NovelToon NovelToon

Ketika Rasa Itu Mulai Hilang

Tentang Zee

Namaku Zee Anastasia putri, umurku sekarang 27 tahun, dan aku sudah menikah, punya seorang anak perempuan yang sekarang sudah berumur 9 tahun, yang aku beri nama Bulan. Dan seorang suami yang bernama Satria Pratama yang sekarang berumur 31 tahun, hanya berbeda 4 tahun dengan ku, kami menikah di saat usia ku belum genap 18 tahun, dan umurnya sekitar 21 tahun.

Aku mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Zhea Anastasia Putri, umur nya sekarang 15 tahun, dan nama kami hanya berbeda di depan nya saja, sedangkan nama belakang kami sama.

Kedua orang tua ku bercerai saat aku SMP, dan saat itu adik aku masih kecil,karena jarak antara aku dan adiku ku cukup jauh yaitu 12 tahun, perasaan hancur meliputi perasaan ku, dan setelah perceraian itu, tak berlangsung lama kedua orang tuaku masing - masing menikah, hingga akhirnya kasih sayang mereka sudah mulai berkurang kepada kami, dan kami memutuskan untuk tinggal bersama nenek, orang tua dari ibu ku.

Sejak kecil kami memang sudah di asuh oleh nenek, karena ibu kami termasuk wanita karir, begitu pula dengan bapak.

Bapak memang terlau protektif kepada kami, jangankan untuk berpacaran, dekat dengan laki - laki saja tidak boleh, hingga waktu di bangku SMK kelas dua, aku belum mempunyai pacar.

Beberapa orang dari sahabat ku sudah mempunyai pacar, dan timbul rasa iri dan juga penasaran di benakku, rasanya pasti menyenangkan, karena ada seseorang yang mengasihi, menyanyangi, dan memperhatikan, begitulah pikiran ku, karena kasih sayang dari kedua orang tua sudah jarang aku dapatkan.

Dan tanpa di sengaja aku bertemu dengan Satria, saat itu dia tidak sengaja menabrak ku, karena aku jalan sembari melamun, dan ternyata Satria adalah orang yang tinggal satu kampung dengan ku.

Saat pertemuan tanpa di sengaja itu lah, aku mulai dekat dengan Satria, bahkan sangat jatuh cinta kepadanya, aku baru tau yang nama nya pacaran itu seperti apa, ternyata sangat menyenangkan.

Kami berpacaran diam - diam, tanpa sepengatahuan Bapak, karena kalau bapak tau, pasti bapak marah besar kepadaku.

Aku bahagia sekali, perhatian yang tidak aku dapat dari bapak dan ibu, kini aku dapat dari Satria, dan masuk dua bulan pacaran, Satria meminta ijin untuk meminta bibir ku, awalnya aku tidak mengerti, hingga akhirnya Satria melakukan nya, ciuman pertama ku dengan Sastria, Satria sangat lihai memainkan ciumannya, seperti orang yang sangat berpengalaman.

Dan karena ciumam itu, aku mulai merasa ketagihan, dan merasa sangat senang jika Satria kembali mencium bibir ku, padahal di dalam hati ku dan pikiran ku, selalu timbul rasa bersalah, salah karena melakukan ini, dan berbohong kepada Bapak dan ibu.

Tapi, saat bertemu dengan Satria, ia selalu melakukan itu kepada ku, tubuhku tidak bisa melawan, hati dan pikiran ku bertolak belakang dengan tubuhku, yang malah merasa candu dengan bibir Satria. Hingga saat ciuman itu mulai turun ke leher ku, dan kini tangan Satria mulai meremas buah dada ku.

Saat itu aku terpekik, dan mendorong Satria, aku pikir ini sudah kelewatan, dan aku tidak ingin itu terjadi. Namun, dengan kasih sayang nya, Satria membisikkan kata lembut di telinga ku, dan meyakinkan aku jika ini akan baik - baik saja, Satria hanya ingin membuktikan cintanya kepada ku.

Aku bodoh sekali, dengan percayanya aku mengganggukkan kepalaku, dan kembali menerima ciuman dari Satria, dan tangan Satria kembali meremas buah dada ku, dan tangannya mulai masuk dan menelusup kedalam baju ku, dan masuk kedalam Bra ku, dan seketika itu aku menggeliat kegelian saat Satria mulai memilin pu ting ku.

Dan malam itu, akhirnya aku memberikan semua nya kepada Satria, memberikan keperawanan ku kepada nya, dan hal itu terus berulang, hingga akhirnya aku hamil. Awalnya aku belum tau kalau aku hamil, namun saat aku magang di sebuah rumah sakit ternama di kota, aku mulai merasa ada yang aneh di tubuhku, aku sering mual dan muntah, dan perutku, teras keras di bagian bawah, aku tidak ingat kapan terakhir kali aku datang bulan, karena memang aku tidak memikirkan hal itu.

