NovelToon NovelToon

Pesona Sang Janda Mafia

Bab 1 - Bad Girl

...༻❂༺...

Di sebuah kamar hotel dengan penerangan lampu yang minim. Suara gumaman seorang pria memecah kesunyian. Namanya Alex, merupakan CEO perusahaan bisnis ternama. Lelaki itu terbilang tampan. Bertubuh atletis. Terlihat dari otot yang dimilikinya dibagian perut serta bisep.

Seluruh kancing kemeja Alex telah terbuka. Peluhnya sudah tampak membasahi kedua pelipis. Dia sangat bersemangat dengan gadis berambut pirang yang sekarang berada di bawah badannya.

Alex mencoba memberikan sentuhan bergairah. Namun gadis berambut pirang yang dicumbunya terlihat biasa saja. Bahkan lebih tertarik mengunyah permen karet dimulutnya. Dia tidak lain adalah Megan. Seorang model yang memiliki pamor tidak terlalu tinggi. Akan tetapi kecantikan Megan sangat sulit ditolak oleh banyak lelaki. Terutama para lelaki hidung belang.

"Kau luar biasa, Megan. Meskipun sejak tadi kau hanya diam saja!" ucap Alex, ditengah-tengah aktifitas intimnya. Nafasnya tersengal-sengal di iringi lenguhan penuh hasrat.

"Apa kau sudah selesai? Sebentar lagi pesawatku akan berangkat!" pungkas Megan tak acuh. Dia menahan dada bidang Alex cukup kuat. Memberikan peringatan agar Alex dapat segera mengakhiri permainan. Megan mulai merasa risih.

"Sebentar lagi!" Alex semakin meliar. Bahkan sudah menanggalkan kemeja sepenuhnya. Hingga menyebabkan dahi Megan mengerut dalam. Dia sama sekali tidak terangsang dengan permainan dari Alex.

"Oh my godness..." Megan memejamkan rapat matanya. Kemudian membuat balon dengan permen karet.

Tangan Megan segera mengerahkan kekuatan untuk melepaskan diri. Lalu mencengkeram erat rambut Alex. Mendorongnya, hingga mengharuskan Alex melepaskan Megan.

"Shi*t! Aku bahkan belum sempat melakukan apa-apa!" protes Alex. Ia dengan cepat memegangi kedua tangan Megan. Namun Megan yang merasa kesal langsung meludahkan permen karetnya ke wajah Alex.

"Arrghh! Kau sangat menjijikan!" geram Alex. Dia otomatis melepaskan tangan Megan. Saat itulah Megan memanfaatkan peluang untuk memperbaiki pakaiannya yang sedikit terbuka.

Megan beranjak menghampiri sepatu high heels-nya. Dia mengibaskan rambut pirang panjangnya ke belakang. Merapikannya sambil memposisikan diri di depan cermin. Megan mengenakan celana jeans serta baju yang memperlihatkan perutnya yang langsing. Dia tidak lupa juga membalut dirinya dengan jaket kulit hitam.

Sementara Alex terlihat sibuk menyalangkan mata ke arah Megan. Dia baru saja membuang permen karet yang sempat menodai wajah tampannya.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Megan lantas mengambil tas, lalu melangkah mendekati pintu.

"Tunggu! Aku belum memakai apapun! Jangan buka--"

Alex gelagapan, ketika Megan sudah terlanjur membuka pintu. Lelaki tersebut hanya bisa menarik selimut untuk menutupi badannya yang bugil. Mulutnya tidak berhenti merutuki Megan dengan segala cacian yang tak pantas didengar. Umpatannya kian bertambah, saat menyaksikan istrinya ada di depan pintu. Alex sontak menyembunyikan diri di bawah selimut.

Di waktu yang sama, Istrinya Alex mempelototi Megan. "Bit*ch!!!" rutuknya. Dia langsung melemparkan tasnya ke wajah Megan. Namun sayang, serangannya tidak mengenai sasaran. Sebab Megan dengan sigap menunduk ke bawah.

"Harusnya kau memukuli suamimu. Dia sedang bersiap untuk ronde kedua!" ucap Megan sambil berdiri kembali. Perlahan dia mendekatkan mulut ke telinga Istrinya Alex. "Ada wanita lain di kamar mandi selain diriku..." bisiknya, seraya berseringai licik.

