NovelToon NovelToon

Aku Bukan Pengganti

Episode 1

Alana menatap bangunan tinggi menjulang dihadapanya. Gadis yang baru genap berusia 22 tahun itu menghela napas. Didalam bangunan mewah itu ibunya tinggal. Namun bukan sebagai tuan rumah, melainkan menjadi seorang pelayan. Yang Alana tau ibunya sudah sangat lama bekerja di tempat mewah itu, mungkin sudah lebih dari 20 tahun karna sejak Alana masih duduk di bangku sekolah dasar pun ibunya sudah bekerja ditempat tersebut.

“Ibu.. Mulai sekarang ibu sudah tidak perlu lagi bekerja disini..” Gumam Alana tersenyum penuh arti.

Alana hendak memencet tombol bel disamping gerbang menjulang tinggi itu saat tiba tiba ada yang membekapnya dari belakang. Kedua mata Alana terbelalak terkejut. Namun saat hendak memberontak tiba tiba Alana kehilangan kesadaranya.

“Bawa dia masuk.”

“Baik tuan.” Angguk dua orang berseragam serba hitam menuruti apa kata tuan mereka.

Tubuh lemas Alana di bawa masuk ke dalam rumah mewah berlantai tiga itu. Sedang Rayan Gilbert, tuan muda di rumah itu melangkah dengan santai mengikuti dari belakang para orang suruhanya yang membawa tubuh lemas Alana masuk ke dalam kediaman mewahnya.

“Tuan.. Saya mohon tuan jangan apa apakan anak saya.. Dia..”

Sari berhenti memohon saat Rayan mengangkat tangan kananya menyuruh agar Sari berhenti bersuara.

“Anakmu akan menjadi nyonya di rumah ini. Apa yang kamu khawatirkan?” Tanya Rayan dengan tatapan dinginya.

Sari mendadak membisu. Alana, gadis itu bukanlah anak kandungnya. Alana adalah anak dari madunya yang meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun silam bersama suaminya. Namun, Sari sudah menganggap gadis itu seperti anaknya sendiri. Sari menyayanginya layaknya menyayangi anak yang dilahirkan dari rahimnya sendiri. Meskipun memang Sari pernah mempunyai niat ingin membuang Alana dulu, tapi toh akhirnya segalanya Sari lakukan demi gadis itu bisa mencapai segala apa yang di inginkanya.

“Tuan tapi..”

“Sudahlah lebih baik sekarang kamu ikuti dia. Kamu akan mendapatkan apa yang seharusnya kamu dapatkan.”

Rayan melenggang masuk ke dalam rumah mewahnya setelah berkata. Pria itu dengan gampang menyuruh Sari pergi sedang Alana dia bawa masuk ke dalam kamarnya.

Sari mematung di tempatnya berdiri. Putrinya dalam bahaya, tapi Sari tidak bisa berbuat apa apa. Melawan tuan muda itu hanya akan membuatnya mati sia sia tanpa sedikitpun hasil.

Tintiiiiinn...

Sari tersentak saat supir yang juga adalah rekan kerjanya membunyikan Klakson. Pak Lim biasa pria baya itu di sebut. Dia adalah supir pribadi Rayan yang selalu setia mengawal kemanapun tuan mudanya pergi.

“Sudahlah, kamu tidak usah khawatir. Alana, dia akan bahagia menjadi istri tuan Rayan.”

Sari hanya bisa diam dan meneteskan air matanya. Sari tau putrinya sudah memiliki kekasih. Alana bahkan sudah menyiapkan masa depanya dengan pria yang di cintainya.

“Toh kamu juga mendapat segalanya Sari. Kamu mendapat rumah juga tanah. Sudahlah, nikmati saja apa yang kamu dapat. Kamu hidup berkecukupan, putrimu menjadi nyonya muda Gilbert. Kurang apa lagi coba?”

Sari menggelengkan kepalanya. Sari menyesal karna meminta izin berhenti dari profesinya pada Rayan. Sari menyesal memberitahukan bahwa Alana akan menjemputnya siang ini. Sari juga menyesal karna memajang photo Alana di kamarnya. Alana, entah kenapa putrinya bisa begitu mirip dengan mendiang calon nyonya muda di keluarga kaya raya itu.

-----

Alana meringis ketika merasakan pening di kepalanya, gadis itu perlahan membuka kedua matanya namun cahaya terang lampu membuatnya harus kembali memejamkan kedua matanya untuk beberapa detik.