Aku mengabaikannya saja, hingga akhirnya tante ku yang bernama Wulan, mulai merasa ada yang aneh pada tubuhku, dan ia langsung memberi tahu kedua orang tua ku.

Terjadi kehebohan di dalam keluarga besar ku, tante segera mendatangi wali kelas ku, dan menjelaskan hal ini kepada wali kelas ku, karena kabar kehamilan ku belum beredar di sekolah, wali kelas menyarankan agar aku tidak turun dulu ke sekolah, dan ia akan membicarakan ini kepada kepala sekolah.

Karena takut bapak marah dan mungkin melakukan kekerasan kepada ku, aku sengaja di asingkan sementara di tempat nenek, orang tua dari bapak.

Aku merasa terkurung di sana, aku tidak di perbolehkan oleh nenek memegang ponsel, hingga komunikasi ku dengan Satria terputus. Aku hanya bisa menangis, dan sempat beberapa kali memukuli perutku, aku sangat menyesal, aku sudah menghancurkan hidupku sendiri.

Ibu datang menjenguk ku di tempat nenek, ibu hanya bisa menangis sembari memeluk diriku, begitu pula dengan ku, aku tidak henti - hentinya menangis dan mengucap kata maaf.

Ibu tidak marah kepadaku, bahkan menguatkan ku, dan ibu bilang jika dialah yang seharusnya minta maaf, karena selama ini tidak pernah memperhatikan ku, hingga akhirnya aku harus terjebak dalam hal ini. Ibu membawa ku ke dokter spesial kandungan, dan betapa terkejut nya aku dan ibu ketika mengetahui jika usia kandungan ku sudah tujuh bulan, hanya perlu dua bulan lagi, aku sudah melahirkan.

Sekitar seminggu setelah ibu menemui ku, orang yang selama ini aku tunggu datang, ya dia adalah Bapak, Bapak tidak marah kepadaku, dia datang, memeluk ku, menciumi wajah ku, aku bisa lihat kedua mata bapak yang memerah, dan aku tau jika saat ini Bapak pasti berusaha menahan air matanya.

Bapak tidak marah kepadaku, dan ia memberikan beberapa lembar uang untuk ku, agar aku bisa membeli makanan apa saja yang aku mau. Tapi ada satu kata yang membuat aku sedih, bapak berkata jika aku harus melupakan Satria, dan jangan lagi mengingatnya. Itulah pesan terakhir bapak ketika ia ingin pulang.

Aku kembali bersedih, dan menangis, bagaiamana aku bisa melupakan Satria, dan apa yang dimaksud oleh Bapak, apakah bapak akan memisahkan ku dengan Satria, dan bagaimana dengan anak yang ku kandung, anak ini adalah Satria, kepala ku rasa nya ingin pecah, aku tidak tau kedepannya seperti apa.

Dan tak lama kemudian, tante Wulan datang menjenguk ku, ia mengatakan jika semua permasalah telah usai, keluarga ku dan keluarga Satria telah bertemu, dan setuju akan menikah kan kami, tapi hanya menikah sirih, karena setelah aku melahirkan nanti aku masih akan di asingkan, karena setelah melahirkan aku akan kembali bersekolah, entah negosiasi apa yang di lakukan Bapak dengan kepala sekolah, hingga akhirnya aku masih bisa bersekolah di sana.

Aku senang mendengar berita dari tante Wulan, dan setelah pernikahan itu berlangsung, Bapak masih saja melarangku untuk bertemu Satria, karena Bapak sangat membenci Satria.

Namun,tante Wulan berusaha menyakinkan Bapak, bahwa saat ini suami lah yang aku perlukan sekarang, karena keadaan ku saat ini sedang mengandung, dan akhirnya Bapak pasrah, dan memperbolehkan Satria bertemu dengan ku, tapi rasa benci itu masih ada di hati Bapak.

Kesedihan yang ku alami beberapa bulan ini akhirnya mulai memudar, ya walaupun aku masih saja terus terkurung di rumah nenek, tapi aku senang karena Satria sering mengunjungi ku, dan memperhatikan ku.

Dan saat hari kelahiran itu tiba, semua keluarga berkumpul di rumah nenek, karena pernikahan dan kehamilan ku ini masih di rahasiakan, aku akhirnya melahirkan di rumah nenek, bukan di rumah sakit.

Aku menangis begitu mendengar suara tangisan bayiku, ya anak ku, seorang bayi perempuan yang cantik, dan aku berharap kelak ia akan membawa kebahagiaan untuk keluarga ku.

