Waktu ke waktu semua berjalan dalam hal yang berbeda. Kehidupan selalu berjalan dengan waktu yang terus berputar. Lalu lalang manusia berjalan dengan berbagai jalan. Ada yang melalui jalan kiri, Ada yang melalui jalan kanan dan Ada pula yang melalui jalan tengah. Semua jalan yang mereka lalui memiliki pilihan serta resiko tersendiri. Sebagaimana kau mengambil buah dari keranjang yang kau petik. Apa yang kau petik memiliki berbagai variasi. Ada yang begitu segar dan menggiurkan namun memiliki rasa yang tak seperti ekspektasimu. Ada yang warnanya tak begitu segar dan tak menggiurkan namun memiliki rasa yang jauh lebih baik dari ekspektasimu. Dan itulah hakikat dari kehidupan yang sesungguhnya. Memiliki rotasi yang berbeda dan lintang rotasi yang bermacam-macam.
Ini adalah sebuah bentuk cerita tentang diriku, seorang gadis sederhana yang rela menjadi istri kedua dari suami sahabatnya. Semua berawal dari permintaan sang sahabatku yaitu Ria Santika Ratnagara. Ria adalah sahabatku saat ku tengah belajar di pondok pesantren. Aku telah lama tak bertemu dengan hingga pada suatu ketika takdir mempertemukan kami berdua. Dan tentunya dengan takdir dan tanda tanya misteri. Jika saja Ayahandaku tak mendengarkan perkataan para tetanggaku mungkin saja semua tak akan terjadi seperti halnya sekarang.
Semua berawal dari suasana di pagi hari. Seperti biasa aku bersiap untuk pergi mengajar ke sekolah namun sebelum aku pergi, aku tak lupa untuk membantu ibuku untuk memasak, mempersiapkan bekal untuk kedua adikku dan membersihkan rumah. Ku peluk tubuh ibundaku dari belakang sembari memberi kecupan untuk ibundaku.
‘’Assalamu’alaikum ibundaku…, Selamat pagi ibundaku.’’ Sapaku
‘’Waalaikumsalam putri bunda.., Pagi juga nduk.’’ Jawab Ibunda tersenyum padaku
‘’Aduh aduh senyum bunda manis pisan atuh.’’ Godaku seperti biasa
‘’Hilih-hilih nduk bisa aja ya pagi-pagi gini menggumbulnya.’’ Balas Ibunda yang sudah terbiasa mendengar gombalanku
‘’Bunda, Bunda tau apa yang lebih manis dari madu?’’ Tanya Soraya
Bunda yang tengah asyik menggoreng ikan menoleh ke belakang ke arah putrinya ‘’Memang apa yang lebih manis dari madu?’’
‘’Cinta ayahanda pada bunda saat mengucap ijab qabul.’’ Gombal Soraya
‘’Haduh kamu itu ya bisa aja.’’ Ibundaku tersipu malu saat ku menggombalinya
‘’Pagi Bundaa!!!! Pagi Kakak garang aum!!” Ucap Kedua adikku yang bergelayut manja pada ibundanya
Kedua adiknya selalu berani meledeki kakaknya. Soraya yang asyik memasak menoleh ke belakang. Ia menyeringai pada kedua adiknya sambil membawa spatula yang dibuatnya untuk masak. Ia mengarahkan spatulanya pada kedua adiknya.
‘’Tadi bilang apa kedua adik kakak yang cantik dan ganteng ini?’’ Ujar soraya yang membuat kedua adiknya ketakutan da bersembunyi di belakang ibundanya
‘’Eh tadi bukan aku lho kak yang bilang, itu si arya kak bukan ayu.’’ Balas Ayu yang menyalahkan kakak laki-lakinya
‘’Eh buset lu yu!! Lu tadi juga ikut-ikutan ngeledekin kak soraya kenapa cuma gua yang salah etdahhhh.’’ Debat Arya yang tak terima jika disalahkan sendirian
‘’Wlekkk bodo amatt .. ‘’ Ayu menjulurkan lidahnya ke arah kakak laki-lakinya tanpa takut
‘’Sini luuu!!’’
Ya, inilah suasana rumah soraya yang tenang, bahagia penuh dengan canda dan tawa dari kedua adik kecilnya. Kedua adik kecilnya yang selalu membuat gelak tawa di keluarga soraya. Dan hal inilah yang menjadi kebahagiaan tersendiri soraya.
