NovelToon NovelToon

Dikejar Cinta Om Duda

Chapter 01

"Kemana kau malam ini Ran?" tanya Gama, teman sekelas Kiran yang baru di kenalnya sejak masuk ke SMA.

"Kerja lah, kemana lagi?"

"Sebentar lagi kan ujian, kurangi lah aktifitas mu di luar. Kau harus banyak belajar!"

"Mau bagaimana lagi, gak kerja gak makan!"

"Kau ini aneh, keluarga punya. Ayah ada, ibu juga ada dan kakak pun juga ada. Tapi kenapa harus kau yang kerja untuk membiayai kehidupan mu?"

"Lah, kau tahu sendiri kalau aku di rumah cuma numpang tidur. Ayah mana mau memberi ku uang, semua hanya untuk ibu dan kakak tiri ku saja."

"Malang betul nasib mu ini Kiran. Ya udah, ayo ke kantin, aku yang traktir!" ajak Gama seperti biasa.

"Gak enak lah Gam, setiap hari kau selalu mentraktir ku makan di kantin."

"Udah, santai saja. Kita kan teman!" ucap Gama sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Menjijikan!" seru Kiran membuat Gama tertawa.

Mereka berdua pergi ke kantin, jam kosong seperti ini memang bagusnya berada di luar kelas.

"Pulang sekolah ini kau mau kemana?" tanya Gama yang sebenarnya ingin mengajak Kiran pergi jalan-jalan seperti muda mudi lainnya.

"Ya kerja lah Gam, sore ini aku harus mengantar kue ke perumahan permai asri."

"Wuah,....itu kan perumahan mewah. Ajak aku dong, aku mau lihat rumah-rumah di sana, siapa tahu bisa ketularan punya rumah besar."

"Ah, jangan." tolak Kiran, "nanti gaji ku di bagi dua sama kamu!"

"Dasar cebong, aku gak minta gaji mu. Aku hanya ingin menemani mu, aku cuma ingin melihat rumah-rumah di sana."

"Ya udah, terserah kau. Jangan lupa jemput aku di ujung gang ya...!"

Singkat cerita, sepulang sekolah Gama langsung berganti pakaian kemudian pergi menjemput Kiran. Gama hanya tinggal bersama kakak laki-lakinya sedangkan kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Gama dan kakaknya termasuk dalam keluarga mampu, karena kedua orang tua mereka meninggalkan usaha berupa toko sembako yang memiliki dua cabang dan saat ini di kelola oleh sang kakak. Untuk kakak Gama sendiri, dia belum menikah.

"Banyak bener kuenya, buat apaan?" tanya Gama penasaran.

"Gak tahu juga, ya udahlah ya yang penting di antar sekarang."

Mereka berdua pun kemudian langsung pergi menuju alamat pemesan. Gama, meskipun ia tergolong keluarga mampu tapi ternyata udik juga saat melihat rumah-rumah besar dan mewah ini.

Mereka berhenti tepat di depan pagar yang menjulang tinggi, sungguh Kiran dan Gama kagum melihat konsep rumah ini.

"Cari siapa ya mbak, mas?" tanya penjaga rumah.

"Mau nganterin pesanan kue atas nama bu Dona pak," jawab Kiran.

"Dari toko kue manis manja terasa ya?" tanya penjaga untuk memastikan lagi.

"Iya pak, benar!"

Kiran dan Gama langsung di izinkan untuk masuk. Untung saja ada Gama, jadi ia bisa membantu Kira membawa beberapa kue masuk kedalam.

"Wuah, besar sekali rumahnya," ucap Gama yang kagum.

"Rumah mu besar juga, tapi yang ini jauh lebih besar," sahut Kiran.

"Astaga, lihatlah. Mobil-mobil ini sangat mewah, kakak ku punya dua mobil tapi tidak seperti ini bentukannya."

Di dalam ternyata sedang ada acara, Kiran dan Gama di bantu seorang pembantu rumah masuk kedalam.

"Bantuin si mbok bawa keluar ya mbak. Gak apa-apa kan merepotkan sebentar?"

"Eh, iya mbok. Tadi mbak Tansya udah bilang sama Kiran untuk bantu di sini dulu."

"Itu temennya udah di kasih tahu belum?" tanya mbok Rumi.

