Malam itu Rihanna yang baru membereskan tugas sekolahnya bergegas naik ke tempat tidurnya, seperti biasa setiap hari ia hobi menulis puisi saat Ilham datang pada benaknya secara tiba-tiba.
Apa yang terlintas di alam pikirannya, itulah yang ia tulis. Mungkin ini adalah salah satu bakatnya yang menuangkan apa saja yang datang menghampiri pikirannya saat itu. Puisi yang saat ini ditulisnya yang bertema kesetiaan.
..."*Di hidupku pernah ada cinta yang ku kenal. Ia datang tanpa aku tahu dari mana hadirnya. Mengenalnya tanpa tahu siapa dirinya, andai semesta bisa menyatukan cinta kami, aku ingin hidup bersama dengannya di suatu hari nanti. ...
...Melihat rambutnya berubah warna dan guratan keriput karena usia, cintaku tak akan berhenti dan tak akan berubah walaupun alam merubah rupanya, karena yang aku cintai hanya hati dan jiwanya bukan raga mudanya. ...
...Jika takdir tidak berpihak pada kami hari ini, mungkin kesempatanku untuk bersamanya akan dikembalikan oleh illahi karena kuatnya cinta kami. Percayalah sayang, cintaku tak akan lekang oleh waktu dan tak akan usang karena usia kita, aku akan tetap menantimu walaupun kau tak pernah ada lagi untukku kini*....
Di depan pintu gerbang sekolah, Rhihana sedang menunggu sopir pribadinya yang hari itu agak telat menjemputnya. Rhihana yang sedang gelisah menunggu mengeluarkan buku diary miliknya yang merupakan kumpulan puisi yang telah dibuat olehnya.
Tidak lama berselang, bunyi klakson mobil yang memanggil dirinya, Rhihana bergegas menghampiri mobilnya dan tidak sengaja menjatuhkan buku diary miliknya di depan gerbang sekolah.
"Hai nona!" Bukumu ketinggalan." Teriak Robi ketika hendak mengejar Rihanna yang sudah berada di mobilnya.
Mobil itu terus bergerak meninggalkan area sekolah milik Rhihana di mana gadis itu menuntut ilmu yang sudah mencapai jenjang SMP kelas sembilan." Yah dia pergi, padahal bukunya masih ada padaku," ujar Roby lalu memasukkan buku itu ke dalam tas usang miliknya.
Roby kembali ke jalanan ibu kota dengan menumpang bis umum sambil mengamen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Roby adalah anak yatim piatu yang hidup luntang lantung karena tidak memiliki tempat tinggal kecuali sebuah pohon tua yang berada di sebuah area tanah kosong milik pabrik yang belum dikelola oleh pemiliknya. Iapun mendirikan rumah di atas pohon yang menjadi tempat bernaungnya, ketika lelah datang menyapa tubuhnya.
Roby pulang dengan membawa hasil ngamen yang cukup lumayan hari itu. Ia pun menghitung recehan demi recehan di tempat tinggalnya itu. Sekitar dua ratus ribu lebih uang yang dikantonginya saat ini. Roby bergegas ke warteg untuk mengisi perutnya yang seharian belum tersentuh dengan makanan padat.
Ia memesan beberapa lauk ringan dengan sepiring nasi serta sambal yang menambah selera makannya hari ini. Setelah menyelesaikan makanannya dan meneguk es teh manis untuk menyapu makanan yang tersisa di mulutnya, ia pun mengembalikan piring kotor pada pelayan warteg. Ia pun bergegas pulang kembali ke gubuknya.
"Alhamdulillah terimakasih Ya Allah atas rejekiMu hari ini" Ucapnya lalu mengingat sesuatu yang ia miliki saat ini yaitu buku harian milik gadis yang kemarin dilihatnya.
Karena rasa penasaran, ia pun memberanikan diri membuka buku diary tersebut dan melihat tiap barisan puisi indah yang tertulis rapi ditiap lembarnya.
"Astaga!" Rupanya orang ini sangat puitis. Sepertinya lumayan nih, jika aku menjadikannya sebuah lagu." Ujarnya sambil tersenyum senang.
Dia pun meraih pena dan lalu menulis setiap not dengan menyesuaikan petikan gitarnya. Dalam satu jam ia sudah menciptakan notasi lagu tersebut dengan lirik dari puisi milik Rhihana.
Lagu itu sangat indah dan sangat menyentuh jika diperdengarkan kepada orang lain.