‘’Sudah sudah kalian jangan bertengkar lagi. Cepat sarapan kemudian kakak antar. Ini bekal buat kamu dek Arya dan ini buat kamu dek Ayu.’’ Ujarku sembari memberikan bekal kepada mereka berdua masing-masing
‘’Terima kasih kak!!’’
Arya dan Ayu menerimanya dan memasukkan ke dalam tas mereka masing-masing. Setelah itu mereka melahap habis masakan kakaknya tak bersisa.
‘’Aku udah selesai makan kak, Ayo berangkat anterin ayu!!’’ Ayu adekku berdiri dan mengamit lenganku tuk berangkat
‘’Okey bentar ya kak soraya ambil tas kakak dulu.’’ Balasku sembari mengambil tasku di atas meja. Setelah mengambilnya ku selempangkan ke bahuku. Ayu adikku yang tak sabar untuk ku antar menarik tanganku
‘’Ayo kak kita berangkatttt!!!’’
‘’Iya dek bentar dan sabar yaa. Kakak masih pake sepatu kakak atuh.’’ Jawabku dengan lembut sembari menali tali sepatuku
Setelah selesai ku ikat tali sepatuku, ku berdiri dan merapikan pakaianku. Ibundaku menghampiriku, ia tersenyum manis padaku ‘’Riha hati-hati di jalan ya nduk..’’.
Ku anggukan kepalaku dan mencium telapak tangan ibundaku tuk bersaliman ‘’Iya ibundaku..’’.
‘’Ayu gak disayang juga bunda hum..’’. Ucap Ayu yang iri dengan perhatian bunda padaku
Setelah selesai ku kecup tangan ibundaku, ibundaku menarik tangan ayu dan dipeluknya ‘’Nduk iha putri bunda yang cantik sendiri sejagat raya. Belajar yang giat dan jangan bandel di sekolah ya?’’
‘’Ih bundaaa.., iha kan gak pernah bandel humm.’’
Ibundaku tertawa melihat adekku yang selalu merajuk padanya ‘’iya putri bunda memang tak pernah bandel tapi cuma nakal xixi.’’
‘’Bunda ihh!!’’
‘’Udah ayo kita berangkat dek nanti kamu terlambat.’’ Ucapku
‘’Iya kak ayo. Dah bunda assalamu’alaikum..’’
‘’Kami berangkat dulu bunda.’’
Bunda mengangguk pada kami dan melambaikan tangan pada kami berdua. Ku tutup pintu dan ketika ku balikkan badanku ku terkejut saat melihat kehadiran Dani berdiri di depan halaman rumahku. Ayu terbengong melihat seorang lelaki tampan ‘’Kak Soraya ada pangeran tampan.’’
‘’Dani..’’.
‘’Assalamu’alaikum soraya..’’ Sapa Dani tersenyum di hadapanku
‘’Waalaikumsalam Dani, Kamu ada apa kemari pagi-pagi begini?’’ Tanyaku dengan penasaran
‘’Kak soraya dia siapa? Kakak kenal pangeran tampan ini?’’ Tanya Ayu dengan suara berisiknya penasaran akan Dani
Ku lupa jika ada Ayu adekku disini. Hal seperti ini tak boleh diliat atau didengarkan Ayu. Gumamku dalam hati
Ceklek!
Seseorang menutup pintu rumahku dan seseorang itu adalah Arya adek laki-lakiku yang baru saja keluar dari rumah.
‘’Dek Arya.’’ Panggilku pada Arya
‘’Eh kak soraya dan Ayu belum berangkat?’’ Tanya Arya padaku sembari mendekat ke arahku
‘’Bang Arya liat ada pangeran ganteng huwaa.’’ Sahut Ayu yang tak bisa menahan rasa kagumnya pada Dani
‘’Hust dek gak baik kayak gitu di depan teman kak soraya!’’ Peringat Arya pada Ayu
‘’Ih Abang!!’’
