Seorang gadis keluar dari sebuah gedung perusahaan yang cukup besar, wajah kecewa tergambar jelas di matanya, perusahaan yang ia masuki adalah perusahaan ke sembilan yang ia masuki untuk melamar pekerjaan selama dua hari ini.
“Ya Tuhan kenapa begini susah mendapatkan pekerjaan, padahal nilaiku sangat bagus, dan juga dari universitas ternama, kemana lagi aku harus mencari pekerjaan,” batin Amelia sedih sambil mendekap berkas lamarannya sembari matanya menatap nanar bangunan megah di depannya ini.
Amelia melihat jam di tangannya, ternyata sudah menunjukan pukul setengah dua siang, perutnya terasa keroncongan, saking semangat mencari pekerjaan ia sampai lupa dengan kesehatan perutnya sendiri. Amelia mencari sebuah kedai makanan yang tidak terlalu mahal karena persediaan uangnya sudah hampir menipis, setelah menemukan kedai makan yang pas dengan kantongnya Amelia segera memesan makanan, selesai makan Amelia meneruskan kembali perjalanannya untuk melamar pekerjaan, ada satu perusahaan lagi yang incar untuk melamar pekerjaan yaitu perusahaan Z yang bergerak di bidang kecantikan memproduksi kosmetik dengan brand ternama.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih setengah jam Amelia sampai di perusahaan Z, saat akan memasuki gedung perusahaan Z, Amelia di hadang dua orang security yang berjaga di sana, dua orang security tersebut memandang remeh penampilan Amelia apalagi hari sudah menjelang jam tiga sore yang tentu saja membuat penampilan Amelia tidak serapi dan se segar tadi pagi.
“Ada kepentingan apa nona ingin ke perusahaan ini?” tanya salah satu security sambil memindai penampilan Amelia dari atas sampai bawah dan tentu saja pandangan security tersebut bukanlah pandangan memuja namun meremehkan.
“Saya ingin melamar pekerjaan di perusahaan Z ini pak,” jawab Amelia dengan sedikit takut karena sikap kedua security yang terlihat merendahkan dirinya.
“Ha...ha...apa?, melamar pekerjaan di perusahaan ini?, kamu sudah gila kau pasti pembohong, paling hanya orang yang ingin meminta sumbangan, modus yang kamu lakukan ini sudah tidak mempan nona, lagipula orang-orang yang melamar pekerjaan di perusahaan ini adalah orang-orang yang berpenampilan menarik karena perusahaan memproduksi kosmetik ternama, bukan seperti dirimu yang seperti nenek sihir,” ucap salah seorang security.
“Sudahlah Beni, usir saja dia, melihatnya saja aku sebal, paling-paling cuma mau minta sumbangan seperti katamu tadi!”pinta security yang satu lagi.
“Maaf, nona di perusahaan ini tidak membuka lowongan pekerjaan, kalaupun perusahaan ini membuka lowongan maka sebelum melamar kau sudah di tolak duluan, jadi segera pergilah dari sini sebelum kami memaksamu meninggalkan perusahaan ini! perintah security yang bernama Beni dengan sorot mata penuh ancaman.
Mendengar perkataan dua security tersebut nyali Amelia menciut, ia menyesal kenapa ia sampai punya keberanian ingin melamar pekerjaan di perusahaan kosmetik sedangkan penampilannya saja tidak mendukung, dengan langkah gontai Amelia meninggalkan pelataran perusahaan tersebut tanpa sempat memasuki lobby nya.
“Huh seharusnya aku tidak melamar di perusahaan Z itu, seharusnya aku sadar diri dengan penampilanku yang seperti ini mana mungkin mereka mau menerimaku, ya Tuhan sampai kapan aku begini, ini perusahaan ke sepuluh yang aku lamar, apa selamanya aku tidak bisa bekerja di perusahaan dengan menggunakan ilmu yang aku miliki,” monolog Amelia sambil berjalan menuju halte bus, hari sudah menjelang sore tak mungkin ia meneruskan melamar pekerjaan lagi, Amelia memutuskan untuk pulang karena tubuhnya juga sudah terasa sangat lelah. Satu kenyataan yang harus ia hadapi adalah bahwa kecerdasan yang di miliki seseorang tak menjamin bisa segera mendapatkan pekerjaan yang di inginkan.
****
Di sebuah perusahaan di bidang fashion seorang pria berwajah sangat tampan dengan postur tubuh atletis sedang mengamuk di ruangannya, baik sekretaris, manajer bagian dan desainer tak luput dari amukannya.
Prangg
“Bodoh!, kalian semua bodoh, apa saja yang kalian kerjakan, ini tender bernilai puluhan milyar, bisa-bisanya kita gagal lagi, hah?” maki pria tampan itu pada empat orang yang ada di depannya.
Ke empat orang yang sedang terkena makian itu hanya bisa menunduk, mereka tak berani menatap pria tampan di depannya ini yang berstatus atasannya.
