Tinggal di sebuah desa yang sejuk, asri dan tanah yang subur membuat para warga desa Kramajati sangatlah hidup makmur dengan hasil pertanian mereka.
Maka tak asing, jika desa tersebut sangatlah terkenal akan hasil pertaniannya.
Tapi tidak dengan kehidupan Amanda. Amanda, gadis yang cantik, baik hati dan pekerja keras tapi sayangnya kemiskinan menimpa dirinya dan keluarganya.
Hidup selalu kekurangan dan berada di garis kemiskinan, harus membuat Amanda banting tulang dan bekerja keras agar kehidupannya bisa layak tepatnya bisa makan.
Setiap hari Amanda yang biasa disebut Manda, harus bekerja dari kebun yang satu ke kebun yang lainnya. Ia membantu para petani daerah tersebut agar bisa membeli beras dan keperluan lainnya. Manda tak pernah mengenal kata lelah.
Semua pekerjaan ia lakukan, yang penting baginya ia dan Neneknya bisa makan. Bagi Manda, meminta - minta adalah perbuatan yang sangat tidak terpuji, selagi masih sehat ia sekuat tenaganya untuk bisa bekerja.
Mengangkat padi, mencari kayu bakar di hutan, membajak sawah semua dilakukan Manda. Manda tidak punya sebidang tanah untuk di kelolanya. Jangankan tanah untuk di kelola, rumah untuk tempat berteduh pun sudah tampak tua, itu pun peninggalan dari neneknya yang sudah usang di makan waktu.
Jika hujan turun, Amanda akan sibuk menampung rintihan air hujan itu. Ia tak punya banyak uang untuk memperbaiki rumah tua itu. Untuk makan saja, Manda dan Neneknya harus bekerja keras.
Kedua orang tua Manda telah berpisah ketika Manda masih kecil. Hanya seorang Nenek tua yang sudah dianggap Manda menggantikan Ayah dan Ibu nya.
Karena kehidupan yang pas - pas' an, sehingga membuat Ibu Amanda harus pergi menjadi TKW dan sampai sekarang tidak pernah pulang untuk melihat Amanda.
Kabar yang didapat, Ibu Amanda telah menikah dengan orang yang dermawan dan kehidupannya sudah lebih mapan. Begitu juga dengan Ayahnya. Ayahnya juga telah menikah dengan wanita sebelah desa tersebut.
Kehidupan Amanda sangatlah memprihatinkan. Kedua orang tuanya tidak pernah melihat keadaan Amanda dan Neneknya.
Karena kehidupannya yang susah, Amanda sering di ejek warga sekitar. Apalagi gadis - gadis desa, selalu mengucilkan keadaan Amanda.
Tapi Amanda adalah wanita yang kuat. Ia tak pernah sakit hati atas sikap dan perlakuan para warga desa itu.
Terkadang ada saja warga yang sengaja tidak memberikan upah kerjanya. Kalau sudah seperti ini, Amanda dan Neneknya hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Di desa itu ada seorang rentenir. Namanya Pak Bagas. Pak Bagas terkenal sangat kaya di desa itu. Jika tak ada uang, Amanda selalu meminjam uang ke Pak Bagas, walaupun dengan bunga yang besar, tapi Amanda tidak perduli. Itu semua ia lakukan demi Nenek tersayang.
Walaupun terkenal sangat kejam, Amanda tak pernah takut untuk meminjam uang ke Pak Bagas.
Ya, begitulah kehidupan Amanda. Tak pernah lelah untuk bisa membahagiakan sang Nenek. Ia terus bekerja dan bekerja.
Pagi - pagi sekali, Manda sudah siap hendak pergi ke kebun milik orang lain. Ia tak pernah sarapan, ia hanya minum segelas air putih.
Nenek Surti melihatnya. Nenek menangis melihat cucunya itu. Seharusnya Manda itu sudah cukup umur untuk menikah, tapi tak ada satu pun pria yang pernah singgah dihatinya.
Nenek Surti merasa kasihan. Dari kecil Amanda tidak pernah mendapatkan kasih sayang orang tua. Amanda pun hanya duduk dibangku SMP saja. Karena biaya lah Amanda tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.
Amanda tidak pernah malu. Walaupun ia tak bisa sekolah, ia selalu belajar di rumah. Terkadang buku - buku anak tetangganya yang sudah usang selalu diminta Nek Surti agar Amanda bisa belajar.
