NovelToon NovelToon

My Wife Is A Military

Kenalan dulu.

Kenalkan ini karya author paling seru yah. 🤭

Cerita ini mengandung makna hubungan yang tak sesuai dengan hati.

Update setiap hari yah....🤗

Sebelum baca, jangan lupa favorite Like and Vote. Kita saling mendukung.. dan sama sama berkarya.

Happy reading...🥰

💞💞💞💞💞💞💞💞💞

"Ambu, aku berangkat yah?" pamit Tio bersalaman pada Evi ibunya, orang tua satu satunya yang masih tersisa dimuka bumi ini.

Tio mencium punggung tangan Evi untuk mengemban tugas negara disalah satu daerah konflik sebagai perawat pilihan.

Perawat yah, bukan Dokter, hehehe.

"Ingat, jangan deket deket sama wanita lain. Kamu sudah Ambu dan Abah nikahkan!" jelas Evi mengingatkan Tio.

"Iiighs, iya. Ambu jangan bahas bahas nikah yah. Aku nggak mau bahas pernikahan saat ini. Berapa kali aku gagal menjalin hubungan, karena Ambu bilang aku udah nikah sama cewek yang aku bawa kerumah, tapi wujud istriku sampai detik ini aku nggak pernah lihat Ambu!" godanya pada puncak hidung Evi.

"Ck kamu jangan gatel aja. Kayak ulet nangka!" kekeh Evi menjawab candaan Tio.

"Iya Ambu sayang, yang penting aku pergi selama tiga bulan, Ambu harus jaga kesehatan. Jangan capek capek apalagi strees. Yah, kangenin aku saja," kekeh Tio.

"Hmmm," jawab Evi melepas kepergian putra satu satunya itu.

Brum brum brum...

Mobil dinas sudah menjemput Tio didepan rumah keluargannya. Tio memeluk Evi, seragam putihnya sempat basah karena deraian air mata sang ibu.

Tio mengusap bahu Evi agar jangan menangisi kepergiannya.

"Ini hanya tiga bulan Ambu. Bukan tiga tahun," bisik Tio pada Evi.

"Tetep weeeh Ambu kangen hikz," isaknya.

Tio mengusap airmata sang ibu, mengecup keningnya kemudian berlalu meninggalkan kediamannya.

Disisi lain, tiga gadis cantik menuju lokasi yang menakutkan bagi mereka.

"Iiighs, kalau gue mati deluan doain gue yah guys. Taburin bunga setiap hari, nyanyiin gugur bunga saat pemakaman," kekeh Deny sahabat Tia menuju lokasi mereka.

Ya, Tia, Deny dan Uli akan berangkat ke daerah konflik selama tiga bulan. Mereka bertiga adalah Kowad Pasukan Elite.

Tia berpangkat Mayor karena meliki otak yang sangat genius dalam mengatur strategi. Dia wanita anggun jika di kantor, tapi menjadi macan asia jika berada dilapangan.

Tiga dara muda negeri ini sangat berani dalam menghadapi pertempuran. Mereka ditugaskan hanya karena tidak ada yang bisa menaklukkan musuh di daerah konflik itu. Ditambah kurangnya tenaga wanita untuk menyelamatkan ibu dan anak di daerah konflik tersebut. Setidaknya bisa menjadi guru untuk anak anak yang tidak beruntung di daerah tersebut.

⏳✈️Mereka melakukan perjalanan lebih kurang dua jam 45 menit. Tia, Deny dan Uli turun dari pesawat tempur menuju bedeng yang telah disiapkan warga.

"Silahkan mba. Semoga bisa beristirahat," jelas kepala desa meninggalkan tiga wanita itu didalam kamar pengap dan sempit.

"Iya Pak, terimakasih," ucap Tia, Deny, dan Uli secara serempak.

Kepala desa berlalu meninggalkan tiga gadis itu, menuju kediamannya. Suara jangkrik dan sahutan cicak saling menyapa kehadiran tiga dara dari pasukan elite. Mereka hanya beristirahat sambil duduk dipinggir kasur, mesti berjaga jaga di sekeliling kamar.

