih bercerita dengan beberapa senior dan sesekali cowok itu menatapnya.

"Beruntungnya kamu diselamatkan oleh Edmond." bisik Putri.

"Beruntung apanya? Dia itu kan playboy di universitas ini."

Teddy mendekat. "Kenapa kalian berdua saling berbisik?"

"Nggak ada apa-apa, kak. Aku hanya bertanya kalau Mahira sakit apa." ujar Putri.

"Ya, sudah. Perhatian ke depan karena kegiatan hari ini akan dimulai."

Mahira dan Putri menarik napas lega.

********

Hari sudah malam saat Mahira pulang ke rumah. Ia ingin mandi secara cepat dan bermaksud akan melihat omanya. Namun saat ia akan melangkah ke luar kamar, ia mendengar ponselnya berbunyi. Ada pesan yang masuk dari nomor yang tidak dikenal.

Mana buktinya kalau kamu punya Oma

Mahira mendengus kesal. "Edmond!" Ia lalu ke kamar omanya.

"Oma....!"

"Sayang, kau sudah pulang?"

Mahira mengangguk. Ia mendekati omanya. "Oma, kita buat video, yuk!"

"Video untuk apa?"

"Bahwa aku punya Oma. Ini ada tugas dari kampus." Mahira langsung mengarahkan ponselnya ke arah omanya.

"Hai kak, ini Oma aku. Namanya Oma Yohana." ujar Mahira sambil menunjukan keberadaan dirinya dan sang Oma yang sedang duduk di atas tempat tidur.

Setelah itu, ia pun mengirim video itu ke nomor Edmond.

"Oma, aku mandi dulu ya? Oma sudah makan?"

"Sudah. Frans yang memberi Oma makan. Oma senang karena dia sudah kembali dari luar kota."

Mahira mengangguk. Ia juga senang jika om nya ada di sini. Setidaknya, ia akan bebas dari perintah untuk mengerjakan ini dan itu.

Saat ia kembali ke kamarnya, masuk pesan lagi dari Edmond.

Kamu cantik, seperti oma mu.

Mahira hanya tersenyum. Dasar play boy!

***********

Selama satu minggu pelaksanaan kegiatan bimbingan mahasiswa baru, Mahira selalu melihat Edmond hadir di fakultasnya. Cowok itu sering menatap Mahira diam-diam namun Mahira tak mau menjadi besar kepala karena ia tahu kalau Edmond diminati oleh banyak orang bukan hanya karena ia berwajah tampan namun juga karena ia anak orang kaya. Walaupun yang Mahira perhatikan kalau penampilan Edmond sangatlah sederhana. Ia lebih banyak membawa motor sport nya dari pada koleksi mobil mewah milik keluarganya.

"Ra, kemarin kak Teddy menanyakan tentang dirimu." ujar Putri saat mereka sedang istirahat sejenak sebelum melanjutkan acara penutupan malam ini.

"Teddy Kandow maksudmu?"

"Ya, Teddy mana lagi?"

Mahira mengerutkan dahinya. "Ada apa sampai kak Teddy menanyakan aku?"

"Dia tanya siapa kamu, keluarga mu, apakah kamu sedang dekat dengan seseorang atau tidak. Aku pikir kalau dia menyukaimu."

Mahira tertawa. "Kak Teddy menyukai ku? Bisa saja kau ini. Aku akui, kak Teddy juga tampan dan berkharisma. Pembawaannya yang tenang membuat banyak orang menyukainya. Mana mungkin dia suka dengan aku?"

"Mahira. Kamu ini cantik. Darah Dayak dan Manado yang mengalir di tubuhmu menciptakan sosok gadis yang manis, lucu, walaupun kadang juteknya suka keluar."

Mahira semakin kuat tertawanya. Sampai akhirnya tawanya terhenti saat melihat Teddy menatapnya dengan tatapan yang dingin dan penuh misteri. Gadis itu langsung mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Ia justru kini berhadapan dengan Edmond yang sedang menatapnya sambil tersenyum. Mahira memilih pura-pura membuka tas yang dibawahnya dan mengambil ponselnya. Hari terakhir memang mereka sudah diijinkan untuk membawa ponsel dan tas mereka sendiri.

Sebuah pesan masuk.

