NovelToon NovelToon

Vengeance Of Love

Chapter 1

Suara teriakan menggema di seluruh penjuru ruangan konser arena, ketika satu buah lagu berhasil dinyanyikan dengan sempurna oleh seorang gadis kesayangan banyak orang. Petikan gitar dari jemari lentik itu berhenti, suara pelan namun indah di akhir lagu membuat semua penonton menikmati, bagai terhipnotis kini tak ada lagi yang mengeluarkan suara.

“Shasha ...!! ” teriakan kembali terdengar, senyum manis terukir indah dari bibir gadis itu mendengar suara penggemarnya yang begitu antusias.

“Baiklah! Lagu pembuka dari penyanyi tersayang kita sudah selesai. Tepuk tangannya lebih keras lagi!!” Suara MC membuat penonton semakin bersemangat. Tepukan tangan terdengar begitu meriahnya.

“Acara selanjutnya, kami akan mengumumkan siapa yang akan menjadi bintang terkenal tahun ini. Apakah sama seperti tahun sebelumnya atau tidak. Siap?!”

“Shasha!!” teriakan itu terdengar kembali, MC tertawa.

“Diva tahun ini, yang akan memegang piala kehormatan. Adalah ... PRISHA ADITRI!!!” Suara MC begitu keras, para penonton kembali berteriak senang. Tepuk tangan menambah kemeriahan acara di konser arena.

Prisha Aditri, yang memiliki nama panggung Shasha itu berdiri dari duduknya, maju perlahan dengan anggun. Kaki jenjangnya berjalan menuju podium. Lalu tangannya memegang piala yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

“Saya, Prisha Aditri mengucapkan banyak terimakasih untuk para penggemar dan pendukung saya. Tanpa kalian saya tidak mungkin bisa sampai di titik ini. Karena hari ini hari ulang tahun saya juga, sebagai bonus, saya akan menyanyikan satu buah lagu khusus untuk kalian semua ... ” ucapan Prisha jelas membuat para penonton bersorak senang.

“Shasha!! I love you ... ”

“Shasha aku padamu ... ”

Ucapan para penonton sekaligus penggemar tak begitu jelas terdengar di telinga Prisha, karena suara mereka yang terlalu ramai. Prisha turun dari podium, lalu duduk di singgasananya, mengambil sebuah gitar dan mulai bernyanyi.

Lagu yang begitu indah, diciptakan oleh Prisha sendiri. Jemari lentiknya dengan lihai memetik senar gitar. Siapa saja yang mendengar, akan merasa seperti masuk ke dalamnya, suara indah terdengar di seluruh ruangan konser arena.

Sampai tak terasa malam semakin larut, acara sudah selesai dari lima belas menit yang lalu. Peluh keringat membanjiri dahi Prisha saat gadis yang baru saja menginjak usia 26 tahun itu masuk ke ruang istirahat.

“Minum.” Prisha merebahkan dirinya di atas sofa, napasnya sedikit terengah-engah. Ia seperti tak ada tenaga lagi untuk bergerak.

“Nih, Mbak!” Sang asisten dengan cepat memberikan sebotol air mineral, Prisha meneguk dengan cepat. Setelahnya dengan menggunakan tisu, asisten Prisha mengelap keringat di dahi.

Pintu ruang istirahat terbuka, nampak seorang wanita dewasa masuk ke dalam. “Acara malam ini berjalan lancar, selamat! Sekali lagi kamu mendapatkan penghargaan.” Anika, manajer Prisha menepuk pundak sang Diva.

“Aku sudah menduganya.” Prisha tersenyum tipis. Lalu tiba-tiba luntur saat mengingat sesuatu.

“Apa dia belum datang juga?” tanyanya dengan lirih, matanya menatap sendu ke arah Anika.

“Aku juga tidak tahu, sampai sekarang aku tak melihatnya. Mungkin sedang ada pekerjaan,” jawab Anika mengerti kegalauan artisnya saat ini. Pasalnya, pria yang menjadi kekasih Prisha sudah tiga hari tidak kelihatan batang hidungnya.

“Dia sudah menghilang selama tiga hari. Lebih baik aku pergi ke apartemen miliknya sekarang. Biasanya setiap tahun saat aku ulang tahun dia akan mengucapkannya pertama kali!” Prisha berdiri dari duduknya, Anika langsung menahan lengan gadis cantik yang baru memenangkan penghargaan itu.