“Dimana aku?” Gumamnya bertanya tanya.

Alana kembali mencoba membuka kedua matanya pelan pelan. Pandanganya langsung menyapu ke seluruh ruangan dimana sekarang dirinya berada. Ruangan luas dengan gaya elegan bernuansa coklat susu. Alana mengeryit. Seingatnya Alana berada didepan kediaman mewah tempat ibunya bekerja tadi. Tapi sekarang tiba tiba dirinya berada di dalam sebuah kamar yang Alana sendiri tidak tau kamar siapa.

Ceklek

Suara pintu yang terbuka mengejutkan Alana. Alana menoleh dengan cepat dan terkejut saat melihat 4 orang pelayan masuk ke dalam kamar tersebut.

“Kalian...” Alana mengenal wajah mereka, mereka adalah rekan kerja ibunya.

“Dimana ibuku?” Tanya Alana langsung. Alana yakin mereka pasti tau dimana ibunya sekarang.

Ke 4 pelayan itu saling menatap sesaat kemudian menghela napas.

“Nyonya.. Tuan sudah menunggu anda di bawah.”

Alana melongo. Mereka memanggilnya dengan sebutan nyonya.

“Kalian bercanda ya? Mana ibuku?”

Tidak ada jawaban dari para pelayan itu. Mereka hanya diam dengan tatapan iba pada Alana seolah Alana akan di hukum mati setelah itu.

Melihat itu Alana berdecak. Alana tidak salah mengenali wajah wajah pelayan itu. Alana selalu mengingat apapun dengan baik. Apa lagi Alana juga sering bertegur sapa dengan mereka saat menemui ibunya dihari libur.

“Nyonya sebaiknya anda segera turun. Tuan akan marah nanti jika nyonya terlalu lama membuatnya menunggu.”

Alana tertawa merasa sangat lucu dengan apa yang di katakan oleh rekan kerja ibunya. Mereka selalu memanggilnya nak bukan nyonya. Tapi sekarang bahkan mereka bersikap begitu formal padanya.

“Lelucon apa ini? Kalian memanggilku nyonya lagi? Hah.. Cukup.”

Alana berhenti tertawa. Sekarang yang terpenting adalah ibunya.

“Dimana ibuku?” Tanyanya lagi.

“Ibumu ada di tempat yang seharusnya.”

Alana mengerjapkan beberapa kali kedua matanya. Yang menjawab pertanyaanya adalah seorang pria, bukan salah satu dari ke 4 pelayan itu.

Alana terkejut saat melihat sosok tinggi seorang pria tampan muncul di belakang ke 4 rekan kerja ibunya. Alana menelan ludahnya. Alana tidak bodoh, Alana tau siapa pria tampan itu.

“Kalian boleh keluar.”

4 Pelayan itu mengangguk kompak kemudian keluar dari kamar itu meninggalkan Alana hanya berdua dengan Rayan.

“Tuan..”

“Rayan, panggil saja aku Rayan.” Selanya terus melangkah mendekat pada Alana yang terpaku di tempatnya berdiri.

“Begini Sakura..” Rayan tiba tiba berhenti bersuara. Pria itu diam begitu sampai tepat di depan Alana.

“Siapa namamu?” Tanyanya kemudian.

Alana tidak langsung menjawab. Alana sering melihat Rayan dari kejauhan. Alana juga tidak memungkiri bahwa Rayan adalah pria yang sangat tampan bahkan lebih tampan dari kekasihnya.

“Nama saya Alana tuan.. Eemm maksud saya Rayan.”

Rayan tersenyum. Alana memang sangat mirip dengan mendiang calon istrinya, Sakura.

“Sebut namaku sekali lagi.” Titahnya.

Meskipun bingung namun Alana tetap menuruti.

“Rayan..”

“Bagus. Mulai sekarang kamu tinggal disini bersamaku Alana. Kamu akan menjadi istriku.”

Kedua mata Alana melebar. Gadis itu mengira semuanya hanyalah mimpi namun saat Alana mencubit lenganya Alana merasakan sakit yang artinya apa yang terjadi sekarang adalah nyata.

“Tuan tapi..”

Belum sempat Alana menyelesaikan ucapanya Rayan sudah melenggang keluar dari kamar itu. Rayan juga menutup dan mengunci pintu kamar tersebut berjaga jaga agar Alana tidak pergi dari rumahnya.