‘’Dek Arya bisa antarkan ayu ke sekolah dulu gak hari ini saja?’’ Tanyaku
‘’Bisa Kak.’’ Jawab Arya dengan cepat
‘’Ayo ayu kita berangkat.’’ Lanjut Arya menarik tangan ayu tuk menjauh dari hadapanku dan dani
‘’Eh bang aku kan mau berangkat dengan kak sorayaaa!!’’ Teriak ayu yang terus berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman tangan arya
‘’Diam dan nurut sama aku! Atau kamu tau apa akibatnya dek!’’ Tegas Arya pada Ayu
‘’Iya iya!!’’ Ayu tak bisa berkutik ketika Kak Arya telah bersikap tegas padanya. Hal yang bisa ia lakukan adalah menurutinya sebelum kena akibatnya
‘’cepat naik ke motor!’’ Perintah Arya pada Ayu
‘’Iya biasa aja kalo merintah!’’ Sewot Ayu
‘’Buruan nanti gua telat lu gua gibeng!!’’ Kata Arya
‘’Arya tak baik berkata seperti itu ke adek ayu.’’ Soraya memberikan nasehat pada adek laki-lakinya agar tak berkata kasar pada Ayu
‘’iya iya kak. Maafin arya, ayo ayu lebih cepat dikit.’’ Arya meminta Ayu Adeknya untuk lebih cepat sedikit saat naik ke goncengan motornya
Ayu yang sedang berusaha naik di goncengan motor arya hanya bisa berdumel ‘’Berisik banget lu bang!!’’
‘’Lelet ah lu mah dek.’’
‘’Ini sampun abangku!’’ Teriak Ayu tepat di depan telinga Arya
‘’Argh Dek! Kenapa teriak di telinga gua sih hah?’’ Maki Arya
‘’Bodo amat! Ayo berangkat! Gak usah berisik.’’
‘’Lu kalo bukan adek gua abis lu di tangan gua!’’
‘’Arya! Ayu! Le dan nduk kalian jangan bertengkar dan cepat berangkat!’’ Leraiku pada kedua adikku yang bertengkar di hadapanku dan Dani
‘’Tapi kak ayu kan yang salah bukan arya!!’’ Arya membela dirinya sendiri
‘’Eh lu yah bang!! Ngapain lu nyalahin gua hah!?’’
‘’Sudah-sudah kalian jangan berdebat lagi atau kakak panggilin bunda mau?’’ Ancamku
‘’Enggak mauu!!!’’ jawab mereka berdua serempak
‘’ Baiklah, Ya udah berangkat sekarang ya.’’
‘’Iya kak, Lu pegangan dek atau gak miber nanti lu.’’ Kata Arya mengejek pada ayu
Brum.. Brum..
Ayu Belum sempat menjawab ejekan Arya, arya sudah terlebih dahulu melajukan motornya dengan kencang. Hal itulah membuat soraya geleng-geleng melihat tingkah kedua adiknya. Senyuman soraya membuat Dani ikut terbawa tersenyum. Senyuman soraya yang cantik nan manis membuat hati Dani bergetar dan tak sengaja melontarkan pujian pada soraya ‘’MasyaAllah gusti, Bidadari surga memang ada ya. Sudah cantik, lembut juga seperti namanya’’
Soraya yang mendengar pujian langsung menoleh ke arah Dani ‘’Eh Dani maafkan aku yang terlalu fokus sama kedua adikku tadi.’’
‘’Tak apa soraya.., Aku bahagia melihatmu tersenyum seperti tadi. Sungguh seperti melihat seorang bidadari.’’ Puji dani yang tak sadar memberikan gombalan pada Soraya
‘’Eh kamu berlebihan dani hehe..’’.
‘’Aku sungguh jujur soraya.’’
‘’Jujur tentang apa atuh Dan?’’ Tanyaku yang masih tak memahami perkataan Dani
‘’Jujur jika hatiku sudah terlanjur mencintaimu soraya aisyah rihadatus sholihah..’’.
Cinta?
Seorang Danial Eka Abdillah menyatakan perasaannya pada seorang gadis sepertiku? Bagaimana mungkin?
Bagaimana mungkin itu terjadi? Sedangkan umurku dan dirinya selisih 3 tahun dan sesungguhnya umurku lebih tua dari dirinya. Bagiku dia hanyalah ku anggap sebagai adik kelasku dan tak lebih dari itu. Gumamku dalam hati
Memang hubungan kami cukup dekat meski sekedar adik dan kakak kelas namun entah kenapa dia menyatakan perasaannya padaku?