"Kita gantian aja kalau mau tidur," ucap Tia pada Deny dan Uli.

"Siap," ucap Deny.

"Gue kemaren beli ini lhoo Ul,"

Tia menunjukkan sempi seri terbaru yang dia punya.

"Lo beli dimana Ti? bagus, lebih kecil dari yang kemaren," senyum Uly melihat sempi seri terbaru milik Tia.

"Bokap gue yang ngasih. Gue terima aja," jelasnya terkekeh.

"Iya, lupa gue. Bokap lo kan Jendral," kekeh Uly ngeledek Tia yang tengah bersandar didinding kayu.

"Enak aja lo. Bokap gue maaah Jendral doang, tapi kolot," curhat Tia pada Uli dan Deny.

"Kenapa lagi? bukannya kemaren udah kelar masalah dengan si Doni? cowok lo yang kere dan nggak ada penghasilan itu," kekeh Uli menggoda Tia.

"Iiighs seneng banget ngegodain gue. Kan gue nggak tau. Jadi santai aja," tawa Tia pecah membangunkan seisi rumah.

Tiba tiba,

Dor dor dor....

Terdengar suara tembakan dari luar kamar, mengenai lengan Deny yang tengah terlelap sambil duduk.

"Auuuugh Tuhan, sakitnya," isak Deny.

Tanpa menunggu lama Tia dan Uli membawa Deny ke klinik terdekat.

Dor dor dor...

"Tunduk!" teriak salah satu pria tegap.

Tia menyesiasati sekelilingnya, sambil membopong Deny menuju rumah sakit terdekat. Tiga gadis itu memang hanya menggunakan baju kaos coklat dan celana panjang hitam tanpa menggunakan atribut kesatuan. Tia membawa Deny, sementara Uli menunggu di luar rumah sakit berjaga jaga dengan seorang pria dari kesatuan yang berbeda.

Tia memanggil Dokter atau perawat yang bertugas malam itu.

"Mas, tolong selamat kan teman saya!" tegas Tia pada pemuda kaku seperti maliakat subuh itu.

"Maaf mba! Saya bukan Dokter. Tunggu Dokter aja sampai besok pagi," tegas Pria itu kembali ke posisi semula.

Kreeek Kreeek...

Tia mengokang sempi terbarunya mengarahkan pada pria sekaku malaikat pencabut nyawa itu.

"Lo kerjain, atau gue dor sekarang!" sarkas Tia menatap pria itu langsung mengambil peralatan untuk melakukan tindakan.

Tia menatap name tag bertuliskan Tio di dada pria dingin itu.

"Hmmm cepat lakukan, sebelum warga bangun!" tegas Tia.

"I i iya mba, kalian ini ternyata preman warga sini yah?" tanya Tio pada Tia tanpa menatap.

"Diam aja. Nggak usah ngurusin kami. Cepat keluarkan pelurunya," tegas Tia.

"Hmm ini bakal sakit lhoo. Kasihan temennya," ucap Tio.

"Lakukan saja!" sarkas Tia.

"Hmmm," Tio hanya mendehem, tanpa melihat Tia kembali. Mereka saling mengutuk satu dan lainnya didalam hati masing masing.

Tia menunggu Deny hingga pukul 04.00 dini hari waktu setempat.

Uli masih berada diluar bersama pria dari kesatuan berbeda.

"Semoga Deny nggak apa apa deh," batin Uli menatap jam yang melingkar ditangan kanannya.

🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖

Sebelum kita lanjut ke cerita, kita kenalan dulu yah... buat cuci mata sampai bersih...🤭

Nama: Sersan Deny Angraini

Usia: 25 tahun

Pekerjaan: Kowad Pasukan Elite TNI AD

Status: Single

Karakter: Baik, perhatian dan keras kepala

Berdarah Sunda

Hubungan dengan karakter lain: Sahabat satu kesatuan Tia.

Nama: Letkol Uli Artha

Usia: 27 tahun

Pekerjaan: Kowad Pasukan Elite TNI AD

Status: Single

Karakter: Baik, perhatian dan egois

Berdarah Sunda

Hubungan dengan karakter lain: Sahabat satu kesatuan Tia.

