Kirana adalah gadis yang periang, ceria dan mandiri. Kirana bersama kedua orang tuanya juga dua adiknya yaitu Andika dan Laras, mereka hidup sederhana juga serba kecukupan. Kehidupan mereka begitu bahagia. Kirana saat ini sekolah kelas 3 di SMA Kahuripan.
Saat ini tempat sekolah Kirana mengadakan acara kelulusan acara dimulai pukul tujuh malam. Kirana sangat menikmati masa-masa kelulusannya bersama dengan teman-temannya. Keceriaan itu yang akan merubah Kirana menjadi kesedihan.
Namun Kirana tak tahu setelah acara kelulusan sekolah ini, hidupnya seakan berubah 360 derajat. Sebab, setelah ini Kirana akan dijodohkan dengan anak dari sahabat kedua orang tuanya, dimana mereka telah dijodohkan sejak kecil.
Kirana saat ini sedang menikmati masa-masa indahnya berkumpul bersama teman-temannya di sekolah, mereka berpesta sampai larut malam, tepatnya pukul sebelas malam.
Setelah lulus sekolah, kini Kirana hanya dirumah membantu ibunya yang berjualan kue setiap harinya di toko sebelah rumahnya. Usaha kue ibunya terbilang sukses dan membantu perekonomian kehidupan keluarga sederhana itu.
Siang hari, Kirana membantu ibunya di toko karena tokonya selalu ramai dan berlanjut hingga sore hari.
Malam pun tiba, kedua orang tua Kirana telah membuat janji untuk bertemu dengan sahabat beserta putranya yang bernama Ilham. Namun, Kirana tak tahu karena dia sedang berada dikamar dan orang tua Kirana memang sengaja tidak memberitahunya karena akan memberi kejutan pada anaknya tersebut.
Akhirnya sahabat dari kedua orang tua Kirana datang sebagai bentuk silaturahmi dan juga akan membicarakan yang telah mereka sepakati waktu ditelepon.
Kini Kirana dipanggil ibunya yang bernama Bu Lastri untuk datang ke ruang tamu untuk membicarakan hal penting, tapi Kirana masih bingung dan shock ada apa sebenarnya ini?
Kini, Kirana sudah duduk di antara kedua orang tuanya dan tak lupa bersalaman dengan sahabat orang tua mereka juga laki-laki muda yang ada dihadapannya.
Setelah diberitahu oleh ayahnya yang bernama Pak Tono, Kirana hanya bisa menunduk sedih dan bingung namun dia pura-pura tersenyum senang atas perjodohan ini.
Setelah sahabat dari orang tuanya pulang, Kirana berpamitan kepada ayah dan ibunya untuk masuk kamar kesayangannya.
Kirana hanya bisa menangis pilu dan sesenggukan di kasurnya, bagaimana caranya dia bilang pada kekasihnya Ibrahim yang telah dipacarinya selama 2 tahun sejak kelas 2 SMA?
Kirana bimbang dan bingung untuk membicarakan masalahnya kepada Ibrahim bahwa dia telah dijodohkan, perasaannya campur aduk saat ini. Kirana terus menangis dan menangis sampai dia akhirnya ketiduran karena kelelahan menangis memikirkan hal perjodohannya.
Keesokan harinya kirana bangun pagi sekali dan meminta petunjuk kepada allah bahwa ini adalah takdir yang telah digariskan padanya.
Perjodohan ini, orang tuanya yang telah menentukannya bahwa sebagai anak Kirana hanya bisa menurut apa kehendak yang orang tuanya lakukan padanya adalah demi kebaikannya demi masa depan lebih baik.
Kirana tidak mau di cap sebagai anak yang durhaka, Kirana selalu mementingkan kebahagiaan kedua orang tuanya dahulu serta kedua adiknya setelah itu barulah dia memikirkan kebahagiaannya sendiri.
Kirana hanya bisa pasrah dan tak mau mengecewakan orang tuanya, kini dia mau tidak mau harus berani mengatakan pada kekasihnya Ibrahim, bahwa dia telah dijodohkan dengan anak sahabat orang tuanya.
Dengan terpaksa Kirana memutuskan hubungannya dengan Ibrahim, mereka putus dengan baik-baik walaupun awalnya ibrahim tak mau diputusin karena keputusan Kirana yang mendadak dan membuat Ibrahim shock juga kaget, kenapa baru bilang sekarang.
Namun dalam hati Ibrahim sebenarnya belum rela dan tak terima akan keputusan Kirana yang mendadak serta terburu-buru.
Dan Ibrahim berjanji dalam hatinya dan bertekad akan kembali pada Kirana suatu saat nanti di waktu yang tepat.
Ibrahim akhirnya mau menerima keputusan Kirana setelah mereka berdua berdebat selama dua jam. Apalah daya Ibrahim tak mampu berkata-kata setelah mereka putus dan Kirana hanya bisa menangis dalam pelukan kekasihnya itu.