‘’Soraya are you okey?’’ Tanyanya membuyarkan lamunanku
‘’Iya aku baik-baik saja. Jujur aku masih tak mengerti kenapa kau menyatakan perasaanmu padaku dani.’’ Jawabku dengan jujur mengatakan hal yang masih sulit ku terima
‘’Terlebih bukannya kamu suka sama Lela ya?’’ Tanyaku tanpa berfikir panjang tentang kejadian dulu yang pernah terjadi anatara lela, aku dan dia
Kejadian dimana dulu ia mengirimkan surat pada lela yang ku lihat dengan bola mataku sendiri. Lantas kenapa dia tiba-tiba datang dan menyatakan perasaannya padaku? Itulah hal yang sedang ku fikirkan di hadapannya
Dani menggaruk rambutnya yang tak tampak gatal, ia menatapku dengan ragu ‘’Sebenarnya surat itu bukan untuk lela kak soraya.’’
Alis berkerut menatapnya heran, jika surat itu bukan untuk lela lantas untuk siapa? Diriku kah?
‘’lantas surat itu untuk siapa dani jika itu bukan untuk lela?’’ tanyaku
Dani tertunduk malu menjawab pertanyaanku ‘’sebenarnya surat itu untuk kak soraya.’’
‘’Eh? Buat aku?’’
Dani mengangguk ‘’iya surat itu untuk kak soraya dan lela salah paham terhadapku selama ini.’’
Aku terdiam mendengar jawaban yang ia katakan padaku. Aku tak menyangka jika hal tersebut adalah kesalahpahaman yang lela alami dengan dani. Terlebih lagi hal itu menyangkut dirinya juga. Lantas respon apakah yang lela dapatkan ketika dani mengatakan kenyataan ini?
‘’Kak? Kak soraya?’’ Dani melambaikan tangan di depan wajahku
‘’Astaghfirullah, kenapa kau mendekat dani?’’ Ku berjalan mundur dari hadapannya yang terasa terlalu dekat untukku
‘’ah maafkan aku kak, tapi sunggguh yang ku katakan itulah kenyataan yang tak bisa ku bohongi kak soraya.’’ Ujar Dani yang masih menundukkan kepalanya karena merasa segan dan malu terhadapku
Ku tundukkan kepalaku karena aku tak berani menatap wajahnya lagi. Sesungguhnya aku tak mengerti dengan perkataan yang diucapkannya benar atau sekedar main-main saja? Entahlah, perihal tentang perasaan seorang laki-laki tak pernah bisa ku pahami dan tak pernah bisa ku ketahui kebenarannya. Banyak orang yang bercakap padaku jika ucapan yang keluar dari mulut seorang laki-laki tak pernah bisa dipercaya oleh seorang perempuan dan seorang perempuan tak boleh mempercayainya 100%. Hal itulah yang sering ku tanamkan dalam diriku. Selain itu, abiku selalu mengajarkanku untuk tak terlalu dekat dengan kaum ikhwan. Abiku selalu menjagaku dengan ketat oleh karena itulah tidak ada seorangpun lelaki yang berani mendekatiku.
‘’Ah kak soraya, maafkan aku jika aku mengatakannya secara mendadak seperti ini. Sungguh aku tak memiliki niat buruk sama sekali, aku hanya ingin kak soraya tau kebenaran dari dalam hatiku. Itu saja sebenarnya kak.’’ Ia ikut menundukkan kepalanya, ya mungkin karena dia malu terhadapku
‘’Huft.., sebenarnya hal apakah yang kau inginkan terhadapku Dani?’’ Tanyaku perihal niat di balik dia mengungkapkan perasaannya padaku
‘’Aku ingin mengajakmu beribadah nikah kak soraya..’’. Jawab Dani dengan mimik wajah yang serius dan ku liat dia memang serius denganku
Apa dia bersungguh denganku?
Hal yang ku kira ia hanya menyatakan perasaan kepadaku ternyata ia juga mengajakku menikah dalam waktu yang singkat. Sungguh aku terkejut dengan ajakannya yang terasa begitu cepat menurutku.
‘’Apa? Nikah?’’