Nama: Mayor Cut Mutia Atmaja/ Tia

Usia: 25 tahun

Pekerjaan: Kowad Pasukan Elite TNI AD

Status: Single

Karakter: Keras kepala, baik, perhatian.

Berdarah Aceh Sunda

Hubungan dengan karakter lain: Istri dari Bambang Sulistio/ Tio dari perjodohan kawin gantung. Putri dari Jendral Aditya Atmaja.

Nama: Bambang Sulistio/ Tio

Usia: 26 tahun

Pekerjaan: Perawat pasukan elite

Status: Single

Karakter: Keras kepala, penyayang, egois dan perhatian.

Berdarah Sunda

Hubungan dengan karakter lain: Suami dari Cut Mutia/ Tia dari perjodohan kawin gantung.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Semoga suka dengan visualnya, mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏

Setidaknya kalian penyemangatku!

Tarimokasih, khamsiah, hatur nuhun....🤗🔥

Statusnya sudah menikah.

Setelah menghadapi malam yang sedikit mengancam, akhirnya peluru yang bersarang dilengan Deny mampu dikeluarkan oleh perawat yang bernama Tio. Berdasarkan nasehat Tio, Deny harus mendapat perawatan di rumah sakit menjelang siang. Menunggu dokter visit datang. Mau tidak mau walau masih dalam perasaan kesal Tia menuruti perintah Tio.

Uli menghampiri Tia.

"Gue rasa kita satu pesawat deh, sama perawat ini Ti? bener nggak yah?" tanya Uli ragu.

"Ck muka kayak gitu maah pasaran! dimana mana ada wajah seperti itu," kekeh Tia menepuk pundak Uli.

"Gimana? cowok kemaren dari kesatuan mana?" tanya Tia berbisik.

"Dari kesatuan Pusat Kesenjataan Infanteri," jelas Uli.

"Hmmm, nggak ada yang cakep," kekeh Tia.

"Dari pada Doni?" kekeh Uli.

Tia melototkan kedua bola mata indahnya menghadap Uli.

"Nggak ada selain Doni yang dibahas?" kesel Tia mencubit perut Uli.

"Lo tau nggak?" tambah Tya.

"Nggak," jawab Uli bego.

"Iiighs," wajah Uli berubah kesal membuang pandangannya dari Uli.

"Iya lo cerita aja kali!" kekeh Uli.

"Hmmm, ntar aja deh! nggak penting juga,"

Tia berlalu mendekati Deny, menyadari sahabatnya sudah siuman dari pengaruh biusnya.

"Masih sakit?" tanya Tia mengusap bahu Deny.

"Hmmm dikit, udah bisa pulang kan?" tanya Deny saat membuka mata.

"Tunggu Dokter visit dulu," jelas Tia.

Deny menatap Tia dan Uli memberi senyuman pemungkas, yaaah sebuah senyuman persahabatan karena mereka sering menghabiskan waktu bersama.

"Do'a lo ngeri seeeh, masak minta nyanyiin gugur bunga!" geram Tia menatap Deny.

"Trus apa dong?" tanya Deny tersenyum.

"Apa kek, jangan mati dulu, kita belum nikah!" kekeh Tia menatap Uli.

Uli menatap dua sahabatnya, "kalian aja yang belum nikah, aku ntar lagi lamaran!" kekeh Uli.

Tentu Tia dan Deny menatap kesal pada Uli.

"Iiiighs!" ucap mereka serempak.

Ketiganya saling bercanda, sesekali melihat kearah luar menunggu kehadiran dokter yang akan memeriksa keadaan sahabat mereka.

⏳10 menit kemudian Dokter dan salah satu perawat tadi malam menghampiri Deny. Dokter memeriksa kondisi Deny kemudian mendekati Tia dan Uli, meninggalkan Tio yang tengah mengganti perban sebelum pulang.

"Kalian dari kesatuan mana?" tanya Dokter Ibra.