“Ma-maaf, pak Richard, kami sudah melakukan kerja tim yang cukup baik tapi ternyata ada perusahaan lain yang ternyata mengajukan proposal kerjasama yang lebih menguntungkan dari pada proposal kerjasama kita,” jawab manajer marketing dengan raut wajah ketakutan.
“Dimana letak kekurangan proposal kita?” tanya Richard dengan nada yang lebih melunak dari tadi.
“Di bagian pembagian hasil dan juga poin-point kerjasama yang kita ajukan tak menarik bagi perusahaan mereka.
“Baik sekarang kalian boleh pergi!” pinta Richard pada empat orang yang baru saja kena amarahnya.
Sepeninggal keempat bawahannya itu, Richard duduk di kursi kebesarannya, ia memijit pelipisnya, ia sudah frustasi dengan perusahaan yang di pimpinnya. Bagaimana tidak dalam tiga bulan terakhir tidak ada satupun proposal kerjasama yang ia ajukan berhasil, jika seperti ini terus lama-kelamaan nilai saham perusahaannya akan turun dan itu sangat tidak baik bagi kelangsungan Sanjaya group peninggalan sang papa.
Pria yang berwajah tampan dan bertubuh tegap itu adalah Richard Hendrawan Sanjaya, putra sulung Hendrawan Sanjaya. Setelah Hendrawan meninggal maka Richard lah yang mengantikan posisi papanya sebagai ceo Sanjaya group, namun sangat di sayangkan kepintaran Richard dalam memimpin perusahaan kalah jauh dengan pak Hendrawan. Richard hanya bisa bersenang-senang dan melimpahkan semua pekerjaan pada para bawahanya, bagus tidaknya suatu proposal dia kurang bisa mengerti, apa lagi laporan keuangan, dia sama sekali tidak teliti jadi banyak sekali uang perusahaan yang keluar dengan percuma. Saat Richard sedang sangat pusing memikirkan perusahaannya, sebuah ketukan pintu mengagetkan dirinya.
Tok tok
“Siapa?”
“Maaf Pak, di luar ada pak Dion, ingin bertemu dengan pak Richard,” ucap Silvia yang berstatus sekretarisnya.
“Suruh ia masuk!”
“Hai Rich, aku dengar kau sedang mengamuk dengan para manajer, ada masalah apa lagi?” tanya Dion sambil mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada di depan meja kerja Richard.
Dion adalah teman sekolah Richard sewaktu sekolah menengah atas, Dion lah tempat Richard berkeluh kesah, sebenarnya Richard menawarkan posisi wakil ceo pada Dion tetapi pria berstatus sahabatnya itu menolak, maka jadilah Dion menjadi manajer bagian HRD.
“Aku gagal mendapatkan tender lagi, King group menolak kerjasama yang aku ajukan, ini sudah sekian kalinya Dion, jika seperti ini terus perusaan Sanjaya group akan gulung tikar,” jawab Richard putus asa dengan wajah lesunya.
“Richard aku memang hanya seorang manajer bagian HRD, tapi aku sangat tahu bagaimana kecakapan om Hendrawan dalam memimpin perusahaan ini, belajarlah dari pengalaman beliau, papamu sangat teliti dalam hal apapun terutama laporan keuangan, karena dari laporan itu kita bisa tahu berapa dana yang sudah di kucurkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang banyak dan juga membuat konsumen puas dengan produk kita. Kalau menganalisis laporan keuangan saja kamu tidak bisa bagaimana kau bisa menyusun sebuah proposal kerjasama yang bisa menarik investor,” ucap Dion memberi pendapatnya, Dion tidak peduli jika ucapannya akan menyinggung Richard, ia hanya ingin sahabatnya mau belajar lebih keras lagi dan mampu menyelamatkan perusahaan dari kehancuran.
“Aku tahu Dion, aku tak sepintar papa, jadi apa yang harus aku lakukan?”
“Semua ada pada dirimu Rich, mungkin kau butuh konsultan , aku bisa mencarikannya untukmu,” tawar Dion.
“Mungkin aku butuh itu.”
“Baik akan aku usahakan,” ucap Dion kemudian meninggalkan ruangan Richard.
Sepeninggal Dion, Richard menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya, matanya terpejam, rasa penyesalan menyeruak ke dalam hatinya, andai dulu ia mendengarkan nasehat sang papa, ia tak akan menghadapi situasi sulit seperti ini.
“Papa maafkan aku.”
.
Dua hari setelah gagal mendapatkan pekerjaan, Amelia tidak lagi keluar mencari pekerjaan, ia membersihkan rumah dan memasak, Amelia ingin menenangkan hatinya terlebih dahulu sambil berfikir apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Saat ia sedang melamun di teras rumahnya sambil memegang sapu, sebuah tepukan di pundak membuyarkan lamunannya.
“Melamun saja!” ucap Dimas sambil menepuk pundak Amelia.
“ Kau Dimas ada apa kesini?”
“Biasa, aku hanya main, aku dengar dari bibi Yeni kamu belum mendapatkan pekerjaan?” ucap Dimas sambil sesekali membenarkan kaca matanya yang tebal hampir sama dengan kaca mata yang di pakai Amelia.