“Tapi bukankah kamu lelah? Kamu baru saja menyelesaikan acara besar dan sekarang sudah larut malam. Apa kamu juga tak ingin membuka kado pemberian dari penggemarmu?”

“Aku bisa membukanya lain hari, aku harus cepat pergi! Sudah tiga hari dia menghilang dan tidak memberi aku kabar sama sekali!!” ucapnya sedikit emosi, Prisha melepas genggaman tangan Anika sang manajer.

“Mey ikut!” asisten bersuara.

“Tidak perlu! Sekarang saatnya kamu istirahat. Besok pagi aku akan mengabarimu ... ” tanpa mendengar perkataan lain lagi, Prisha langsung berjalan dengan langkah cepat. Ia tak peduli dengan rasa lelah di tubuhnya bahkan kantuk yang kini menyerang.

Tidak lupa dengan masker dan topi hitam agar tak ada yang mengenali. Prisha menaiki mobil pribadinya, keluar dari area parkir. Jalanan yang lenggang membuatnya bisa lebih cepat. Bagaimana tidak lenggang? Sekarang pukul satu malam, jelas saja hampir semua orang sudah pada tidur.

Tangannya dengan gesit memencet tombol lift gedung apartemen. Suasana sudah nampak sepi, tak ada tanda-tanda adanya orang berlalu lalang kecuali para pegawai yang bekerja shift malam.

Kini Prisha telah tiba di depan pintu apartemen kekasihnya, ia memencet tombol. Prisha tahu berapa sandi kamar kekasihnya. Setelah pintu terbuka, Prisha segera masuk. Matanya berkeliling saat melihat lampu di semua ruangan menyala, itu artinya Rainer, kekasih Prisha ada di sini.

Prisha menyunggingkan senyum, akhirnya setelah tiga hari mereka putus komunikasi, Prisha bisa memeluk kekasihnya kembali. Ia akan memberi tahu kabar gembira malam ini, bahwa ia telah memenangkan penghargaan sebagai penyanyi terbaik dan terfavorit tahun ini sama seperti tahun sebelumnya.

Kakinya melangkah menuju satu tempat, tiba di depan kamar, ia berhenti. Tenggorokannya tiba-tiba terasa tercekat, napasnya menjadi lebih cepat, kakinya menjadi lemas seketika, senyuman yang tadi mengembang luntur seketika, Prisha menajamkan telinganya, suara aneh begitu saja masuk ke telinga Prisha.

Ada apa ini?

Dengan tangan gemetar Prisha membuka pintu perlahan agar tak menimbulkan suara.

Deg!

Irama detak jantung Prisha semakin cepat, udara seakan berhenti masuk ke dalam paru-parunya. Matanya melotot saat melihat pemandangan menjijikkan. Prisha menutup mulutnya, lalu dengan cepat mengambil ponsel di tas kecil miliknya.

Setelah mengambil beberapa foto dan juga video, Prisha pun menggebrak pintu.

BRAKK!!!

Cukup keras bahkan sampai membuat pemilik kamar terkejut bukan main. Mata Prisha memanas, air matanya mengalir sudah. Seakan tak percaya bahwa ia telah di khianati. Prisha menyaksikan sendiri bagaimana kekasihnya sedang berolahraga di atas ranjang dengan buas.

Hati Prisha sakit, bagai di tusuk ribuan belati.

“Kenapa berhenti?!” tanya Prisha sinis.

“Sha-- Shasha, kamu-- ” Rainer menelan ludah dengan susah payah. Posisinya saat ini sedang tidak enak di lihat. Tubuhnya masih menindih lawan olahraga malamnya. Lidahnya terasa kelu.

“Ayo! Kalian lanjutkan biar aku video. Dasar kalian berdua tidak tahu malu!! Beraninya main belakang, kenapa tidak dari dulu bilang kalau sudah tidak tahan?! Pasti dengan cepat aku akan merestui hubungan menjijikkan kalian berdua ini ... ” belum sempat Prisha menyelesaikan omongannya, Rainer dengan cepat berteriak.