Perkataan Megan sukses membuat istrinya Alex beranjak ke arah sang suami. Dia bersiap memarahi Alex habis-habisan. Padahal sebagian besar pernyataan Megan adalah kebohongan belaka. Megan memang ahli melarikan diri dengan kebohongan yang diucapkannya dari mulut. Sebelum benar-benar pergi, dia sempat berucap, "Harusnya kau bersyukur dengan istrimu Alex, dia menerima apa adanya benda kecil di bagian bawah perutmu itu."

Megan berjalan santai melewati koridor hotel. Mengambil permen karet terakhir dari saku jaketnya. Kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Megan lantas melangkah memasuki lift sambil memainkan ponsel.

"Lelaki itu membuang waktuku saja!" gumam Megan sembari meletakkan handphone ke salah satu kupingnya. Dia memberitahukan James untuk menjemput.

Sekarang Megan berada di mobil. Ia terus menggeser layar ponsel. Seakan melihat sesuatu yang menarik perhatian. James yang merupakan pengawal pribadinya sedang sibuk menyetir.

"Miss, kita akan pergi ke bandara kan?" tanya James seraya menatap Megan dari kaca spion di depannya. Seperti biasa, Megan selalu duduk di kursi belakang. Memberi jarak sekaligus batasan kepada James.

Megan hanya membisu. Ia masih serius memperhatikan ponselnya. Raut wajah Megan yang tadinya datar, seketika berubah menjadi semburat penuh amarah.

"Aaarkkhh!!!" Megan beteriak kesal sambil membanting handphone ke kursi mobil. Dia sebenarnya baru saja melihat foto mantan suaminya berciuman dengan perempuan yang dikenalnya.

"Ada apa, Miss?" James sontak merasa panik. Dia perlahan menepikan mobil ke pinggir jalan.

"James, antarkan aku ke klub terdekat. Aku harus mencari hiburan lain!" perintah Megan.

"Lalu bagaimana dengan jadwal penerbanganmu?" James mencoba mengingatkan.

"Biarkan saja. Aku tidak peduli!" tanggap Megan sembari menghempaskan punggung ke sandaran kursi. Manik birunya menatap sayu ke arah jendela. Nafas dihela cukup panjang olehnya.

Bersenang-senang, itulah yang dilakukan Megan. Semenjak berpisah dengan suaminya, dia memutuskan menjalani hidup dengan caranya sendiri. Namun tetap saja, Megan belum mampu melupakan mantan suaminya yang bernama Ryan. Salah satu bos mafia yang berjaya dan terkenal menakutkan.

Megan melangkahkan kakinya dengan percaya diri. Memperdengarkan suara hentakan sepatu hak tinggi yang sedang dikenakannya. Rambutnya pirang tergerai. Menyelinap di antara kerumunan orang di klub malam.

...***...

Syut!

Megan melemparkan panah ke papan dart. Dia melakukannya untuk melampiaskan kemarahan yang memuncak.

"Apa menariknya Ruby?! Sudah jelas aku lebih cantik darinya?!" geram Megan sembari terus melempar anak panah. Sesekali dia menenggak alkohol dari gelas. Tanpa sadar, Megan akhirnya meminumnya secara terus menerus.

"Kenapa ini terjadi kepadaku, James?!" Megan menoleh, kemudian menarik kerah baju James. Menggertakkan gigi dalam keadaan pitam yang melonjak. Selanjutnya, dia kembali meneguk bir. Kali ini Megan meminumnya langsung dari botol.

Setelah marah-marah, Megan tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Menggila sendirian, karena mentertawakan sesuatu yang ada dalam benaknya.

Megan sebenarnya mengingat pengorbanan yang dilakukannya untuk menyelamatkan Ruby. Dia merasa apa yang dilakukannya adalah kebodohan hakiki. Ruby sendiri merupakan gadis yang sekarang menjadi istri tetap Ryan. Dahulu Megan dan Ruby pernah menjalankan misi berbahaya bersama. Tetapi karena adanya musuh dalam selimut, Megan terpaksa harus bekerjasama dengan Ruby. Jujur saja, Megan hampir kehilangan nyawa akibat terlalu berusaha keras menyelamatkan Ruby. Tentu ada rasa sesal dihatinya.

"Harusnya aku bunuh saja Ruby..." Megan mendadak merubah ekspresinya menjadi datar. Emosinya kembali berubah.