Kini Kirana dan Ibrahim berpisah untuk selama-lamanya dan Kirana hanya bisa menatap pilu punggung kekasihnya yang telah pergi menjauh.
Inilah kisahku, perjalanan panjangku akan segera dimulai
Hari ini adalah hari pertunanganku karena aku menginginkan bertunangan dulu sebelum menikah. Lebih tepatnya aku belum siap atas perjodohan ini.
Namun apa daya aku berusaha terima perjodohan demi orang tuaku. Semoga aku bisa menjalani ini semua dengan ikhlas dan sabar atas semua cobaan yang kujalani saat ini.
"Kirana ayo, kamu sudah siap belum? Itu calon suamimu sudah datang dan banyak tamu yang menunggu! Cepatlah keluar jangan lama-lama," panggil Bu Lastri dari luar kamar putrinya.
Kirana yang berada dikamar saat dirias tersentak kaget mendengar teriakan Ibunya diluar karena melamun disaat hari pertunangan.
"Iya bu, sebentar tinggal sedikit lagi!" balas Kirana.
Seorang asisten perias pengantin yang melihat Kirana melamun segera menghiburnya.
"Mbak, di hari bahagia kok melamun?" tanya asisten perias.
"Hari bahagia harusnya tersenyum senang dan bahagia mbak," timpal asisten perias sekali lagi pada calon periasnya.
Kirana yang mendengar pertanyaan dari asisten tersebut hanya tersenyum getir.
Laras adik Kirana yang paling bungsu hanya bisa memandang kakaknya dengan perasaan senang dan bahagia, tapi juga sedih karena kakaknya akan bertunangan dan pasti menikah.
"Kak, apakah Kak Kirana bahagia dengan perjodohan ini?" tanya Laras kepada kakaknya.
Kirana hanya terpaku dan diam membisu atas lontaran pertanyaan dari adiknya itu. Apa yang akan dia jawab. Padahal dalam hati dia begitu tersiksa akan perjodohan ini.
"Kakak bahagia, kok Dek," ucap Kirana kepada adiknya dengan tersenyum.
"Kakak 'kan bertunangan dulu jadi masih ada waktu untuk mengenal calon suami kakak bagaimana sikapnya kedepannya nanti".
"Toh, kakak menjalani ini karena amanah dari orang tua, kakak tidak mau dicap sebagai anak yang durhaka, dek. Jadi untuk kedepannya jaga Bapak dan Ibu ya, buat mereka bahagia jangan sampai melawan orang tua karena itu tidak baik." tutur Kirana pada adiknya.
Laras hanya manggut-manggut akan jawaban yang dilontarkan kakaknya.
Nasehat dari kakaknya akan selalu diingat sampai kapanpun karena kakaknya yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam pelajaran sekolahnya.
"Baik bos." seraya Laras mengangkat tangannya di atas kepala seperti hormat.
Kirana hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan adik nya itu.
Kini Kirana sudah berada diruang tamu bersama kedua orang tua dan dua adiknya serta keluarga besar lainnya yang sudah berkumpul dirumah Pak Tono.
"Wah…Kirana ternyata cantik ya," ucap Bibi Kirana yang bernama Bu Siti.
"Ya, pastilah cantik, siapa dulu Ibunya," ucap Andika adik Kirana saat mendengar perkataan Bibinya.
"Iya Andika, kelak kau juga akan seperti kakakmu Kirana saat dewasa nanti. Yang terpenting sekarang kamu fokus sekolah dulu yang benar." balas Bibi Kirana akan pernyataan Andika tadi.
Ilham yang melihat Kirana begitu cantik dengan make up natural dan baju batik yang dipakainya begitu berbeda saat pertama kali datang kerumahnya saat itu. Dia memandangi Kirana terus menerus tanpa berkedip.
Kirana yang melihat pandangan Ilham terus tertuju padanya langsung tertunduk malu dengan semburat merona menghias di kedua pipinya.
Kenapa Mas Ilham terus memandangiku, apa ada yang salah dengan diriku. batin Kirana berucap tanpa berani mengangkat kepala.
"Pak Tono, tak kusangka nak Kirana udah besar dan sangat cantik," puji Pak Darman saat memandang Kirana dengan perasaan takjub dan senang akan perjodohan ini.
"Padahal dulu, nak Kirana masih kecil usia 8 tahun ya, saat terakhir saya mau pindah ke luar kota," timpal Pak Darman lagi.
"Iya Pak Darman, Kirana menurun kecantikannya dari ibunya." ucap Pak Tono saat mendengar pujian sahabatnya itu dan langsung memandang istrinya yang juga begitu cantik alami sejak pertama kali kenal.
