Berparas jelek,muka bulat dipenuhi jerawat besar yang kadang berbau dan bernanah, hidung minimalis, berkaca mata, gigi tidak rapi bergingsul taring, kulit sawo matang, tubuh yang gempal meski terbilang ideal dengan tinggi 160 cm mampu membuat semua orang menjauh dan enggan berdekatan dengan gadis itu.
Dialah Maliqa kaneishia gadis remaja yang masih duduk dibangku sekolah SMK di kota Karawang Jawa Barat jurusan tata busana kelas XI.
"Heh kedelai hitam tugas Tata Busana udah selesai kan? Mana polanya sini? Kamu tidak lupa bukan untuk membuatkan tugas ku?" Tanya Martha sambil menggebrakkan meja didepan Maliqa
"Eh maaf Martha semalam ibu ku sakit jadi aku hanya bisa buat satu pola baju saja" Maliqa tertunduk tak berani menatap Martha anak kepala yayasan di sekolahnya anak terpandang tapi minus kelakuan
"Aa.. aku juga tidak punya uang lebih untuk membeli peralatan dan bahannya, kamu juga kan tidak memberikan uang" masih dengan ketakutan Maliqa mencoba menjelaskan.
"Sudah berani meminta imbalan rupanya, bahkan hanya untuk tugas yang tidak seberapa ini" geram Martha sambil menggenggam erat kedua tangannya dengan jawaban yang dilontarkan Maliqa
"Baiklah hari ini kamu bisa bernafas dengan tenang, lebih baik kita pergi ke kantin" ajak Martha pada ke dua temannya
"Tapi tugas ini bagaimana?" Tanya Liana
"Iya ini kan tugas akhir semester Tha dan kami dengar akan ada beasiswa selama satu tahun full. Ya memang kamu anak konglomerat di sekolah kita jadi tidak mungkin kamu membutuhkan beasiswa itu" tambah Nilam teman Martha
Liana dan Nilam memang teman dekat Martha dimana ada Martha dua orang ini pasti ada bagaikan tangan dan kaki Martha yang selalu ada disampingnya
"Tenanglah Martha Chanda tidak sebodoh yang kalian kira, sebentar lagi juga selesai" ucapnya berlalu dengan mengunggingkan senyum liciknya
"Yuk kantin" ajak Marta kepada kedua teman dekatnya
Maliqa terpaku akan jawaban Martha biasanya dia akan membentak, menjambak bahkan menampar Maliqa bila keinginannya tidak terpenuhi, bila Maliqa melakukan sedikit saja kesalahan yang menyinggung Martha dan teman - temannya mereka dengan tidak segan - segan membully dan memperlakukan Maliqa dengan kejam meski didepan teman - teman yang lain.
Maliqa memang sering Di bully oleh teman - teman yang lain tapi tidak separah Martha dan teman - temannya.
Mereka hanya akan membully dengan perkataan saja.
"Gadis buruk rupa"
"Maliqa si jelek"
"Maliqa kedelai hitam yang kami besarkan sepenuh hati seperti anak sendiri"
"Itik si buruk rupa"
Cemoohan teman - teman sekelasnya hanya Maliqa anggap gurauan semata meski sakit hati Maliqa tidak pernah sekalipun bisa menjawab atau melawan selagi mereka hanya menghina lewat kata dan tak membawa kedua orang tua nya.
Maliqa akan coba maklumi karna penampilannya inilah dia menjadi tidak percaya diri bahkan disekolah dia tidak memiliki teman, yang menguatkan hati untuk tetap mau berangkat kesekolah hanyalah senyum ibunya, demi mewujudkan impian ibunya yang menginginkan Maliqa menjadi seorang desainer, karna ibunya percaya bahwa Maliqa berpotensi dalam hal ini terbukti dengan sering kalinya Maliqa mendapatkan beasiswa karna coretan gambar sketsa gaun yang iya menangkan dalam setiap perlombaan disekolah.
Tapi beda halnya dengan menghadapi Martha yang selalu mengandalkan dirinya ketika ada tugas sekolah, Maliqa sering kali mendapatkan pulukan, tamparan hingga berakhir dengan luka memar disekitar muka dan badan, Maliqa sering menangis diruang UKS dia ingin sekali melawan Martha tapi dia hanya gadis yang mengejar beasiswa dengan tampang buruk rupa sedangkan Martha adalah anak kepala yayasan sekolah ini.