"Ryan... I miss him so much!" gumam Megan lagi seraya memiringkan kepala. Aura kesedihan terpancar diwajahnya. Eyeliner yang ada dimatanya menjadi luntur akibat menetesnya cairan bening. Sekali lagi Megan mengalirkan bir masuk ke dalam tenggorokan. Dia mengusap air mata yang sempat menetes di pipi.

Megan mematung sejenak. Menatap kosong ke arah panggung yang ada di depan. Di sana terlihat ada tiang yang dikhususkan untuk penari striptis. Terlihat juga DJ berperawakan berisi sedang sibuk memainkan musik.

Senyuman ambigu terukir diwajah Megan. Dia beranjak ke panggung sembari membawa botol bir yang setengah terisi. Megan berjalan dalam keadaan sempoyongan. Senyumannya masih belum memudar ketika sudah berada di atas panggung.

Megan segera melepas pakaian hingga menyisakan sabuk segitiga dan branya. Semua pasang mata sontak tertuju ke arahnya. Sorak sorai para lelaki langsung menyambut aksi gadis bar-bar tersebut.

James yang menyaksikan menggeleng tak percaya. "Sial! Dia melakukannya lagi," ujarnya, mengumpat seraya mengusap kasar wajahnya. James merasa miris dengan kelakuan Megan.

..._______...

...Bonus Visual Karakter Utama...

Keterangan :

Usia 28 tahun. Memiliki sikap sangat percaya diri. Berusaha melupakan mantan suaminya dengan berbagai cara. Sangat bar-bar dan tidak tahu malu.

..._______...

Keterangan :

Usia 30 tahun. Berniat ingin membangun organisasi mafia yang besar. Memiliki hubungan dekat dengan Megan karena suatu kepentingan.

..._______...

Keterangan :

Usia 25 tvahun. Aktor muda rupawan yang angkuh dan super kaya. Sedang naik daun. Tergila-gila pada sosok Megan. Pewaris perusahaan The New Life Technology.

Bab 2 - Niat Bunuh Diri

...༻❂༺...

Sebelum menari, Megan menghabiskan bir dalam botolnya terlebih dahulu. Kemudian barulah dia beraksi. Tubuhnya yang lentur dan seksi, mulai menggeliat di tiang dengan beragam gerakan.

Megan melakukan pole dance di atas panggung. Puluhan lelaki hidung belang terlihat sudah berkerumun di sekitaran panggung. Tangan mereka mencoba saling berdahuluan untuk meraih kulit Megan yang putih bak porselen.

"Damn! You are so hot, Girl!"

"Come to me, Baby. Aku punya banyak uang!"

"Cepat lepaskan pakaian yang tersisa, Babe!"

Para lelaki yang ada di sekeliling panggung, saling bersahutan untuk menarik perhatian Megan. Akan tetapi Megan lebih terbuai dengan kesenangannya sendiri. Dia berputar di tiang yang menjadi pegangannya. Mendongakkan kepala, hingga buah dadanya yang besar semakin jelas di penglihatan para penonton.

Megan terus saja menghindari tangan-tangan yang berusaha menyentuh badannya. Ia bahkan sengaja mentertawakan mereka. Megan merasa puas, ketika dirinya sukses mempermainkan para lelaki hidung belang tersebut.

Tanpa diduga, seorang pria dengan banyak tato nekat naik ke atas panggung. Sepertinya dia sudah sangat terpesona dengan pertunjukkan yang diberikan Megan. Lelaki bertato itu melepas pakaian atasannya.

Megan yang menyadari kehadiran si lelaki bertato, bergegas berdiri tegak. Dia memberikan senyuman menggoda untuk lelaki bertato itu. Namun ketika sang lelaki bertato mendekat, Megan dengan sigap melayangkan tendangannya. Lelaki bertato tersebut sontak terjatuh dari panggung.

"Dasar gadis sialan!" cerca si lelaki bertato.

Megan sama sekali tak peduli. Dia memutuskan mengakhiri tariannya. Lalu beranjak turun dari panggung. Mengenakan pakaiannya kembali, dan pergi ke toilet.

Semua orang langsung berseru kecewa, saat Megan mengakhiri pertunjukan liarnya. Sekarang DJ yang mengambil alih posisi. Musik EDM yang berpadu dengan lagu rap, menggema menyelimuti suasana klub malam.