Di tengah keterjutanku ada suara abiku yang memanggilku
‘’Nduk soraya.., Ngapain berdiri disini? Dan siapakah gerangan seorang pemuda ini nduk?’’ Tanya Abiku yang tengah berjalan ke arahku
‘’Abi? Abi kok sudah pulang?’’ Tanyaku sembari mencium telapak tangan abiku
‘’Iya nduk, alhamdulillah dagangan abi laris manis cepet abis jadi abi bisa pulang cepet.’’ Jawab Abiku
‘’Alhamdulillah masyaAllah wa tabarakallah soraya senang mendengarnya abi.’’ Balasku ikut bahagia mendengar kabar baik dari abiku tentang dagangannya yang habis. Jarang-jarang abi bisa pulang secepat ini. Abi sering pulang di malam hari karena harus berdagang
‘’Iya nduk, Oh iya nak kamu siapanya anak saya ya? Tadi aku dengar kata nikah? Siapa yang nikah nduk?’’ Tanya Abiku pada Dani
Mampus, Kenapa abi bertanya pada Dani!! Batinku berteriak karena rasa cemasku
Dani mengucapkan salam pada abiku dan bersaliman pada abiku ‘’Assalamu’alaikum abinya kak soraya. Perkenalkan nama saya Danial eka abdillah. Saya adalah adik kelas sekaligus teman sejawat seperguruan kak soraya. Kedatangan saya kesini adalah ingin mengajak kak soraya ke sebuah hubungan yang serius Abi..’’.
‘’Apa? Kau mau menikahi putriku soraya?’’ Tanya Abiku yang terlihat antusias pada ucapan Dani
‘’Njeh Abi, Jika abi mengizinkan saya.’’ Ujar Dani dengan sopan dan tawaddu’
‘’Oh tentu saya restui dan mari silahkan masuk terlebih dahulu le..’’. Ucap Abi merangkul Dani untuk mengajaknya masuk ke dalam rumah kami. Pribadi abi memang selalu begini terlebih ketika ada seorang pemuda yang datang ke rumahku. Ia pasti antusias karena berharap lebih untukku menikah dengan cepat
Dani menuruti permintaan Abi tuk masuk ke dalam rumah kami sedangkan aku berjalan di belakang dani. Ku layangkan kode pada Dani. Sebuah kode yang berarti ‘’Kenapa kau melakukan ini dani?’’
Aih-alih menjawab kode dariku, dia justru tersenyum lebar ke arahku. Abi masuk sambil berteriak ‘’Bun.. Bunda., Abi bawa mantu nihhhh!!!’’ Teriak Abi dengan lantang nan bahagia
Saking lantangnya teriakan Abi membuat para tetangga berdatangan ke rumahku. Bunda datang dengan mebawa spatulanya ‘’Haduh Abi naon atuhhhh teriak-teriakk!!’’
‘’Seharusnya Abi datang itu salam eh malah teriak-teriak bawa mantu. Malu atuh sama tetangga atuh Abi!!’’ Omel Ibundaku di hadapan Abiku
‘’Punten atuh bunda.., Abi seneng karena ada pria yang mau nyeriusin putri kita.’’ Ujar Abi memeluk Ibundaku dengan perasaan kegirangan
‘’Saha atuh abi?’’ Tanya Ibundaku melepaskan pelukannya dan melihat ke belakang. Ia melihat ke arahku dan dani yang berdiri di belakang Abi
‘’Itu bun..’’. Belum sempat menuntaskan perkataannya Ibundaku sudah mengamit tangan Dani
‘’Oh ini yang mau jadi menantu bunda. Cakep banget atuh soraya tak macam abimu dulu.’’ Puji Ibundaku pada Dani tanpa ada sedikitpun rasa malu
‘’Bunda.., Bukan muhrim atuh !!!’’ Peringatku pada ibundaku
‘’Eh maaf atuh Le.., Tapi bunda gemas atuh eh sini mari duduk le.’’ Ibundaku mengajak Dani untuk duduk di kursi
Dani mengikuti tangan ibundaku dan duduk di kursi bersama ibundaku. Ku liat raut wajah abiku yang merengut. Ia menghampiri ibundaku “Bunda gimana atuh main tarik aja. Bunda juga jaga batasannya, tak baik atuh bersikap kayak tadi ke tamu kita.’’
‘’Punten atuh abi.., Bunda hanya tak tahan hehe.’’ Ibundaku meringis pada Abiku
‘’Ya udah sini duduk dekat Abi dan kita bicarakan semua dengan soraya dan nak dani.’’ Ujar Abiku meminta ibundaku untuk duduk di sampingnya
Ibundaku menuruti perintah abiku dan berpindah tempat duduk di samping Abiku. Abi menepuk sofa di samping kirinya, memintaku untuk duduk di samping kirinya ‘’Nduk sini duduk. Jangan cuma berdiri saja.’’