Walaupun tidak punya pendidikan yang tinggi , Manda anak yang pintar. Apalagi soal hitung - hitungan.
Pagi ini, dengan semangat yang menggebu - gebu, Amanda pun berpamitan pada Nenek Surti. Ia ingin berangkat bekerja.
" Hati - hati di jalan ya, nak. Ingat, jangan lama - lama pulang, kalau uda selesai kerja, langsung pulang."
" Inje, Nek. Doain Manda ya Nek hari ini banyak dapat rejeki."
" Ia, nak. Oh ya, ini ada bekal tuk makan siang mu, dimakan ya !"
Manda mengambil bekal itu dan memasukkannya ke kantong kresek miliknya.
" Inje Nek, ntar Manda makan. Oh ya Nek, Nenek juga jangan lupa makan juga ya."
" Ia, Nak. Ya wes sekarang pergilah, jangan lama - lama pulang ya !"
Manda tersenyum dan ia pun pergi. Pagi ini, Manda pergi ke kebun milik Pak Lurah. Pak Lurah hari ini panen jagung dan Manda akan ikut membantunya.
Perjalanan dari rumah ke kebun Pak Lurah tidaklah jauh, hanya sekitar 200 meter saja. Tibalah ia disana, ia melihat Pak Lurah sudah berada di kebun itu bersama seorang pemuda tampan.
Pemuda itu adalah anak Pak Lurah yang sedang berlibur. Denis, pria tampan yang sekarang sudah sukses di kota J.
" Selamat pagi, Pak..!" sapa Manda
" Eh Manda. Kamu uda sarapan belum?"
" Belum Pak, hanya minum air putih aja hehehe..."
" Manda, ini ada roti. Makanlah biar kamu tidak sakit."
" Inje Pak, matur nuwun, Pak."
Manda menerima roti pemberian Pak Lurah itu.
" Oh ya Den, untuk sementara kamu yang ngawasi pekerja ya, Bapak mau ke kantor sebentar."
" Ia, Pak. Hati - hati dijalan ya."
Pak Lurah itu pun pergi meninggalkan tempat tersebut.
" Manda, ayo dimakan rotinya. Bentar lagi mulai kerja, nanti ga sempat makan rotinya."
" Ia Mas, nanti aja. Lagian masih kenyang kok."
" Kenyang dari mana, lah kamu kan hanya minum air putih aja dari rumah."
" Ia Mas, gapapa kok. Saya masih kuat kok, Mas. Oh ya, mana karung nya Mas, biar dibawa sekalian."
" Oh ya ini. Silahkan !"
Manda mengambil beberapa karung dan pergi meninggalkan Denis anak Pak Lurah itu.
Denis terpesona akan kecantikan Manda. Manda anak yang ramah, baik dan pekerja keras.
" Manda..!"
" Ia Mas Denis, ada apa?"
" Semangat kerjanya !"
" Heheheh ia Mas, makasih ya !"
Panas terik matahari tidak membuat Manda patah semangat. Ia tetap semangat untuk bekerja.
Dennis memperhatikan seluruh pekerja hari ini. Banyak para pekerja yang memetik jagung.
Dengan semangat Manda mengumpulkan karung - karung yang berisikan jagung dan ia mulai membawanya ke tepian.
" Manda, kamu lelah?" tanya Denis
" Ga, Mas. Saya masih kuat kok." jawab Amanda.
Semua pekerja tak mengenal lelah, mereka terus saja semangat memetik jagung - jagung itu. Tibalah jam makan siang dimana para pekerja istirahat untuk mengisi perut tengah mereka.
Para pekerja itu pun duduk di sebuah gubuk yang tidak begitu besar. Mereka semua mengeluarkan bekal makan siangnya.
Amanda memperhatikan para pekerja itu. Ia jadi teringat dengan Nenek Surti. Ia kepikiran tentang Neneknya.
Kadang Neneknya tidak mau makan, dikarenakan ia kasihan pada cucunya itu. Ia selalu mengatakan jika Nenek sudah makan.
Denis melihat jika Amanda belum saja membuka bekal makan siangnya.
" Manda? kamu ga makan?" tanya Denis.
" Ia Mas, ini saya mau makan."
Amanda pun pergi meninggalkan Denis, dan ia pergi ke sudut gubuk itu. Disalah ia membuka bekal makan siangnya.
Menu bekal siangnya hanya ada 3 potongan tempe dan sedikit sambal buatan Neneknya.