Mungkin bila mengadupun tak akan ada yang percaya kepadanya.Tahun ini Maliqa berharap mendapatkan kembali beasiswa full untuk kelas XII agar dia bisa meringankan beban orang tuanya.
"Hmmmpp. Syukurlah Martha tidak membully ku seperti biasa"
Bell pun berbunyi tanda berakhirnya waktu istirahat, semua murid memasuki ruang kelas untuk mulai belajar kembali, seorang wanita paruh baya memasuki kelas dengan buku - buku ditangan kirinya.
"Selamat siang anak - anak, Baiklah sebelum kita mulai pembelajaran hari ini ibu minta kalian mengumpulkan tugas akhir semester mata pelajaran Tata Busana dengan tema kebaya modern silahkan satu persatu kedepan presentasikan pola kalian"
Satu persatu siswa maju kedepan sesuai absen dan mulai mempresentasikan tugas mereka kini tibalah nama Maliqa dipanggil
"Maliqa kaneishia"
Malika mulai membuka tas gendongnya mencari pola yang sudah dia persiapkan semalaman untuk tugas ini, seketika mukanya pucat pasi karena tak menemukan apa yang dia cari.
"Kenapa Maliqa? Apa kamu lupa membawanya?" Tanya ibu Siska karna melihat Maliqa yang tak kunjung ke depan.
"Tugas saya hilang bu" jawab Maliqa lirih sedih dan bingung
"Hilang. Bagaimana bisa? Jangan membuat alasan bila memang kamu belum mengerjakannya!" Sanggah Bu Siska yang tidak bisa mentolelir kesalahan anak didiknya.
"Tapi saya sudah mengerjakannya bu." Maliqa mencoba membela dirinya
"Kita lanjutkan kembali silahkan selanjutnya Martha Chandra"
Martha dengan ponggah berjalan ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil tugasnya.
"Kenapa Martha bisa secepat itu bukannya tadi saat jam istirahat dia menanyakan tugas yang harusnya aku buat" batin Maliqa
"Ini adalah sketsa dan pola kebaya modern yang saya buat dengan bahan brokat dan kain songket yang saya gunakan saya mencoba mengangkat ciri khas kain tradisonal indonesia ke ranah fashion modern.."
Maliqa terperanjat kaget bagaimana bisa Martha mempresentasikan tugasnya.
"Itu pola dan sketsa saya!" Ucap Maliqa dengan lantang sambil menunjuk tugas yang Martha pegang.
Seketika suasana diruang kelas menjadi hening.
"Atas dasar apa kamu menyatakan ini adalah tugas kamu?" Ucap Liana
"Apa ada bukti akurat yang bisa kamu berikan?" Tanya Nilam
Suara gaduh dari siswa lain yang memprovokasi, suasana tegang terasa diruang kelas semua menuduh Maliqa hanya Mengaku - ngaku.
"Semuanya harap tenang!! Bagaimana Maliqa?" Tanya Bu Siska
"Dibawah sketsa dan tiap pola ada nama saya, dan dibelakang sketsa ada penjelasan tentang bahan yang saya gunakan untuk membuat kebaya itu" Jawab Maliqa yakin jika tugas itu memang miliknya
"Baiklah jika kamu merasa yakin ibu akan memeriksanya"
Bu siska mengambil tugas dari tangan Martha dan membolak balikan tugas itu mencari tanda kepemilikan yang Maliqa terangkan.
"Maaf Maliqa tapi semua yang kamu katakan tadi tidak ibu temukan pada pola dan sketsa ini, jadi ibu nyatakan semua yang kamu katakan itu tidak benar ini memang tugas Martha"
Pernyataan Bu Siska membuat Maliqa tidak percaya, Maliqa pun maju ke depan kelas untuk memeriksanya sendiri.
Maliqa terdiam dia tidak bisa membuat orang percaya bila tugas yang ada ditangan Martha sesungguhnya adalah miliknya, karena Maliqa tidak menemukan tanda tulisan tangannya pada pola dan sketsa itu bahkan tidak ada tulisan tangannya sedikitpun.