"Ah mana mungkin aku bisa bebas menyanyikan lagu ini, jika saja pemilik kata-kata ini belum mengetahuinya. Ck, nanti saja aku menyanyikannya setelah mengembalikan buku ini kepada pemiliknya sekalian meminta ijin padanya" Ucap Roby lalu meletakkan gitarnya dan beristirahat di gubuknya di atas pohon tersebut.
Roby dan Rihanna memiliki kehidupan yang berbeda dari segi tingkat sosial. Rihanna yang merupakan seorang gadis yang lahir di keluarga kaya raya sedangkan Roby anak yang dibuang oleh ibunya di panti asuhan karena menghindari aib. Roby yang saat itu berusia sepuluh tahun tidak diadopsi oleh keluarga manapun karena kenakalannya, yang sengaja ia lakukan agar tidak ada satupun yang mau mengodopsinya. Ia yakin suatu saat nanti ibunya akan mengambilnya di panti asuhan tersebut.
Tapi malang bagi Roby, panti asuhan yang ditempatinya telah digusur dan pengelola pantinya pergi entah ke mana. Berkat gitar tua pemberian sang penjaga sekolah saat ia masih mengenyam pendidikan sekolah dasar, ia mampu menghidupi dirinya dengan mengamen.
Sekarang usianya sudah menginjak 16 tahun dan tidak bisa lagi melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, namun ia selalu membaca setiap buku yang dibawa oleh para pemulung yang menjadi sahabatnya dijalanan dengan begitu otaknya setara dengan pelajar SMA tingkat 12.
🌷🌷🌷
Keesokan harinya, Roby sudah berada di depan pintu gerbang sekolah milik Rhihana, sambil menunggu gadis itu keluar menunggu sopir jemputannya, ia pun menengok ke dalam sekolah yang sudah mulai bubar siswanya. Roby sedikit menghindari para siswa yang sudah siap menunggu jemputan mereka.
Tidak lama kemudian Rhihana juga sudah berada di depan pintu gerbang sekolahnya.
Karena sedikit lama, ia pun duduk dengan wajah sedikit tertekuk memikirkan buku diary-nya yang hilang, yang saat ini belum juga ditemukannya.
"Ya Allah, ke mana perginya buku diary itu, jika ada seseorang yang berbaik hati yang mengembalikan buku diary milikku, aku akan menjadikan dia sahabatku jika perempuan, tapi kalau cowok, apa aku jadiin dia kekasihku?" Ucap Rhihana sedikit ragu, gimana nanti kalau orangnya jelek..ih nggak banget deh, tapi kalau nggak bersumpah seperti ini, aku nggak akan mungkin mendapatkan kembali diary milikku." Mata Rhihana mulai berkaca-kaca.
"Selamat siang nona!" Sapa Roby ketika melihat gadis yang kemarin menjatuhkan buku diary-nya, duduk dengan wajah berkabut sedih.
"Siang!" Ucap Rhihana kaget ketika melihat penampilan kumal Roby yang lebih mirip gembel.
"Maaf nona, aku hanya ingin mengembalikan bukumu yang kemarin sempat terjatuh ketika anda hendak masuk ke mobil." Ucap Roby seraya menyerahkan buku diary itu pada Rhihana.
"Alhamdulillah, terimakasih!" Ucap Rhihana lalu meraih bukunya dengan tersenyum senang mendapati bukunya lagi.
Rihanna mengeluarkan uang satu lembar uang merah lalu diberikan kepada Roby." Ini bang buat jajan.
"Maaf aku tidak mengharapkan imbalan, aku hanya ingin mengembalikan milikmu karena itu pasti sangat berharga untukmu." Roby meninggalkan Rhihana namun langkahnya terhenti ketika Rhihana mengucapkan satu kata untuknya.
"Maukah kamu menjadi sahabatku?" Tanya Rhihana.
Roby membalikkan tubuhnya lalu menjawab Rhihana." Apakah kamu tidak jijik dengan orang sepertiku.
"Tidak asalkan kamu mau mengikuti persyaratannya, aku akan dengan senang hati menjadikanmu sebagai sahabatku" Ucap Rhihana tegas.
"Namaku Ana dan siapa namamu?" Tanya Rhihana.
"Roby!" Jawab pengamen ini tanpa menatap wajah Rhihana yang sangat cantik itu.
"Baiklah Roby, jika kamu punya waktu besok temui aku di sini ketika aku pulang sekolah. Apakah kamu mau?" Rihanna mengamati wajah dekil Roby.
