NovelToon NovelToon

Pembalasan Gadis Cacat

Epside 1 Permulaan

Hujan turun di hari pemakaman ayahku. Aku menangis tanpa memedulikan pandangan orang lain. Tidak seharusnya putri bangsawan yang terkenal menangis seperti ini.

Kakakku berusaha tetap tegar dengan mengepalkan tangannya dengan erat. Sekarang hanya tinggal kami berdua. Kami harus saling menguatkan satu sama lain untuk bertahan hidup.

Aku menangis selama beberapa hari dan mengurung diri di kamar selama beberapa hari. Di antara kami berdua, aku lebih dekat dengan ayah kami. Ayah kami sering mengajariku sihir miliknya. Meski sangat tegas beliau juga sering memanjakanku. Aku sangat menyayangi ayah kami. Kepergiannya benar-benar tidak terduga. Aku tidak menyangka ayah kami akan tewas dibunuh.

Pembunuh ayah kami sudah ditangkap dan langsung diadili di tempat. Pembunuh itu mendapat hukuman yang pantas karena telah membunuh ayahku. 

Ayahku tidak mempunyai musuh. Beliau adalah penyihir yang baik dan hebat. Aku dan kakakku tidak sempat menanyakan alasan pembunuh itu. Apapun alasannya aku tetap tidak terima.

Kakakku sekarang menjadi kepala keluarga yang baru, kepala keluarga Moonlight. Ia dikukuhkan berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan ayah kami di kamarnya.  

Kakakku sekarang berusaha mengurus keluarga kami dengan baik. Dia tidak ingin nama baik keluarga kami menurun hanya karena kematian ayah kami. Dia akan menunjukkan bahwa keluarga kami bisa bersaing dengan keluarga lain meski tanpa ayah kami.

Aku hanya bisa membantu menyemangatinya meski sebenarnya kumasih belum bisa melepas kepergian ayah kami. Aku berusaha tegar seperti kakakku. 

Aku membantu pekerjaan kakakku. Lebih tepatnya mengerjakan dokumen-dokumen. Sedangkan kakakku berperan sebagai orang yang bernegoisasi dengan orang lain.

Namun, semuanya tidak sesuai perkiraan. Kekuatan sihir kakakku tidaklah besar. Dia hanya bisa menggunakan sihir dasar saja. Dia tidak mampu mengeluarkan sihir yang kuat. Dia diremehkan dan menjadi hinaan banyak orang.

"Kepala Keluarga Moonlight sangat menyedihkan."

"Keluarga Moonlight akan segera hancur."

Kakakku berusaha tetap kuat. Namun, sekuat apapun seseorang tetap saja akan hancur apabila diinjak berkali-kali. 

Dia sering kali mengeluh padaku tentang bagaimana dirinya yang lemah. Dia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa melindungi keluarga kami.

Aku ingin meringankan beban kakakku. Aku siap membantunya melakukan apapun, tetapi tidak tahu dengan cara apa.

Lalu suatu hari, ketika aku berada di kamar teringat ayah kami, dia menemukan cara untuk menjadi lebih kuat. Dengan melakukan transfer kekuatan sihir dari keluarga sedarah.

Dia ingin aku melakukan transfer kekuatan kepadanya. Itu karena aku terlahir dengan kekuatan sihir yang lebih kuat. Inilah yang menyebabkan ayah kami lebih sering mengajariku sihir dibandingkan kakakku. Meski kakakku terus belajar dan belajar, dia tidak bisa menguasai sihir kuat. Ayah kami menyerah untuk mengajarinya dan memintanya untuk belajar hal lain saja.

"Aku mau melakukan transfer kekuatan sihir, Kak."

Itulah jawabanku atas permintaan kakakku.

"Terima kasih, Diana. Aku berjanji akan membuat keluarga kita tidak diremehkan oleh orang lain." 