"Siap, kami dari Kopassus 3868 Siliwangi Dok," jelas Uli.

"Hmm temennya baik baik saja. Hanya luka kecil di lengan. Lain kali hati hati," bisik Dokter Ibra pada Tia dan Uli.

"Siap Dok!" hormat dua wanita itu.

Ibra tersenyum kemudian memberi kode pada Tio meninggalkan tiga wanita tangguh itu.

Uli menggoda Tia, "kayaknya sang dokter free tuh. Lo nggak suka sama dokter?" goda Uli.

"Iiighs, gue udah dinikahin sama Bapak!" rungut Tia pada Uli dan Deny.

"Apaaaaaaa!!!! seriuus???"

Deny dan Uli benar benar terlonjak kaget mendengar penuturan Tia yang sangat jujur dan benar benar tulus.

"Ck udah aaagh. Jangan dibahas dulu. Pulang dari sini kita bahas," jelas Tia pada dua sahabatnya.

⏳Waktu berputar, hari berganti hari, tanggal dan bulan perlahan mulai berganti. Masih ditahun yang sama. Tiga dara itu melakukan tugasnya sangat baik. Perencanaan Tia sepulang dinas, dia akan melanjutkan pendidikan melanjutkan karier menjadi Letkol. Tentu tidak mudah, Tia harus melakukan beberapa ujian dan menghadapi beberapa tantangan dari Aditya sang ayah.

"Lo jadi istri pulang dari sini?" kekeh Uli disela sela lari pagi mereka mengelilingi perkampungan.

"Nggaklah. Gue mau nerusin karier. Nggak kepikiran nikah. Emang jaman Siti Nurbaya? ini udah jaman Justine bibir kaleee," kekeh Tia pada dua sahabatnya.

"Kali lo bisa ngelawan bokap lo," kekeh Uli,

"Yang ada di tarok didaerah, di bekukan jadi abon," tambah Deny.

Tentu Tia semakin kesal dibuly habis habisan oleh kedua sahabatnya. Dia hanya mengalihkan pandangannya kearah Ibra dan Tio tengah bersepeda membantu seorang ibu yang akan melahirkan.

Tia dan Tio benar benar tidak saling mengenal. Itulah pertama mereka bertemu saat perjalanan dinas. Hingga tidak ada respeck yang positif diantara keduanya.

Uli membawa Tia menghabiskan waktu disalah satu kedai kopi. Mereka berencana akan menghabiskan waktu diwarung kopi itu menjelang helikopter menjemput mereka.

"Kita pulang, hari ini berarti yah?" tanya Tia pada Uli.

"Ya iya lah. Emang lo mau tinggal disini," kekeh Uli.

"Ck kalau gue balik pasti bapak bahas itu lagi Ul," rengek Tia dibahu Uli.

"Baaaagh!" kejut Deny.

"Kucing, kuntilanak, setan lo!" latah Tia meracau nggak jelas.

Tentu disambut tawa bagi Uli dan Deny.

"Lagian gue ditinggal, mana cowok ganteng sangat tipis disini!" kekeh Deny.

"Jadi, kalau ada yang ganteng lo betah!" timpal Tia membuat Uli dan Deny semakin terkekeh.

"Udah jangan bahas cowok, enakan bahas pendidikan!" senyum Tia serius.

"Iiighz, songong amat lo! pendidikan, lo enak jalan menuju Roma mulus mulus wae...! naaah gue, jangankan ke Roma, ke Ledeng aja nunggu angkotnya lama!" tawa ketiganya pecah.

Membuat pemilik warung sedikit merasa aneh dan risih melihat wanita tapi tawanya melebihi kuntilanak tengah kelaparan.

Tia beberapa kali melihat kehadiran Tio disekitarnya, tapi mereka sama tidak saling menyapa. Dikarenakan mereka tidak ingin saling dekat karena kejadian beberapa bulan lalu yang sangat mengancam Tio. Dokter Ibra mendekati ketiganya, karena sang dokter dari kesatuan Angkatan Darat.