"Baik nona!" Ucap Roby senang walaupun ia sedikit ragu dengan ucapan gadis cantik di hadapannya saat ini.
"Aku tinggal dulu ya" Ucap Rhihana kemudian menghampiri mobilnya lalu melambaikan tangannya pada Roby.
Sepeninggal Rhihana, Roby melompat kegirangan karena merasa mendapatkan durian runtuh.
"Mimpi apa aku semalam, sehingga mendapatkan tawaran seorang gadis cantik....oh tidak, apakah dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Ah biarkan saja mengalir apa adanya, toh ini juga belum tahu kebenaran ucapan gadis itu." Robby kembali naik ke atas bus kota untuk meneruskan pekerjaannya sebagai pengamen jalanan.
Roby kembali menenteng gitarnya mengejar bus kota yang sedang berjalan pelan mencari penumpang anak- anak sekolah yang baru bubar.
Dengan semangat membara, Roby meminta ijin pada para penumpang sebelum memainkan gitarnya.
Dengan suara indahnya, ia bernyanyi satu lagu riang melukiskan perasaannya saat ini.
Para penumpang ada yang menikmati lagunya adapula yang cuek dengan pura-pura tidur. Ia terus bernyanyi walaupun tidak tahu berapa rupiah yang akan ia dapat hari ini.
Ia sudah cukup kenyang karena hatinya saat ini sedang berbunga-bunga bertemu dengan wanita cantik selembut Ana.
Lagu itu berhenti, ia mengeluarkan bungkusan bekas plastik permen sebagai wadahnya untuk meminta receh dari penumpang yang masih berada di dalam bis tersebut.
Ada yang memberi dan ada pula yang hanya mengangkat tangan mereka.
"Terimakasih... terimakasih!" Ucapnya sambil membungkukkan tubuhnya setengah hormat lalu turun dari bus kota itu beralih ke bus kota lainnya dengan jurusan yang berbeda.
Keesokan harinya, sesuai janji Rhihana pada Roby, ia mengajak lelaki yang berprofesi sebagai pengamen itu ke apartemen miliknya, yang tidak ditempati oleh siapapun tapi sering dikunjunginya jika ia ingin menyendiri untuk menulis puisi.
Diantar oleh sopir pribadinya, ia dan Roby sudah berada di apartemen tersebut. Roby sangat gugup ketika masuk kamar apartemen yang begitu mewah milik Rhihana.
"Mengapa anda membawa saya ke sini nona?" Roby yang tidak mengerti berusaha berdiri di sudut ruangan agar tidak mengotori sofa putih ketika dipersilahkan duduk oleh pemilik apartemen.
"Aku ingin kamu mengubah penampilanmu dan kamu harus dalam keadaan bersih jika ingin menjadi sahabatku." Rihanna menarik tubuh Roby ke kamar mandi untuk menyuruh lelaki itu membersihkan dirinya dengan sabun dan sampo mahal yang sudah dipersiapkan oleh Rhihana untuk seorang lelaki dekil ini.
Roby menuruti perintah Rhihana, iapun melucuti pakaiannya lalu berdiri dibawah shower dan mulai menyabuni dirinya dan mengkeramas rambut gondrongnya.
Ting tong!" Bunyi bel apartemen mengagetkan Rhihana. Gadis itu membuka pintu dan melihat seorang transgender yang akan merapikan rambut Roby.
"Cowokmu mana say, Cepatan Eike nggak punya banyak waktu" Ucap Leo yang merupakan stylish salon langganan ayahnya Rhihana.
"Tidak lama kemudian, Roby keluar dengan penampilan barunya yang saat ini sudah memakai kaos berkerah dengan lengan pendek berwarna biru serta celana jins dengan brand ternama.
Rambut gondrongnya di biarkan tergerai basah dan wajahnya saat ini sangat terlihat tampan membuat Rhihana menelan salivanya dengan gugup.
"Astaga, kau bahkan sangat tampan sekali dan tidak seperti penampilanmu sebelumnya, tidakkah kamu sadar wajahmu seperti blasteran, mengapa kamu seperti gelandangan?" Tanya Rhihana menatap lekat wajah Roby.
"Tunggu, apa itu cowok loe?" Leo mengitari tubuh Roby yang menurutnya seperti artis Hollywood.
"Rapikan rambutnya dan buat dia sekeren mungkin." Rihanna meninggalkan keduanya lalu masuk ke kamar utama miliknya.
Leo mengajak Roby untuk duduk tenang dan mulai memasang baju pengaman untuk memulai tugasnya merapikan rambut Roby dengan alat cukur dan gunting khusus yang biasa digunakan oleh para stylish.