"Tenang aja mbok, santuy. Aku bisa setia menunggu Kiran!" sahut Gama.

Kiran membantu mbok Rumi mengeluarkan kue-kue yang baru saja selesai di tata. Kiran sebenarnya gugup, ia merasa sangat aneh berada di tengah acara seperti ini. Terlihat jelas ini pesta orang-orang kaya yang suka memamerkan harta.

"Heh, siapa kamu?" tanya suara berat mengejutkan Kiran yang sedang berjalan menuju dapur.

Kiran terperanjat, menoleh ke arah sumber suara. Di depannya sudah ada seorang pria tampan, tinggi dengan tatapan dingin menyelidik Kiran.

"Anu om,....!" Kiran gugup.

"Kamu maling ya....?" Marvel menuduh.

Kiran langsung menggeleng kepala,

"Maaf mas Marvel, mbak Kiran bukan maling. Dia pengantar kue dari toko kue manis manja terasa. Mbak Kiran lagi bantuin si mbok buat menghidangkan kue untuk para tamu ibu," jelas mbok Rumi yang tiba-tiba muncul di belakang Marvel.

"Hati-hati sama orang asing mbok!" ucap Marvel membuat Kiran tersinggung.

"Ya ampun mas bewok, kalau ngomong di rem sedikit dong. Biar aku kismin seperti ini, aku gak mau mencuri. Enak aja!" sahut Kiran tidak terima.

Mata Marvel melotot, tidak terima di panggil bewok oleh Kiran.

"Dasar bocah ingusan!"

"Mbok, Kiran pulang ya. Gak enak sama tuan rumah nih,"

"Eh, iya mbak Kiran. Makasih loh udah bantuin si mbok."

"Anu mbok, kuenya belum di bayar sama bu Dona. Hehe....!" ujar Kiran lalu menoleh ke arah Marvel, "bayar cepat, aku mau pergi nih. Enak aja di katain maling!"

Marvel tidak ingin memperpanjang masalah dan langsung membayar kue-kue tersebut.

"Om, lebihin selembar dong buat jajan es," pinta Kiran tanpa malu.

Marvel menarik nafas panjang, kembali membuka dompet dan mengeluarkan selembar uang pecahan dua puluh ribu.

"Nih,...!" ujar Marvel.

"Hih, apaan ini. Masa orang kaya ngasihnya dua puluh ribu. Dasar pelit!" ketus Kiran, "aku udah bantuin si mbok tapi cuma di kasih segini. Dasar pelit!"

Merasa harga di lempar dengan kotoran burung, Marvel kembali mengeluarkan selembar uang berwarna merah.

"Nah gini dong, ginikan bisa di tabung buat bayar ujian!" celetuk Kiran membuat dahi Marvel berkerut, "makasih om, pergi dulu ya...!"

Marvel hanya bisa menggelengkan kepala, mata elangnya terus memandang punggung Kiran dengan juntaian rambut panjang yang sungguh indah di pandang mata.

"Di mana dia bekerja mbok?" tanya Marvel seketika ingin tahu tentang Kiran.

"Toko Kue manis manja terasa mas."

Marcel hanya mengangguk, pria ini kemudian bergabung dengan para tamu yang tak lain adalah saudara-saudara dari pihak mamahnya sendiri.

"Udah selesai?" tanya Gama.

"Udah, lumayan dapat seratus ribu. Makan bakso yuk!" ajak Kiran.

"Ya udah, ayuk. Biar aku yang traktir!" ujar Gama.

"Lah, aku yang dapat duit kenapa kau yang malah mentraktir aku?" tanya Kiran heran pada temannya yang satu ini.

"Udah, gak apa-apa. Aku tahu kamu butuh duit buat bayar ujian nanti. Simpan aja!"

"Makasih Gama, kau lah yang paling pengertian dengan kondisi ku."

"Gak usah lebay, cepat naik atau ku tinggal kau!"

Gama dan Kiran kemudian pergi dari rumah tersebut. Gama senang sekali bisa menemani Kiran mengantar kue sore hari ini.

Chapter 02

"Kiran, aku tinggal sebentar ya. Sebentar lagi ada yang mau ambil pesanan kue."

"Eh, iya mbak. Dinner ya...!" tebak Kiran pada pemilik toko kue.