Hai Mahira, bolehkah selesai acara aku mengantar kamu pulang?

Itu pesan dari Edmond.

Wajah Mentari menjadi tegang. Ia tak berani menoleh ke arah Edmond berdiri.

"Siapa? " tanya Putri.

"Oma." jawab Mahira lalu kembali menyimpan ponselnya itu.

Acara penutupan kegiatan bimbingan mahasiswa pun selesai tepat jam 10 malam.

"Pulang bersama saja." Ajak Putri.

"Jangan, Put. Rumah kita kan nggak searah. Nanti papamu memutar jauh. Masih ada angkot. Lagi pula ini kan malam minggu. Jadi pasti masih ramai."

"Baiklah. Aku pulang dulu ya?" pamit Putri lalu sedikit berlari ia menuju ke mobil papanya yang sudah menunggunya di sana.

Mahira mengambil mantelnya dari dalam tasnya saat ia merasakan kalau udara semakin dingin. Ia berdiri di halte bis untuk menunggu angkot yang lewat. Namun entah mengapa angkot yang dinanti tak kunjung datang dan kampus semakin sepi.

Mahira hampir putus asa ketika sebuah motor berhenti di depannya.

"Ayo pulang!" Kata Edmond sambil membuka penutup helmnya.

"Aku tunggu angkot saja, kak." tolak Mahira.

"Angkotnya lama. Lagi pula ini sudah hampir jam 11 malam. Ayo aku antar!" Edmond turun dari motor dan mengambil sebuah helm lain dari bagasi motornya.

Mahira agak ragu sebenarnya untuk menerima ajakan Edmond.

"Jangan takut! Aku bukan cowok mesum yang akan mengambil keuntungan darimu. Rumah kita searah." ujar Edmond sambil tersenyum.

Mahira pun menerima helm itu. Ia memakainya dan dengan sedikit rasa gugup, ia duduk di belakang Edmond. Cowok itu pun perlahan menjalankan motornya.

Entah hanya perasaan Mahira saja namun ia merasa kalau Edmond menjalankan motornya dengan sangat pelan seolah tak ingin mereka lekas sampai.

"Terima kasih, kak." ujar Mahira lalu segera turun dari motor dan memberikan kembali helm Edmond. Tanpa menunggu Edmond pergi, Mahira langsung mendorong pintu pagar dan masuk ke dalam rumah.

Saat Mahira sudah mandi dan bersiap untuk tidur, ia menerima pesan dari Edmond.

Aku suka padamu. Aku bahkan berharap

jika kau sudah siap, kau akan menjadi

pacarku. Have a nice dream Mahira.

***********

Hari-hari kuliah pun dimulai. Mahira berusaha untuk tak terganggu dengan semua pesan yang dikirimkan Edmond padanya.

Edmond dengan segala pesonanya, semua kata manisnya dan perhatiannya yang sungguh sangat berlebihan menurut Mahira, sebenarnya mampu membuat gadis manapun termasuk Mahira akan jatuh hati padanya. Namun Mahira menutup pintu hatinya sangat rapat. Ia tak mau jatuh hati pada pria tampan itu. Ia tak mau menjadi korban Edmond selanjutnya. Mahira merasa bahwa ia hanyalah gadis biasa. Gadis yatim piatu yang hanya menumpang di rumah om dan tantenya. Mahira tak mau kalau kedua sepupunya akan merasa tersaingi dan berusaha memutuskan hubungannya dengan Edmond. Mahira tak ingin patah hati disaat usianya masih 17 tahun. 4 kali, Edmond menyatakan cintanya pada Mahira dan 4 kali juga Mahira menolaknya. Bahkan di hari wisudanya, Edmond masih meminta Mahira untuk menemaninya. Dan Mahira membuat Edmond sangat kecewa saat gadis itu mengatakan tidak.