"Bagaimana mungkin bisa hilang? Jelas - jelas aku menuliskan nama dan keterangan bahan dibalik sketsa dan pola itu" Gumam Maliqa
"Sudahlah Maliqa bila memang tugas kamu belum selesai kamu kerjakan, kamu tidak perlu mengaku - ngaku tugas milik orang lain ibu akan maklumi tapi tidak seperti ini caranya" Bu Siska mulai geram
"Karena kamu sudah menghambat jalannya pelajaran maka ibu akan mendiskualifikasi kamu sebagai calon penerima beasiswa lanjutan, tapi untuk tugas akhir semester harus tetap kamu kumpulkan besok ibu tunggu diruang guru"
Serasa tubuh tak bertulang seketika tubuh Maliqa lemas dan rasanya dia akan terjatuh ke lantai bila dia tidak bersandar pada meja salah satu siswa, beasiswa yang selalu dia kejar untuk meringankan beban kedua orang tua yang menyekolahkannya hilanglah sudah.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang, bagaimana aku mengatakannya kepada Bapak dan ibu"
"Aku yakin itu memang tugas ku tapi bagaimana mungkin tidak ada jejak tulisan ku disana" batin Maliqa
"Pembelajaran hari ini cukup sampai disini dulu, sisanya Ibu tunggu besok terimakasih" Bu siska pun pamit dan keluar dari ruang kelas
"Maliqa aku tau, aku dan teman - teman memang sering menyakiti kamu tapi kami tidak pernah mengambil sesuatu yang menjadi milik kamu, kamu memang anak terpandai di kelas ini tapi tidak untuk mengaku - ngaku milik orang lain, bukankah itu tidak baik?" Ucap Martha seperginya Bu Siska
"Lihat itik jelek Martha bahkan masih masih mau berbicara setelah tuduhan yang kau ucapkan!" Liana mencoba mempropokasi susana.
"Martha memang baik hati"
"Martha meski orang kaya dia tetap merendah"
"Bahkan Martha sedikitpun tidak sakit hati atas tuduhan yang gadis buruk rupa itu ucapkan"
Sanjungan demi sanjungan terlontar dari siswa lain membuat Martha merasa besar kepala dan tersenyum senang.
"Tapi itu memang punya ku!" Maliqa masih membela dirinya
Seketika anak - anak murid lainya melemparkan gumpalan bola kertas ke aras Maliqa diiringi cacian dan makian.
"Dasar itik buruk rupa tidak tau diri"
"Pasti kepintarannya sudah mulai menghilang makanya berani memfitnah Martha si gadis baik hati"
"Dasar buruk rupa"
Maliqa menangis hingga isakan kecil itu terdengar namun tak membuat si pelempar gumpalan bola kertas berhenti Maliqa hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Kenapa kalian jahat sekali, kesalahan apa yang pernah aku buat. Bapak dan Ibu maafkan aku, aku tidak bisa mendapatkan beasiswa lanjutan"
Flashback on
Sesampainya di kantin Liana dan Nilam merasa heran dengan apa yang baru saja mereka lihat Martha membiarkan Maliqa begitu saja.
"Kamu yakin bisa melepas si buruk rupa begitu saja?" Tanya Liana yang geram dengan kelakuan Martha
"Hari ini penilaian semester sebelum ujian praktek Martha!" Nilam mulai tersulut emosi
"Kalian membuatku terharu dengan kepedulian kalian pada ku, tapi tenang saja kita akan tetap memberikan pelajaran pada itik si buruk rupa itu hanya saja cara kali ini lebih halus tapi akan lebih menyenangkan" Martha menarik tangan kedua sahabatnya sambil memberikan intruksi apa yang harus mereka kerjakan
"Liana saat si buruk rupa itu pergi keluar kelas kamu masuk dan ambil tugas miliknya dan kamu Nilam tunggu didepan pintu kelas untuk berjaga - jaga. Temui aku di belakang ruang UKS ingat jangan sampai ada yang mencurigai kita buatlah setenang dan rapih mungkin bagaimana apa kalian mengerti" seketika Liana dan Nilam tersenyum senang dengan rencana yang Martha buat.
"Baiklah kami akan pergi sekarang!" Jawab Nilam dan Liana seketika bergegas pergi kembali ke ruang kelas
Liana pun memulai aksinya dengan mencari tugas di dalam tas Maliqa setelah menemukannya dia pergi menghampiri Nilam.
"Semuanya aman?" Tanya Liana
"Semuanya aman, ayo kita pergi!"