Ku anggukan kepalaku dan tersenyum pada Abiku ‘’Njeh Abi tapi sebenarnya soraya ada jadwal ngajar Abi.’’
‘’Kita hanya bicara sebentar nduk, lagian abi tau jika jam ngajarmu itu jam 10 kan nduk. Sekarang masih jam setengah 9 jadi kita bicarakan saja dulu. Ini lebih penting nduk.’’ Jawab Abiku dengan mimik wajah seriusnya
Ku menghela nafas ketika diriku tak lagi dapat memberi alasan lagi pada Abiku dan aku tak dapat menolak perintahnya.
‘’Ayo nduk sini duduk dulu.’’
‘’Njeh Abi.’’ Ku duduk di samping kiri Abiku dengan ku tundukkan pandanganku dari Dani
Hatiku merasa dag dig dug tak karuan dan hal apakah yang harus ku jawab?
Dapatkah soraya menjawab ajakan menikah Dani?
Akankah soraya menambatkan hatinya pada Dani?
Nantikan di chapter selanjutnya~^^
‘’Jadi bisa kau katakan padaku le tentang niatmu sesungguhnya. Apa benar kau ingin melamar putriku?’’ Tanya Abiku to the point pada Dani
Dani mengangguk ‘’Njeh itu benar Abi. Saya ingin menjalin hubungan serius dengan putri jenengan.’’
‘’Hmm, apa kedua orang tuamu tau tentang hal ini le? Apa kedua orangtuamu sudah tau tentang putri saya?’’ Tanya Abi mulai mengorek informasi pada Dani. Sungguh Abi adalah pribadi yang memiliki rasa penasaran yang tinggi dan detail
‘’Kedua orangtua saya telah lama mengenal soraya Abi dan saya juga telah menceritakan semua tentang niat saya untuk melamar putri jenengan. Tentunya kedua orangtua saya menyetujuinya dan sangat menginginkan saya agar cepat melamar soraya.’’ Tutur Dani dengan kata yang santun dan menunjukkan keseriusannya
‘’Bagus itu, Saya akan setujui..’’. Ujar Abiku yang tersela oleh perkataanku
‘’Apa Lela sudah kau beritahu hal ini juga Dani? Apa kau sudah jujur dan minta maaf pada lela Dani?’’ Selaku di antara perkataan abiku
‘’Lela? Siapakah itu nduk?’’ Tanya Abiku dan Ibundaku bersamaan
‘’Lela adalah sahabat soraya yang tengah menyukai Dani Bunda Abi..’’. Jelasku menjawab pertanyaan Abi dan Ibundaku dengan jujur
‘’Maaf saya mau menjawab pertanyaan soraya.’’ Dani meminta izin Abi dan Ibundaku
‘’Iya silahkan le..’’.
‘’Semua sudah aku katakan pada Lela Soraya dan tak ada lagi hal yang ku sembunyikan dari Lela Soraya. Lela menerima semua kenyataanya apa kau masih ingin aku membuktikannya soraya? Kalo kau ingin aku bisa telfonkan Lela.’’ Ucap Dani dengan raut wajah yang serius dan bersiap mengambil ponselnya dari sakunya untuk membuktikanya kepadaku.
Aku melihat semuanya raut wajah Dani yang menyiratkan bahwa tidak ada kebohongan apa-apa lagi yang dia sembunyikan dariku. Ku hela nafas dan ku pejamkan mataku.
Tuhan apakah ini saatnya untuk diriku dalam menjalin hubungan yang serius?
Tunjukkan kepadaku tentang keyakinanku jika memang dia adalah jodoh yang kau kirimkan kepadaku?
Di tengah ku asyik memejamkan mata tangan Abi menyentuh bahuku. Ku buka mataku dan melihat raut wajah Abiku yang berubah ‘’Nduk, umur abi sudah tua. Jujur abi resah ketika kau selalu menolak dan menunda sebuah pernikahan. Jujur abi takut jika suatu ketika abi diambil nyawanya dan tak bisa melihatmu bersanding di pelaminan. Nduk memang semua terasa sulit untuk memulai sebuah hubungan tapi nduk sebaik-baiknya sebuah hubungan adalah dia yang berani mengajakmu ke pelaminan bukan dengan pacaran.’’