“CUKUP!! Aku tidak ingin mendengar ocehanmu lagi, selama ini aku sudah cukup sabar menghadapi sifatmu yang semena-mena dan kekanak-kanakan. Aku selalu mengalah dan menurutimu. Lebih baik kamu pergi!!” Rainer berpindah posisi, ia duduk di tepi ranjang. Tak lupa menyelimuti tubuh wanita yang barusan tengah di tidurinya.

“Baik! Aku akan pergi, aku akan mengingat hari ini. Dan kamu-- ” menunjuk ke arah pelakor yang tengah memandangnya dengan senyuman penuh kemenangan. “Kamu memang sudah lama menjadi musuhku, dan aku semakin membencimu, sekarang aku akan mengingat perbuatan menjijikkan kalian berdua, akan aku beri perhitungan suatu hari!!”

Prisha pergi dari tempat itu, tempat yang sebelumnya menjadi tempat ternyaman nya untuk beristirahat. Kini menjadi tempat yang akan selalu ia ingat dengan apa yang ia lihat hari ini.

Niat awal ingin memberi kejutan, malahan berbalik ia yang mendapat sebuah kejutan yang begitu mengejutkan.

Bisa-bisanya kekasihnya berselingkuh dengan musuhnya sendiri. Musuh di dunia hiburan. Wanita yang selalu menginginkan apa yang Prisha punya bahkan kekasihnya sendiri.

Prisha mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, dadanya bergemuruh menahan gejolak amarah yang menggebu. Rasa sakit di hatinya kini berubah dengan rasa benci yang begitu dalam.

Bahkan Prisha tak menyadari, dari lampu merah ia tak melihat ada sebuah mobil yang berjalan berlawanan arah. Sehingga Prisha menabrak mobil pribadi berwarna hitam itu. Kecelakaan cukup parah terjadi, Prisha tergeletak tak berdaya dengan darah berlumuran dimana-mana. Prisha menutup matanya yang terasa berat.

*****

Perlahan namun pasti, kelopak mata gadis itu terbuka. Sangat berat, kepalanya pusing dengan tubuh yang kaku. Matanya menatap sekeliling, ia sedang berada di sebuah ruangan bernuansa putih.

“Sherin!! Akhirnya kamu bangun ... ” ucap seorang wanita yang sudah tua, gadis itu mengernyitkan dahi, bingung.

Siapa Sherin?

“Astaga ... Kamu sungguh membuat kami takut, Nak! Apa ada yang sakit? Kenapa sejak tadi diam?” berbagai pertanyaan di lontarkan tapi gadis itu masih tak merespon.

Selain kepalanya yang terasa sakit, kini bertambah sakitnya saat memikirkan sesuatu yang tak masuk akal. Siapa Sherin? Kenapa dia ada di sini? Bukankah semalam ia menabrak sebuah mobil? Lalu mereka siapa?

Gadis itu mengamati sekeliling, astaga ... Banyak orang asing di sini.

“Kalian siapa?” tanyanya lirih menatap bingung membuat semua yang ada di ruangan bernuansa putih itu terdiam kaget.

“Ya ampun!! Apa otakmu juga ikut terluka?”

.

.

.

bersambung

Hai 👋 Selamat datang di novel baruku, semoga temen-temen betah di sini. Kasih dukungannya ya dengan like dan komen, itu aja udah cukup.

Happy Reading😚

Semoga suka, salam sayang dari pembuat halu😘

Chapter 2

Prisha atau yang saat ini di panggil Sherin menatap bingung pada semua orang asing di sekitarnya. Matanya terus berkeliling ke sana kemari mencari seseorang yang mungkin di kenali, namun sayangnya tak ada satupun wajah dari mereka yang Prisha kenal.

Situasi apa ini?!

Ingin rasanya Prisha berteriak, tapi ia tak mempunyai tenaga. Kepalanya masih pusing dan ia juga merasa kalau wajahnya di perban di beberapa bagian.

“Duduk ... ” ucap Prisha lirih, wanita tua yang sama sekali tak Prisha kenal pun dengan cepat membantu dirinya duduk.

“Ah! Sini biar Nenek bantu ... ” katanya dengan cepat membantu Prisha duduk. Mendengar itu satu yang Prisha pahami, ternyata wanita tua itu di panggil nenek.