Sesampainya dibelakang ruang UKS Liana dan Nilam menyerahkan tugas Maliqa kepada Martha
"Mau kau apakan tugas ini?" Tanya Nilam yang bingung akan rencana selanjutnya yang akan Martha lakukan
"Aku akan membuat ini adalah tugas ku" ucap Martha dengan senyum tersungging diwajahnya
"Tapi disini sudah ada tulisan tangan si itik" jawab Liana
"Itu bukan masalah aku bisa menghapusnya"
Marta mengeluarkan korek api gas didalam saku rok nya dan menyalaknnya, Martha mendekatkan api ke tulisan yang Maliqa buat tanpa bermaksud membakarnya seketika tulisan itu hilang Liana dan Nilam terperanjat kaget hanya bisa membuka mulutnya tanpa mengatakan apa - apa.
"Sudah aku katakan Martha Chandra tak sebodoh Yang kalian pikirkan"
Flashback off
Siang itu kegiatan belajar mengajar telah usai seluruh siswa bergegas merapihkan buku dan tas mereka ada yang bergegas pergi ada juga yang bermain disekitaran sekolah.
Maliqa segera pulang untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sedari tadi sudah lelah
"Bu Malika pulang" dihempaskan tubuh letihnya diatas kasur lapuk yang sudah termakan usia
"Maliqa bagaimana kamu masuk calon penerima beasiswa lagi?"
Dengan nafas berat Maliqa mulai membetulkan duduknya diatas ranjang tidur.
"Maaf Bu, kali ini Maliqa tidak lolos. Maafkan Maliqa ya bu"
Raut kecewa tergambar jelas di wajah Ibu Maliqa.
"Ibu kira kamu lolos seperti biasanya, karena yang ibu lihat pola dan sketsa kamu itu bagus sekali. Tapi ya sudahlah, mungkin memang saingan kali ini cukup berat hingga anak cantik ibu ini tidak lolos. Kamu tidak perlu bersedih ibu akan lebih bersemangat mencari tambahan untuk biaya sekolah kamu, hanya tinggal 1 tahun lagi bukan waktu yang lama"
Ibu selalu mengerti dan memaklumi apapun yang terjadi pada Maliqa, ibu yang bekerja sehari - hari menjadi penjahit rumahan selalu berharap Maliqa bisa meneruskan bakat menjahitnya, semua kemampuan Maliqa tidak semata - mata dia dapatkan dari sekolah karena sedari kecil saat usia Maliqa 10 tahun, Maliqa sudah tertarik dengan mesin jahit yang ibunya gunakan untuk membantu Bapak mencari nafkah. Karna penghasilan Bapak hanya sebagai supir angkutan umum yang kadang penghasilannya tidak menentu.
"Meskipun kamu tidak lolos menjadi calon penerima beasiswa ibu tetap akan menyiapkan makan malam spesial untuk gadis ibu"
"Udang goreng tepung dan cah kangkung" ucap Maliqa dan ibu serempak mereka pun akhirnya tertawa bersama.
Malam ini Maliqa harus menyelesaikan tugasnya membuat sketsa dan pola kembali meski matanya sudah mulai mengantuk tapi dia tahan sebelum tugas ini rampung. Meksi hasilnya tak sebagus yang sebelumnya Maliqa berharap tugas ini dapat memberikan nilai yang cukup memuaskan.
Setelah selesai mengerjakan tugasnya Maliqa termenung dia menangis meski dengan raut muka datar, dia menangisi kemalangannya selama ini, selama dua tahun dia selalu menjadi bahan bullyan satu kelas kesabaran yang ia tanamkan dalam hati tak ada artinya tak ada yang menghargainya, Maliqa berniat mengubah seluruh takdir hidupnya takkan ada lagi Maliqa yang penurut, penakut dan lemah.
Kekecewaan ibunya telah menampar keras harga dirinya semua yang ia lakukan semata - mata untuk membanggakan kedua orang tuanya terlebih ini impian ibunya, ibunyalah yang paling mengharapkan Maliqa sukses didunia fashion melihat dari segi bakat yang Maliqa miliki.
Semua kemarahan itu muncul karena kecurangan yang Martha lakukan hingga berakibat hilangnya peluang beasiswa itu membuat Maliqa sadar bahwa kebaikannya selama ini dianggap kelemahannya. Dia berjanji takkan bersikap baik kepada orang yang selalu menganggap remeh dirinya. Dan mulai sekarang dia akan belajar mempertahankan harga dirinya.
Ke esokan harinya sekolah berjalan seperti biasanya, kegiatan belajar mengajar berjalan dengan tertib.