🚁 Tibalah helikopter menjemput mereka, menuju bandara. Tio tidak menyadari bahwa mereka adalah kopassus, malah menganggap tiga wanita adalah tawanan dari para gengster yang diselamatkan oleh TNI AD. Bodohnya pemikiran seorang perawat bernama Tio yang sangat cuek dengan keadaan dan situasi, hanya sibuk dengan dunia sendiri tanpa menghiraukan tiga wanita tomboi didepan mata. Yaaah, bisa dikatakan tidak peka, atau mengingat pesan sang ibu.

"Statusnya sudah menikah!" hehehehe.

⏳Mereka tiba dibandara pukul 04.00 dini hari. Tia, Uli dan Deny bergegas menuju Markas kesatuan elite TNI di Cijantung, untuk beristirahat sejenak. Sebelum kembali ke Bandung. Tia mesti menemui sang ayah. Jendral Aditya Atmaja.

"Pagi Pak!" sapa Tia sedikit lesu.

"Hmm, kamu sudah kembali? bagaimana?" tanya Aditya memeluk sang putri lebih urakan dari pada sebelum berangkat.

"Kok aku nggak dijemput dibandara? yang lain di jemput sama istrinya, orang tuanya, naaah aku kayak nggak diperhatikan!" racau Tia meletakkan ranselnya.

Aditya menaikkan alisnya, "bukankah kamu yang bilang kamu sudah mandiri? Nggak perlu perhatian bapak?" tegas Aditya.

"Bapaaaak! iiighs, anak pulang perang malah diajak ribut. Bapak nggak gentle iiighs. Aku mau istirahat. Kita pulang ke Bandung sore aja yah Pak? capek banget!" rengek Tia manja.

"Ck siang sudah ada di kantor. Buat laporan kamu! dirumah saya bapak mu! dikesatuan saya pimpinan mu!" tegas Aditya.

"Siap Ndan!" hormat Tia pada Aditya.

Jujur Tia sangat kesal dengan sang ayah, tapi yah gimana, hikz.

🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖

Nama: Jendral Aditya Atmaja

Usia: 54 tahun

Pekerjaan: Jendral TNI AD

Status: Menikah dengan Ibu Nanci Wijaya

Karakter: Tegas, disiplin, baik, dan perhatian.

Berdarah Aceh

Hubungan dengan karakter lain: Istri dari Nancy Wijaya, Ayah dari Cut Mutia Atmaja.

Nama: Nancy Wijaya

Usia: 52 tahun

Pekerjaan: Ibu Persit

Status: Menikah dengan Jendral Aditya Atmaja

Karakter: Disiplin, baik, lembut, dan perhatian.

Berdarah Sunda

Hubungan dengan karakter lain: Ibu dari Cut Mutia Atmaja.

Semoga suka dengan visualnya, mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏

Setidaknya kalian penyemangatku!

Khamsiah.... Hatur nuhun....🤗🔥

Aurel Atta.

Tio membuka kedua matanya tepat pukul 15.00 waktu Bandung, seakan akan hari ini dia tidak ingin membuka mata karena tubuhnya terasa sangat lelah. Tio mengambil handphone di balik bantal mencari nomor telfon sahabatnya, memberi kabar bahwa dia telah kembali dan kembali aktif besok pagi di rumah sakit TNI.

📨"Gue di Bandung, besok pagi gue masuk! Lo ke rumah nggak malam ini,"-Tio.

📳Drrrrt, drrrt...

📞"Miskin lo semenjak pulang dinas nggak ada paket telfon?"-Beny.

📞"Ban*gke! nggaklah, lagi malas aja gue nelfon,"-Tio.

📞"Lima menit lagi gue sampai dirumah lo! cepetan yah, gue nggak turun, nggak enak sama ambu," kekeh Beny menutup telfonnya.

Bergegas Tio ngacir menuju kamar mandi melakukan ritual sorenya.

⏳Lima menit kemudian Tio bergegas, melirik ke arah jendela, bener saja mobil sahabatnya Beny sudah terparkir didepan rumah.

📯Ntin ntin nti, klakson Beny berbunyi.