“Kalian semua, pastikan dia tidak keluar dari rumah ini.” Katanya pada para pelayan juga body guard yang bekerja padanya.

“Baik tuan.”

Episode 2

Pesta pernikahan yang begitu meriah membuat Alana benar benar tidak bisa berbuat apa apa. Gadis itu tidak tau apa yang terjadi sebenarnya. Ibunya tidak ada dirumah itu dan dirinya tiba tiba harus menikah dengan tuan muda pemilik rumah tersebut yang tidak lain adalah majikan dari ibunya sendiri. Tapi yang membuat Alana heran adalah adik dari ayahnya datang sebagai walinya namun itu tidak lama karna setelah selesai menjadi walinya omnya itu langsung menghilang entah kemana.

“Apa apaan ini? Kenapa aku harus menikah dengan laki laki yang bahkan tidak pernah ku kenal?” Batin Alana terus merutuk.

Alana bukan gadis bodoh. Alana tau apa yang akan terjadi jika dirinya memberontak. Banyak body guard di rumah itu. Kabur juga akan sia sia. Apa lagi melihat tampang para body guard itu yang seperti para preman. Alana yakin melangkah sedikit saja kakinya pasti akan di patahkan dengan kejam oleh mereka.

Pesta telah usai, para tamu undangan juga telah membubarkan diri. Dan sampai sekarang Alana belum juga menemukan ibunya.

“Ya tuhan.. Dimana ibu.. Apa mungkin tuan muda itu sudah membunuhnya dan menjadikanya tumbal pesugihan?”

Alana menangis dalam diam. Dengan mengangkat gaun pengantinya gadis itu terus melangkah mencari keberadaan ibunya. Alana tidak perduli dengan tatapan para pelayan juga body guard yang mungkin menganggapnya tidak sopan karna berlalu begitu saja meninggalkan Rayan. Toh pria itu juga tidak perduli, pikir Alana.

“Sakura.”

Suara berat Rayan membuat langkah Alana terhenti. Alana menoleh dan mendapati Rayan sudah berada di belakangnya.

“Nama saya Alana, bukan Sakura.” Tatap Alana berani.

Sekarang sudah tidak ada lagi tamu undangan. Tidak ada juga para body guard sangar di sekitarnya dan Rayan. Alana merasa tidak takut dan harus melawan pria di depanya.

“Baiklah Alana, Aku mencintaimu.”

Kedua mata Alana membulat sempurna. Pria yang tidak pernah di kenalnya dan mungkin juga tidak mengenalnya tiba tiba menyatakan cinta padanya.

“Aku akan mempertemukanmu dengan ibumu. Tapi kamu harus berjanji padaku.”

“Dimana ibu saya?”

Rayan tersenyum. Pria itu merasa menemukan sesuatu yang sangat berharga sekarang. Rayan mempunyai alasan kuat untuk menahan agar Alana tetap berada di sisinya.

“Berjanjilah padaku Sakura.”

“Saya bukan sakura tuan !” Tekan Alana menatap tajam pada Rayan.

Rayan mendesis pelan. Wajah Alana benar benar sangat mirip dengan kekasih tercintanya. Mereka bak pinang di belah dua. Rayan bahkan berpikir mungkin mereka adalah saudara kembar yang terpisah saat masih bayi.

“Baiklah, Alana.. Berjanjilah padaku untuk tetap berada disisiku. Dengan begitu ibumu akan aman.”

“Anda mengancam saya?” Kedua tangan Alana mengepal erat. Ingin sekali gadis itu mengeluarkan jurus andalanya yang dia pelajari pada guru pencak silatnya untuk menyerang Rayan sekarang juga.

“Aku tidak mengancam. Aku hanya memberikan pilihan padamu. Patuh menjadi istriku atau pergi dengan ibumu yang tidak akan baik baik saja.”

Alana menggeleng. Ibunya pernah mengatakan Rayanza Gilbert adalah tuan muda yang sangat murah hati. Dan Alana mempercayai itu. Tapi sekarang Alana berhadapan sendiri dengan Rayanza yang menurut Alana sangat berbanding terbalik dengan cerita ibunya. Rayanza bukan pria yang murah hati tapi pria yang kejam, arogan, juga tidak berperasaan.

“Bagaimana Sakura? ah Alana maksudku..”

Alana menyipitkan kedua matanya. Alana merasa ada sesuatu yang membuat Rayan selalu memanggilnya dengan sebutan Sakura.