"Tahu aja," ujar Fani malu-malu, "nanti mbak kasih bonus deh. Tenang aja!"

"Asyik, lumayan!"

"Kamu ini, kalau duit aja cepat!"

"Maklumlah mbak, ya kan...!"

"Iya, mbak bercanda. Ya udah, jaga tokonya kalau mau makan pesan abang ojol aja," pesan Fani sebelum pergi.

Sejak masuk sekolah SMA, di toko kue ini lah Kiran menggantungkan hidupnya. Pulang ke rumah hanya untuk sekedar numpang mandi dan tidur saja. Ayah dan ibu tirinya sama sekali tidak peduli pada dirinya apa lagi sang ayah lebih menurut dengan ucapan ibu tirinya.

Belum lama Fani pergi, seorang pria masuk kedalam toko kue. Dengan cepat Kiran menghampirinya.

"Ambil pesanan ya om?" tanya Kiran sok kenal karena ia masih mengingat wajah Marvel.

"Iya, cepat!"

"Tunggu sebentar om, Kiran pack dulu."

Kiran kemudian membungkus beberapa jenis kue pesanan Marvel. Entah kenapa tiba-tiba saja Kiran merasa merinding karena Marvel sejak tadi terus memperhatikan gerak geriknya.

"Ini om, sudah selesai...!" ujar Kiran dengan wajah takut.

"Kenapa dengan wajah mu?" tanya Marvel tidak senang melihat ekspresi wajah Kiran.

"Om, ini pesanannya. Silahkan pergi," usir Kiran merasa risih karena Marvel semakin memperhatikannya.

"Pelayanan tidak ramah, bintang satu!" ucap Marvel.

"Gak apa-apa bintang satu, dari pada di perkaos!" ucap Kiran berbisik.

Untung saja Marvel tidak mendengar, pria ini langsung mengambil pesanannya. Di pintu keluar, Marvel kembali mengintip ke dalam toko, tentu saja hal ini membuat Kira semakin ketakutan.

Sungguh lelah Kiran malam ini, untung saja ia sudah makan sepulang dari bekerja tadi. Karena apa, sudah pasti ibu tirinya itu tidak akan menyisakan makan malam untuk dirinya.

"Kiran, bagi duit dong buat beli rokok!"

Tiba-tiba saja sang ayah membuka pintu kamar Kiran.

"Kiran gak punya duit yah,"

"Kau ini kerja setiap hari duitnya kemana hah?" sentak Hasan memuat hati Kiran sakit.

"Kiran kerja buat makan, bayar sekolah dan buku. Selama ini apa ayah ada membiayai sekolah Kiran?"

"Yang nyuruh kamu buat sekolah siapa hah? sudah tahu kita ini miskin!"

"Tapi, kenapa ayah bisa membiayai kuliah Sika?" tanya Kiran membuat Hasan terdiam.

Tidak ingin berdebat dengan Kiran, Hasan memilih pergi. Kiran langsung mengunci pintu kamarnya, gadis ini hanya bisa menangis memeluk malam kesunyian.

"Ibu, Kiran rindu...!" lirih gadis ini dalam isaknya.

Semua orang yang mengenal Kiran hanya mengira gadis ini nakal yang kalau ngomong asal mangap dan suka keluyuran malam. Tapi, pada kenyataannya Kita pulang malam hanya untuk bekerja memenuhi kebutuhannya sendiri.

Malam telah berganti pagi, rasa lelah sudah biasa di rasakan Kiran. Gadis ini tidak pernah ikut sarapan bersama, kenapa? karena ibu tirinya tidak pernah memasak lauk lebih untuk dirinya, kalau pun ada makanan itu hanya tinggal nasi saja.

Berjalan kaki pergi ke sekolah, tentu tidak. Gama yang setia selalu mengantar jemput Kiran apa lagi rumah mereka berada satu arah.

"Mata mu bengkak, nangis lagi?" tanya Gama.

"Dikit,...!" jawab Kiran lesu.

"Ayah mu lagi?"

Huft,....

Kiran hanya menarik nafas lalu mengangguk.

"Aku heran sama ayah mu itu, di beri pelet apa dia sama ibu tiri mu. Perasaan nurut aja gitu...!"