Bell istirahat berbunyi hari ini Maliqa tidak pergi ke kantin karena ibu telah menyiapkan bekal ketika berangkat sekolah ini memang permintaan Maliqa, dia minta untuk tidak diberi uang jajan dan lebih memilih untuk diganti bekal saja karena dia ingin membantu meringankan ibu ikut menabungkan uang jajannya untuk biaya sekolah karena gagal mendapatkan beasiswa untuk tahun depan.
Disaat Maliqa hampir menghabiskan makanannya datang Martha dan ke dua sahabatnya mereka menghampirinya, mereka berjalan sambil tersenyum ke arah Maliqa kedua tangan Martha disembunyikan dibalik punggungnya seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
Maliqa tetap bersikap tenang dan menghabiskan makan siangnya tanpa mengalihkan pandangannya, dia menekan rasa takutnya sebagai bentuk awal perubahan sikapnya.
"Hai Maliqa bagaimana kabar mu? Kenapa tidak makan di kantin saja bersama kami? Oia ini aku bawakan bunga untukmu aku menemukan bunga ini dipinggiran jalan sana tampak cantik seperti dirimu" Martha menyerahkan setangkai bunga liar kehadapan Maliqa dengan suara tawa diakhirnya.
Bunga liar seperti ini kau persembahkan untuk ku, kau sungguh jahat menyamai ku dengan bunga liar Maliqa
"Tidak terimakasih, Ibu ku sudah menyiapkan bekal makanan sehat hanya untuk ku" jawab Maliqa dengan raut muka datar tanpa expresi
Cih mengajak ku makan yang ada aku menjadi pelayanmu yang selalu kau suruh - suruh Maliqa
Braakkk
Liana menggebrak meja dengan kedua tangannya.
"Sudah berani rupanya kau menjawab sepertinya sudah lama kami memanjakanmu hingga kau membangkang seperti ini!" Ujar Liana
Dengan senyum tipis Maliqa mendongkak mengalihkan wajahnya ke arah Liana, Maliqa menyunggingkan senyumnya dengan kedua alis terangkat. Berdiri dan mengelilingi mereka bertiga.
"Aku? Kalian manjakan?? Kapan, bukankah kalian yang selalu aku manjakan setiap hari dengan selalu menuruti semua permintaan kalian dan jangan lupa semua tugas - tugas kalian akulah orang yang mengerjakannya. Disinilah kalian yang membangkang setelah aku beri hati kalian juga minta jantung setelah apa yang aku lakukan kalian tetap mencurangiku dengan mencuri sketsa dan pola milik ku" ucap Maliqa berdiri dihadapan ketiganya dengan tangan bersedekap didepan dada.
"Wah..wah..wah.. kau cari mati ya? Sudah berani rupanya, atas dasar apa kau memfitnah kami bukannya kemarin kau sudah lihat sendiri bukti yang kau ucapkan tidak ada pada tugas pola dan sketsa milik Martha" ujar Nilam
"Maliqa bukankah kita teman, mengapa kau masih memfitnah ku baiklah kali ini aku memaafkan kamu sekarang ikut kami ke kantin aku sudah lapar" ucap Martha dengan senyum tipisnya dan menarik tangan Maliqa agar mengikutinya.
Maliqa menghempaskan cekalan tanagan Martha.
"Kau tidak dengar ya, aku sudah makan bila kau ingin ke kantin pergi saja dengan kedua pembantu setia mu itu" ujar Maliqa kembali duduk.
Martha sudah terlampau geram dengan sikap Maliqa hari ini, Martha menarik kerah baju Maliqa dengan kedua tangannya.
"Kau terlalu berlebih - lebihan sikapmu sudah diluar batas buruk rupa!!" Bentak Martha dengan sekali hempasan Maliqa terjatuh ambruk ke lantai.
"Benahi sikapmu!!" Martha melayangkan tangan bersiap ingin menampar Maliqa.
"Ampun Martha jangan tampar aku lagi, kenapa kalian selalu menyiksaku apa salah ku hikh..hikh..hikh" Maliqa terisak sendu dengan tangan menutupi wajahnya.
"Lagi?!" Tanya Martha membeo heran karena dia belum malayangkan satu tamparanpun.
"MARHTA !!!" Suara bariton bergema dalam kelas dengan kedua tangan mengepal kuat.