Ia pun memakan bekal itu dengan sangat lahapnya. Dari kejauhan Denis melihatnya. Ia sangat prihatin sekali dengan keadaan Amanda.
Denis tidak punya nyali untuk mendekati Amanda. Ia takut kalau ia jatuh hati pada wanita cantik itu.
Kalau ia jatuh hati, akan besar masalah yang akan ia hadapi. Pastilah orang tuanya tidak akan pernah merestui hubungannya.
Sebenarnya ia sudah lama tertarik pada wanita itu. Tapi karena jarak juga yang memisahkan. Denis bekerja di kota J sedangkan Amanda tinggal di desa.
Zaman sekarang sudah canggih, hanya saja Amanda tidak punya ponsel. Untuk makan saja mereka harus banting tulang.
Selesai makan siang, para pekerja itu istirahat sebentar. Denis masih saja memperhatikan Amanda. Amanda hanya duduk melamun, seperti banyak masalah yang ia pikirkan. Denis mencoba menghampirinya.
" Manda !"
Sontak saja Amanda kaget.
" Mas Denis ?"
" Kamu melamun apa? "
" Siapa juga yang melamun, Mas? ga ada kok."
" Hhmm..jangan bohong, tadi saya lihat kamu kok."
" Hahaha...Mas Denis mata - mata ya?"
" Hahaha..begitulah. Oh ya, saya boleh ga datang kerumah mu?"
" Datang kerumah saya Mas? mau ngapain?"
" Mau lihat Nenek kamu lah."
" Mau lihat Nenek? hahahah...."
" Ia mau silahturahmi. Bisa ga?"
" Terserah Mas Denis. Saya mah ga bisa melarang. Tapi apa kata orang kalau Mas Denis datang kerumah saya ?"
" Emang apa kata orang?"
" Mas Denis kan anak Pak Lurah, apa kata orang kalau anak Lurah main kerumah saya, Mas ?"
" Anak Lurah? berarti anak Lurah ga boleh main kerumah kamu? "
" Maaf Mas, tapi kan?"
" Ya, saya tahu. Saya ga perduli Manda, selagi orang tersebut baik dan asyik di ajak berteman, ya buat saya si fine - fine aja. Ga ada yang salahkan?"
Amanda terdiam mendengarkan penjelasan Denis. Ia tak menyangka Denis anak yang sudah sukses di kota J itu mau berteman dengannya.
Amanda dan Denis sangatlah jauh perbedaannya. Denis seorang pengusaha, berpendidikan tinggi dan anak Lurah , orang terpandang di desa itu.
Tak terasa waktu pun berlalu, Amanda dan para pekerja pun melanjutkan pekerjaannya lagi. Hingga sore hari pun tiba, pekerjaan pun selesai. Mereka semua pun kembali ke rumah masing - masing dengan membawa rejeki yang telah di dapat hari ini.
Amanda sangat senang sekali, karena Denis memberikan upahnya lumayan banyak.
" Makasih ya Mas, hhmm...saya pamit ya.."
" Ia Manda. Oh ya, hhmm..nanti malam saya datang kerumah kamu ya !"
" Terserah Mas Denis aja."
Denis pun tersenyum dan ia pun pergi meninggalkan Amanda. Amanda pun langsung pulang kerumah. Ia langsung menemui Neneknya.
" Nek..Nenek...!"
" Ya Manda.."
" Nenek lagi apa?"
" Kamu uda pulang nak?"
" Ia Nek, oh ya Nek, ini ada rejeki hari ini. Ini untuk Nenek semua. "
" Kamu sepertinya bahagia nak, ada apa gerangan?"
" Nek, Manda bahagia karena hari ini dapat rejeki lebih, Nek. Untuk beberapa hari ini, uang ini masih cukup untuk keperluan kita. "
" Ia nak. Maafkan Nenek ya , kalau Nenek tidak bisa membahagiakan kamu."
" Ga boleh ngomong gitu Nek, seharusnya Manda lah yang membahagiakan Nenek."
Nenek pun memeluk cucunya itu.
" Nek, Nenek tahu Mas Denis kan?"
" Ia nak, kenapa dengan Denis?"
" Nek, katanya nanti malam dia mau datang kerumah. "
" Datang kerumah kita?"
" Ia Nek."
" Ya gapapa to ndok, Denis itu anak yang baik."
" Tapi Nek?"
" Kamu jangan pernah berharap lebih ya!