Dari banyaknya pria yang berkerumun di sekitaran panggung. Terdapat sosok lelaki yang mengenakan topi. Dia juga mengenakan masker yang menutupi hidung dan wajahnya. Lelaki tersebut punya alasan kuat untuk menutupi wajahnya. Sebab dirinya merupakan aktor naik daun. Namanya adalah Kevin Winters.

"Tuan, sebaiknya kita pulang sekarang." Seorang bodyguard dengan tubuh kekar dan kulit hitam, berbicara pelan kepada Kevin.

"Aku tidak akan pulang, Morgan. Tidak sebelum aku meniduri gadis yang menari tadi. Cepat temukan dia!" titah Kevin sembari membuka sedikit maskernya.

"Baiklah!" Morgan segera melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kevin.

Di toilet Megan memuntahkan isi perutnya. Dia merasa mual akibat terlalu banyak mengkonsumsi alkohol. Perlahan Megan menatap ke arah cermin. Melihat betapa menyedihkan dirinya.

"Rasanya aku ingin mati saja..." lirih Megan. Dibalik sikap beraninya, ada kerapuhan yang tersimpan. Rasa sakit yang terpendam dalam hatinya, rasanya sudah berkarat. Karena tidak ada satu orang pun yang berhasil menemukannya.

Hati Megan mendadak tersayat karena mengingat segala penderitaan. Dari mulai bayangan tentang pembantaian yang telah menimpa seluruh keluarganya, hingga ketika mantan suaminya mencampakkan dirinya.

Wajah yang tadinya tangguh perlahan menjadi muram. Cairan bening menetes secara alami. Membasahi sudut mata sampai pipinya. Megan merasa tidak memiliki harapan hidup. Kebahagiaan, dia tidak menemukan itu sama sekali.

Megan menghapus air matanya saat ada orang yang masuk ke toilet. Ia yang merasa pusing, segera membasuh wajah. Dilanjutkan dengan melenggang keluar dari toilet.

Langkah dilajukan Megan menaiki tangga menuju balkon yang ada di atap. Ia hendak mewujudkan niat yang sedari tadi terlintas dalam benak. Yaitu bunuh diri.

Megan berjalan sambil memegang kepala dengan satu tangan. Ia berhenti di dinding pembatas balkon. Menaikinya, lalu menatap luruh ke bawah.

Hati Megan dipenuhi kekalutan yang mendalam. Dia tidak menyangka satu-satunya lelaki yang selalu memperhatikannya, mencampakkan dirinya begitu saja. Megan bahkan mendapatkan penolakan berkali-kali dari mantan suaminya tersebut.

'Harusnya kau membiarkanku mati saja saat itu, Ryan. Kenapa kau menyelamatkanku?' batin Megan. Jika akhirnya akan ditinggalkan, apa gunanya pengorbanan yang telah diberikan.

"Tarianmu tadi luar biasa, Megan. Kau pasti berharap Ryan bisa melihatnya!" suara bariton seorang lelaki, berhasil memupuskan atensi Megan.

Dahi Megan berkerut. Apalagi ketika lelaki tersebut menyebut nama mantan suaminya. Dia reflek menoleh ke belakang. Sosok yang tidak asing baginya terlihat berdiri tegak dengan mantel panjang.

Ethan Summer. Dialah lelaki yang dilihat Megan di balkon. Entah sejak kapan Ethan berada di sana. Ethan tampak sibuk menikmati sebatang rokok yang tersemat di jari-jemarinya.

"Oh my god, tentu saja." Megan memutar bola mata jengah, kala menyadari lelaki yang ada di depannya adalah Ethan. Secara alami, dia kembali menjadi dirinya sendiri.

"Kau terlihat sangat seksi, Megan. Dan... menyedihkan," komentar Ethan.

"Hehh! Kau bicara seakan hidupmu lebih baik dariku!" balas Megan sinis sembari turun dari dinding pembatas. Lalu melingus pergi meninggalkan Ethan. Dia tidak berniat melanjutkan pembicaraan dengan lelaki tersebut. Baginya, Ethan adalah pria paling menyebalkan sejagat raya.

"Apa?!" Ethan tercengang terhadap sikap Megan. "Emosian sekali!" ujarnya ketika Megan telah sepenuhnya menghilang di telan pintu.

Megan berderap turun menuruni tangga. Dia terus menggerutu akibat merasa begitu kesal dengan Ethan. Seandainya Ethan tidak ada, mungkin rencana bunuh dirinya dapat berjalan lancar.