Di satu sisi, Teddy pun semakin mendekati Mahira. Teddy memang tampan. Namun tak setampan Edmond. Itu menurut Putri. Teddy sedikit pendiam. Sangat berbeda dengan Edmond yang sedikit cerewet, menurut Mahira. Teddy hanya menunjukan perhatiannya dengan tindakan kadang tanpa bicara. Seperti saat mereka tak sengaja ketemu di rumah sakit ketika oma Mahira harus dirawat. Waktu itu Mahira merasa sangat sedih karena om, Tante dan kedua sepupunya sedang berlibur di luar kota. Teddy tanpa diminta membantu Mahira merawat sang oma selama 2 hari. Ia bahkan rela tak pulang ke rumahnya. Hal itulah yang membuat Mahira mulai jatuh hati pada Teddy, sampai akhirnya, sebulan setelah omanya keluar dari rumah sakit, Teddy menyatakan cintanya pada Mahira. Dan Mahira menerimanya karena oma juga mendukungnya. Putri yang terlihat kecewa karena sesungguhnya Putri menginginkan Mahira bersama Edmond.

***********

Hallo semua.....

sampai di sini, bagaimana kisah ini?

berikan komentarmu ya?

Ketemu calon Suami

"Ayo turun!" ajak Putri sambil membuka sabuk pengamannya.

Mahira masih diam tanpa gerakan apa-apa membuat Putri menatap sahabatnya itu.

"Ra, jangan bilang kalau kamu berubah pikiran. Ingat nasib Oma Yohana di rumah."

Jantung Mahira rasanya mau lepas. Ia memandang rumah megah yang ada di hadapannya. Inilah salah satu alasan mengapa dulu ia tak mau bersama Edmond. Lelaki itu berasal dari keluarga kaya. Sedangkan orang tua Teddy tak sekaya orang tua Edmond.

"Aku malu, Put."

"Kenapa malu?"

"Dulu aku menolaknya. Bahkan sedikit kasar aku pernah berbicara padanya. Bagaimana sekarang aku harus memohon padanya untuk menyelamatkan nama baikku? Mungkin sebaiknya kita nggak ke sini. Ayo kita pergi!"

"Bagaimana jika kau beneran hamil?"

Wajah Mahira mendadak pucat. Ia kembali menatap rumah megah itu. "Kenapa juga kita harus bertemu di sini?"

"Kamu sendiri yang nggak mau saat Edmond mengajak kita bertemu di restoran. Katamu takut dilihat orang. Mau ajak ketemu di hotel juga nggak mau. Ya paling aman di rumah Edmond ini."

Mahira menatap jam tangannya. Sudah jam 5 sore. Tadi sepulang kerja, Putri sudah mengajaknya ke sini karena Edmond ternyata menepati janjinya. Ia langsung datang keesokan harinya. Pria itu baru tiba tadi jam 3 sore di bandara dan langsung menghubungi Putri.

"Ayo, Ra. Jangan buat Edmond menunggu lagi." Putri menepuk tangan Mahira sebelum keluar dari mobil.

Masih dengan keraguan yang ada, Mahira pun membuka sabuk pengamannya dan ikut turun bersama Putri.

Sebelum keduanya mengetuk pintu rumah, sang pemilik rumah sudah lebih dahulu membukanya.

"Hai.....!" Sapa Edmond dengan senyum manisnya. Cowok itu masih seperti dulu. Tampan, penuh pesona dan terlihat lebih macho dengan rahang yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus.

"Hallo, Kak Ed." Putri yang berinisiatif membalas sapaan itu.

Edmond menatap Mahira yang nampak tertunduk. "Mahira, apa kabarnya?"

Mahira mengangkat wajahnya perlahan. Berusaha tersenyum walaupun sebenarnya ia sangat malu dan gugup.

"Baik, kak."

"Ayo masuk!" Edmond melebarkan daun pintu dan membiarkan kedua gadis itu melangkah lebih dulu. Ia menutup pintu kembali lalu menyusul kedua gadis itu.

"Ayo duduk dulu!" ajak Edmond.

"Di rumah nggak ada orang, kak?" tanya Putri saat melihat suasana rumah yang sepi.

"Sudah 5 bulan ini daddy sama mommy di Spanyol. Mommy sedang berobat dan Daddy ada bisnis di sana. Yang tinggal di rumah ini hanyalah sepupuku dan 2 orang pelayan. Sepupuku kerja dan pulangnya mungkin malam. Sedangkan dua orang pelayan sengaja aku suruh pergi jalan-jalan supaya kita bebas bercerita di sini." Jawab Edmond.

"Oh, gitu ya? Kalau begitu, aku tinggalkan kalian berdua ya?" Putri berdiri.

"Kamu mau kemana, Put?" tanya Mahira panik dan langsung ikut berdiri.