"Hei, dari mana asalmu? mengapa kamu tidak sekalian aja jadi artis? lihatlah perubahan wajahmu setelah rambutmu eike rapiin, kamu makin mempesona tuan muda." Leo berdecak kagum melihat wajah Roby yang tidak ia ketahui bahwa lelaki dihadapannya ini adalah pengamen jalanan yang saat ini sedang diangkat sahabat oleh Rhihana.
Rihanna yang sedang menghampiri Leo dan Roby lagi-lagi dibuat tertegun dengan penampilan Roby.
"Benarkah, ini kamu Roby?" Tanya Rhihana yang sedikit salting dihadapan Roby.
"Iya nona muda, ini saya." Sahut Roby polos.
"Ini bayaranmu Leo dan ambil kembaliannya." Ucap Rhihana dengan memberikan berapa lembar uang merah pada lelaki kemayu itu.
"Terimakasih ya CIN, loe baik banget deh ama Eike. Eh ganteng, Eike permisi dulu ya" Leo melambaikan tangannya dan mengangkat kopernya yang merupakan peralatan cukurnya.
Rihanna mengantarkan Leo ke pintu utama kemudian kembali lagi menemui Roby yang setia menunggunya di ruang keluarga dengan menonton televisi yang sudah dinyalakan oleh Rhihana agar lelaki tampan itu tidak gampang bosan.
"Terimakasih nona kamu sudah mengubah penampilanku jauh lebih baik, kalau begitu aku pamit pulang" Roby bergegas berdiri ketika Rhihana menghampiri dan duduk disebelahnya.
"Nggak usah sungkan seperti itu, aku nggak ngusir kamu ko, aku ingin kamu tinggal di sini di apartemen milikku dan aku akan kembali ke mansion, mulai besok jika ingin bernyanyi kamu harus melakukannya ditempat yang lebih baik dan aku akan merekomendasikanmu di salah satu cafe langganan orangtuaku" Rhihana mengambil tasnya lalu bangkit meninggalkan Roby yang masih bingung berada di tempat yang terlalu mewah baginya.
"Tunggu nona jangan pergi, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu dan ingin menyanyikan sebuah lagu untukmu, maukah kamu mendengarkannya?" Roby ingin mempersembahkan lagu yang merupakan bait puisi milik Rhihana yang sudah ia gubah dalam sebuah lagu. Robby lalu menyanyikan lagu itu diiringi dengan gitar tuanya untuk di perdengarkan pada Rhihana.
"Ku nyanyikan lagu ini, ku persembahkan untukmu, walaupun syair lagu ini merupakan milikmu sendiri.
Walau apa yang terjadi, kau tetap akan ku miliki, jika suatu saat nanti kita berpisah, yakinlah bahwa aku tetap memilih untuk mencintaimu dan setia menantimu di penghujung sepi di kala malam merambah sunyi.
Oh cinta, mengapa dipertemuan pertama ini Kau memberiku bahagia namun aku sulit untuk berpaling meninggalkan dia yang akan merindukanku untuk kembali dalam pelukannya."
Lagu itu pun selesai didendangkan oleh Roby, Rhihana seakan tidak percaya bahwa syair dari lagu itu adalah bagian dari puisinya, walaupun beberapa bait sudah digubah liriknya oleh Roby.
"Kamu bisa menuliskan not lagu? Boleh aku belajar memetik gitar denganmu, aku juga ikut private menyanyi, tapi aku tidak bisa bermain alat musik." Ujar Rhihana.
"Bisa nona muda kapanpun anda mau, aku siap mengajari anda nona" Ucap Roby tanpa menatap wajah Rhihana.
"Oh iya, makanan sudah siap di meja makan, ada buah dan cemilan lainnya di kulkas, makan saja yang kamu inginkan dan lakukan apapun yang kamu mau di dalam apartemen ini, aku mohon kamu jangan turun ke jalan lagi untuk mengamen jika kamu ingin tetap bersahabat denganku." Rihanna menasehati Roby lalu meninggalkan Roby yang menatapnya pergi.
"Cih, rupanya dia sangat tampan setelah diubah penampilannya, berarti aku harus menempati janjiku untuk menjadikan ia seorang kekasih. Tapi bagaimana caranya untuk memulai, masa aku sih menyatakan perasaanku padanya." Rihanna menarik nafasnya berat. Pertemuan pertama mereka hari ini cukup banyak bermanfaat." Besok aku akan mengajarkan ia banyak hal agar dia sejajar pemikirannya denganku." Gumam Rhihana dalam diam.