Selama ini, Megan memendam semua masalahnya sendiri. Dia yang hidup sebatang kara, menganggap mantan suaminya adalah segalanya. Ryan adalah sosok yang menakjubkan di matanya. Bukan saja karena perhatiannya, tetapi juga rasa pedulinya. Namun posisi Megan sekarang bukanlah apa-apa untuk Ryan. Hidupnya menjadi tidak karuan dan tak tentu arah.

Megan berjalan dengan gontai menuruni tangga. Saat itulah dua pria berbadan kekar datang menghampirinya.

"Halo, Miss. Kau harus ikut dengan kami!" seru salah satu pria berbadan kekar. Dia dan temannya langsung menyeret Megan untuk ikut.

"Apa-apaan kalian?! Lepaskan aku!" geram Megan, sembari mencoba melepaskan kekangan yang dilakukan oleh dua pria berbadan kekar.

Megan kalah telak, karena dirinya dibawa paksa oleh dua orang lelaki sekaligus. Mereka membawa Megan ke sebuah kamar VIP. Selanjutnya, dua pria berbadan kekar itu meninggalkan Megan begitu saja.

"Ah... menyebalkan sekali," keluh Megan seraya mengusap kasar wajahnya.

"Aku sangat menyukai penampilanmu tadi. Itu sangat luar biasa." Suara seorang lelaki membuat Megan harus mencari sosok yang sedang bicara.

Penglihatan Megan segera disambut dengan seorang lelaki muda. Dia memicingkan mata sebentar, karena merasa tidak asing dengan wajah lelaki muda tersebut.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Megan.

"Tidak aku rasa. Tapi kemungkinan kau pernah melihatku di beberapa film atau iklan yang beredar," sahut si lelaki muda sambil berjalan mendekat. "Kenalkan, aku Kevin Winters. Kau pasti sering mendengar namaku bukan?" lanjutnya memberitahu.

Megan berpikir sejenak. Setelah mengingat baik-baik, barulah dia sadar kalau lelaki muda yang ada di depannya adalah seorang aktor terkenal.

"Kau harus menemaniku malam ini. Aku akan membayar berapapun yang kau mau," ujar Kevin. Menatap penuh nafsu. Kemudian menyentuh dagu Megan dengan lembut.

Megan tercengang. "Apa kau pikir aku seorang pelacu*r?" pungkasnya. Dia menjauhkan tangan Kevin dari dagunya.

"Maaf kalau begitu. Bagaimana jika kita melakukannya untuk bersenang-senang, kau bersedia bukan?" seru Kevin. Dia masih belum menyerah. Matanya masih jelalatan tidak karuan memperhatikan perut langsing Megan yang terlihat.

"I'm sorry, boy. Tapi aku baru saja melakukan hubungan badan dengan seseorang beberapa jam lalu. Sebaiknya kau cari gadis lain." Megan menepuk pelan pundak Kevin. Lalu mencoba beranjak pergi. Akan tetapi Kevin tidak membiarkannya. Dengan cepat dia menarik tangan Megan dan mendorongnya ke kasur.

Bab 3 - Terpuruk

...༻❂༺...

Megan sangat terkejut dengan ulah Kevin. Matanya membulat sempurna. Dengan cepat dia mendorong Kevin menjauh. Akan tetapi Kevin justru memegang kuat kedua tangan Megan.

"Diamlah!" titah Kevin.

Megan mengerutkan dahinya. Apalagi saat Kevin sudah memagut bibirnya tanpa permisi. Megan tidak habis pikir dengan lelaki muda itu. Bersifat angkuh dan seolah berkuasa. Hingga muncullah ide untuk memberi pelajaran kepada Kevin.

Megan membiarkan Kevin mencium bibirnya. Dia tidak berniat membuka mulut. Apa yang dilakukan Megan tentu membuat Kevin kesal.

"Bisakah kau buka mulutmu?!" ucap Kevin sembari memegangi dagu Megan dengan kasar.

Setelah berhasil membuat mulut Megan sedikit terbuka, Kevin kembali memberikan ciuman. Tetapi bukannya mendapatkan apa yang dia inginkan, Kevin justru mendapatkan serangan.

Megan dengan kuat menggigit bibir bawah Kevin. Apa yang dilakukannya sukses membuat Kevin harus melepaskan tautan bibirnya. Belum sampai di sana, Megan juga menambahkan tendangan ke organ intim milik Kevin.