Obrolan mereka pun disertai dengan canda tawa antara sahabat yang sudah lama tak bertemu itu.
Kini, acara pertunangan pun segera dimulai dengan saling memakai cincin yang disematkan di jari pasangan masing-masing.
Ilham dan Kirana saling bertatapan mata saat pandangan itu bertemu. Namun, dalam hati salah satu diantaranya Kirana begitu merasa berat dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua tercinta. Mengingat dia masih memikirkan Ibrahim yang pergi entah ke mana setelah mereka mengakhiri hubungan.
Kini Ilham dan Kirana duduk di teras rumah mengobrol satu sama lain untuk mengenal lebih dekat sampai Ilham membuka obrolan mereka.
“Kirana, apa boleh Mas manggil kamu dengan sebutan adik supaya kita lebih saling mengenal.” Ilham berucap sambil bertanya pada Kirana.
“Boleh, Mas silakan,” jawab Kirana.
Ilham pun tersenyum dengan jawaban dari calon istrinya itu.
“Bolehkah, Mas minta nomor ponsel, Adik?” lanjut Ilham dengan bertanya.
Tanpa membantah Kirana menuliskan nomor ponsel miliknya untuk dia berikan pada Ilham, begitu pula dengan dirinya menyimpan nomor ponsel milik calon suami supaya mereka lebih mengakrabkan diri.
“Dek, kamu itu setelah lulus SMA sering membantu ibu, ya?” tanya Ilham yang sangat ingin mengetahui kehidupan calon sang istri.
“Setelah lulus sekolah dari SMA. Mau tak mau terpaksa membantu ibu berjualan kue setiap hari. Sebab, untuk melanjutkan kuliah saja biaya sedang tak ada karena ada adik Kirana yang masih kecil.” Kirana berkata sambil menceritakan tentang kehidupan pribadinya.
“Lalu, Mas kamu sendiri bekerja apa? Di mana tempatnya? Dan udah berapa lama?” tanya Kirana dengan antusiasmya.
Ilham terkekeh pelan saat mendengar cecaran pertanyaan yang di tujukan untuk dirinya.
“Mas, bekerja di perusahaan Sawit lebih tepatnya di daerah Lampung dan sudah 3 tahun Mas bekerja disana.” jelas Ilham di iringi senyuman.
"Wah lama juga Mas Ilham bekerja sampai 3 tahun!" Kirana bertanya kembali pada calon suami.
Yang mana obrolan mereka di iringi canda tawa sampai tak sadar, bahwa kedua orang tua mereka menyaksikan keduanya. Bahkan mereka berpikir Kirana dan Ilham lambat laun segera akrab seiring berjalannya waktu.
***
Acara pertunangan mereka pun berjalan dengan lancar. Keluarga Pak Darman beserta Istri dan Ilham berpamitan pulang.
Sedangkan, keluarga Pak Tono dan yang lainnya berkumpul di ruang tamu.
"Bagaimana Kir, calon suamimu ganteng 'kan?" tanya Pak Tono pada putrinya.
"Iya, Pak," Kirana menjawab sambil menunduk malu karena dia sedang menutupi semburat merona di kedua pipinya.
"Ibu merasa, anak gadis kita udah dewasa Pak dan sebentar lagi menikah dengan calon suaminya," Bu Lastri berkata dengan mata berkaca-kaca.
"Iya Bu, setiap anak perempuan pasti mengikuti suami kemanapun pergi nanti." ujar Pak Tono.
"Mas Tono, setelah acara pertunangan ini kira-kira pernikahan diadakan kapan?" tanya Bibi Kirana adik dari Bu Lastri ibu Kirana.
"Mungkin enam bulan lagi, karena sembari menunggu Ilham menyelesaikan urusan di Lampung. Begitu acara pertunangan ini selesai, Ilham harus segera balik ke Lampung karena masa cuti kerjanya telah abis," jawab Pak Tono menjelaskan.
Kirana yang mendengar rencana pernikahan diadakan enam bulan lagi, merasa ini semua terburu-buru.
Bagaimana tidak, semua serba mendadak dan membuat Kirana tak bisa berbuat apa-apa. Seolah-olah keinginannya dan cita-citanya memilih pasangannya sendiri pun tak kuasa dia ucapkan.
***
Di tempat lain di rumah keluarga Pak Darman, sepulangnya mereka dari keluarga besan Pak Darman dan istrinya, Bu Susi menyiapkan segala sesuatunya karena pernikahan Ilham diadakan enam bulan lagi.
"Ham, besok jam berapa kamu berangkat?" tanya Bu Susi
"Aku berangkat sekitar jam delapan pagi Bu. Kenapa memangnya?" jawab Ilham sambil balik tanya dan mengambil air minum yang berada di meja makan.
"Masa cutiku cuma seminggu jadi besok harus kembali karena masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan dahulu Bu," sahut Ilham lagi.