Setelah Prisha bisa duduk walaupun kurang nyaman, Prisha mencoba memahami situasi. Seingatnya semalam ia mengendarai mobil dan mengalami kecelakaan. Dan sekarang sudah ada di rumah sakit, harusnya Anika dan Meylin ada di sini, tapi kemana mereka berdua?

“Sebenarnya kalian siapa?” tanya Prisha lagi. Semua orang yang ada di sana pun ikut terheran sekaligus kaget.

“Ya ampun! Apa anak ini benar-benar lupa ingatan?” Nenek asing itu lagi yang bersuara.

“Kamu siapa?” kesabaran Prisha hampir habis, ia bertanya sejak tadi tapi tak ada satu orangpun yang menjawab.

Nenek itu menutup mulutnya yang menganga. “Ya Tuhan, Suamiku! Cucu kita benar-benar lupa ingatan. Sherin, aku Nenekmu, Nenek Linda kesayanganmu ... ” Nenek Linda hampir mengeluarkan air matanya, tentu hal itu membuat Prisha semakin kebingungan.

“Siapa Sherin? Nenek Linda siapa? Aku tidak kenal. Anika!! Meylin!! Kalian dimana?” Prisha memanggil dengan suara cukup keras, meski harus merasakan kepalanya yang sakit setelah berteriak.

“Huhuhu ... Dia bahkan tak mengenal dirinya sendiri. Kepalanya terbentur apa sampai dia melupakan semuanya?” Nenek itu malah menangis, astaga ... Ini ada apa sebenarnya? Prisha semakin bingung.

Tiba-tiba matanya melirik ke bawah, seketika melotot mengetahui bahwa ini seperti bukan tubuhnya. Tubuh ini melar sedangkan tubuhnya langsing. Apa yang terjadi?

“Cermin!! Berikan aku cermin!!” pinta Prisha sedikit takut, Nenek Linda dengan sigap mengambil sebuah cermin yang kecil dari dinding rumah sakit.

Prisha menerima dengan cepat, ia menatap wajahnya sampai tiba-tiba berteriak.

“AARGGHHH ... ” Prisha menaruh kembali cermin itu, dadanya berdebar hebat. Apa yang barusan ia lihat? Itu bukan dirinya.

“Siapa gadis jelek ini?” tanya Prisha menatap semua orang yang ada di sana.

“Wajah jelek apa, Nak? Itu wajahmu! Wajahmu sendiri, Sherin.” Nenek Linda sudah berhenti menangis, wanita tua itu mendekati Prisha dan menatap cucunya bingung.

“BUKAN!! Wajahku tidak jelek, aku cantik! Mana mungkin setelah kecelakaan aku bisa tiba-tiba menjadi jelek?” Prisha sedikit emosi, kenapa situasinya jadi begini?

“Ah! Memang benar setelah kecelakaan kamu bertambah aneh, sejak dulu wajahmu begini. Walaupun jelek kamu tak pernah protes,” ucap nenek Linda, Prisha semakin frustasi karena hal yang tak masuk akal kini terjadi pada dirinya.

“Kenapa bisa begini? Sebenarnya aku ini kenapa?” Prisha mengacak rambutnya pusing hingga membuat beberapa bagian tubuhnya terasa sakit.

“Aduh, Sayang ... Kamu jangan banyak bergerak, kamu baru saja sadar.” Nenek Linda mencoba menghentikan Prisha yang masih mengacak-acak rambutnya.

“Nek, sebenarnya kenapa aku bisa ada di sini?” Dari pada, bingung lebih baik Prisha bertanya, ia akan mencari sendiri jawaban dengan otaknya karena percuma jika bertanya siapa mereka akan semakin panjang dan tidak akan menemukan jawaban yang Prisha inginkan.

“Bagaimana ini?” Nenek Linda bertanya pada kakek tua yang sedang duduk di sofa dengan santai, selain kakek di sana ada pria yang mungkin usianya hampir separuh baya. Dan seorang wanita dengan tatapan benci mengarah pada Prisha.

“Ceritakan saja agar dia lebih tenang. Aku akan menelpon dokter ke sini, takutnya Sherin mengalami masalah yang serius.” Nenek Linda mengangguk.