"Ugh!" Kevin sontak mengerang kesakitan. Dia memegangi bibir dan organ intimnya secara bersamaan. Kevin tambah terkejut saat melihat bibirnya dipenuhi dengan darah.

"Dasar kau! Beraninya kau menolakku dengan cara begini!" geram Kevin dengan pelototan tajam.

Megan merespon dengan tenang. Dia merubah posisi menjadi duduk sambil mendengus lega. Seolah merasa tidak bersalah dengan apa yang telah dilakukannya tadi.

"Jika aku sudah mengatakan tidak, harusnya kau menurut dari awal. Inilah akibatnya jika kau berani meremehkanku. Kau pikir aku gadis lemah dan bodoh?! Keahlian bela diriku bahkan lebih hebat darimu!" hardik Megan. Dia melepas salah satu high heels-nya.

"Kau lihat sepatu ini? Jika kau berani menyentuhku lagi, maka bagian runcing ini akan menancap ke matamu. Kau dengar itu?!" Megan memperlihatkan ujung sepatu high heels-nya yang tinggi. Bagian tersebut tidak hanya tinggi, tetapi juga cukup runcing.

Kevin terdiam seribu bahasa. Sedari tadi dia hanya sibuk mengelap darah yang keluar dari bibirnya. Bukannya merasa jera, namun dia malah semakin menyukai Megan. Penolakan yang dilakukan Megan, membuatnya merasa tertantang.

Megan melepas sepatu yang masih terpasang di kakinya. Dia membiarkan kakinya tidak memakai alas. Megan berdiri, lalu membuka pintu. Seperti dugaannya, kehadiran dua pengawal Kevin langsung menyambut.

Dua pria berbadan kekar itu memeriksa keadaan Kevin sejenak. Kala mengetahui majikannya terluka, mereka tentu berusaha mencegat kepergian Megan.

"Kau tidak bisa pergi, Miss! Tidak sampai urusanmu selesai dengan Tuan Kevin!" ujar Morgan.

Megan tidak peduli. Dia terus menggerakkan kakinya maju. Akan tetapi dua pria berbadan kekar bersikeras menghalangi jalannya.

Megan memutar bola mata sebal. Dia mematung sebentar agar bisa membuat dua pengawal Kevin lengah. Ketika waktu sudah tepat, Megan menghantamkan sepatu high heels-nya ke wajah dua pria berbadan kekar secara bergantian. Dia melakukannya dengan cepat, kemudian menambahkan tendangan ke betis.

Dua pengawal Kevin itu sontak ambruk. Mereka tidak menyangka, gadis feminin seperti Megan bisa melakukan serangan cukup beringas.

Megan kembali mengenakan high heels-nya. Lalu melenggang dengan santai melewati dua pengawal Kevin yang sudah terkapar di lantai.

Dari kejauhan ada sosok lelaki yang mengamati. Dia tidak lain adalah Ethan. Sedari tadi Ethan berdiri di depan pintu kamarnya. Memperhatikan keributan yang dibuat oleh Megan.

Kebetulan pintu kamar Kevin sedikit terbuka. Jadi Ethan dapat melihat keberadaan Kevin dari tempat dirinya berada.

"Halo, loser!" sapa Megan sambil melingus pergi melewati Ethan. Dia berjalan dengan gaya arogannya.

"Perlukah kami mengejar gadis itu?"

"Dia sepertinya perlu diberi pelajaran bukan?"

Dua pengawal yang tadi sempat kena serangan Megan, masih tidak mau mengalah. Dia berharap Kevin memerintahkan mereka untuk memberi pelajaran kepada Megan.

"Biarkan saja dia pergi. Aku ingin kalian mencari tahu segala hal tentang gadis itu lebih dahulu. Kepribadiannya membuatku tertarik," ujar Kevin. Menyebabkan dua pengawalnya terperangah tak percaya. Mereka sangat heran, kenapa Kevin malah tertarik kepada gadis kejam seperti Megan?

...***...

Megan berjalan keluar dari klub malam. Dia mencoba menghubungi pengawal setianya. Akan tetapi James tidak kunjung menjawab panggilan.

"Sial! Apa dia mencoba mempermainkanku?!" gerutu Megan sembari menghentakkan salah satu kakinya. Ia terus berusaha menelepon James. Namun tetap saja panggilan yang dilakukannya tidak mendapat tanggapan. Alhasil Megan kembali berjalan memasuki area klub malam. Raut wajahnya terlihat masam.