"Di kasih jaran goyang mungkin!" ceplos Kiran kesal.

"Makan dulu, bel masuk masih sepuluh menit lagi," ujar Gama seperti biasa menyodorkan kotak makan.

"Gam, aku merasa tidak enak hati pada mu."

"Udah, gak usah gitu. Ayo makan cepat."

"Kalau kakak mu tahu, dia pasti akan marah."

"Gak kok, malahan kakak ku selalu mengingatkan ku untuk membawa bekal makanan untuk mu."

"Terimakasih sobat...!" ucap Kiran terharu.

Seperti biasa, Kiran akan melahap dengan habis makanan yang di bawakan Gama. Tak peduli lauk apa dan rasanya bagaimana, Kiran pasti akan menghabiskannya. Gadis ini sangat menghargai makanan.

Rutinitas seperti biasa setelah pulang sekolah Kiran tidak langsung pulang ke rumah melainkan langsung pergi ke toko kue. Hal pertama yang di kerjakan Kiran adalah mencuci semua perkakas kotor setelah membuat kue.

Kiran merenggangkan pinggang dan leher yang sangat kaku. Ingin rasanya mengeluh tapi rasanya percuma saja. Saat seusianya harus sekolah dan menikmati masa muda dengan penuh warna, Kiran justru membanting tulang untuk menghidupi dirinya sendiri.

"Mbak, semua pekerjaan sudah beres. Aku boleh istirahatkan?"

"Ya ampun Kiran, udah berapa kali mbak bilang, kalau capek ya istirahat. Jangan di paksa."

"Namanya juga kerja mbak, kalau pekerjaan belum selesai itu malah buat pikiran."

Krek,....

Obrolan mereka terhenti saat pintu toko terbuka.

"Hais,...Om genit itu lagi...!" bisik Mawar.

"Eh, kenapa memangnya?" tanya Fani penasaran.

"Ehem,....!" Marvel berdehem, membuat Kiran dan Fani sedikit tersentak.

"Eh, cari kue apa ya mas?" tanya Fani mendadak gugup.

Bukannya menjawab, Marvel malah sibuk memandang wajah cantik Kiran hingga membuat Kiran salah tingkah.

"Om, kalau di tanya itu jawab dong!" tegur Kiran.

"Keluarkan kue yang paling enak yang ada di toko kue ini," titah Marvel.

"Semua enak, masnya mau yang mana?" tanya Fani yang sebenarnya belum terlalu kenal dengan Marvel karena Marvel baru dua kali ini belanja di tokonya.

"Kalau begitu bungkus saja semuanya!" ucap Marvel semakin membuat Kiran dan Fani bingung.

"Seriusan om?" tanya Kiran.

"Cepat atau ku obrak abrik toko kue ini," ancam Marvel.

Kiran dan Fani langsung membungkus semua kue yang ada di dalam etalase. Keduanya tidak banyak bicara apa lagi Marvel terus memandang Kiran bernafsu.

Setelah membayar semua kue, Marvel langsung pergi dari toko kue tersebut.

"Itu anaknya bu Dona yang suka pesan kue di toko mbak Fani," kata Kiran memberitahu.

"Kamu pernah ketemu sama dia?" tanya Fani penasaran.

"Pernah dua kali mbak, di rumahnya dan dia sendiri datang kesini pas mbak Fani pergi dinner."

"Kok dia lihatin kamu seperti itu?"

"Gak tahu juga mbak, aku jadi takut dan risih!"

"Entar mbak cari tahu tentang dia biar kamu bisa waspada kalau dia datang lagi."

"Iya mbak," jawab singkat Kiran.

Sedangkan Marcel, pria ini bingung sendiri dengan kue yang menumpuk di dalam mobilnya. Di bawa pulang tidak mungkin juga, siapa yang akan memakannya. Pada akhirnya marvel membawa semua kue ke kantornya.

"Met, di dalam mobil ku banyak kue. Kau bagikan pada karyawan saja," perintah Marvel pada Meta, sekretarisnya.

"Baik pak!"

Meta langsung pergi ke loby, saat ia membuka pintu mobil, Meta terkejut melihat kue yang sangat banyak. Akhirnya Meta memanggil beberapa karyawan untuk membantunya membagikan kue tersebut, bahkan Marvel memberi perintah jika semua karyawan harus dapat kue meskipun secuil.