“Aku harus mencari tau siapa itu Sakura.” Batinya penuh tekad.

“Alana.. Aku bukan orang baik yang bisa menawarkan perjanjian padamu dua kali. Jadi jawablah sekarang.”

Alana tersenyum sinis. Rayan sangat pemaksa dan semaunya sendiri.

“Baik. Tapi dengan syarat.” Jawab Alana berani.

Rayan mengangkat sebelah alisnya. Pria tampan itu tertawa merasa lucu dengan kata syarat yang di lontarkan oleh gadis yang baru saja sah menjadi istrinya itu.

“Lelucon apa ini? kamu berani mengajukan syarat padaku? Apa itu tidak terbalik? Harusnya aku yang memberikan syarat padamu.”

Alana diam dengan tatapan tetap tertuju pada Rayan. Entah kenapa mendadak Alana merasa ciut melihat ekspresi wajah Rayan. Pria itu ber aura kejam seperti seorang pembunuh sekarang.

“Tapi karna kamu berjanji akan menjadi istri yang patuh dan baik untukku syarat apapun tidak masalah. Ajukan saja.” Katanya kemudian dengan senyuman.

Alana terpaku melihat senyuman manis yang terukir di bibir tipis Rayan. Pria itu sangat luar biasa tampan saat tersenyum. Namun kemudian Alana sadar. Pria di depanya bukanlah pria yang pantas untuk dia kagumi. Rayanza harus Alana waspadai.

“Saya akan tuliskan nanti beberapa syaratnya. Sekarang tunjukan dimana kamar saya.”

Rayan diam sesaat kemudian kembali tertawa. Alana, gadis yang begitu sangat mirip dengan kekasih hatinya. Alana juga adalah gadis pertama yang berani memerintahnya.

Para pelayan yang mendengar nada memerintah Alana pada Rayan langsung menutup wajahnya menggunakan kedua tangan. Rayanza adalah pria arogan yang tidak mengenal kata ampun.

“Baiklah. Mari istriku.” Kata Rayan mengulurkan tanganya pada Alana.

Alana tersenyum sinis menatap tangan Rayan yang mengudara. Tanpa sedikitpun niat untuk menerima uluran tangan Rayan, Alana melipat kedua tanganya di bawah dada.

Rayan yang melihat itu semakin merasa tertantang. Rayan merasa Alana sangat berbeda.

“Oke.. Ikuti aku.” Kata Rayan kemudian melangkah.

Alana mengedarkan pandanganya. Disana ke 4 pelayan yang adalah rekan kerja ibunya juga berada disana. Mereka seperti sedang menonton pertunjukan saat menatapnya dan Rayan.

Alana berlalu dengan mengangkat tinggi gaun pengantin warna putih tulangnya. Gaun tanpa lengan yang begitu pas membalut tubuh langsingnya. Gaun yang juga membuat semua orang menatap takjub padanya saat pesta resepsi pernikahanya berlangsung tadi. Gaun yang juga Alana yakini sangat mahal harganya.

“Tuhan.. Jika memang ini hanya mimpi tolong bangunkan hamba..”

Rayan melangkah pelan di depan Alana. Pria itu membawa Alana untuk lebih dulu melihat setiap sudut rumah mewahnya seolah sedang menunjukan apa yang dia punya pada Alana. Dan apa yang Rayan lakukan berhasil membuat Alana merasa sangat kesal.

“Sampai.” Kata Rayan saat mereka sampai di depan pintu bercat coklat gelap yang begitu kokoh dengan kilatan yang menunjukan pintu itu benar benar bersih tanpa sebutirpun debu yang hinggap disana.

Alana menghela napas kesal. Tanpa berkata apapun pada Rayan, Alana masuk dan membanting keras pintu tersebut menutupnya tepat di depan wajah Rayan.

“Sakura...” Gumam Rayan menatap pintu kamar pengantinya dengan Alana.

Rayan menahan napasnya sesaat kemudian menghembuskanya dengan kasar. Alana seperti Sakura di matanya. Tapi Alana berbeda. Alana tidak lemah lembut seperti Sakura. Alana juga sepertinya tidak penakut seperti Sakura yang akan menjerit jika melihat seekor kecoa di dekat sepatu favoritnya. Dan detik itu juga Rayan sadar, Alana bukanlah Sakura kekasihnya. Alana adalah putri dari pelayan setianya.