“Dua hari yang lalu kamu mengalami kecelakaan. Mobilmu di tabrak oleh mobil milik Prisha.”

“Apa!!” Prisha menutup mulutnya, ternyata mobil yang ia tabrak adalah mobil dari pemilik asli tubuh ini.

“Ka-- Kalian mengenal Prisha?” tanya Prisha atau yang saat ini harus kita panggil Sherin.

“Huh? Ya ampun Sherin, Sebenarnya otakmu ini terbentur ban mobil ya? Siapa yang tidak kenal Prisha? Dia adalah artis yang selalu naik daun tiap tahunnya. Nenek akui suaranya memang sangat bagus, tapi Nenek juga tidak menyukainya karena sikapnya yang terlihat sombong, dingin bahkan pelit senyum. Dia banyak yang suka tapi banyak yang benci juga. Bukankah kau penggemarnya?”

Uhuk!!

Tidak tahu bagaimana Prisha harus menanggapinya, entah harus tersenyum atau dengan ekspresi marah karena secara tidak langsung Nenek Linda ini telah menjelekkan dirinya. Nenek Linda pun tidak tahu, bahwa dia menjelekkan Prisha di depan cucunya tapi jiwanya sudah di ganti oleh Prisha.

Dan apa kata nenek Linda tadi? Sherin adalah penggemarnya? Ini hebat, Prisha masih merasa beruntung karena pindah ke tubuh penggemarnya sendiri dan bukan haters, hanya saja tubuh dan wajah ini yang membuat Prisha merasa kecewa.

“Lalu bagaimana keadaan Prisha sekarang?” Satu pertanyaan yang mengganjal di otak Prisha atau Sherin. Jika jiwanya pergi ke tubuh lain maka bagaimana dengan tubuh Prisha sang penyanyi terkenal? Dan kemana perginya jiwa Sherin yang asli?

“Cucuku ... Kenapa kamu malah mengkhawatirkan perempuan sombong itu? Sedangkan kamu saja masih babak belur begini dan kamu semakin jelek!!”

Ughh!! Apa nenek Linda ini tidak bisa mengontrol sedikit ucapan jeleknya? Tapi Prisha masih bisa bersabar walaupun di katai jelek, sombong dan pelit senyum. Sebenarnya dia cantik, tubuh ini saja yang jelek.

“Iya iya, Nek. Aku 'kan cuma bertanya.”

“Nenek dengar beritanya kalau si sombong itu sudah meninggal bahkan ketika masih tergeletak di dalam mobil,” ucap Nenek Linda, jelas saja hal itu membuat Prisha atau Sherin terkejut bukan main.

Su-- Sudah meninggal? Prisha tak pernah membayangkan hal itu akan terjadi. Pertama ia mendapat penghargaan di hari ulang tahunnya, lalu berniat memberi kejutan pada sang kekasih malah ia diselingkuhi tepat di malam ulang tahunnya dan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri.

Lalu ia mengalami kecelakaan mobil dan hal itu membuat jiwanya berpindah ke tubuh gadis obesitas, sedangkan tubuh aslinya sudah di makamkan?

Prisha sulit mencerna semua apalagi menerima kenyataan tak mengenakkan ini. Tiba-tiba kepalanya berputar dan ia jatuh pingsan saat itu juga. Nenek Linda yang duduk di sampingnya berteriak khawatir.

“Sherin!!! Ya ampun Pak Tua, kemana dokter yang kamu telpon itu? Kenapa belum juga sampai?”

.

.

.

Tiga hari berlalu, kondisi Sherin sudah mulai pulih walaupun pipi bagian kanan masih di perban. Tapi ia sudah leluasa dalam bergerak. Tiga hari ini pula Sherin memulihkan kondisi mentalnya yang terguncang akibat kenyataan yang ia terima.

Dan tiga hari ini juga, Sherin mencoba mengenal setiap anggota keluarga barunya. Yang kemarin mengobrol panjang dengannya adalah nenek dari pemilik asli tubuh yang di tempati Prisha saat ini, lalu ada kakek tua yang ternyata adalah suami nenek Linda.

Pria tua separuh baya itu adalah ayah kandung Sherin dan wanita jelek yang menatap benci ke arahnya adalah ibu tiri Sherin. Kemana ibu kandungnya? Yang ia tahu kalau ibu kandung Sherin sudah meninggal sejak lama.