Chapter 03

"Kamu tahu gak, yang memborong semua kue kita kemarin itu duda loh," ujar Fani memberitahu Kiran.

"Ah, masa sih mbak?" Kiran tidak percaya.

"Iya, dia anak tunggal bu Dona. Lumayan lah kalau dia naksir kamu. Udah ganteng, anak tunggal kaya raya. Masa dia duda it's okay lah."

"Ya ampun mbak, di lihat dari kacamata siapa sih kalau om bewok itu ganteng?"

"Ya ampun Kiran, mata kamu itu yang minus. Ganteng gitu kamu bilang jelek!"

Krek,.....

Lagi-lagi obrolan Kiran dan Fani terhenti saat Marvel masuk ke dalam toko.

"Panjang umur berjodoh!" ucap Fani berbisik. Wanita ini langsung berdiri menyapa Marvel yang terlihat sok keren memasuki toko kue miliknya.

"Bungkus semua kue yang ada di toko ini. Aku tunggu sekarang!" titah Marvel lagi-lagi membuat Kiran dan Fani saling pandang.

Tanpa di persilahkan Marvel langsung duduk di salah satu kursi panjang yang berada di samping pintu masuk dan keluar.

Krek,....

Pintu toko kembali terbuka, tampak pria muda masuk kedalam toko dengan senyum lebarnya.

"Maaf, semua kue yang ada di toko ini sudah ku beli," ucap Marvel pada pria tersebut.

"Aduh om, aku datang kesini bukan untuk membeli kue.Aku mencari Kiran...!" sahut Gama dengan santainya.

"Eh Gam, ada apa?" tanya Kiran yang mendengar suara Gama.

"Ya gak kenapa-kenapa, cuma mau bilang aja. Kalau kamu pulang nanti aku jemput, kita makan bakso seperti biasa!"

Shittt,.....

Mata Marvel langsung liar, telinga panas berdenging saat mendengar perkataan Gama.

"Eh, kamu tunggu aja sebentar. Bentar lagi aku pulang kok. Om ini baik, dia memborong semua kue!"

"Aku tunggu di luar ya...!" ujar Gama langsung di iyakan oleh Kiran.

Marvel menarik ulur nafasnya, entah kenapa ada perasaan tidak suka saat melihat Kiran lebih akrab dengan laki-laki lain.

"Siapa dia?" tanya Marvel tapi tak ada yang menjawab, "hei bocah, siapa bocah lelaki yang berani mengajak mu tadi?" Marvel meninggikan suaranya.

"Om nanya sama aku?" tanya Kiran heran.

Marvel menarik nafas panjang, lalu mengangguk.

"Oh, dia teman sekelas ku," ujar Kiran.

"Kalian pacaran kah?" tanya Marvel menyelidik.

"Lah, om ini kok kepo sih sama urusan orang!" ketus Kiran semakin merasa risih.

Marvel membuang wajah malu.

"Kau masih sekolah?" tanya Marvel lagi.

"Ya, aku masih sekolah sebentar lagi ujian."

"Kalau di tanya sama orang yang lebih tua itu jawabnya yang sopan!" ucap Marvel.

"Kiran,....!" Fani merasa tidak enak hati.

"Lagian, kenapa sih banyak tanya? duduk manis aja di sana seperti tadi," sahut Kiran semakin berani.

Marvel yang sempat berdiri kembali pada tempat duduknya. Kiran semakin risih karena Marvel terus memandangi dirinya.

"Semua sudah selesai di bungkus dan ini totalnya," ujar Fani memberitahu Marvel.

Marvel tidak banyak bicara, pria ini langsung mengeluarkan kartu tanpa batas untuk membayar kue-kue tersebut.

"Maaf mas, untuk pembayarannya kok lebih banyak ya?" tanya Fani heran.

"Itu bonus untuk dia, jangan lupa berikan padanya jika tidak akan ku bakar toko kue mu!" ancam Marvel membuat Fani langsung menelan ludahnya.

"B-baik mas....!"

"Pelayanan sangat ramah, bintang tujuh untuk toko kue mu. Titip salam untuk dia...!" Ucap Marvel kemudian keluar.