Dua minggu setelah melahirkan, aku langsung turun sekolah, semua teman - teman sekolah menatap ku dengan tatapan aneh, aku yakin jika saat ini mereka sedang bergosip tentang ku, tapi aku tidak peduli, dan untung saja, sahabat ku dengan welcome menerima kedatangan ku, aku memilki 10 orang sahabat, dan salah satunya juga ada yang laki - laki.

Mereka sudah tau semua tentangku, termasuk kehamilan, pernikahan, dan kelahiran anak ku.

Aku merasa beruntung sekali mempunyai sahabat seperti mereka.

Di sekolah wali kelasku mengajak ku berbicara empat mata, tubuhku rasa nya sudah bergetar, aku pikir wali kelas ku yang sudah ku anggap sebagai orang tua kedua ku ini akan memarahi ku, atau memberi kabar buruk kepadaku mengenai sekolah, namun ternyata tidak.

Bu Fatimah, wali kelas ku malah memeluk ku, ia bertanya mengenai kabarku dan juga anak ku, Bu Fatimah mengatakan jika ia sudah berusaha untuk menyakinkan kepala sekolah agar tetap menerima ku setelah melahirkan, itu juga sebenarnya melalui banyak pertimbangan, Bu Fatimah menyayangkan jika sampai aku putus sekolah di tengan jalan, karena hanya menunggu 6 bulan lagi, aku sudah lulus sekolah.

Dan setelah Dua bulan melahirkan, aku akhirnya lulus sekolah, aku bisa menerima ijasah ku, aku sangat bersyukur sekali, dan ini juga berkat Bapak, karena kata Bu Fatimah dan Tante Wulan, Bapak lah yang berusaha juga terus - terus an menemui kepala sekolah ku dan memohon agar Aku tetap bersekolah.

Setelah lulus sekolah, aku dan Satria mulai menampakkan diri, kami mulai mengurus surat nikah kami di pengadilan agama, dan juga mulai mengontrak rumah. Namun, saat itu ujian mulai datang, Satria tiba - tiba saja di pecat dari tempat kerjanya, padahal saat itu kami sangat butuh biaya.

Dan semenjak itu, perubahan sikap Satria berubah, ia mulai dingin dan sering bertindak kasar kepadaku, ya mungkin ia tidak siap menerima semua ini, atau mungkin aku baru melihat sikap dan sifat asli dari Satria yang sesungguhnya, karena sebenarnya aku hanya berapa bulan saja berpacaran dengan Satira, dan karena kebodohan aku itulah ini semua terjadi.

Tapi begitu kata pepatah, nasi sudah terlanjur menjadi bubur, aku baru menjalani nya, aku yakin Satira mencintaiku, begitu pula dengan ku, mungkin Satria hanya belum siap menikah, ya walaupun sebenarnya aku juga sama. Tapi aku harus tetap sabar dan berharap suatu saat nanti Satria akan berubah, dan kembali seperti yang dulu..

**Bersambung...

Haii... readers setia kuhh.. ini novel kedua aku setelah Janda muda Vs Duda tampan.. semoga kalian suka yah.. 😊

jangan lupa kritik dan sarannya.. karena itu pemyemangat aku buat terus melanjutkan kisahnya... 😘**

Tinggal di Rumah Ayah dan Ibu

Zee dan suami nya tinggal di sebuah kontrakan kecil yang tidak jauh dari tempat tinggal kedua orang tua nya dan juga kedua orang tua Satria, mereka semua masih berada dalam satu kampung.

Tok.. Tok.. Tok.. Zee beranjak dan bergegas membuka pintu Rumah.

" Biasa Zee, udah tiga bulan ni, kapan bayar kontrakan rumah "

Zee menghela nafas panjang, Zee harus kembali berhadapan dengan Bu Saidah, yang punya kontrakan rumah yang mereka tempati.

" Maaf ya Bu, tolong beri kami waktu lagi, soalnya Ibu tau sendiri kan kalau suami saya baru di PHK Bu "

" Aduh Zee, gimana ya? Ibu juga perlu soalnya ni Zee, lagian kenapa gak minta sama Bapak kamu aja sih Zee, pasti Bapak kamu kasih kan "

" Ya beda lah Bu, saya kan udah berumah tangga sendiri " ucap Zee.

Bapak Zee adalah orang yang cukup terpandang di sana, dan keluarga Zee sebenarnya orang yang cukup berada, apalagi keluarga dari pihak Ibu Zee, semua bisa di bilang orang kaya.

Tapi Zee tidak mau memanfaatkan itu semua, tidak mau Bapak dan Ibu nya tau kesulitan yang di hadapi keluarga nya sekarang, terlebih Zee juga masih punya suami yang memang seharusnya yang lebih bertanggung jawab kepada nya dan juga Bulan.