‘’Abi yakin nduk jika nak dani dapat membawamu ke sebuah hubungan yang sakinah mawaddah warahma. Abi yakin nduk jika nak dani akan dapat membahagiakanmu dunia dan akhirat.’’ Lanjut Abiku yang berusaha menyakinkanku
‘’Nduk menikah itu sebuah ibadah untuk menyempurnakan iman kita, kamu tau bukan nduk? Hal terpenting dalam sebuah pernikahan adalah niat kita untuk beribadah Lillahi ta’ala. Bunda tau dan mengerti sekali jika kamu masih takut dan ragu tapi satu hal yang harus kamu tau jika jangan pernah menunda niat yang baik terlebih lagi ketika ada seseorang yang berniat untuk melamarmu. Menunda niat yang baik itu gak bagus nduk jadi bunda harap kamu bisa memutuskan dengan baik atas pilihanmu.’’ Bunda ikut memberiku pengertian dan menyakinkanku dengan tutur katanya lembut yang tak memasaksaku
Sejatinya bunda adalah sosok yang selalu tau dan mengerti akan hal yang ku rasakan selama ini meski diriku tak pernah mengatakannya. Ia tak pernah memasakan kehendakku. Apapun yang ku pilih abi dan ibundaku selalu mendukungku.
Ku hembuskan nafasku sembari mengucapkan kata bismillah
Bismillah semoga ini adalah keputusan yang tepat untuk mencari Ridho-MU ya Robb. Gumamku sembari menyakinkan hatiku
‘’Bismillahirrohmanirrohim, saya mau menerimanya. Jadi kamu bisa datang bersama orang tuamu dani untuk mengkhitbahku.’’ Tutur dengan berkata jelas di hadapan kedua orang tuaku dan Dani
Dani melihatku dengan wajah speechlessnya kemudian ia bersujud di hadapanku dan kedua orang tuaku ‘’Alhamdulillah ya Robb, Kau berikan jalan kepada diriku.’’
Abi mendekati Dani dan mengajaknya tuk bangun ‘’Bangunlah Le..’’.
‘’Saya akan sampaikan kabar baik ini kepada kedua orang tua saya kemudian saya akan mengkhitbah soraya di hari minggu Abi. Saya janji itu.’’ Ucap Dani berjanji pada Abi
Perkataan Dani membuat Abiku memeluknya ‘’Kami akan menantikan niat baikmu dalam mengkhitbah putri kami le..’’.
‘’InsyaAllah Abi semoga tidak ada halangan lagi dalam proses kali ini.’’ Jawab Dani membalas pelukan Abiku
‘’Abi dan Bunda akan selalu mendoakan proses kalian berdua agar selalu lancar dan tak ada halangan apapun Aamiin..’’. Abi memberikan doa untuk kami berdua
‘’Oh iya saking senangnya bunda lupa ambilkan kue untuk nak Dani. Tunggu sebentar ya nak Dani.’’ Ibundaku berlalu ke dapur untuk mengambilkan makanan untuk disuguhkan kepada Dani
‘’Eh tak usah tante..’’. Tolak Dani
‘’Sudahlah nak, terima saja. Tadi si bunda habis bikin kue dan rasanya dijamin maknyuss.’’ Ujar Abiku
‘’Eh bunda bikin kue apa atuh abi?’’ Tanyaku dengan mimik wajah serius
‘’Itu Klanting dari tetangga sebelah nduk haha.’’ Gurau Abi tertawa kepadaku karena berhasil menjahiliku
‘’Ih Abi bohongin sorayaa!!!’’
Ya, itulah momen awal kebahagiaanku, abi dan ibundaku dimulai. Kedatangan Dani membawa kebahagiaan untukku dan tentunya untuk kedua orang tuaku. Aku berharap jika waktu melancarkan setiap hajatku dan Dani yang akan kami laksanakan minggu depan.
Tuhan izinkan segala rencana kami bisa berjalan dengan lancar .. Aaminn
***
Hari menjelang proses khitbahku dan Dani, Keluargaku sangat sibuk kesana kemari mempersiapkan semuanya. Begitu juga diriku yang sibuk dibawa kesana kemari untuk membeli beberapa perlengkapan. Bunda tak mengizinkanku untuk membantu karena ia tak ingin diriku kelelahan. Sungguh perhatian sekali bunda padaku. Saat ku tengah membersihkan kamarku bundaku memanggilku.