Kakakku menggenggam erat kedua tanganku sambil tersenyum. Aku ikut tersenyum.

Ritual transfer kekuatan sihir dilakukan dengan cara meminum darah orang yang ingin mengorbankan sihirnya. Ritual akan dilakukan sebanyak lima kali, dengan jarak waktu tiga bulan. Mungkin setelah ritual ini selesai aku tidak bisa menggunakan sihir lagi. Tidak apa-apa asalkan kehormatan keluarga dan kakakku bisa kembali. Aku juga tidak terlalu memerlukan sihir. Kakakku lebih membutuhkan kekuatan sihir milikku. Kepala keluargalah yang biasanya memerlukan kekuatan sihir yang kuat. Para bangsawan hanya menghormati orang yang kuat saja, mereka menghina orang yang lemah.

Kami telah berada di ruangan untuk melakukan ritual transfer sihir. Aku menyayat tanganku. Darah mengalir di tanganku lalu menetes memenuhi gelas. Kakakku hendak meminumnya, tetapi begitu melihatku, dia tidak jadi melakukannya.

"Maafkan aku Diana. Seandainya aku terlahir dengan kekuatan sihir yang lebih kuat." Kakakku menggigit bibirnya.

"Tidak apa-apa, Kak. Ini bukan salah Kakak." Aku mendekati kakakku, berusaha menyakinkannya untuk tidak ragu lagi melanjutkan ritual ini.

"Aku akan meminum ini di kamarku saja. Jika meminum ini di depanmu, aku tidak sanggup." Wajah kakakku terlihat sangat terluka.

Menyakiti adiknya seperti ini bukanlah sifat kakakku. Kakakku memegang tanganku sebelum pergi. Aku tersenyum berusaha terlihat tegar. Perlahan punggungnya menghilang tertutup pintu. 

Aku kembali menuju kamarku. Aku tertidur sambil berharap. Semoga ritual transfer sihir ini berhasil.

Keesokan harinya aku terbangun. Aku tidak merasakan hal yang aneh dariku. Aku masih bisa menggunakan sihir seperti biasa. Apakah ritualnya gagal? Satu-satunya cara untuk memulihkan nama baik keluarga kami tidak berhasil. Entah cara apalagi yang harus kami lakukan.

Aku pergi menemui kakakku. Tidak ada di kamar. Tidak ada pula di ruang kerjanya. Sepertinya ia merasa kecewa karena ritual transfer sihirnya tidak berhasil.

Aku harus menyemangatinya lagi. Pasti masih ada cara lain untuk membuat kehormatan keluarga kami kembali.

Aku melihat kakakku berada di halaman belakang dari jendela di kediaman kami. Aku segera ke sana. 

Sebuah bola api besar dikeluarkan dari tangan kakakku lalu melesat ke depan. Bola api itu lebih besar dibandingkan dengan yang dibuat kakakku biasanya.

Dia tersenyum ke arahku.

"Kita berhasil Diana, kekuatan sihirku bertambah."

Kakakku terlihat gembira. Aku ikut merasa senang karena ritual transfer sihir ini berhasil. Ternyata kekuatan sihir milikku tidak langsung terpindahkan semuanya. Hanya sedikit demi sedikit yang terpindahkan ke kakakku. Itulah alasan ritual ini harus dilakukan selama lima kali. Tinggal empat kali lagi, kekuatan sihirku menjadi milik kakakku sepenuhnya. Lalu, aku akan menjadi manusia biasa.

Meski sebenarnya ada rasa mengganjal di hati karena kekuatanku akan hilang. Aku merasa lega dengan ini kakakku tidak perlu dikucilkan lagi. Keluarga kami bisa bangkit.

Aku kembali ke kamarku lalu segera membersihkan diri. Aku merasa lebih segar dan segera berpakaian. Aku tidak dibantu pelayan karena lebih senang berpakaian dan mandi sendiri. Aku hanya meminta mereka menyiapkan bak mandi dan pakaian yang aku pakai. Bila kesulitan aku baru meminta bantuan mereka.