" Tolong ya Bu, beri waktu lagi, seminggu lah " mohon Zee.

" Baiklah, aku tunggu ya Zee, kalau kamu gak bayar - bayar, aku bakalan nagih ke Bapak kamu "

Zee mengeryitkan dahi nya,, ia kira Bu Saidah akan mengusir nya, ni malah bilang akan menagih uangnya kepada Bapak.

" Ibu Saidah, jangan gitu dong, tenang aja pasti aku bayar Bu "

" Oke.. Oke " ucap Bu Saidah, lalu pergi meninggalkan rumah Zee.

Zee kembali masuk kedalam rumah dan duduk di dekat jendela, sesekali Zee melirik ke arah Satria yang saat ini sedang asyik memainkan ponsel nya.

" Aku harus cari uang dimana? " batin Zee.

Zee beranjak dari duduk nya dan duduk di samping Satria, Zee akan mencoba membahas masalah ini, dan bertukar pikiran dengan Satria.

" Mas "

" Hmm "

" Mas, tadi Bu Saidah yang datang " sebisa mungkin Zee berbicara pelan dan sembari berpikir bagaimana caranya agar Satria mengerti apa yang ia bicarakan, dan tidak menyinggung perasaan nya yang akan membuat Satria marah.

" Terus kenapa? " tanya Satria yang masih fokus memainkan ponselnya.

" dari mana ya Mas kita bisa dapat uang buat bayar kontrakan, aku udah coba pinjem sama teman - teman aku, tapi gak ada yang bisa pinjemin Mas "

Satria berhenti memainkan ponselnya, ia menoleh, dan menatap Zee, aku bisa melihat kedua matanya yang memerah dan terlihat sangat marah. " Sepertinya aku salah ngomong " batin Zee.

" Kamu mau nyindir aku, kamu kan tau aku gak kerja, dari mana aku bisa dapat uang!!! "

Zee sebenarnya orang yang cengeng, baru di bentak begitu saja, sudah bisa membuat Zee menangis, karena kedua orang tua Zee tidak pernah membentak nya seperti yang Satria lakukan, kalau marah ia pasti pernah.

Sebisa mungkin Zee mencoba menahan air mata nya agar tidak jatuh, Zee mencoba menenangkan detak jantung nya yang berdegup kencang, Zee takut, ya takut melihat Satria seperti ini, padahal bukan hal baru buat Zee, sudah sering sekali Satria marah dan membentak nya, tapi Zee masih belum terbiasa, dan selalu ingin menangis jika Satria memperlakukan nya seperti ini.

" Maaf Mas, maksud ku bukan seperti itu "

" Lalu apa? gak usah pusing mikirin soal kontrakan rumah, minta tolong aja sama Bapak, pasti di kasih kan " ucap Suami nya yang persis sekali dengan yang Bu Saidah katakan.

Setelah mengatakan itu, Satria pergi, ia pergi dari rumah dan membanting pintu rumah. Setelah Satria pergi, Zee menangis. Air mata yang Zee coba tahan tadi akhirnya tumpah, Zee benar - benar gak kuat dengar Satria membentak nya seperti itu, bahkan mendengar Satria yang menyuruh nya untuk minta uang ke Bapak, rasanya hati nya sakit sekali.

Zee yang notabene adalah anak kandung Bapak aja malu jika harus meminta uang padanya, tapi itu berbeda dengan Satria, seharusnya Satria bisa lebih giat mencari pekerjaan agar bisa membayar kontrakan rumah, bukan nya marah kepada Zee dan malah menyuruh Zee untuk meminta bantuan ke Bapak.

Ceklek.. pintu rumah kembali terbuka, Zee segera menghapus air matanya, dan langsung masuk kedalam kamar, karena bersamaan Bulan menangis di dalam ayunan.

Satria kembali duduk di sofa, dan menonton televisi, seperti tidak merasa bersalah, ia bersikap biasa saja.

Karena Bulan sudah bangun, Zee berniat untuk ke Rumah Bapaknya, bukan untuk meminta bantuan untuk membayar kontrakan, tapi hanya ingin menenangkan diri, karena saat suami nya sedang marah begini, rasanya rumah begitu sesak bagi Zee, dan hawa panas begitu terasa.

" Mas, aku mau ke rumah bapak dulu " ucap Zee.

" Hmm " jawab Satria dingin.

Zee bergegas keluar dari rumah, begitu keluar rumah, Zee bisa bernafas lega, rasanya sudah tidak sesak lagi, dan Zee memacu sepeda motornya menuju ke kediaman Pak Bayu, Pak Bayu adalah bapaknya Zee.

" Assalamualaikum " sapa Zee begitu melihat ibu tirinya sedang duduk santai sembari sibuk memainkan ponsel nya.