''Nduk Soraya..''. Teriak Bunda memanggil namaku
''Iya bunda dalemm..''.
Aku keluar dari kamarku dan ku hampiri bundaku yang sedang sibuk membungkus jajanan. Ia menoleh kepadaku ''Soraya nduk kamu kan iseh belum ngundang pak yai kamu. Sore ini kamu sowan ya sama nak Dani. Bunda tadi dah bilang ke dani kamu tinggal nunggu dia datang aja. Lebih baik kamu siap-siap sekarang ya nduk sebelum Dani datang.''
''Eh tapi bun kenapa ga bilang ke soraya dulu atuh..''. Tanyaku yang kaget dengan rencana bunda yang mendadak tanpa bilang kepadaku
''Udah kamu siap-siap sekarang nduk sebelum mantu bunda datang.'' Pinta Ibundaku
Baru beberapa menit bunda memintaku untuk bersiap suara salam Dani terdengar dari pintu depan rumahku.
''Assalamu'alaikum..''.
Ibundaku merasa antusias mendengar suara Dani yang telah datang ke rumahku.
''Duh soraya itu mantu bunda udah datang. Kamu siap-siap dulu biar ibu yang sambut Nak Dani!!'' Pinta ibundaku mendorongku masuk ke dalam kamar untuk siap-siap
Ku anggukkan kepalaku dan menjawab ''Njeh bunda...''.
Ku masuk ke dalam kamar sedangkan ibundaku menyambut Dani yang datang. Di ruang tamu seorang pemuda berambut bob sebahu dan sedikit ikal berwarna hitam legam. Ya, dia adalah Dani sang calon mantu ibundaku.
Ibundaku menyambut Dani dengan memeluknya ''Eh Mantu Bunda, Naon atuh kabarnya? Kok cepet banget datangnya? Emang ndak sibuk apa?''
Ya, inilah ibundaku yang sangat ceriwis bin humbel dengan seseorang apalagi calon mantunya.
''Alhamdulillah bunda kerjaan Dani sudah selesai dari tadi jadi Dani bisa jemput soraya dengan cepat hehe.'' Jawab Dani dengan sopan dan ramah pada ibundaku
''Walah kamu memang cah sregep le. Beruntung bunda dapat mantu sepertimu Le.'' Puji Ibundaku
''Hehe bunda bisa aja. Justru saya yang merasa beruntung karena bisa bertemu dengan putri bunda soraya.'' Pujinya pada diriku yang baru saja menghampiri mereka berdua
''Iso wae kamu dan. Ya ngene iki buaya kelas kakap ya gini bun.'' Ledekku membalas gombalannya
''Gombal apa atuh soraya. Akang mah manusia bukan buaya. Gimana itu atuh mantu bunda dibilang buaya kelas kakap.'' Adunya pada bundaku
''Huu ngadu nih.'' Ledekku
''Hush hush nduk soraya kamu gak boleh ngeledek mantu bunda gitu atuh. Gak baik.'' Lerai bundaku
''Iya iya bunda. Sekarang aja bela calon mantunya bukan anaknya huu.'' Ujarku
''Uwis uwis saiki kamu berangkat sana ke rumah kyaimu sebelum dalu nduk.'' Perintah ibundaku
''Tapi bunda kita naik apa?''Tanya Dani yang membuatku mengerutkan dahiku
''Maksud kamu apa atuh Dan? Kamu ra bawa mobil atuh?''Tanyaku padanya
''Endak Soraya. Aku tadi naik gojek kesini karena perintah bunda.''Jawabnya
Ku liat ibundaku yang tengah tersenyum aneh padaku. Ia terkekeh tanpa ada alasan yang jelas. Dalam hatiku pasti ada sesuatu yang sedang ibundaku rencanakan. Aduh gusti rencana apakah yang sedang ibundaku buat. Duh semoga gak aneh-aneh deh. Batinku terus berdoa
''Kalian berdua naik becak bareng-bareng. Itu udah bunda siapkan.''
''APA? NAIK BECAK?'' Ucap Kami berdua dengan serempak
Duh gusti hal apakah yang ingin ibundaku lakukan padaku?
Nantikan di chapter selanjutnya~^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!