"Nona, apakah Tuan Garhal tahu jika anda meminta pemuda itu untuk tinggal di apartemen itu?" Tanya pak Rudi sopir pribadi Rhihana.
"Jika papa tahu, kamu orang pertama yang akan aku hukum" Ancam Rhihana pada sopir pribadinya.
"Maaf non, mamang hanya mengingatkan saja nona agar berhati-hati dengan pemuda yang anda belum tahu asal usulnya." Ujar mang Rudi.
"Aku yakin dia orang baik mamang, hanya saja nasibnya tidak berpihak pada keadaannya yang papah." Rihanna meyakinkan mang Rudi untuk mempercayai Roby.
Mobil itu pun memasuki mansion milik Rhihana dan gadis itu turun menuju kamarnya karena kedua orangtuanya sibuk bekerja di perusahaan milik mereka.
Kedua orangtua Rhihana memiliki perusahaan masing-masing. Kesibukan mereka di luar rumah, membuat Rhihana tidak begitu merasakan kasih sayang dari keduanya.
Untuk membuat gadis ini sibuk, kedua orangtuanya menginginkan Rihanna mengikuti berbagai macam les private entah itu menyangkut pelajaran sekolah maupun minat dan bakat yang dimiliki oleh Rhihana.
Walaupun begitu, Rhihana tumbuh normal seperti remaja lainnya. Ia tetap memiliki prestasi di sekolah yang bisa ia banggakan kepada kedua orangtuanya.
Rihanna tersenyum sendiri di kamarnya ketika membayang lagi wajah tampan milik Roby yang sudah bermetamorfosis dari seorang gembel menjadi seorang manusia yang sudah diangkat derajatnya oleh Rhihana.
"Ya Tuhan ternyata dia sangat tampan, tapi kenapa hidupnya begitu malang harus menjalani kehidupan di jalanan dengan mencari makan sebagai pengamen." Lagi-lagi Rhihana sangat prihatin.
"Ya Roby, andai dirimu bukan pengamen jalanan, mungkin kamu akan bisa menjadi seorang artis. Tahukah kamu bahwa kamu sangat tampan, jika ada yang melihatmu pasti mereka akan tergila-gila padamu." Sambung Rhihana sambil berbaring dengan memeluk bonekanya.
Tok....tok..
Masuk!" Ucap Rhihana.
Seorang pelayan datang dengan membawa baki besar berisi makanan untuk dirinya.
"Ini makan siang anda nona muda." Ucap kepala pelayan Sandra.
"Letakkan di situ Sandra dan kembali ke tempatmu. Terimakasih ya Sandra." Ucap Rhihana lalu menghampiri meja kecil yang terdapat di kamarnya.
Tadi di apartemen miliknya, Rhihana belum sempat makan nasi karena ia sibuk mengurus Roby. Walaupun ia sudah memasak nasi menggunakan rice cooker untuk Roby tapi ia masih enggan mengajak Roby makan bersama karena takut lelaki itu minder padanya.
Rhihana mengerti Roby butuh adaptasi dengan lingkungan barunya, apa lagi dengan dirinya.
"Bagaimana aku mau mengajakmu makan bersama, ngomongmu saja sudah gemetar saat berhadapan denganku, apa lagi kalau aku ajak kamu makan bareng, bisa jadi kamu nggak makan-makan." Ucap Rhihana sambil terkekeh sendiri.
Tidak lama kemudian, bunyi ponselnya berdering. Rhihana melihat di layar ponselnya ternyata ibunya sedang meneleponnya.
"Hallo sayang!" Sapa Nyonya Maya dari sebrang telepon.
"Hallo bunda!" Kapan bunda pulang dari Jerman?" Tanya Rhihana sambil mengunyah makanannya.
"Dua hari lagi bunda akan tiba di Jakarta sayang, kamu hati-hati ya, jangan keluyuran di luar jika tidak ada yang penting, kamu dengar itu sayang!" Nyonya Maya memperingatkan putrinya yang selalu ia tinggalkan karena sedang menjalani bisnisnya.
"Yang paling penting buatku adalah bundaku sendiri, cepat pulang bunda atau aku akan minta ayah cari bunda baru untuk Rhihana." Seloroh Rhihana pada bundanya.
"Ayahmu hanya tergila-gila pada bunda sayang, karena tidak ada yang bisa membahagiakannya selain bunda." Balas bundanya yang tidak ingin diremehkan putrinya.