" Waalaikumsalam "

Ibu tiri Zee hanya tersenyum kearah Zee, dan setelah itu kembali memainkan ponselnya.

" Bapak mana Buk? " tanya Zee.

" Biasa Zee di kantor "

Zee membuka gendongan yang melilit Bulan, saat ini Bulan sudah berusia 8 bulan, dan Zee mendudukkan Bulan dekat dengan Fatur, dan mengajak Fatur dan Bulan bermain.

Fatur adalah adiknya Zee, umurnya hanya berbeda 4 bulan saja dengan anak nya, karena saat ia hamil, ibu tiri Zee Juga hamil.

" Assalamu'alaikum " tak lama Pak Bayu datang, dan Fatur langsung menghambur pelukan kepada Bapak.

Bapak masuk kedalam, ia hanya tersenyum kepada Zee dan anaknya, lalu bercanda gurau dengan adiknya Zee.

" Seharusnya saat ini Bapak lebih fokus terhadap cucu, bukannya malah punya anak yang notabene hampir sama dengan anak ku " batin Zee.

Pak Bayu menikah dengan seorang wanita yang bernama Lidya, yang kini menjadi ibu tiri Zee, umur Pak Bayu dan Lidya terpaut jauh, Pak Bayu saat itu berumur 40 tahun, sedangkan Lidya berumur 21 tahun, hanya beda 4 tahun dengan Zee.

Awalnya Zee sempat protes saat Pak Bayu memperkenalkan Lidya kepadanya, karena Zee maunya Bapak nya itu mencari seorang istri yang umurnya hanya beda sedikit saja dengan Bapaknya, bukan terpaut jauh begini.

Tapi Zee tidak bisa berbuat banyak, namanya juga udah cinta, gak bisa di larang, dan Zee harus bisa berlapang dada menerima itu semua, dan selalu percaya jika ini memang takdir Allah yang terbaik untuk Zee dan juga keluarganya.

" Satria mana Zee? " tanya Pak Bayu.

" Ada di rumah Pak "

Saat ini hanya ada Zee, Pak Bayu dan juga Bulan, sedangkan ibu tiri dan adiknya Zee sedang berada di dalam kamar. Saat inilah biasanya waktu terbaik untuk Zee dan Pak Bayu saling bercerita, karena biasanya kalau ada Bu Lidya, Zee merasa sungkan untuk berbicara dengan Pak Bayu, begitu pula dengan Pak Bayu nya, mungkin ia juga punya pemikiran yang sama dengan Zee.

" Kontrakan kamu udah di bayar Zee? "

" Hmm.. sudah Pak " bohong Zee, padahal Zee terkejut saat ini karena Pak Bayu bertanya seperti itu.

" Apa Bapak tau kalau aku belum bayar kontrakan " batin Zee.

" Ni ambil Zee, untuk beli susu anak mu " Pak Bayu memberikan uang kepada Zee, dan terlihat cukup banyak karena tumpukan uang nya cukup tebal.

" Banyak sekali Pak, tapi Terima kasih " ucap Zee dan langsung menyimpan uang itu di kantong nya, ia tidak mau kalau sampai ibu tirinya melihat, Zee hanya merasa tidak enak.

" Zee, coba kamu tinggal di rumah Bapak dan ibu yang dulu, Rumahnya kan kosong Zee, lumayan kalian gak perlu bayar kontrakan "

" Boleh emang nya Pak? "

" Aneh kamu tu, ya boleh lah, rumah itu juga udah Bapak wariskan atas nama mu "

" Yang bener Pak, alhamdulillah, makasih Pak "

Zee senang sekali mendengarnya, ia jadi tidak harus pusing memikirkan uang kontrakan setiap bulan nya.

" Bapak juga lagi carikan kerjaaa buat Satria, ntar Bapak kabarin kalau ada "

" Iya Pak makasih " jawab Zee lirih, Zee kembali ingin menangis, ia bahagia karena Pak Bayu selalu ada buat nya, walaupun kadang cuek, tapi perhatian Pak Bayu luar biasa kepada nya dan juga Bulan.

" Kalau gitu Zee pulang ya Pak, mau kasih tau Mas Satria dulu "

Setelah menyalimi tangan Pak Bayu, Zee bergegas pulang, sepanjang jalan Zee menangis.

" Maafin Zee Pak, Zee gak bisa kasih apa - apa buat Bapak, Zee cuma bisa merepotkan Bapak " batin Zee, ia sedih karena belum bisa membahagiakan kedua orang tuanya.

Sampai di rumah, Zee sudah tidak menangis lagi, ia mencoba tenang dan mengajak Satria untuk berbicara.