Untung saja Kiran tidak mendengar percakapan Fani dan Marvel, jika tidak dia akan semakin risih mendengarnya.

"Kiran,....!" panggil Fani.

"Iya mbak,...!" buru-buru Kiran keluar dari dapur setelah mengemasi perkakas yang kotor.

"Ini bonus untuk kamu, di tambah bonus salam dari mas bewok yang tadi...!" kata Fani menyampaikan salam dari Marvel beserta uang lima ratus ribu titipan Marvel.

"Banyak banget mbak bonus ya, ini salah mungkin."

"Gak salah, udah ambil aja. Rezeki gak boleh di tolak, dia bilang pelayanan di toko ini sangat ramah."

"Tidak masuk di akal!" seru Kiran bergeleng kepala, "ya udah, lima ratus ribu lumayan juga. Orang kaya mah semena-mena kalau membuang duit...!"

Sebelum pulang Kiran mencuci peralatan yang kotor, menyapu dan mengepel sebentar setelah itu langsung pergi bersama Gama.

Ternyata, Marvel belum pergi dari toko kue tersebut. Pria ini malah mengikuti Kiran dan Gama dari belakang. Hanya telpon dari sang mamah yang menghentikan acara nguntit Marvel, mau tidak mau pria ini memutuskan untuk pulang tanpa tahu kemana Kiran dan Gama pergi.

"Mbok, dalam mobil ada banyak kue. Bawa masuk semua!" titah Marvel pada mbok Rumi.

Syok lah mbok Rumi, untuk apa majikannya ini membeli banyak kue. Di bantu dengan yang lain, mbok Rumi memindahkan bungkusan kue dari dalam mobil ke dalam rumah.

"Ya ampun mbok, ini kue dari mana?" tanya Dona juga ikutan syok.

"Mas Marvel yang bawa bu, gak tahu juga buat apa," jawab mbok Rumi.

"Marvel,...Marvel,...!" Dona berteriak memanggil anaknya.

Dengan malas Marvel keluar dari kamar dan berdiri di pinggir pagar lantai dua rumah mereka.

"Ada apa sih mah?" tanya Marvel.

"Ini kue sebanyak ini kamu dapat dari mana?" tanya Dona penasaran.

"Ya beli lah, masa dapat minta!"

"Beli sebanyak ini buat apa?"

"Terserah mamah buat apa, bagikan ke tetangga atau mau mamah jual lagi terserah!" ujar Marvel kemudian kembali masuk kedalam kamarnya.

Dona menghembuskan nafas kasar, sore-sore begini ia di kerjai anaknya sendiri.

"Kuenya mau buat apaan bu?" tanya mbok Rumi ikutan bingung.

"Aduh,....!" Dona menggaruk kepala tak gatal, "mbok bagiin aja terserah sama siapa. Nah itu, ada brownis dan bolu pandan simpan buat saya ya."

"Baik bu."

Marvel di suruh pulang cepat karena sang mamah mau mengajaknya makan malam bersama seseorang. Entah sudah berapa banyak perempuan yang di kenalkan Dona pada anaknya tapi tetap saja tidak ada satu pun yang srek di hati Marvel.

Dengan malas Marvel melirik wanita yang ada di depannya. Sama sekali tidak tertarik, Marvel hanya fokus pada makanannya.

"Marvel, ajak bicara dong!" bisik Dona pada anaknya.

"Apa yang harus di bicarakan?" tanya Marvel datar.

"Aduh kamu ini, kenalan kek apa kek kasihan tahu di anggurin."

Wanita yang ada di hadapan Marvel hanya duduk diam sambil tersenyum-senyum malu.

"Aduh mah, Marvel lupa kalau malam ini ada janji sama teman Marvel. Aku pergi dulu ya,....!" ujar Marvel tanpa pamit lagi langsung pergi begitu saja.

"Marvel....!" Dona geram sendiri dengan sikap anaknya.

Wanita tersebut langsung manyun tidak terima di acuhkan seperti ini. Dona langsung merasa tidak enak hati atas perlakuan anaknya tadi.

"Maafin Marvel ya, dia memang sibuk. Maklum, pekerja keras!" ucap Dona benar-benar merasa tidak enak hati.

"Hehe,...iya tante....!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!