Episode 3

Rayan mengeryit membaca selembar kertas dimana tulisan tangan Alana berjejer rapi disana. Alana baru saja memberikanya.

“Pokonya tuan harus..”

“Tidak perlu tuan. Kamu istriku. Rayan saja.” Sela Rayan melirik Alana yang berdiri di samping ranjang pengantin mereka. Alana, gadis itu sudah mengganti gaun pengantinya dengan piyama berlengan pendek milik Sakura. Begitu pas dan persis seperti Sakura menurut Rayan.

“Oke, Rayan. Anda harus memenuhi semua syarat itu jika ingin saya menjadi istri yang patuh dan baik.”

Rayan tersenyum miring. Pria itu memainkan selembar kertas yang sedang di pegangnya kemudian bangkit berdiri dari duduknya di sofa tunggal yang berada di seberang ranjangnya tepat di depan jendela kaca besar. Mungkin lebih pantas di sebut sebagai tembok kaca dari pada jendela.

“Dengar Sakura.. Eemm.. Maksudku Alana, istri yang patuh dan baik itu istri yang bersedia melayani suaminya. Bukan istri yang melarang suaminya untuk menyentuhnya.” Kata Rayan mendekat. Saat berada tepat di depan Alana, Rayan menyentuh lembut dagu Alana dan sedikit mendongakkanya.

Alana menepis dengan kasar tangan besar Rayan. Alana memang tidak sudi jika harus bersentuhan dengan pria kejam itu.

“Aku menolak syarat itu.”

Alana mendelik.

“Apa maksud anda tuan?”

“Rayan, sayang..”

“Jangan memanggil saya dengan sebutan menjijikan itu.” Kesal Alana dengan dada naik turun mulai emosi.

Rayan menghela napas kemudian melangkah sedikit memberi jarak. Pria itu menatap hamparan bintang lewat tembok kaca tebal di kamar itu. Kamar yang sengaja Rayan siapkan untuk kekasih hatinya, Sakura.

“Disini aku yang berkuasa, jangan lupakan itu.” Katanya dengan nada dingin.

Alana menelan ludahnya susah payah. Keberanianya seketika hilang. Tapi Alana tau dirinya tidak boleh lemah. Alana harus bisa melawan tuan muda kejam itu.

“Rayanza Gilbert. Anda mungkin bisa berkuasa atas segalanya, tapi tidak atas diri saya.”

Rayan tertawa pelan. Alana begitu berani padanya. Dan Rayan merasa sangat tertantang karena hal itu.

“Atas dasar apa kamu berani mengatakan itu padaku? Kamu istriku sekarang. Aku berhak segalanya atas kamu Alana.”

Alana menggeleng. Apa yang di katakan Rayan memang benar. Seorang suami berhak atas segalanya pada istrinya. Tapi menurut Alana tidak untuk hubungan mereka. Alana tidak mengenal Rayan begitu juga sebaliknya.

“Sebaiknya kamu siap siap sekarang sebelum aku berubah pikiran. Kita ke tempat ibumu sekarang.”

Rayan berlalu setelah berkata. Rayan tidak mau mendengar apapun yang keluar dari mulut Alana sekarang.

Alana berdecak. Susah payah dirinya memikirkan syarat itu tapi Rayan sama sekali tidak merespon apapun.

“Brengsek” Umpatnya.

Dalam perjalanan menuju tempat yang Rayan bilang adalah tempat baru ibunya Alana terus memutar otaknya. Alana mencoba memikirkan cara agar dirinya bisa lepas dari belenggu Rayan tanpa harus membahayakan ibunya ataupun keluarganya yang lain.

Pak Lim menghentikan mobilnya tepat di depan pintu gerbang sebuah rumah yang menjadi tempat tinggal baru Sari 2 hari ini.

Alana mengeryit. Itu bukan rumahnya.

“Kenapa kita kesini?” Tanyanya berani.

Rayan tidak menjawab. Pria itu hanya tersenyum sambil menggelengkan pelan kepalanya.

Saat pak Lim membunyikan klakson, seorang wanita baya langsung berlari untuk membuka gerbang. Alana tidak mengerti dimana dirinya sekarang berada.

“Apa yang anda lakukan? Dimana ibu saya?”

Alana bertanya dengan nada kesal. Alana merasa sangat gemas pada Rayan yang malah tertawa mendengar pertanyaan dengan nada penuh penekanan yang di lontarkanya.