Silau matahari menembus jendela rumah sakit, panas di luar tak berpengaruh dalam ruangan yang ber-AC. Sherin duduk di ranjang rumah sakit dengan infus masih di tangan kirinya.

“Nek, apa aku boleh pinjam ponsel?” tanya Sherin dengan tatapan memohon, sudah tiga hari tak memegang ponsel karena tak di perbolehkan. Sherin merasa hari ini kondisinya sudah pulih jadi harusnya sudah boleh bermain ponsel.

Nenek Linda mengangguk, lalu mengambil ponsel milik beliau dan memberikannya pada Sherin.

“Terimakasih, Nek.” Sherin menampilkan senyuman termanisnya. Di katai pelit senyum membuat Sherin merasa harus merubah diri dan mungkin ia harus menjadi baik agar cap sombong tak melekat pada dirinya.

Sherin membuka ponsel, cukup bagus ponselnya, nenek-nenek memakai apel setengah gigit keluaran terbaru. Satu kebenaran yang Sherin berhasil dapat, keluarga ini ternyata orang kaya.

Sherin langsung mencari berita tentang kematian Prisha, baru menulis namanya saja sudah ada banyak topik yang muncul. Di mulai dari penghargaan lima hari yang lalu sampai kecelakaan mobil berita pemakamannya yang di laksanakan tiga hari yang lalu tepat ia baru sadarkan diri di tempat ini.

Matanya menatap sendu ponsel, cairan bening keluar dari sudut matanya. Takdir macam apa ini? Sherin tidak tahu apakah takdirnya buruk atau tidak. Dalam semalam banyak kejadian menimpa dirinya, sampai hal tak masuk akal terjadi padanya.

Prisha sang bintang bersinar kini tak ada lagi, di bacanya beberapa artikel yang menyebutkan kalau seluruh penggemar Prisha merasa sangat terpukul atas kepergiannya. Bahkan setiap hari pemakaman Prisha selalu ramai orang sampai buket bunga penuh di berbagai sisi makam.

Sherin tak kuasa membacanya. Sherin mengepalkan tangan, semua ini terjadi karena kekasih brengseknya dan selingkuhannya itu, Sherin semakin membenci mereka berdua, Sherin berharap ada kesempatan untuknya balas dendam. Tapi satu hal yang kini memukul mentalnya, tubuh dan wajah ini sungguh harus di rubah.

Berat badan berlebihan dan bekas luka yang sulit hilang. Sherin ingin menangis rasanya.

Chapter 3

Satu minggu di rumah sakit membuat Sherin merengek pada nenek Linda agar bisa pulang. Sesungguhnya ia tak menyukai aroma rumah sakit, tiga hari berada di tempat itu rasanya sudah membuat Sherin mual.

Jika pun sakit, Sherin yang dulu masih menjadi Prisha pasti akan memanggil dokter pribadi dan tidak akan mau pergi ke rumah sakit. Tapi sekarang keadaannya berbeda.

Sherin turun dari mobil di bantu oleh pelayan, nenek Linda dan kakek Haris mengikutinya dari belakang. Nama kakek Haris baru Sherin tahu saat mereka baru akan pulang dari rumah sakit.

Saat masuk, ternyata ia sudah di tunggu oleh keluarga bermuka dua, ada ibu tirinya dan ayah kandungnya. “Kalian sudah sampai?” Laras berdiri dan menghampiri Sherin, di wajahnya ada senyuman palsu yang hanya bisa dilihat oleh Sherin. Sherin berdecak.

“Bukankah aku sudah menyuruh kalian menjemput Sherin? Kami sudah menunggu sampai sore tapi kalian tak datang-datang.” Kakek Haris langsung duduk di sofa, Sherin mengerti kondisi kakek yang sudah tua. Sherin juga tahu, bahwa pemilik asli tubuh ini adalah cucu kesayangan kakek Haris dan nenek Linda.

“Maaf, Pa. Bukannya aku tidak mau menjemput Sherin, tapi pekerjaanku di kantor menumpuk,” Sherin mencibir dalam hati mendengar perkataan ayah kandungnya. Alasan!