Aku menyemprotkan parfum ke tubuhku. Ini adalah bau favoritku. Namun, tidak tercium bau apapun. Aku segera menyemprotnya berkali-kali tetapi masih tidak membaunya. Aku mencoba parfum lain tetapi sama saja.

Aku membuka salah satu botol parfum itu. Mendekatkannya ke hidungku. Sama sekali tidak ada bau harum. Sepertinya semua parfum milikku baunya sudah hilang.

Tanganku licin hingga menjatuhkan botol parfum itu. Pecahan botol itu berserakan di lantai.

Pelayan mendatangi kamarku, karena mendengar suara pecahan. Pelayan yang datang segera mendekati diriku sambil mengibas-ibaskan tangannya di depan hidungnya.

"Baunya terlalu harum, Nona. Nona memang mau ke mana memakai parfum sebanyak ini?"

Aku sadar bukan parfum-parfum itu yang tidak memiliki bau, tetapi dirikulah yang tidak bisa mencium baunya. Inilah indera pertamaku yang hilang setelah melakukan trasnfer sihir, yaitu indera pembau.

Bab 2 Boneka Hidup

Indera penciumanku menghilang. Aku pergi menuju ke ruang kerja kakakku untuk memberitahu hal ini. Aku mengetuk pintu lalu segera masuk.

Kakakku terlihat senang. Sejujurnya aku tidak tega mengatakan hal ini, tetapi aku harus tetap mengatakannya. 

"Kak, kurasa ada efek samping setelah ritual transfer sihir."

"Efek samping apa, Diana?"

"Aku tidak bisa mencium bau apapun."

Kakakku langsung berdiri mendekatiku. "Bagaimana ini apa harus kita hentikan saja?" 

Aku terdiam sebentar. Meski kekuatan sihir kakakku lebih kuat daripada sebelumnya, dia tidak bisa menggunakan sihir yang lebih rumit. Kemungkinan bangsawan-bangsawan lain masih akan menghinanya. Aku tidak ingin hal itu terjadi. Setelah berpikir panjang aku berkata, "Tidak, lebih baik kita lanjutkan saja."

"Bagaimana jika efek sampingnya lebih buruk?" Kakakku terlihat khawatir. Dia memegang pundakku.

Aku menggenggam tangan kakakku. "Aku tidak apa-apa, Kak. Yang terpenting adalah kehormatan keluarga kita." 

"Terima kasih, Diana. Aku tidak akan menyia-nyiakan pengorbananmu." 

Kakakku memelukku. Aku memeluknya balik. Aku rela mengorbankan semuanya, bahkan nyawaku sekalipun.

Kakakku mulai mengurung diriku di kediaman kami. Dia tidak mengizinkanku keluar. Dia tidak ingin bangsawan-bangsawan yang lain mengetahui ritual transfer sihir milik kami. Keluarga kami mulai pulih.

Lalu kami melakukan ritual transfer sihir setiap tiga bulan sekali. Setelah ritual transfer sihir aku kehilangan panca inderaku satu persatu. Setelah tidak bisa mencium bau apapun, aku tidak bisa berbicara dan indera pengecapku hilang. Aku berkomunikasi dengan orang-orang menuliskan huruf di kertas.

Mulai beredar rumor anak kedua keluarga Moonlight merupakan anak cacat sehingga disembunyikan dari dunia luar. Anak perempuan yang cantik tetapi tidak bisa bicara. Mereka mengasihani kakakku yang harus mengurus diriku ini. Para bangsawan menganggap anak kedua keluarga Moonlight tidak ada.

Aku tidak menghiraukan pandangan orang-orang terhadap diriku. Meski diriku dicibir aku tidak peduli. Bagiku yang terpenting adalah keluargaku bisa bangkit.