" Mas "

" Hmm "

" Tadi di rumah Bapak, Bapak bilang kalau kita sebaiknya pindah ke rumah Bapak sama ibuk aku yang dulu Mas, jadinya kita gak perlu bayar kontrakan rumah "

" Ya terserah "

" kalau begitu Mas jaga Bulan sebentar ya, aku mau kerumah Bu Saidah Mas "

" Ngapain kesana? "

" Mau lunasin tunggakan kontrakan kita Mas, habis itu baru kita pindah "

" Kamu dapat uang dari Bapak? " seketika wajah Satria berubah.

" Iya Mas "

" Berapa? " tanya Satria sembari tersenyum kepada Zee, Satria memang seperti itu, jika tau Zee sedang ada uang, Satria pasti bersikap manis kepada Zee.

" Dikit aja kok Mas, tapi cukup buat bayar kontrakan Mas "

Satria langsung mendekati Zee, dan memeluk Zee, Zee sudah bisa menebak sikap aneh Satria ini, pasti ingin meminta uang yang Pak Bayu berikan kepada Zee tadi.

" Kalau ada lebihnya Mas minta ya? "

" Mas Satria ni benar - benar sakit kayaknya, dia lupa ya kalau dia tadi marah - marah dan ngebentak aku, bukannya minta maaf, tapi malah bersikap seperti tidak terjadi apa - apa " batin Zee.

" Iya Mas " ucap Zee lalu pergi dari rumah.

Setelah dari rumah Bu Saidah, Zee memilih langsung pulang, dan di Rumah Satria sudah menunggunya.

" gimana? ada lebihnya kan " tanya Satria.

" Ada Mas "

Zee mengeluarkan sisa uang yang ada di sakunya, sisa lima ratus ribu rupiah, dan ia memberikan seratus ribu kepada Satria.

" Lagi dong sayang, Mas mau baikin motor kita tu, udah lama gak di servis "

" Tapi Mas, ini sisanya buat kita makan terus juga buat beli susu Bulan "

" Tambah dua ratus lagi Zee, sisanya masih cukup kok buat makan dan beli susu bulan, kalau ntar motor tiba - tiba macet gimana ? ntar kalau Mas ada panggilan kerja, Mas mau pake apa kerja nya " Satria pintar sekali mengambil hati Zee, kalau sudah ada mau nya begini, Satria baik sekali kepada Zee.

karena tidak mau ribut, Zee memberi dua lembar lagi uang seratus ribuan kepada suaminya, dan senyum mengembang di wajah Satria. Zee merutuki dirinya sendiri, ia menyesal karena seharusnya tadi ia tidak mengeluarkan semua uang nya di depan Satria, dan menyimpan beberapa lembar untuk dirinya sendiri, dan karena itu jadilah seperti ini, hanya dua ratus ribu yang Zee pegang saat ini, dan itu membuat Zee harus berpikir keras memutar uang itu agar cukup untuk membeli susu Bulan, dan juga makan mereka, paling tidak untuk seminggu atau dua minggu.

" Makasih ya " ucap Satria sembari tersenyum kepada Zee.

Dan setelah dua hari berkemas, Zee, Suami beserta anaknya pindah ke rumah Bapak dan Ibu nya dulu, Zee lelah sekali karena harus mengerjakan semuanya sendiri, mulai dari beberes rumah yang ada di kontrakan nya, dan juga membersihkan rumah nya sekarang, semua ia lakukan sendiri, Satria tidak peduli dengan apa yang ia kerjakan.

**Bersambung...

jangan lupa kritik dan sarannya nya teman - teman.. 😊

jangan lupa like, dan vote nya juga.. 😘😘**

Satria Berbohong

Setelah mendapat ijin dari suaminya, dan semua pekerjaan rumah beres, Zee bersiap menuju rumah nenek,orang tua dari ibu Zee, besok akan di adakan haulan 100 hari meninggalnya kakek Zee, dan rencananya Zee akan kesana untuk membantu, ya walaupn sebenarnya begitu sampai di sana gak banyak yang Zee bisa lakukan karena ia pasti lebih fokus menjaga bulan, kecuali bulan sudah tidur barulah Zee bisa leluasa membantu nenek dan juga tante - tante nya yang ada di sana.

" Mas, aku pergi ya " pamit Zee kepada Satria yang masih tertidur, padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

" Hmm.. ya pergi aja sana " ucap Satria dengan suara serak.

Zee menghela nafas panjang melihat kelakuan suaminya, begitulah Satria, bukannya bangun pagi malah molor terus setiap harinya, walaupun gak ada kerjaan paling tidak membantu Zee membersihkan rumah saja itu sudah lebih baik, dan Zee sangat senang sekali jika Satria mau membantu nya, tapi itu hanya di angan - angan Zee saja.

" Baik Bulan, kita berangkat " ucap Zee sembari tersenyum kepada anaknya bulan yang ada di dalam gendongan nya.