Tio bergegas keluar kamar, mencari sang ibu yang tengah berada dibelakang mengangkat jemuran.

"Ambu, aku keluar dulu yah," kecup Tio pada punggung tangan Evi yang masih memeluk beberapa pakaian dinas sang putra.

"Ck kamu belum makan Tio!" teriak Evi mengacak rambut putranya.

"Makan diluar saja, nggak enak, udah ditungguin Beny," kecup Tio pada pipi Evi memberi setempel basah dengan salivanya.

"Jorok. Istri kamu aja yang kamu giniin. Jangan Ambu," teriak Evi.

Sheer, langkah Tio terhenti. Mengalihkan pandangannya kearah Evi.

"Wujudnya aja nggak ada Ambu," ucap Tio lembut tapi menegaskan pada Evi.

"Ya, besok malam kita akan bertemu keluarga mereka. Mengsahkan pernikahan kalian. Berhubung usia kalian sudah cukup dan keluarga akan mengadakan resepsi kecil," jelas Evi menegaskan.

Tentu deguban jantung Tio tidak baik baik saja, justru seperti akan meledak ledak.

"BESOK?" ucap Tio kaget.

"RESEPSI? Ambu, ini bukan jaman Siti Nurbaya. Ini udah jaman Aurel Atta. Kenapa mesti pake perjodohan seeh!" ucap Tio semakin kesal jika mengenang ucapan sang ibu.

"Kayak aku nggak bisa nyari istri aja!" kesalnya meninggalkan Evi masih memeluk kain.

"Naha atuh Aurel Atta dibawa bawa. Ntek ngarti ambu maah, ngurusin budak hijik susah bener," Kesel Evi menatap punggung putranya yang terus berlalu.

"Seharusnya seneng nikahnya sama putri kesayangan Pak Atmaja. Ini malah marah marah sama Ambu. Seharusnya marahnya sama Abah atuh, nggak ke Ambu," racau Evi melipat kain putranya yang akan dijemput pihak londry.

BRAAAK, Tio membanting pintu depan menuju mobil sahabatnya Beny.

Evi hanya mengurut dadanya.

"Semoga dia mengerti keadaan kita yang sebenarnya," batin Evi menatap mobil sahabat putranya berlalu meninggalkan kediamannya.

Diperjalanan Tio hanya menekuk wajahnya, menatap bahu jalan. Sesekali melirik kearah Beny.

"Napa lo? kangen sama gue?" kekeh Beny menatap Tio.

"Iiisgh gue nggak homo yah!"

Tio menatap malas kearah Beny.

"Kunaon kasep? dipaksa kawin lagi sama Ambu?" goda Beny semakin menjadi.

Tio hanya mendehem, menatap kota Bandung yang sangat menyejukkan mata dan jiwa kaula muda yang meronta. Saat di tempat dinas isinya hanya orang melahirkan dan warga setempat yang terancam.

"Ck sukur lo udah dikawinin. Naaah, gue minta kawin malah terpending mulu!" kekeh Beny.

"Hmmm derita lo kali. Oya kita makan yah. Gue belum makan," ucap Tio tanpa memperdulikan kalimat sahabatnya.

Mereka berhenti disalah satu Cafe Picnik Kaliki daerah Pasir Kaliki Bandung.

"Perasaan baru tiga bulan gue pergi, udah rame aja tempat nongkrong yang belum gue kunjungi," kekeh Tio turun dari mobil milik Beny.

"Baru tiga bulan, belum tiga tahun," timpal Beny.

Seperti biasa mereka duduk disalah satu sudut kursi, memesan beberapa makanan kembali bercerita.

"Jadi gimana? cewek yang jadi istri lo cakep kagak?" tanya Beny menatap Tio.

"Hmmm gue nggak tau. Belum ketemu. Besok malam gue di ajak ambu untuk bertemu." curhat Tio.

"Hubungan lo gimana sama Mba Uli? jadi kalian maried? kenalin dong ke gue. Kali aja ada temennya yang free, jadi bisa kenalan sama gue," kekeh Tio melahap makanan yang sudah terhidang.