Aku bertunangan dengan orang yang sama sekali tidak pernah mencintaiku. Kakakku bekerja sama dengan dirinya. Kami bertunangan agar hubungan keluarga kami semakin dekat.

Pada ritual sihir ketiga aku kehilangan penglihatanku. Duniaku menjadi gelap. Aku berkomunikasi dengan orang lain menggunakan menganggukkan dan menggelengkan kepala, serta menulis di telapak tangan seseorang. 

Tunanganku meninggalkanku saat-saat terpurukku, aku membencinya. Kakakku membatalkan pertunangan kami. Dia tidak ingin kami berhubungan dengan keluarga orang yang menyakitiku.

Lalu tiba ritual yang keempat. Aku mempersiapkan diri kehilangan pendengaran atau indera perabaku. Kehidupan tanpa suara atau tidak bisa merasakan sentuhan.

Suara pintu terbuka. Pasti kakakku yang datang.

"Ini ritual transfer sihir yang keempat, Diana." Benar, itu adalah suara kakakku.

Aku tidak bisa melihatnya tetapi aku mengenal suaranya.

"Ha... ha... ha..." Kakakku tertawa keras memenuhi ruangan.

'Apa yang lucu, Kak?' batinku.

Aku menelengkan kepalaku sedikit. Aku tidak tahu apa yang perlu ditertawakan. Aku tidak bisa melihat jadi tidak tahu apa ada sesuatu yang terlihat lucu.

"Kau terlalu bodoh, Diana."

Kakakku mendekatiku dan mencengkram kuat lenganku. Aku mendongak ke atas. Aku tak tahu di mana letak wajah kakakku, kukira-kira saja tempatnya.

Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

"Kau mengorbankan semuanya hingga kehilangan hampir semua inderamu. Kau tidak dapat melihat ataupun berbicara lagi. Bahkan tidak dapat membau harumnya bunga. Kau adalah tumbal yang berguna demi diriku ini," ejek kakakku.

Kakakku berdecak sambil tertawa berkali-kali.

"Sayang sekali, kau akan menjadi gadis cacat seumur hidup. Lalu kau akan hidup dalam kehampaan selamanya. Aku sudah tahu dari awal kalau ritual transfer sihir ini mempunyai efek samping."

Aku tercengang. Jadi dari awal kakak sudah tahu. Kakak sudah tahu dan melakukan ini pada adiknya. Kenapa? 

"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku melakukan ini. Semuanya tersirat darinraut wajahmu. Aku membencimu Diana. Kau merebut semuanya dariku. Kau membuat ibu yang menyayangiku meninggal karena melahirkanmu. Ayah yang semula menyayangiku meninggalkanku dan hanya melihatmu karena kau mempunyai kekuatan sihir yang besar." 

Aku tidak tahu kalau kakakku sebegitu besarnya membenciku hingga rela mengorbankaku demi mendapat kekuatan sihir, padahal aku selalu menghormati dan menyayanginya. Aku sama sekali tidak bisa berkata-kata.

"Satu lagi, lagipula setelah ini kau tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain dan tidak punya siapa-siapa lagi. Kau tahu, akulah yang merencanakan pembunuhan Ayah. Lalu aku mengubah isi wasiat ayah tentang kepala keluarga Moonlight. Kepala keluarga yang sebenarnya adalah kau."

Aku sama sekali tidak bisa menahan amarahku lagi. Bukan cuma mengorban diriku tetapi dia juga membunuh ayah.

'Dasar pembunuh!' umpatku dalam hati pada kakakku

Tidak, dia tidak pantas disebut kakak. Aku tidak sudi memanggilnya kakak. Aku mengeluarkan sihir es untuk menyerang Trevor, tetapi usahaku sia-sia. Seranganku meleset karena tidak tahu letak pasti Trevor. Dia langsung menghempaskanku dengan sihir angin. 