Rumah nenek Zee tidak terlalu jauh, karena masih satu kampung dengan Zee, hanya sepuluh menit saja Zee sudah sampai di rumah nenek.

" Assalamu'alaikum " sapa Zee

" Waalaikumsalam " sapa Tante Wulan, adik dari ibu Zee yang tinggalnya juga masih satu kampung dengan Zee, sedangkan ibu Zee tinggal di kampung lain yang jaraknya lumayan jauh, karena ibu Zee harus mengiringi suami nya yang tinggal di sana, ya ayah tiri Zee maksudnya, dan kebetulan ibu Zee juga bekerja di sana.

" Wah.. ada bulan.. sini sama onty " ucap Zhea, Zhea langsung saja meraih Bulan yang ada di gendongan Zee, dan mengajak Bulan bermain.

Zee langsung kedapur, dan melihat nenek yang sedang sibuk mengupas bawang, Zee meraih pisau yang ada di samping nenek dan ikut membantu nenek mengupas bawang, dan ada tante Wulan juga yang ikut membantu.

" Suami kamu mana Zee? " tanya Tante Wulan.

" Ada Tan "

" Besok suruh dia ke sini Zee, bantuin orang - orang, udah sering kali kita bikin acara tapi suami kamu gak datang, emangnya kenapa sih Zee? "

Zee bingung harus jawab apa, gak mungkin dia bilang kalau sebenarnya memang Satria yang gak mau datang, dan selalu menolak jika Zee mengajak nya.

" Mas Satria nya lagi sibuk Tan, kadang saat acara tu Mas Satria kebetulan ada kerjaan dadakan, kadang suka di ajak sama temannya ngebantu pindahan rumah, kadang juga di ajak temannya bantu - bantu di bengkel Tan " Zee terpaksa bohong, demi menjaga nama baik suaminya.

" Oh gitu " ucap tante Wulan singkat.

" Kak, Bulan nangis " panggil Zhea, dan Zee bergegas menemui Bulan dan menidurkan Bulan di kamar Zhea.

Zee membuatkan susu untuk Bulan, lalu menaruh Bulan di dalam ayun. Sembari mengayun kan Bulan, Zee melamun dan memikirkan kebohongan yang ia buat tadi kepada Tante Wulan, dan bukan hanya tante Wulan, ada neneknya juga yang ada disana.

" Maafin Zee ya Tan, Zee terpaksa bohong, ya Allah maafkan Zee, Zee bingung harus bagaimana, terpaksa Zee harus begitu Ya Allah " batin Zee.

Setelah Bulan tertidur, Zee meminta Zhea untuk menemani Bulan tidur, dan Zee kembali membantu nenek dan Tante nya memasak di dapur.

Hampir seharian Zee di rumah nenek, dan menjelang sore hari Zee pulang, untung saja Zhea tidak masuk sekolah hari ini, jadi ada yang menjaga Bulan sehingga Zee bisa lebih leluasa membantu nenek dan tante nya.

" Zee ni di bawa pulang Cu " Nenek memberikan Zee kantong plastik yang berisi makanan yang tadi sudah selesai di masak, Nenek Zee memang sangat perhatian kepada Zee, bukan hanya Zee tetapi kepada semua cucu - cucu nya.

Dan setelah berpamitan, Zee bersiap pulang, namun di tengah perjalanan sepeda motor Zee tiba - tiba mogok.

" Lo kok mogok " batin Zee, Zee mencoba mengecek tangki bensin, tapi isinya masih penuh, Zee kembali mencoba menyalakan sepeda motor nya tapi tetap tidak mau menyala.

Karena tidak membawa ponsel, Zee terpaksa harus mendorong sendiri sepeda motor nya hingga sampai ke bengkel, ia tidak bisa meminta tolong Zhea atau menghubungi suaminya.

" Zee sepeda motornya kenapa? " tanya beberapa orang yang melihat Zee mendorong sepeda motornya sembari menggendong Bulan, ya mereka hanya bertanya tapi tidak berniat membantu Zee.

Dengan susah payah Zee mendorong sepeda motornya hingga sampai ke bengkel, setelah sampai sepeda motornya di cek oleh tukang bengkel, ternyata sepeda motor Zee kehabisan oli, padahal Zee ingat jika suaminya baru saja seminggu lalu mengganti oli, dan kata Satria waktu itu motor sudah beres di servis.

" Yang bener habis Bang, padahal baru seminggu di ganti Bang "

" Liat ni neng, udah habis betul, kalau baru seminggu di ganti mah gak mungkin kering begini " ucap Bang Jek montir di bengkel itu.

" Kalau udah gitu bisa hidup lagi gak Bang? terus biaya nya berapa Bang? " tanya Zee.