“Wow.. Kamu benar benar istri yang hebat.”

Dada Alana mulai kembang kempis naik turun menahan emosi. Rayan benar benar sangat menguji kesabaranya.

“Itu ibumu.” Rayan menunjuk dengan menggerakkan dagu runcingnya.

Alana langsung menoleh kearah yang Rayan tunjuk. Seketika senyuman di bibirnya mengembang melihat ibunya yang berdiri di ambang pintu utama rumah berlantai 2 itu. Alana melupakan pertanyaan yang sejak tadi bersarang di benaknya tentang siapa pemilik tempat itu.

Alana menoleh kembali pada Rayan yang tersenyum padanya. Pria itu benar benar mempertemukanya dengan Sari, ibunya.

“Terimakasih, Rayan.” Katanya sebelum akhirnya turun dari mobil mewah Rayan dan berlari langsung berhambur memeluk tubuh ringkih ibunya.

Rayan terus tersenyum. Alana sangat berbeda meskipun serupa dengan Sakura.

“Jadi maksud ibu, ibu menukarku dengan rumah dan tanah yang tuan muda itu berikan sekarang?”

Sakit, kecewa itu yang sekarang Alana rasakan. Bagaimana tidak, ibunya menyuruhnya untuk menerima semua apa yang sudah terjadi. Dengan kata lain ibunya juga menyuruh Alana untuk patuh sebagai istri tuan muda kejam seperti Rayan.

“Nak.. percaya sama ibu.. Tuan Rayan orang yang baik. Kamu akan melihatnya nanti.”

Alana bangkit dari duduknya di sofa mahal di ruang tamu kediaman baru ibunya. Alana tidak menyangka ibunya tidak mendukungnya kali ini.

“Sepertinya rumah dan tanah memang lebih berharga dari pada aku sekarang.” Alana merasa sangat sedih. Ibunya lebih memilih harta dari pada dirinya.

Sari tersenyum. Awalnya Sari juga merasa sangat berat. Tapi setelah mendengar cerita dari adik suaminya yang mengatakan Alana di perlakukan seperti putri di kediaman mewah itu Sari menjadi optimis. Rayan tidak akan mencelakai putrinya.

“Emm.. Ada sesuatu yang ibu mau tunjukan.”

Alana menggeleng. Ibunya pasti akan menunjukan surat rumah dan tanah yang di berikan Rayan padanya.

“Ini...”

Alana menoleh saat Sari menyodorkan sebuah undangan berwarna coklat gelap padanya.

“Apa ini?” Tanya Alana pelan.

Sari menghela napas pelan.

“Bukalah.” Titahnya.

Alana menurut. Alana membuka undangan tersebut dan terkejut saat mendapati nama kekasihnya berada disana sebagai pengantin pria.

“Bu ini..”

“Dion sendiri yang memberikanya pada ibu.. Dia bilang dia terpaksa menerima perjodohanya demi kebaikan bersama.”

Alana menggeleng. Dion selalu mengatakan akan melamarnya lalu menikahinya. Tapi sekarang, pria itu malah memberinya undangan pernikahan.

“Undangan dari siapa?”

Alana tidak bergeming saat Rayan bertanya. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan kembali ke kediaman Rayan. Alana merasa tidak punya tempat lagi untuk pulang. Ibunya menolaknya tetap tinggal dengan alasan Alana sudah menjadi istri Rayan. Lalu kekasih yang sangat di cintainya menikah dengan gadis lain dan dengan sangat tidak berperasaan memberinya undangan.

Rayan penasaran. Tanpa meminta pada Alana Rayan langsung mengambil undangan berwarna coklat itu kemudian membukanya. Senyumnya mengembang. Otak pintar Rayan langsung bisa menebak dari siapa undangan tersebut.

“Aku tidak keberatan jika kamu memintaku untuk menjadi pasanganmu dalam menghadiri pesta pernikahan ini.”

Lamunan Alana tentang kemalangan nasibnya langsung pudar. Alana menyeka air mata yang membasahi pipinya kemudian menoleh menatap pria dengan kaos hitam lengan panjang di sampingnya.

“Hey, berani sekali kamu menangis di hadapanku hanya karna laki laki bernama Dion ini.”

Alana berdecak. Alana kemudian melengos. Menurutnya Rayan tidak berhak marah padanya dengan alasan apapun.

“Aku akan temani kamu. Kita tunjukan bahwa kamu tidak lemah.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!