" Ia Nek, Manda ngerti Nek. Nek, Manda kangen Ibu dan Ayah Nek. Manda ingin sekali melihat wajah mereka."
Sejenak , Nenek Surti pun terdiam.
" Manda, maafkan Nenek nak, Nenek tidak pernah memperlihatkan fhoto mereka. Nenek hanya punya satu fhoto mereka, ketika Ayah dan Ibu mu menikah. "
Nenek pun pergi ke kamar mengambil fhoto Ayah dan Ibu Amanda.
" Inilah orang tua mu, nak."
Nenek Surti memberikan fhoto kedua orang tua Amanda. Sebuah fhoto yang berukuran kecil, fhoto ketika Ayah dan Ibu nya menikah.
" Ini Ayah dan Ibu, Nek?"
" Ya, Nak. Itulah Ayah dan Ibu mu. kamu itu mirip Ibu mu nak, kamu sangat cantik sekali, cantik seperti Ibu mu."
Amanda pun menangis.
" Manda, tapi mereka berdua telah lama berpisah. Itu semua karena hidup kita susah nak. Tapi ?
" Tapi apa Nek?"
" Ayah dan Ibu mu sudah mempunyai keluarga masing - masing, mereka sudah pada menikah, nak."
Amanda kembali menangis.
" Maafkan Nenek kalau Nenek harus menceritakan ini semua pada mu. Karena biar gimana pun uda saatnya kamu mengetahui semua tentang Ayah dan Ibu mu."
" Nenek tahu dimana Ibu tinggal?"
" Ga nak, Nenek ga tahu dimana sekarang Ibu mu. Dulu dia TKW ke negara AS. Sebulan dua bulan Ibu mu masih mau memberikan kabar, tapi setelah itu, ia hilang bagai di telan bumi. Begitu juga Ayah mu, dia menikahi wanita desa sebelah, tapi Nenek ga tahu apakah Ayah mu masih disana atau tidak. Manda, jika kamu mau mencarinya carilah, tapi jangan harap kamu bisa memilikinya lagi. "
" Ga Nek, Manda ga akan mencari mereka. Mereka yang uda ninggalin Manda. Manda janji ga akan pernah menganggu mereka Nek. Jika mereka sekarang sudah bahagia, Manda senang. Nek, doakan Manda ya agar Manda bisa sukses, bisa membahagiakan Nenek. Manda hanya punya Nenek."
" Ia nak. Maafkan Nenek ya !"
" Ga ada yang perlu di maafkan Nek. Orang tua yang baik itu pasti ia akan ingat akan anaknya, ingat akan orang tua yang yang uda mengandung mereka."
" Manda, Tuhan itu maha adil nak, pasti suatu saat kamu bisa bertemu dengan mereka, jangan pernah membenci mereka ya nak !"
" Ya Nek, kalau pun Manda bertemu dengan mereka, Manda janji Nek, Manda ga akan menganggu mereka."
" Manda, apa kamu ga mau merantau ke kota nak?"
" Ga Nek, Manda akan selalu bersama Nenek. Kita akan hidup berjuang bersama - sama. Manda ga mau ninggalin Nenek di desa seorang diri."
" Tapi nak kamu harus memikirkan masa depan mu."
" Manda yakin Nek, masa depan Manda pasti sudah Tuhan sediakan. Hanya saja belum waktunya."
" Nak, kamu sudah cukup umur untuk menikah."
" Menikah itu tidak harus kan Nek? kalau saat ini jodoh Manda belum ada, itu artinya Tuhan masih belum mengijinkan Manda untuk menikah. Lagian Manda senang - senang aja kok Nek dengan hidup Manda yang sekarang."
" Kamu yakin nak?"
" Yakin Nek. Manda ingin bahagiakan Nenek. Hanya Nenek yang Manda punya."
Nenek dan Amanda pun saling berpelukan.
Malam hari pun tiba, dimana Denis akan menepati janjinya. Ia akan berkunjung ke rumah Amanda.
Kedatangan Denis kerumah Amanda, membuat Amanda merasa takut . Ia bukan takut karena kondisi rumahnya yang sudah usang itu, melainkan ia takut jika Denis datang kerumahnya akan ada orang yang tidak suka.
Amanda mulai tak tenang. Neneknya melihat jika cucunya itu gelisah. Maklum saja, selama hidupnya, baru kali ini ada seorang pria yang mau mengunjungi Amanda.