" Bisa Zee, tapi biaya nya cukup mahal, ya sekitar satu jutaan lah, karena ini oli nya kering banget, udah ngikis ke mesin nya Zee " jelas Bang Jek.

Kedua mata Zee membulat begitu mendengar biaya perbaikan motornya satu juta, Zee tidak punya uang sebanyak itu.

" Mau di baikin gak ni neng? kalau mau di baikin lama baru selesainya neng, Neng Zee pulang aja dulu ke rumah "

" Hmm.. nanti aja deh ya Bang, Zee mau tanya ama suami Zee dulu "

" Ya udah, kalau gitu ntar abang suruh teman abang buat antar sepeda motor kamu kerumah, biar kamu ntar abang antar pulang, kasian kamu Zee kalau harus dorong sepeda motor sendirian sambil gendong anak gitu "

" Makasih ya Bang, maaf ngerepotin "

Bang Jek mengantar Zee pulang, sedangkan sepeda motor Zee sudah terlebih dahulu sampai di rumah Zee.

Zee mencoba menahan air matanya, Satria tega berbohong kepadanya, uang yang waktu itu Zee beri kepada Satria, bukan untuk servis sepeda motor mereka, entah untuk apa, hati Zee sakit sekali, belum lagi memikirkan biaya perbaikan sepeda motornya.

" Baru pulang? gak liat ini sudah mau malam " ucap Satria.

Zee hanya diam, ia malas menjawab pertanyaan dari Suaminya, ia kesal sekali dengan suaminya itu.

Zee lewat begitu saja di depan Satria, dan membawa Bulan ke kama yang sudah tertidur, dan perlahan membaringkan Zee di tempat tidur.

Setelah itu Zee berniat untuk mandi, namun Satria meraih lengannya, dan Zee bisa melihat wajah amarah dari Satria.

" Aku nanya sama kamu, kamu dari mana Hah? " bentak Satria.

Zee menarik nafas panjang, seharusnya dia yang marah saat ini, bukan nya Satria, dan seharusnya Satria bisa bertanya baik - baik.

" Motor mogok, kehabisan oli, makanya baru sampai " ucap Zee dingin.

Mendengar ucapan Zee, wajah Satria berubah datar, dan ia melepas genggaman tangannya dari Zee, kemudian kembali duduk di sofa.

" Kamu bawa makanan gak? aku lapar nih "

Zee sudah gak tahan, kedua air matanya pun tumpah, ia tidak habis pikir dengan apa yang ada dengan diri suaminya ini.

" Motor mogok Mas, oli nya habis, kenapa bisa Mas? bukannya seminggu lalu Mas bilang servis motor "

" Ya memang sudah, tapi oli yang biasa buat motor kita itu kosong di bengkel, jadinya gak di ganti "

" Ya, terus tadi Bang Jek juga bilang kalau banyak yang rusak di motor kita, rem belakang nya habis, kalbulator kotor, penyaring debu nya juga belum di bersihkan, terus kenapa masih gitu Mas, berarti gak di servis kan sama Mas Satria, terus uangnya kemana? " jelas Zee, Zee ingat sekali bagaimana tadi Bang Jek memberi tahu Zee bagian - bagian sepeda motornya yang juga mengalami kerusakan sepanjang perjalanan pulang.

" Aku pakai buat traktir temen " jawab Satria santai.

" Traktir temen Mas? Mas gak tau akibat nya apa? motor kita mogok Mas, dan butuh biaya banyak untuk ngebaikin nya "

" Ya gak usah di baikin dulu, ntar kalau ada uangnya baru di baikin " Satria menjawab dengan santai sekali.

" Jangan banyak tanya, cepat siapin aku makan, aku lapar "

" Aku mau mandi Mas " ucap Zee kesal dan langsung masuk ke kamar mandi.

Satria kesal mendengar bantahan dari Zee, dan ia segera bangkit dari duduknya, menuju dapur, mengambil piring dan gelas, memasukkan nasi dan menuang makanan yang tadi di bawa Zee kedalam wadah. Satria membuka pintu lemari piring dengan keras, kemudian menutup nya juga dengan keras, lalu menaruh piring di meja juga dengan suara keras seperti di banting, begitulah Satria jika ia marah, semua barang di rumah pasti ingin di banting olehnya, untung ajaa Zee sudah masuk ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Zee diam sembari menangis, Zee berusaha menahan isak tangis nya, Zee berusaha menahan rasa sakit di hatinya, seharusnya ia yang marah kepada Suami nya itu, tapi malah sebaliknya, dan kali ini pertama kalinya Satria berbohong kepadanya.

Bersambung...

Jangan lupa kritik dan sarannya ya readers.. 😊

jangan lupa juga like dan vote nya 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!