“Huh!” kakek memalingkan wajah.

“Aduh, Pa. Jangan marah sama Mas Arvin, harusnya aku saja tadi yang menjemput Sherin, tapi aku sendiri sedang menemani putriku ... ” Laras mencoba membujuk kakek agar tak marah, setahu Sherin, menurut hasil penyelidikannya selama dua hari ini, kakek tidaklah menyukai Laras.

Tapi ia tidak tahu kalau ternyata Laras mempunyai seorang putri.

“Kenapa Mamah harus menjemput si Gendut? Dia 'kan bukan anak Mamah!” suara yang sangat Sherin kenali, ia menoleh dan betapa terkejutnya melihat Iriana ada di sini.

Siapa Iriana? Dia adalah selingkuhan Rainer, kekasih Prisha. Dan yang pasti adalah musuh Prisha di dunia hiburan. Wanita yang sangat Prisha benci. Lalu kenapa dia ada di sini? Satu pertanyaan muncul di benak Sherin.

“Nek! Dia siapa?” tanya Prisha pura-pura tidak tahu, keluarga ini menganggap Sherin amnesia, jadi ia harus menjalankan perannya sebagai pasien yang lupa ingatan. Sekaligus mencari tahu apa status Iriana di keluarga ini.

“Ck! Dia kakak tiri mu, tapi bukan putri kandung ayahmu!” ucap nenek Linda dengan nada kesal, Sherin terkejut mendengarnya, permainan takdir macam apa ini? Ia berpindah tubuh ke gadis jelek yang merupakan adik dari musuhnya sendiri.

“Ohh ... ternyata dia lupa ingatan? Hahaha ... Baguslah kalau begitu,” ucapannya membuat Sherin berkerut dahi bingung.

“Jaga ucapanmu! Harusnya kamu menghibur Sherin agar tidak memiliki beban pikiran yang mampu membuat ingatannya kacau ... ” desis kakek sedikit keras, Iriana berdecak kesal.

“Ah!! Buat apa aku menghiburnya? Bicara dengannya saja aku malas,” Iriana langsung melenggang pergi, Sherin menatap lurus ke arah wanita itu.

Ternyata watak asli Iriana adalah sombong sama seperti dirinya. Tapi Iriana bertingkah sombong hanya di rumah, kalau sedang di luar ia akan bersikap manis sampai bisa menjebak kekasihnya dalam lubang cinta yang penuh muslihat.

“LARAS!! Apa kamu tak pernah mengajarkan putrimu sopan santun?” bentak kakek, Laras menunduk takut.

“Maaf, Pa. Aku memang terlalu memanjakannya, setelah ini biar aku bicara padanya dan menasehatinya.”

“Sherin ... Lebih baik kamu istirahat di kamar, biar pelayan yang mengantarmu, sebentar lagi kami berdua akan pulang. Jaga diri baik-baik ... ” kata nenek Linda memandang Sherin penuh rasa sayang.

“Nenek tidak tinggal di sini?”

“Tidak! Jika kamu rindu kamu bisa meminta antar supir untuk datang ke rumah Nenek,” lalu nenek berbisik di telinga Sherin. “Aku dan kakekmu tidak bisa tinggal di sini, suasana di rumah ini tidak baik bagi kesehatan kakekmu!”

Sherin tergelak begitu mengetahui maksud dari ucapan nenek Linda yang sebenarnya. Sherin mengangguk dan di bantu oleh pelayan pergi ke kamar.

Samar-samar Sherin masih bisa mendengar ucapan di ruang tamu. “Jaga cucuku baik-baik, aku tahu selama ini kamu tak menyayanginya, tapi walaupun begitu dia juga tetap anakmu!” kata kakek Haris.

“Iya, Pa.”

“Baiklah, aku pulang! Ingat pesanku ini. Kalau sampai aku mendengar dia kenapa-napa seperti kecelakaan kemarin, aku yang akan menghukum mu!!” Setelah itu Sherin tak lagi mendengar percakapan lain.

Sherin tiba di depan kamarnya, rupanya cukup jauh dan terletak di bagian belakang pojok lantai dua, dalam benak Sherin karena rumah ini besar maka kamarnya tak mungkin mengecewakan, tapi apalah daya, begitu memasuki kamar matanya langsung melebar mengetahui khayalannya terlalu berlebihan.