"Hmmm lusa deh. Kita nongki bareng, gue hari ini belum ketemu doi, karena mereka baru pulang dinas sama kayak lo," jelas Beny tak melanjutkan.

"Emang dinas dimana?" tanya Tio ingin tahu.

"Kasih tau nggak yah?" goda Beny terkekeh.

Tanpa sengaja, mata Tio tertuju pada sosok gadis yang mengancamnya beberapa waktu lalu, bersama ajudan TNI, membicarakan sesuatu pada seorang manager cafe tersebut.

"Ini kan cewek yang ngancam gue waktu itu? kok beda penampilannya? lebih anggun, cantik!" batin Tio.

"Bukannya dia tawanan yah? mungkin tebusannya udah dibayar keluarga mereka kali," tambah Tio terkekeh geli.

Beny menepuk lengan Tio, "napa lo? lihat hantu?" tanya Beny.

"Hmmm nggak. Cewek itu tu, rasa rasa pernah lihat, tapi dimana gitu," jujur Tio.

"Alaaah lo kalau cewek glowing cantik putih rasa rasa pernah lihat! Kali aja doi jodoh lo," kekeh Beny.

"Kalau beneran dia jodoh lo gmana?" tanya Beny menatap serius wajah Tio.

"Yaaah gimana. Bersyukurlah, tapi seingat gue itu cewek bukan warga sini. Dia itu tawanan, gue pulang bareng dia kemaren. Ya khaaan, nggak mungkin dia gadis baik baik," cerita Tio dengan pikirannya sendiri.

"Tawanan? mimpi kali lo! masak tawanan cantik gitu. Bersih pula," kekeh Beny.

Tio menaikkan kedua bahunya, dia yakin gadis itu adalah tawanan.

⏳20 menit mereka saling bercerita, gadis yang dibahas juga sudah menghilang. Beny mengantarkan Tio menuju kediamannya.

"Salam buat Ambu yah, bye.." ucap Beny berlalu.

Tio melihat sebuah mobil menggunakan plat nomor TNI terparkir di depan rumahnya. Perlahan Tio melangkah masuk menuju pintu, mengetuk perlahan.

Tok tok tok,

"Assalamu'alaikum Ambu!" senyum Tio menatap ke arah pria gagah nan tampan dan ibu cantik nan anggun.

"Wa'alaikumsalam, sini masuk. Kenalin ini bapak sama ibu mertua kamu," senyum Evi memperkenalkan Tio pada Aditya dan Nancy.

"Haduuuuh semakin berat ini. Gue mesti berurusan sama anak tentara! Bisa dikulitin setiap hari gue," teriaknya dalam hati.

Mengulurkan tangannya menyalami Aditya dan Nancy.

"Hmm apa kabar Bapak? Ibu?" tanya Tio basa basi.

"Baik, oya besok kita akan mengadakan pertemuan antara kamu dan putri saya. Sebelumnya saya mohon maaf, karena baru datang hari ini. Maklum, ada beberapa kesibukan yang harus saya selesaikan," jelas Aditya menatap Tio.

"Besok, acaranya sopan tapi santai. Kita hanya pertemuan keluarga inti saja. Jam 19.30 ajudan saya sudah menjemput kamu. Silahkan bawa koper jika sudah siap tinggal di kediaman saya," tambah Aditya dengan wajah masih tersenyum tanpa ada perasaan bersalah.

Jeeddeeeer... dar der dor....

Jantung Tio seakan butuh oxigen yang cukup. Ingin mati gantung diri saat itu juga menggunakan rantai kapal, tapi sayang sekali belum juga melihat calon istri sudah mati aja. Kalau dilihat ibunya cantik, bapaknya baik dan sopan. Belum tentu anaknya. Bisa jadi anak gadis mereka adalah anak yang urakan dan pembangkang. Bisa kelar hidup gue, batin Tio masih mengusap lembut dadanya yang masih berdebar debar tak beraturan.

🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖🪖

Mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏

Setidaknya kalian penyemangatku!

Khamsiah.... Hatur nuhun....🤗🔥

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!