Megan terpaksa melangkah memasuki kerumunan orang banyak. Pandangannya memindai ke segala penjuru. Dia kesulitan menemukan orang, karena suasana klub malam memakai penerangan minim.

Setelah berkeliling area klub malam, Megan belum juga menemukan keberadaan James. Wajahnya kini memerah. Rasanya Megan sudah semakin tidak sabar untuk meledakkan amarah.

Megan terpaksa kembali memeriksa kamar-kamar yang disediakan oleh klub malam. Dia membuka setiap kamar yang ada tanpa permisi. Megan hanya memasang wajah datar ketika tidak sengaja memergoki pasangan yang bercinta.

Pergerakan Megan terhenti saat membuka salah satu pintu kamar. Sosok Ethan yang sendirian di dalam sana, membuat amarahnya berubah menjadi tawa kecil.

"Lihat, siapa yang tampak menyedihkan sekarang?" tegur Megan. Membuat Ethan otomatis menoleh ke arahnya.

Megan segera beranjak pergi. Tepat sebelum Ethan membalas perkataannya.

"Jangan berlagak! Jelas-jelas kau tadi berniat bunuh diri. Kau tidak jadi melakukannya, karena merasa malu bukan?" seru Ethan. Kalimat yang dilontarkannya membuat Megan harus berbalik mendatanginya.

"Tutuplah mulut busukmu itu!" tukas Megan seraya menunjuk Ethan dengan jari telunjuknya.

"Apa?! Enak saja. Bukankah mulutmu lebih busuk dari pada milikku?" balas Ethan. Dia memasang ekspresi mengejek. Dengan tampilan bertelanjang dada yang dibalut dengan celana pendek, membuat sikap menjengkelkannya bertambah dua kali lipat.

"Kau!!!" Megan sudah kehabisan kata-kata menghadapi Ethan. Dia akhirnya memilih meninggalkan Ethan dan kembali membuka pintu kamar yang belum dibuka.

Ethan yang penasaran, mengamati gerak-gerik Megan. Salah satu alisnya perlahan terangkat. "Otakmu sepertinya sudah sedikit tergeser. Berani-beraninya kau mengganggu privasi orang di sini," timpalnya sambil geleng-geleng kepala.

Megan tidak berniat menanggapi sindiran Ethan. Dia hanya membalas dengan mengacungkan jari tengahnya. Pergerakan Megan berhenti ketika dirinya berhasil menemukan James. Matanya menyalang hebat. Bagaimana tidak? James tampak bersenang-senang dengan seorang wanita asing.

"James!!!" pekik Megan.

James langsung merubah posisi menjadi duduk. Dia menutupi sebagian badannya dengan selimut. James terlihat santai saja menghadapi Megan.

"Cepat pakai bajumu! Kau harus mengantarku ke suatu tempat!" perintah Megan sembari melangkah lebih dahulu. Akan tetapi jalannya harus terhenti, karena James tidak bergerak untuk mengikutinya. Megan lantas tidak punya pilihan selain kembali.

"Apa kau sengaja bermalas-malasan sekarang?!" timpal Megan. Kedua tangannya mengepalkan tinju.

James mendengus kasar dan berucap, "Aku sudah lelah, oke? Aku tidak mau lagi menjadi pengawal pribadimu. Kau tidak tahu penderitaan yang selama ini aku lalui!"

"A-apa?!" Megan tercengang. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Sebab dirinya tidak pernah menduga, James akan berkata seperti itu.

"Pergilah, Megan! Carilah orang lain selain diriku untuk direpotkan!" sahut James.

"Ka-kau bercanda bukan?" Megan masih tidak percaya.

James berdecak kesal. Dia meminta izin kepada gadis di sampingnya terlebih dahulu, kemudian barulah James mengenakan celana. Lelaki itu memaksa Megan keluar dari kamar. James bahkan tidak segan-segan mendorong Megan dengan kasar.

"Semoga berhasil, bit*ch!" hardik James seraya membanting pintu kamar.

Megan tersentak kaget. Akibat merasa saking terkejutnya, dia reflek memegangi bagian dada kirinya. Kemarahan yang sempat dirasakan Megan tadi, perlahan berubah menjadi kesedihan. Raut wajahnya tampak muram.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!