"Aku hanya akan ke dapur dan mencari makanan. Kalian ngobrol saja. Kak Ed, bolehkan aku makan? Soalnya tadi pas istirahat makan siang, aku hanya makan sepotong kue."

Edmond mengangguk. "Tahu dapurnya kan?"

"Tahu dong. Aku akan sudah beberapa kali pernah ke sini." Ujar Putri lalu segera pergi.

Dulu, Edmond pernah mengundang Putri dan Mahira ke sini beberapa kali. Saat adik Edmond berusia ke-17, saat Edmond ulang tahun dan saat orang tuanya merayakan 25 tahun pernikahan mereka.

Mahira sendiri hanya sekali datangnya. Itupun setelah Edmond memohon padanya karena pas di momen ulang tahun Edmond. Tentu saja Teddy juga diundang. Dan Edmond terlihat kecewa saat Mahira justru datang bersama Teddy.

Setelah ditinggal oleh Putri, Edmond yang awalnya duduk berhadapan dengan Mahira, kini berpindah tempat di samping Mahira.

"Kau sudah melakukan test?" tanya Edmond lembut. Masih seperti dulu.

"Belum, kak. Tanggal haid ku nanti minggu depan." Jawab Mahira berusaha menghilangkan rasa gugup di hatinya.

"Jangan dulu lakukan tes apapun sampai kita sudah menikah. Agar aku akan merasa bahwa anak itu adalah milikku. Kita lakukan tes bersama setelah pernikahan kita."

"Kak, aku sebenarnya malu padamu. Aku...."

"Jangan malu!" Edmond secara tak terduga memegang tangan kanan Mahira. Spontan Mahira akan menariknya namun Edmond menahannya. "Aku ingin tahu dulu, apakah benar kamu bersedia menikah denganku?"

"Kak, kamu tahu kalau pernikahan ini terjadi karena aku mungkin hamil."

"Ok. Tapi bagaimana dengan kamu? Apakah kamu mau menjalani kehidupan pernikahan denganku secara benar? Karena aku tak mau pernikahan dijadikan sebuah permainan. Aku ingin kamu menjadi istriku secara utuh. Aku akan membantumu dengan caraku sebagai suamimu untuk membuat dirimu melupakan pria brengsek yang sudah meninggalkanmu."

"Jika kita sudah menikah, kau boleh membawa Oma Yohana untuk tinggal bersama kita di rumah ini."

Mahira masih diam. Jujur, ia bingung.

"Mahira, aku akan menerima kamu apa adanya tanpa mengungkit masa lalu mu. Hanya satu permintaan ku, jika kau sudah menjadi istriku, jangan pernah terlibat dengan masa lalu mu."

Mahira memberanikan diri menatap Edmond. Apakah benar pria ini masih mencintainya seperti dulu? Ataukah ini hanya sekedar obsesi yang tak kesampaian dan sekarang ingin digapainya? Ataukah ada sesuatu yang dia inginkan di pernikahan ini?

"Kau diam, berarti kau siap menjalani pernikahan denganku kan?"

Mahira akhirnya mengangguk. Ia tak tahu apakah keputusannya ini sudah tepat atau tidak. Namun ia mencoba menjalankannya. Demi bayi yang mungkin di kandungnya dan demi Oma Yohana yang sakit.

"Beri aku waktu dua minggu untuk mempersiapkan segalanya. Besok malam aku akan datang ke rumah om mu untuk melamarmu. Lusa, aku harus kembali ke Kalimantan. Aku akan menyerahkan semua urusan pernikahan kita dari WO yang adalah milik saudaraku. Mereka sudah terkenal di kota ini."

"Dua minggu dari sekarang? Bukankah itu terlalu cepat?" tanya Mahira.

"Apakah kau akan menunggu sampai mereka tahu kalau kau sudah hamil baru mau menikah? Aku setuju dengan kak Edmond." Putri tiba-tiba menyela.

"Tapi, Put." Mahira masih ragu.

Edmond yang masih memegang tangan kanan Mahira mengeratkan pegangan tangannya membuat Mahira terpaksa menatap Edmond. "Dua minggu dari sekarang atau tidak sama sekali. Aku nggak punya banyak waktu karena pekerjaanku sangat banyak, Mahira."