Aku kesulitan untuk bangun. Tubuhku rasanya remuk. Perbedaan kekuatan kami terlalu besar. Kekuatannya terus bertambah akibat ritual sihir sedangkan kekuatan sihirku terus berkurang.

Dia mencengkram tanganku lalu menggoresnya dengan pisau. Darahku mengalir. Aku meronta-ronta. Dia memukul kepalaku hingga membuatku tak sadarkan diri. Pastinya dia telah meminum darahku. Ritual sihir keempat telah berhasil.

Keesokan harinya aku tidak bisa mendengar apapun. Indera pendengarankulah yang hilang.

Duniaku hampa tanpa cahaya dan suara. Tidak bisa mengucap kata-kata dan mengecal rasa. Aku hanya bisa meraba-raba. Lama-kelamaan aku seperti boneka saja.

Aku tidak tahu sudah berapa waktu sudah berjalan. Makanan disuapi dalam mulutku, aku tidak bisa merasakannya. Aku hanyalah boneka yang dipertahankan hidup untuk menguatkan sihir Trevor.

Lalu secara tiba-tiba ada yang membawaku dari penjaraku ini. Dia mengatakan melalui telapak tanganku bahwa aku sudah aman.

Untuk apa aku diselamatkan bila tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa makan, tidur dan buang kotoran saja. Hanya menjadi beban saja. Pasti orang yang menyelamatkanku pasti mempunyai maksud tertentu. Tidak ada untungnya dia membawaku.

Pada akhirnya seluruh pengorbananku sia-sia. Penderitaan yang kualami hanya demi kepuasan Trevor saja. 

Aku ingin mati. Aku tidak tahan dengan semua ini. Tidak bisa melakukan apa-apa karena semua kebodohanku. Seandainya saja waktu itu aku menanyai lebih lanjut pembunuh ayah mungkin aku akan mengetahui hal yang sebenarnya. Seandainya aku tidak setuju melakukan ritual transfer kekuatan sihir, aku tidak akan berakhir menyedihkan seperti ini.

Jika seandainya waktu terulang kembali, aku akan membalas semua perbuatan Trevor. Aku akan membuatnya menderita. Aku tidak akan memaafkannya. Aku akan membalas semua orang yang telah melukaiku.

Tiba-tiba, aku merasakan rasa sakit yang luar biasa di dadaku. Sepertinya ada yang tertusuk di sana dan darah yang keluar. Tubuhku terasa lemas. Aku sama sekali tidak bisa merasakan tangan dan kakiku. Kepalaku semakin kosong.

Setidaknya permintaanku terkabul. Dengan ini, aku tidak perlu menderita lagi.

Bab 3 Kembali

Cahaya memasuki mataku. Aku membuka mata. Aku bisa melihat. Kicauan burung terdengar di luar, aku bisa mendengar. Aku memprotkan parfum yang berada di meja rias. Aku bisa membau harumnya. 

"A..."

Aku memegang tenggorokanku, aku bisa berbicara. Aku mendekati balkon. Terlihat taman di kediaman Moonlight. Itu adalah pemandangan di luar kamarku.

Kenapa seluruh inderaku kembali? Apa aku sudah mati dan berada di surga? Terakhir kali aku merasakan rasa sakit yang luar biasa lalu tubuhku terasa lemas.

Terdengar suara ketukan pintu. Seorang pelayan masuk. Itu adalah pelayan yang meninggal tiga bulan setelah pemakaman ayahku.

"Airnya sudah siap, Nona," kata pelayan itu.

"Ternyata aku berada di surga," kataku berbicara sendiri.

"Jangan bicara seperti itu, Nona. Tolong menjauh dari balkon. Jangan berpikiran untuk menjemput Tuan yang telah berpulang seminggu yang lalu." 

Pelayan itu segera mendekatiku dan menarikku menjauh dari balkon. Apa katanya? Seminggu yang lalu ayahku meninggal? Kalau begitu aku kembali ke masa lalu?