Pria itu pun bukan orang sembarangan. Denis pemuda tampan , maka dari itu tak sedikit wanita yang tergila - gila padanya. Gadis - gadis desa banyak yang jatuh hati padanya.
Jam sudah menunjukkan pukul 19.00. Denis belum juga datang.
" Manda, sebaiknya kamu makan dulu, nak. Mungkin sebentar lagi nak Denis akan datang. " ucap Nek Surti.
" Tapi, Nek?"
" Ingat pesan Nenek, jangan pernah terlalu berharap padanya. Kamu harus tahu batasan kamu."
" Ia, Nek. Manda tahu, Nek."
" Ya uda, sekarang kita makan dulu, keburu nasinya dingin."
Amanda menganggukkan kepalanya. Ketika hendak makan, Denis tiba - tiba saja datang.
Tok..tok..tok...
" Nek, itu mungkin Mas Denis, Nek."
" Coba kamu lihat dulu, nak !"
Amanda pun berlari ke ruang tamu dan ia membukakan pintu rumah tua itu. Dan benar saja, Denis datang menepati janjinya.
Pria tampan itu sudah berdiri di depan pintu rumah. Ia memberikan senyumannya pada Amanda.
" Selamat malam, Manda !"
" Mas Denis ? hhmm..ma..ma..masuk Mas..silahkan masuk, Mas."
Amanda salah tingkah dengan tatapan Denis. Malam itu penampilan Denis sangat rapi. Wangi parfum di bajunya sangat wangi sekali. Denis benar - benar pria yang sangat memperhatikan penampilan.
" Manda, Nenek kamu mana?"
" Ada, ada kok, Mas. Nenek lagi di dapur. Mau ketemu dengan Nenek?"
" Hhmm..nanti aja. "
" Oh ya Mas, silahkan duduk, Mas !"
Amanda diam seribu bahasa. Ia tak tahu harus mulai cerita apa. Denis selalu memperhatikan Amanda. Amanda selalu menunduk. Ntah mengapa tatapan Denis begitu sangat tajam sekali, Amanda pun jadi salah tingkah.
" Kamu uda makan belum?" tanya Denis.
" Be..be..belum, Mas. Ntar aja. Oh ya, Mas mau minum apa? biar Manda buatin."
" Terserah kamu aja."
" Ya uda Manda buatin minum dulu ya, Mas. Mas tunggu disini ya !"
Denis menganggukkan kepalanya. Amanda pun pergi ke dapur. Ternyata wajah Amanda sudah sangat pucat.
" Manda, kamu kenapa?" tanya Neneknya.
"Nek, di depan ada Mas Denis. Manda mau buatin minum dulu ya, Nek."
" Oh jadi nak Denis sudah datang ! Ya uda buatin minumannya."
" Ia, Nek. Ini mau Manda buat, Nek."
Amanda pun menyuguhkan air minum untuk Denis. Mata Denis tidak berkedip melihat kecantikan Amanda. Amanda pun sangat malu dilihati terus oleh Denis.
" Mas, silahkan diminum !"
" Ia, makasih ya."
" Oh ya, Pak Lurah tahu kalau Mas Denis datang kesini?"
" Ya, Bapak tahu. Emang kenapa?"
" Hhmm..ga papa, Mas."
" Kamu ga usah takut, Manda. Bapak saya itu orang baik kok, hahaha...!"
" Hehe ia, Mas. Oh ya gimana minumannya Mas, kurang manis ya?"
" Ga, manis banget malah."
" Oh ya? maaf ya Mas, Manda kebanyakan masukin gulanya."
" Ini manis bukan karena kebanyakan gulanya , tapi karena kamu Manda."
" Karena saya?"
" Hahahaha...Kamu manis nya melebihi gula, Manda."
" Hahaha, Mas Denis ada - ada aja."
Ya, malam itu Denis dan Amanda sangat serius cerita, sesekali Denis selalu berbuat canda agar suasana tidak terlalu tegang karena Amanda anak yang sedikit pemalu. Denis sangat tahu bagaimana sebenarnya sifat Amanda. Amanda anak yang baik dan rendah hati.
Ditengah keasyikan mereka ngobrol, Nenek Surti menghampiri mereka berdua.
" Nak Denis !"
" Nenek !" Denis langsung menjabat kedua tangan Nenek Surti dan membungkuk memberikan salam.
" Gimana kabar mu, Nak ?"