"Iya Rhihana percaya, intinya Rhihana juga pingin bunda ada di sini temanin Rhihana sehari saja." Pinta Rhihana sedikit manja pada bundanya.
"Iya sayang bunda akan segera pulang kalau tugas bunda sudah selesai, bagaimana kamu senang?" Bunda Maya menghibur putrinya.
"Ok siap permaisuri, tolong dipercepat kepulangan anda kalau tidak putrimu ini akan mogok makan." Ucap Rhihana lalu mengakhiri percakapannya dengan bundanya.
Keduanya saling mengucapkan kata-kata mesra sebagai ibu dan anak dan memberikan ciuman jarak jauh.
Keakraban yang terjalin antara Rhihana dan Roby membawa hubungan mereka dari persahabatan kini berubah menjadi sepasang kekasih.
Setelah tiga bulan bekerja di sebuah Cafe sebagai biduan di tempat tersebut, Roby tidak lagi bersusah payah untuk mengumpulkan receh untuk mengenyangkan perutnya. Kini ia menikmati pekerjaan barunya yang menjadi penyanyi Cafe untuk menghibur para pengunjung cafe tersebut.
Enam bulan waktu berjalan dengan baik, pertemuan Rhihana dan Roby makin intens namun keduanya tetap menjaga sikap, untuk tidak berlebihan dalam melakukan hal-hal terlarang yang biasa dilakukan sepasang kekasih yang dimabuk asmara.
"Ana, aku punya hadiah untukmu." Roby mengeluarkan sebuah kotak yang merupakan jam tangan indah yang dibelinya dari hasilnya sebagai penyanyi Cafe.
"Wah, ini cantik sekali Roby, aku senang banget." Rihanna menatap jam tangan pemberian Roby padanya.
"Maaf aku tidak bisa memberimu barang bermerek, aku hanya bisa beli ini untukmu, insya Allah suatu saat nanti aku akan membelikan barang yang lebih bagus dari ini." Roby tertunduk malu sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Bukan barang yang menjadi standar penilaianku padamu Roby, tapi ini lebih pada ketulusan cintamu yang menjadi barang ini lebih berharga dari pada brand ternama," ucap Rhihana tersenyum manis pada kekasihnya ini.
"Suatu hari nanti aku akan membelikan barang yang lebih bagus dari ini, kalau bisa pesawat jet pribadi. Tapi khayalan aku ini tercapai nggak ya?" Tanya Roby seakan menertawakan dirinya sendiri.
"Roby, jalan hidup manusia itu masih sangat panjang, jika ia bekerja keras pantang menyerah, insya Allah kamu akan mendapatkan apapun yang kamu inginkan. Aku yakin kamu akan membuktikan janjimu itu padaku." Rhihana membesarkan hati Roby agar dia tidak putus asa.
"Rihanna, apakah kamu tidak menyesal bersahabat denganku?" Aku ini hanya pengamen jalanan yang mencari uang di bawah teriknya matahari dan hujan malam yang membasahi tubuhku jika uangku belum cukup untuk membeli segelas teh hangat." Ujar Roby.
"Jika sahabat hanya berdasarkan status orang lain, semua orang pasti akan mundur jika tahu keadaannya. Ada anak orang kaya, melihat gadis miskin dia tidak akan mendekatinya karena tidak selevel dengannya dan sebaliknya anak miskin dia enggan untuk mendekati orang kaya karena baginya akan mendapatkan hinaan semata dari anak orang kaya tersebut. Sedangkan aku padamu tidak melihat itu semua, karena hati kita tulus untuk saling menerima keadaan kita masing-masing." Ucap Rhihana.
"Syukurlah sayang, kamu bisa berpikir seperti itu, kadang orang-orang yang bergelut dengan dunia puisi, intuisinya begitu kuat memahami setiap jiwa, mana yang pantas ia hargai dan mana yang perlu ia ikhlaskan. Kamu sangat hebat Ana, kamu mampu melebur dirimu menjadi apa yang orang inginkan darimu." Roby memuji ketulusan hati kekasihnya ini.
"Roby, aku memiliki segalanya, tapi jiwaku tidak merdeka, aku ingin seperti keluarga lain, ingin seperti teman-temanku yang selalu pulang disambut ibu mereka atau selalu ditanya oleh ayahnya bagaimana dengan pelajaranmu disekolah saat makan bersama. Aku jarang mendapatkan itu." Ungkap Rhihana sedih.