Berarti permintaanku terwujud. Aku menyeringai. Ini adalah kesempatanku untuk membalas dendam pada semua orang yang telah menyakitiku di masa lalu. Aku tidak akan tertipu lagi.

"Jangan khawatir, aku tidak akan menjemput ayahku sebelum membuat pembunuh ayah menyesal."

Aku menjauh dari balkon. Pelayan itu memiringkan kepalanya. Bukannya pembunuh itu sudah ditangkap dan diadili dengan dibunuh? Semua itu terlihat dari wajahnya. Karena dia tidak bertanya lebih lanjut, aku tidak berniat menjelaskannya. 

Aku membersihkan diri dan segera mengeringkan rambut lalu berpakaian. Ini adalah awal yang bagus untuk memulai hari baru dan hidup baru.

Meskipun sebenarnya aku berharap kembali ke masa lalu sebelum ayahku meninggal. Aku akan memperingatkannya tentang rencana Trevor. Pasti ayahku akan mempercayai ucapan putrinya tersayang. Ayahku akan mendatangi Trevor menanyainya. Trevor akan menyangkalnya tetapi, ayahku tetap mempercayaiku. Lalu ayahku akan mengusirnya.

Semua itu hanyalah khayalanku belaka. Aku berharap bisa bertemu ayahku lagi. Tanpa sadar air mataku menetes. Aku segera mengusapnya. Aku harus kuat. Ayahku telah tiada. Hanya tersisa aku dan Trevor. Aku akan membalas perbuatannya. 

Suara pintu diketuk terdengar dan terbuka.

Aku menoleh ke arah pintu itu. Ternyata Trevor.

Wajah orang yang dulu kuhormati sekarang kubenci sepenuhnya hingga ingin membunuhnya. Aku tidak ingin melihat wajahnya.

Darahku naik ke ubun-ubun. Aku berusaha tidak langsung menyerangnya. Kematian yang cepat tidak pantas untuknya aku akan membalasnya perlahan untuk merasakan penderitaanku.

Dia terlihat gelisah. Pasti gara-gara pertemuan penyihir tidak berlangsung dengan baik. Dia pasti direndahkan lagi, lalu berkeluh kesah di hadapanku. Meratapi dan menyalahkan dirinya karena tidak mempunyai kekuatan sihir yang besar dan tidak pantas menjadi kepala keluarga. Semuanya adalah tipu daya untuk membuatku simpati terhadapnya. 

"Di pertemuan penyihir aku dihina lagi, Diana," keluh Trevor.

"Oh," jawabku singkat.

"Maaf kalau aku mengeluh terus Diana. Aku tahu kamu lelah. Aku juga merasa lelah karena diriku keluarga ini terus direndahkan."

Aku tidak menjawabnya dan memalingkan wajah dari Trevor. Baguslah kalau dia sadar.

Lalu wajahnya berubah cerah.

"Aku menemukan satu cara untuk memulihkan kembali keluarga kita."

Aku tahu apa yang ingin dia katakan.

"Dengan apa?"

"Transfer kekuatan sihir Diana."

Sudah kuduga. Ternyata ini adalah hari saat Trevor menceritakan tentang ritual transfer kekuatan sihir pertama kalinya. 

"Seorang penyihir bisa mentransfer kekuatan sihirnya kepada penyihir lain dengan meminum darahnya."

Aku sama sekali tidak tertarik. Kali ini aku tidak akan menuruti permintaannya. Untuk apa aku berkorban demi orang yang seperti dirinya.

"Lalu?"

"Bagaimana kalau kita melakukan ritual transfer sihir? Aku akan menerima transfer sihir darimu. Dengan begitu aku akan lebih kuat dan keluarga kita tidak akan diremehkan lagi."

"Ha... ha... ha..."

Aku tertawa cukup keras hingga memenuhi kamarku. 

"Diana?"