" Baik, Nek. Nenek sendiri gimana? sehatkan ?"
" Sehat, nak Denis. Maaf ya Nenek mengganggu, lanjutkan ceritanya, Nenek permisi dulu ya !"
Nenek Surti pun meninggalkan Denis dan Amanda. Nek Surti hanya bisa berharap, Denis tak akan mempermainkan cucunya itu.
Laki - laki zaman sekarang itu banyak siasatnya, ketika ia sudah mulai bosan pasti akan pergi dengan sendirinya. Amanda, ia hanya gadis desa yang hidupnya sederhana. Nek Surti takut jika Amanda mulai menyukainya, Denis pergi meninggalkannya.
Denis tinggal di kota besar, pekerjaannya pun sangatlah bagus, pastilah ia selalu bertemu dengan gadis - gadis kota yang cantik, pintar dan mapan hidupnya.
Nek Surti hanya bisa berharap, kelak cucunya itu bisa bahagia dengan pria yang baik dan menerima dia apa adanya, bukan ada apanya.
Nek Surti melihat, Denis dan Amanda sangat akrab sekali. Padahal mereka jarang bertemu. Paling kalau Denis pulang ke desa, itupun kalau ia disuru Pak Lurah untuk mengawasi pekerja.
Amanda salah satu pekerja yang selalu ikut dengan Pak Lurah. Ntah itu ketika panen padi, jagung atau pun membajak sawah, semua dilakukan Amanda demi kehidupannya dengan Neneknya.
Tak terasa, malam pun semakin larut. Denis pun berpamitan hendak pulang.
" Makasih ya Mas, uda mau datang kerumah." ucap Amanda.
" Ia, Manda. Oh ya, mungkin minggu depan saya balik ke kota, karena cuti saya uda habis. "
" Oh begitu ya, Mas. Ya wes, Mas Denis baik - baik di kota, jaga diri juga."
" Ia, Manda. Oh ya, Nenek kamu mana?"
" Nenek palingan uda tidur, Mas. Biasanya jam segini uda tidur Nenek, Mas."
" Oh gitu. Titip salam aja buat Nenek kamu ya !"
" Ia Mas, nanti Manda sampein."
" Saya pamit ya ! selamat malam Manda."
"Malam juga, Mas. Hati - hati di jalan ya, Mas !"
Denis pun pergi meninggalkan rumah Manda. Tanpa disengaja, ada seseorang yang melihat Denis keluar dari pekarangan rumah Amanda. Ya, dia adalah Wina. Wina adalah anak Pak Bagas, si rentenir kejam di desa itu.
" Itu kan Mas Denis? ngapain dia ke rumah Manda? baiknya saya tanyakan aja sama Mas Denis." gumam Wina.
Wina terus berjalan hingga ia bertemu dengan Denis.
" Mas Denis !"
" Wina !"
" Dari mana, Mas? kok malam - malam lewat sini?"
" Anu Win, dari rumahnya Amanda."
" Oh dari rumah Amanda. Ngapai , Mas?"
" Ya berkunjung aja."
" Berkunjung ya?"
" Kamu dari mana?" tanya Denis.
" Ini, dari warung depan. Tadi lagi beli sesuatu."
" Oh gitu. Hhmm.. ya da saya duluan ya !"
" Mas Denis, tunggu. Boleh ga kita barengan pulangnya ? soalnya saya takut jalan dekat pohon bambu itu. Jalannya agak serem, Mas."
" Hahaha, masa sih ? kamu takut ya?"
" Ia Mas, saya takut. Habisnya gelap banget, bilangin dong ke Pak Lurah pasangin lampu jalan disitu."
" Pasangin lampu jalan?"
" Ia. Emang kenapa? masa si, Pak Lurah tega lihat orang - orang kalau lewat dari situ gelap - gelapan?"
" Hehehe, ia nanti saya bilangin ke Bapak. Ya da kita pulang barengan."
" Hehehe, makasih ya, Mas."
Akhirnya Wina dan Denis pulang berbarengan .
" Mas, kapan balik ke kota?"
"Mungkin minggu depan. Emangnya kenapa?"
" Ga papa sih, nanya doang."
" Kamu gimana? uda dapat kerja?"
" Belum mas, belum ada panggilan. Ya, ini lagi coba - coba ikut jalur penerimaan pegawai negeri, Mas."
" Oh, bagus dong. Semoga kamu berhasil ya !"
" Ia, Mas. Makasih ya, Mas."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!