"Aa ayah" Matha tergagap setelah mengetahui seorang pria paruh baya dibelakangnya berdiri tegak dengan raut muka tegas.
"Apa yang kau lakukan?" Farhan menghampiri Maliqa yang tersungkur dilantai.
"Kau baik - baik saja Nak? Apa yang Martha dan temannya lakukan padamu?" Tanya Farhan lembut dengan tangan merangkul bahu Maliqa membantu membangunkannya.
"Martha menampar ku Pak, karena aku tak mau menuruti perintahnya" ujar Maliqa melepaskan tangan yang menutupi wajahnya
"Astaga Martha!!! Lihat apa yang kau perbuat, kenapa kau selalu membuat Ayah kecewa? Tadinya Ayah kemari bermaksud mengajak kau makan bersama sebagai penghargaan atas prestasi nilai praktek yang kau dapat kesenangan yang baru saja ayah rasakan hilang setelah melihat kelakuan mu yang seperti ini!" Ucap Farhan geram
Martha terbelalak kaget melihat wajah Maliqa memerah dengan darah disudut bibirnya, bahkan wajah yang dipenuhi jerawat itu kini berdarah.
Kapan aku menaparnya? Kenapa sudah ada bekas tamparan diwajah si buruk rupa? Martha
"Tapi yah.." belum sempat Martha menjelaskan Farhan sudah memotong ucapannya
"Sudah Ayah kecewa dengan kamu Martha dan kalian berdua kalian kan teman baiknya, teman yang selalu ada disamping Martha kenapa kalian diam saja saat Martha melakukan kesalahan seharusnya kalian mengingatkan Martha bukan malah mendukungnya seperti ini, mulai dari sekarang saya larang kalian berteman dengan Martha dan untuk kamu Martha tunggu hukuman kamu dirumah!" Farhan memboyong Maliqa keluar kelas
"Ayo Nak kita ke ruang UKS kamu harus mendapatkan tindakan medis setidaknya sedikit meringankan rasa sakit yang kau rasakan" ujar Farhan
Dengan kesal Martha menatap tajam Maliqa yang berada dalam dekapan Ayahnya.
Dasar kau buruk rupa, kau akan menerima balasan secepatnya Martha
Sesampainya di ruang UKS Farhan mendudukan Maliqa di atas brangkar dan menyuruh petugas UKS mengobati luka lebam dipipi dan robek di sudut bibirnya.
"Maliqa luka ini cukup parah, apa mereka lagi yang melakukannya?" Tanya petugas UKS yang sering Maliqa jumpai bila Martha dan kedua sahabatnya melakukan kekerasan fisik.
Maliqa menunduk dan mengangguk lemah, helaan nafas halus terdengar.
"Nak saya selaku Ayah Martha memohon maaf atas perlakuan Martha terhadap mu, apa Martha sering melakukan ini terhadap mu?" Tanya Farhan lembut dengan tangan mengelus pundak Maliqa.
"Mereka sering melakukannya setiap saya menolak keinginan mereka, saya bisa apa? melawan meraka, saya rasa tidak mungkin. Saya hanya anak dari keluarga miskin yang ingin bersekolah dengan layak dan menggantungkan harapan dari beasiswa yang saya dapat tapi tahun ini saya harus berusaha lebih karena taun ini saya didiskualifikasi dari daftar calon penerima beasiswa karena sketsa dan pola saya hilang"
Maliqa tidak ingin mengungkapkan siapa dalang dibalik hilangnya tugas Maliqa dan kenapa sampai Maliqa didiskualifikasi tentu saja karena bukti yang belum Maliqa miliki.
"Benarkah??" Farhan tercengang kaget dengan jawaban Maliqa
"Bahkan sedari Maliqa kelas X mereka sering membully Maliqa, saya pernah ingin melaporkan mereka tapi kami berdua tidak memiliki bukti kuat dan mungkin anda lupa bahwa Martha adalah anak kepala yayasan disekolah ini, jadi cukup sulit bila ingin melaporkan kenakalan anak yang berpengaruh dalam lingkungan sekolah ini" ujar Amaya petugas UKS.
Amaya sendiri sudah geram dan pernah berniat melaporkan Martha dan kedua sahabatnya ke pihak sekolah dan guru BP agar bisa memberi efek jera, tapi bukannya korban bully dilindungi malah Amaya dan Maliqa dicecar habis - habisan karena tak memiliki bukti kuat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!