"Aku tidak mau," jawabku ketus sambil menatap tajam Trevor.

"Tolong pikirkan lagi Diana, ini semua semua demi keluarga kita."

Untuk keluarga atau untuk dirimu saja? Kau hanya mementingkan dirimu sendiri Trevor. Jika untuk keluarga kau tidak perlu membunuh ayah. Tidak perlu pula mengorbankan aku.

"Apa ada efek sampingnya?" tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Jangan khawatir tidak ada, Diana." Senyum Trevor berusaha menyakinkanku.

'Berhentilah berbohong Trevor. Aku tidak mempercayaimu.'

"Bukannya ada efek sampingnya? Orang yang memberikan kekuatan sihirnya akan kehilangan panca inderanya satu persatu," beberku.

Trevor terlihat terkejut. Pasti dia bingung kenapa aku bisa mengetahuinya. Itu semua dari mulutnya sendiri.

"Apa yang kubaca salah ya? Aku yakin tidak akan efek sampingnya. Cobalah dulu Diana, kalau memang ada efek sampingnya kita akan berhenti," pinta Trevor sambil memegang tanganku.

Aku menepisnya. Tanganku menjadi kotor karena telah disentuh Trevor.

"Aku tidak mau. Bersujudlah di hadapanku. Mungkin aku akan berubah pikiran." 

Sekalipun Trevor bersujud di hadapanku, aku tetap tidak berubah pikiran. Siapa orang bodoh yang mau menyerahkan nyawanya demi orang seperti itu?

"Apa kamu sudah gila Diana? Kenapa tiba-tiba seperti ini?"

'Aku seperti ini karena dirimu Trevor.'

"Aku masih waras. Lalu, aku berubah. Aku sudah membuka mataku lebar-lebar kalau kejatuhan keluarga Moonlight karena dirimu." Tunjukku pada Trevor.

Benar jika aku yang menjadi kepala keluarga, semuanya tidak akan berakhir seperti ini. Aku mempunyai kekuatan sihir lebih kuat daripada Trevor. Trevor yang tidak tahu diri sok-sokan menjadi kepala keluarga. Akibatnya keluarga Moonlight menjadi seperti ini.

"Apa kamu tidak percaya pada kakakmu lagi? Lalu panggilah aku kakak."

"Aku sudah tidak percaya lagi. Kekuatanmu sampai kapanpun tidak akan berkembang dan hanya akan merendahkan nama baik keluarga Moonlight."

Meskipun Trevor berlatih sekeras apapun kekuatan sihirnya tidak akan bertambah. Dia memang terlahir seperti itu. Memang naas tetapi bakat dari lahir yang menentukan jati diri seorang penyihir. Orang biasa yang berjuang keras tetap saja tidak bisa menjadi penyihir.

Trevor bersujud di hadapanku. Sangat rendahan sekali. Tidak punya harga diri. Aku bingung kenapa dulu sangat menghormatinya.

"Aku sudah bersujud sekarang mari kita lakukan transfer sihir."

"Bahkan setelah bersujud pun aku tidak berubah pikiran bagaimana?"

"Berhentilah berputar-putar dan turutilah aku sebagai kepala keluarga Diana!"

Sepertinya ucapanku membuatnya marah, tetapi aku malah senang. Aku akan membuatnya semakin marah lagi.

"Siapa yang kepala keluarga? Kau bukanlah kepala keluarga yang sah," sindirku.

"Aku adalah kepala keluarga yang sah. Buktinya adalah surat wasiat ayah. Di situ tertulis namaku. Jangan iri padaku, Diana."

Aku tidak iri padanya. Aku hanya mempertanyakan statusnya sebagai kepala keluarga. Di surat wasiat itu tertulis namaku bukan Trevor.

"Bisa saja itu dimanipulasi."

"Kau sudah keterlaluan, Diana."

Tangan Trevor terangkat ke atas. Dia hendak menamparku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!