Apa ini? Pantas saja berada di tempat terbelakang, ternyata kamarnya kecil, sempit dan jelek. Hanya kamar berukuran 5×5, kasur buluk ukuran nomor dua, mana muat untuk tubuh melarnya saat ini.

Cat dinding yang sudah pucat, lemari dua pintu berwarna coklat yang warnanya sudah mulai luntur entah karena apa. Sherin merasa kamar ini layak dijadikan gudang dan tak pantas di sebut kamar.

“Ehem! Apa kamu yakin ini adalah kamarku?” Sherin menatap pelayan wanita separuh baya yang sedang menggandeng tangannya agar dia tak terjatuh karena kakinya yang masih sakit dan belum bisa berjalan lancar.

“Ya ampun, Non! Ternyata benar kata nyonya Linda kalau Non Sherin ini lupa ingatan? Biasanya Non Sherin manggil Mbok itu Ibu, tapi sekarang nggak.”

Eh? Sherin berdiri dengan kaku. Ia pikir pelayan ini tak akrab dengan pemilik tubuh asli. “Nama Ibu emangnya siapa?” Sherin merubah panggilannya seperti kata pelayan ini.

“Mbok namanya Tuti, biasanya yah Non Sherin suka ngeledek manggilnya Bu Tut, kayak barang udah mau rusak aja.”

Sherin tertawa mendengarnya, baru kali ini ia bertemu pelayan yang tidak kaku dengan majikan, malah seperti menganggap seperti anak sendiri. Jika saat kehidupannya masih menjadi Prisha, semua pelayan profesional, bertemu dengannya pun menundukkan kepala, tak seperti mbok Tuti ini.

“Tadi Non Sherin nanyain kamar yah? Ibu juga kesel sebenarnya, masa anak majikan tidur di tempat begini, tapi ya Ibu nggak bisa berbuat apa-apa, Ibu ini cuma pelayan. Ya udah, mendingan Non Sherin istirahat, nanti malam biar Ibu bawain makanan ke sini, Non jangan turun ke bawah ... ” Sherin hanya mengangguk, ia sudah duduk di tepi ranjang. Sedangkan mbok Tuti pergi keluar kamar meninggalkan dirinya sendiri.

Tiba-tiba ranjangnya berdecit, Sherin mendengus kesal, kalau begini tidurnya tidak akan nyenyak, malahan ia takut kalau ranjang ini ambruk karena berat badannya yang berlebihan.

Kali ini Sherin berpikir keras, kehidupannya saat ini lebih buruk dari yang ia kira, tidak jadi mati tapi sayangnya masuk ke dalam tubuh gadis gendut, menjadi anak orang kaya tapi kamar pun layak di sebut gudang bukan kamar.

Untuk merubah semuanya, Sherin harus memulai menurunkan berat badan. Di mulai dari hari ini, tak peduli walaupun kaki masih terasa nyeri, Sherin pelan-pelan melakukan olahraga.

Dua hari ia juga mencoba berkeliling rumah, rumah ini memang besar, di bagian belakang ada taman dan kolam renang, terdapat banyak kamar besar tapi Sherin hanya kebagian kamar yang cocok untuk di jadikan gudang.

Sherin meminta Bu Tuti merubah menu makanannya menjadi lebih teliti dan sehat, pagi dan malam ia akan melakukan olahraga di ruang khusus olahraga yang baru ia ketahui setelah berkeliling ke seluruh rumah.

Kaki yang terasa nyeri perlahan sembuh tak berbekas, kecuali luka di wajahnya yang sulit hilang. Beberapa hari di rumah Sherin benar-benar merubah kehidupan buruk Sherin yang dulu, dan membuatnya menjadi seperti Prisha yang sangat menjaga bentuk tubuh apalagi pola makan dan olahraga.

Satu hal yang membuat Sherin begitu syok adalah ketika melihat adanya kulkas di kamar dan saat di buka ternyata isinya hanya camilan yang bisa membuat tubuh gemuk jika terus menerus di konsumsi.

Akhirnya Sherin meminta Bu Tuti untuk mengeluarkan seluruh isi kulkas dan menggantikannya dengan jus buah dan susu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!