"Baiklah Ham, besok Ibu masakin buat bekal perjalananmu ya," ucap Bu Susi dengan hati yang begitu bahagia dan senang.
"Akan tetapi perlu diingat selalu olehmu, karena sebentar lagi kamu mau menikah, maka jadilah imam yang baik buat istrimu kelak," tutur Bu Susi menasehati putranya itu.
"Siap Bu boss."
"Eh, Bu bos…bu bos, kenapa jawabnya setengah bercanda, hah!" omel Bu Susi sambil menjewer telinga putranya yang suka usil.
"Ya, sudah Bu Ilham pamit ke kamar dulu ya, mau menyiapkan pakaian untuk besok." ucap Ilham seraya berjalan menuju ke kamarnya.
"Iya nak."
Ilham berjalan dengan senyuman di wajahnya bahwa saat ini hatinya begitu bahagia. Karena tak sabar mau bertukar sapa dengan Kirana lewat ponsel seluler. Setelah masuk ke dalam kamar Ilham mengambil ponselnya untuk menghubungi Kirana.
"Assalamualaikum Dek Kirana." sapa Ilham.
"Waallaikumsalam Mas Ilham."
"Dek Kirana sedang apa?"
"Ini Mas, lagi bantu ibu di toko," Ada apa ya, Mas?" tanya Kirana yang lagi membantu Ibunya di toko yang sedang ramai pembeli.
"Tidak ada apa-apa kok dek, Mas hanya mau dengar suara dek Kirana."
Kirana segera beralih dari tempat tersebut dan menuju teras rumahnya.
Kirana yang mendengar Ilham mengucapkan kata itu hanya bisa tersenyum malu.
"Mas Ilham bisa aja," Lalu kamu sendiri sedang apa, Mas?" anya Kirana
"Mas sedang mengobrol dengan bidadari yang cantik ini," Ilham pun menggoda Kirana dengan kata-kata yang manis.
Yang lagi-lagi membuat Kirana merasa salah tingkah dan sekaligus pipi Kirana langsung merah merona karena malu mendengar candaan calon suaminya itu.
"Mas Ilham ini bisa saja kalau sedang menggombal."
Ibu Kirana yang sedang melayani pembeli sesekali melirik Kirana yang sedang tersenyum sendiri saat menerima telepon entah dari siapa.
"Dek Kirana, Mas Ilham mau kasih tau, kalau besok Mas mau balik ke Lampung!" kira-kira kamu mau dibawakan oleh-oleh apa sepulangnya Mas dari Lampung nanti?" tanya Ilham
"Tak perlu repot-repot bawa oleh-oleh apapun Mas. Mas kembali pulang dengan keadaan baik-baik saja sudah cukup, dan hati-hati ya selama perjalanan ke Lampung," Kirana menjawab dengan memberi Ilham peringatan untuk berhati-hati saat melakukan perjalanan menuju Lampung.
Ilham yang mendengar suara Kirana sedikit mencemaskannya merasa senang bisa mendapat perhatian dari calon istri tercinta.
"Kirana…" teriak Bu Lastri saat melayani pembeli yang lagi rame di tokonya.
"Iya Bu."
"Mas sudah dulu ya, Ibu memanggil nih!" mau bantu ibu dulu karena lagi banyak pembeli." Kirana berpamitan karena merasa tak enak mengobrol begitu lama dengan Ilham.
"Ya, sudah Dek, salam buat Ibu ya, Mas mau menyiapkan keperluan untuk besok." ucap Ilham seraya menutup ponselnya.
Selesai menghubungi calon istri melalui ponselnya, Ilham mengeluarkan koper dan memasukkan beberapa pakaian seadanya. Karena pernikahannya yang kurang enam bulan lagi, dia harus segera mengurus beberapa hal setelah kembali dari Lampung.
***
Pagi telah tiba, dan kini jam delapan pagi Ilham sudah berada di terminal karena perjalanan dari desa Kincir ke Lampung cukup lama. Ilham diantar oleh kedua orang tuanya.
"Ham, ini bekalnya jangan lupa dimakan ya?" ucap Bu susi.
"Iya, Bu, nanti Ilham makan pas perjalanan."
"Hati-hati ya nak selama perjalanan, jaga barang yang kamu bawa. Sekarang lagi musim pencopetan." Bu Susi berucap sambil tak lupa menasehati putranya.
"Iya Bu beres."
"Ya, sudah Bu, Ilham berangkat. Bus nya sudah mau berangkat." kata Ilham sambil mencium tangan kedua orang tuannya bergantian.
"Ya, sudah hati-hati di jalan ya, Ham." Ingat pesan Bapak sebentar lagi kamu menikah. Pesan Pak Darman pada putranya.
"Iya, Pak," Nasehat Bapak akan Ilham ingat selalu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!