Mahira terkejut mendengar nada bicara Edmond yang penuh ancaman. "Aku....!"

"Kak Ed, kami menunggu kedatangan mu di rumah Mahira esok malam." Putri menatap sahabatnya itu sambil melotot.

Edmond mengangguk. Ia mencium tangan Mahira yang ada digenggamnya. "Sampai jumpa besok, sayang."

Mahira merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia segera menarik tangannya dari genggaman Edmond dan segera berdiri.

"Ayo kita pulang, Put. Oma harus meminum obatnya."

Putri menatap Edmond. "Kami pergi dulu, ya kak."

Mahira langsung melangkah tanpa berani lagi menatap Edmond. Perasaan menjadi kacau balau. Bayangan wajah Teddy kini seperti menempel di pelupuk matanya.

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah, Mahira nampak diam.

"Ra, aku nggak turun ya? Kamu segera saja menyampaikan kedatangan Edmond besok malam."

Mahira hanya mengangguk. Ia pun turun dan melambaikan tangannya pada sahabatnya itu sebelum Putri menghilang dengan mobilnya.

Kebetulan om Frans dan tante Wulan sedang duduk di teras depan sambil menikmati kopi.

"Selamat malam, om, tante!" Sapa Mahira.

"Selamat malam, nak. Baru pulang kerja ya?" tanya Frans penuh kasih kepada keponakannya itu.

"Iya om. Oh ya, Mahira ingin bicara sesuatu." ujar Mahira lalu mengambil tempat duduk di depan mereka.

"Ada apa?" tanya Wulan terlihat sedikit tak suka. Ia memang tak mau jika suaminya terlalu dekat dengan Mahira. Ibu Mahira adalah adik dari Frans.

"Besok malam, pacar ku ingin datang ke sini dan melamar ku."

"Si Teddy?" tanya Wulan. Ia tahu pacar Mahira itu. Teddy adalah pria tampan. Anak orang kaya. Wulan pernah berharap agar Teddy menyukai salah satu dari anak gadisnya.

"Bukan. Namanya Edmond. Edmond Moreno." ujar Mahira sedikit takut. Masalahnya mereka hanya mengenal Teddy sebagai satu-satunya lelaki yang pernah dekat dengan Mahira.

"Edmond Moreno? Apakah dia anak pemilik Moreno hotel hotel dan Supermarket yang ada di seluruh Indonesia ini? Kalau tidak salah ayahnya Adriges Moreno dan ibunya Rahel Tambayong kan?" tebak Frans.

"Iya. Om."

"Kenal di mana kalian?" tanya Wulan dengan penuh curiga.

"Edmond dan aku sudah lama saling kenal. Kami berasal dari universitas yang sama. Saat aku dan Teddy putus beberapa bulan yang lalu, Edmond kembali dekat denganku. Dan karena ia sedang sibuk dengan pekerjaannya di Kalimantan, dia belum pernah ke sini." Mahira berusaha berbicara dengan santai. Ia memang bersyukur karena semenjak Teddy pindah ke Singapura dengan orang tuanya, Teddy tak pernah lagi datang ke rumah ini. Jika Teddy pulang ke Manado, ia lebih suka mengajak Mahira ke apartemennya atau jalan keluar. Teddy memang tak pernah suka dengan keluarga Mahira kecuali Oma Yohana.

"Persiapan dirimu dengan baik, nak. Kami akan menunggu kedatangan calon suami mu besok."

Mahira tersenyum mendengar perkataan om Frans. Ia kemudian permisi untuk ke kamarnya.

"Apakah keluarga Moreno adalah keluarga kaya? Lebih kaya dari keluarganya si Teddy?" tanya Wulan penasaran.

"Keluarga Moreno termasuk salah satu keluarga terkaya di Asia. Memang bisnis mereka di Indonesia hanyalah hotel dan Supermarket itu. Namun keluarga Moreno di Spanyol adalah keluarga bangsawan yang kaya dan terpandang dengan bisnis yang sangat banyak."

Sial! Beruntung sekali Guman Wulan dalam hati.

**********

Edmond Moreno

Mahira Amalia Hamurang

Teddy Kandow

Monalisa Anggraini

Nah, segitu dulu perkenalkan tokohnya semoga suka ya ..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!