"Mereka ingin sekali seperti apa yang kamu mau Ana, tapi setiap orang tua memiliki alasan mereka masing-masing, entah itu pekerjaan maupun urusan lainnya. Kita belum berada di dunia mereka, bergelut dengan pekerjaan mereka, makanya kita menganggap kurangnya perhatian mereka pada kita. Siapa tahu, saat mereka diam atau saat menjelang tidur, wajah kamu yang terbayang dipikiran mereka. Aku mohon kamu jangan berkecil hati bersyukurlah kamu masih memiliki orangtua, walaupun mereka sibuk tapi mereka selalu sempat memperhatikan kebutuhanmu dan menghubungimu di sela-sela kesibukan mereka." Ucap Roby sambil mengacak-acak rambut rambut Rhihana.
"Aduh ko di acak-acak sih rambut aku, Roby." Rihanna ngambek seraya memperbaiki rambutnya yang berantakan.
"Kamu tetap cantik sayang walaupun penampilanmu berantakan." Ucap Roby dengan menatap wajah cantik Rhihana.
Kali ini, ia memberanikan dirinya menatap wajah sendu itu, wajah yang begitu cantik dengan bibir sensual dan bola mata sayu. Rambut panjang yang hitam legam dan pipi tirus dihiasi hidung mancung kecil menambah daya tarik wanita berusia 16 tahun ini.
"Sayang, mungkinkah suatu saat nanti aku bisa memilikimu?" Ujar Roby.
Roby ingin sekali mengecup bibir Rhihana namun ia sangat takut untuk memulainya karena saat ini usia Ana belum mencapai 16 tahun, apa lagi gadis ini masih duduk di bangku SMP kelas sembilan, walaupun sebentar lagi gadis ini akan menamatkan pendidikannya.
Dari hari ke hari keduanya selalu menghabiskan waktu bersama di apartemen sambil mendendangkan lagu ciptaan Roby. Keduanya selalu hanyut dalam kebersamaan melewati hari mereka yang sepi.
Jika sudah menjelang malam, Rhihana baru meninggalkan apartemen dan kembali ke mansionnya. Sedangkan Roby yang giliran shift malam menghibur para tamu yang menikmati hidangan di cafe tersebut.
Roby selalu membayangkan dirinya bisa mencium Rhihana namun ia tidak tega menodai gadis remaja itu yang sudah sangat baik padanya, walaupun hanya sekedar mencium pipi gadis itu.
Roby benar-benar ingin menjaga gadisnya dengan sangat baik. Tidak butuh waktu yang lama kini keduanya sudah berhubungan sekitar hampir satu tahun.
🌷🌷🌷🌷
Malam itu Roby yang baru pulang dari tempat kerjanya mendengar seseorang sedang berlari menyembunyikan diri di gang sempit sambil menyembunyikan pahanya yang tertembus peluru.
"Tuan, apa yang terjadi pada anda?" Tanya Roby ketika mendekati seorang lelaki yang berusia sekitar 47 tahun sedang menahan sakit di pahanya.
"Tolong saya anak muda, saya tertembak" Ucapnya lalu memberikan ponselnya pada Roby untuk menghubungi seseorang.
"Tolong kamu hubungi kontak dengan nama Vincent. Dia adalah asistenku agar menjemputku di sini." Ucap pria itu dengan terbata-bata.
Roby mengikuti permintaan Tuannya itu, tidak lama kemudian terdengar suara orang yang bicara, Roby segera memberikan ponsel itu pada tuan itu.
"Vicent, jemput aku karena saat ini aku sedang tertembak," ucap tuan tadi.
Tidak lama kemudian datang segerombolan orang menyerang lagi tuan Robert membuat posisi mereka sedikit terdesak.
"Sialan kamu Vicent rupanya kamu mengkhianatiku dan bekerja sama dengan penjahat itu." Ucap Tuan Robert yang kembali mengarahkan pistolnya ke arah para segerombolan penjahat.
"Tuan ikut aku, naik motorku, aku akan menyelamatkan Tuan," ujar Roby lalu mengajak tuan Robert meninggalkan tempat itu dan naik motor miliknya menuju rumah sakit terdekat.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Di saat Rhihana baru merasakan bangku SMA tiba-tiba Roby menghilang begitu saja. Roby hanya meninggalkan sepucuk surat untuknya dan satu buku kumpulan lagu yang di buat oleh laki-laki tampan itu.
"Dear Ana!"
"Mungkin saat ini kamu bingung di mana aku berada, aku tidak bisa memberi tahu dimana keberadaanku, tapi yang jelas aku tidak berada lagi di Indonesia, aku pergi dengan ayah angkatku di negara yang sangat jauh, mungkin benua Eropa tujuan ku kini, aku sendiri belum paham.
Aku janji suatu saat nanti aku akan kembali padamu, jika suatu saat nanti kamu menjadi seorang penyanyi terkenal, nyanyikan lagu ini yang selalu kita dendangkan bersama, dengan lagu ini aku bisa mengenalimu suatu saat nanti. Aku hanya ingin kamu menyanyikan lagu ini untukku.
Terimakasih atas kebaikanmu selama ini padaku, terimakasih untuk semuanya yang kamu berikan padaku... terimakasih cinta, aku janji tidak akan melupakanmu dan selalu setia padamu.
Aku yang mencintaimu
Roby
Rihanna membaca surat itu dengan hati yang sangat sakit, ia tidak menyangka laki-laki itu tega meninggalkannya tanpa pamit langsung padanya.
"Roby!" Apa ini? hanya surat ini kamu merasa sudah paling baik mengucapkan kata perpisahan untukku? bagaimana caranya aku menghubungimu? Ya Tuhan ini sangat membuatku kesal." Rhihana menangisi kepergian Roby di kamar apartemennya.
Semua milik Roby yang pernah diberikan kepada laki-laki itu tidak satupun Roby membawanya. Inilah yang membuat Rhihana begitu bingung mengapa Roby menghilang begitu saja.
"Siapa ayah angkatmu Roby? jika ia membuat kehidupanmu lebih baik, aku akan merelakan kepergianmu, tapi jika ia menyakitimu dan menyulitkan hidupmu, kembalilah padaku Roby karena aku akan setia menantimu.
Rhihana membenamkan wajahnya ke bantal lalu menangis di sana, perpisahan ini sangat menyakitkan dirinya, ia tidak menyangka hanya bersama dengan Roby dalam waktu satu tahun dan semuanya kembali lagi seperti sedia kala, tidak ada sahabat yang bisa ia berbagi apa lagi saat ini, ia sangat membutuhkan Roby karena orangtuanya makin hari makin menghilang dari pandangannya karena sibuk berpergian mengurus urusan bisnis mereka.
Disisi lain, Roby yang masih berada di pesawat bersama dengan tuan Robert yang saat ini sudah mulai sehat setelah satu bulan lalu mengobati pahanya yang tertembus peluru oleh senjata musuh. Roby yang belum mengerti pekerjaan tuan Robert berusaha mengikuti semua permintaan tuan Robert yang mengangkat dirinya menjadi anak sekaligus asisten pribadinya yang menggantikan Vincent yang telah mengkhianati Tuan Robert.
"Roby, kamu akan mendapatkan apapun yang kamu inginkan, karena mulai saat ini kamulah pewarisku," ucap tuan Robert yang merupakan ketua mafia yang berasal dari negara Perancis.
"Apa pekerjaan Tuan dan sekarang kita mau ke mana?" Tanya Roby yang belum paham dengan perkataan Tuan Robert.
"Dengar Roby, aku tidak memiliki keturunan karena aku tidak pernah menikah, aku pernah memiliki seorang gadis namun sayang ia membuang anakku entah di mana, aku sudah menyelidiki di mana keberadaan putraku sampai ke negara Indonesia namun itu juga hasilnya nihil. Tapi bertemu denganmu sudah mengobati kekecewaanku yang tidak bisa menemukan anak kandungku. Apakah kamu bersedia menjadi putraku Roby?" Tuan Robert tersenyum melihat Roby seakan menyukainya.
"Terimakasih Tuan, tapi aku bukan orang yang tepat untuk kamu jadikan pewaris karena aku tidak mengenyam pendidikan tinggi seperti kebanyakan anak-anak lain, hidupku sendiri hanya sebagai pengamen jalanan sampai akhirnya...?" Roby menghentikan kata-katanya, ia tidak ingin menyebutkan kebaikan Rhihana untuk berjaga-jaga agar tuan Robert tidak menyakiti gadisnya. Bagaimanapun juga Ia belum sepenuhnya mengenal tuan Robert.
"Aku jamin saat kamu tiba di Paris Perancis, kamu tidak akan kekurangan apapun. Semua pelayan dan juga pengawalku akan melayani semua kebutuhanmu, kamu cukup perintahkan saja mereka, mereka akan menuruti permintaanmu." Ucap Tuan Robert.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!