“Iya, Dim, hampir semua perusahaan yang aku lamar menolak ku, apa yang harus aku laukakan, keluargaku tidak punya koneksi di perusahaan,” ucap Amelia sendu.
“Maka dari itu aku ingin membantumu, di perusahaan tempat aku bekerja sedang mencari staff accounting,” ucap Dimas yang sukses membuat Amelia menatapnya serius.
Sungguhkah?, tapi aku takut di tolak lagi.”
“Tenang saja kali ini kau tidak akan di tolak karena aku yang akan merekomendasikan dirimu pada pak Dion, dia orang yang baik dan percaya padaku, makannya pak Dion tidak memasang lowongan pekerjaan ke publik, dia meminta bantuanku, aku yakin kamu pasti di terima, Amel,” ucap Dimas meyakinkan sahabatnya agar mau menerima tawaran pekerjaan darinya.
Keesokan harinya, Amelia berangkat ke Sanjaya group bersama dengan Dimas, dengan membawa berkas lamaran. Sampai di perusahaan hampir semua karyawan yang berpapasan dengan Dimas dan Amelia menatap kedua orang yang terlihat culun itu dengan tatapan aneh, dan hal itu membuat Amelia merasa minder, ia tak yakin akan bisa di terima di perusahaan sebesar Sanjaya group.
“Dimas, apa kau yakin atasanmu akan menerima diriku?” tanya Amelia tak yakin setelah tatapan aneh orang-orang di perusahaan itu terhadapnya.
“Sudahlah Amel, percaya padaku, kau tak usah mempedulikan tatapan orang-orang itu, kau harus percaya diri.”
Dimas dan Amelia memasuki lift yang akan membawa mereka ke lantai empat dimana divisi personalia berada, akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan yang cukup besar diantara ruangan yang lain dengan pintu yang masih tertutup. Dimas langsung mengetuk pintu ruangan tersebut.
Tok tok
“Siapa?” terdengar sahutan dari dalam.
“Saya, Pak Dimas.”
“Masuk!” perintah sebuah suara dari dalam ruangan tersebut.
“Pagi, Pak Dion!”
“Pagi,” ucap Dion sambil mengangkat kepalanya yang dari tadi menunduk memeriksa berkas.
“Ada apa?” sambung Dion sambil menatap heran dengan sosok wanita di sebelah Dimas.
“Ini, Pak, orang yang saya rekomendasikan untuk posisi accounting mengantikan bu Shila,” jawab Dimas sambil menunjuk Amelia yang berdiri di sebelahnya.
Mendengar perkataan Dimas, Dion melihat dengan seksama penampilan Amelia, mata Dion memindai Amelia dari atas sampai bawah, sedangkan Amelia yang di tatap pria asing di depannya ini menundukkan pandangannya kedua tangannya mendekap erat berkas lamaran pekerjaan yang di bawanya.
“Kau yakin dengan temanmu ini, Dimas?” tanya Dion seakan tak percaya dengan Amelia.
“Tentu saja yakin Pak Dion, memang penampilan teman saya ini agak aneh tapi otaknya sangat cerdas, saya yakin permasalahan yang akhir-akhir ini terjadi di perusahaan ini bisa di atas dengan otak cerdas teman saya ini,” jawab Dimas yakin dengan pilihannya merekomendasikan Amelia.
“Baiklah, aku percaya padamu, tapi ingat Dimas jika dia tak sebaik yang kau katakan, kau akan dapat hukuman, karena posisi Shila sangat penting di perusahaan ini!” ucap Dion memberi peringatan pada Dimas.
“Kalau begitu apa, temanku diterima?”
“Aku akan memberi dia kesempatan dua minggu untuk menunjukkan kualitasnya, jika apa yang kau katakan benar tentang kecerdasannya maka, Amelia akan sepenuhnya di terima di perusahaan ini, bagaimana nona Amelia, apa kau setuju?” tanya Dion sambil menatap Amelia.
“Baik, saya setuju, saya akan menunjukkan kemampuan saya selama dua minggu,” ucap Amelia sambil tersenyum pada Dion, sedangkan Dion hanya tersenyum sekilas membalas senyuman Amelia karena penampilan Amelia benar-benar membuatnya sakit mata.
“Dimas, kau bawa temanmu ini menemui bu Jeny, agar Amelia bisa menempati meja Shila dan memberi tahu tugas apa saja yang harus dia lakukan!” pinta Dion.
Setelah Dimas dan Amelia keluar, Dion langsung menghembuskan nafas kasar seolah ia baru saja melepaskan beban berat dalam hatinya, ia mengucek matanya beberapa kali berharap dia hanya berhalusinasi saja. Penampilan Amelia benar-benar membuatnya sakit mata.
“Ya Tuhan, semoga apa yang dikatakan Dimas benar, otaknya tak seburuk wajahnya,” batin Dion sambil mengusap dadanya.
Dimas langsung membawa Amelia menemui bu Jeny agar langsung bisa bekerja hari itu, bu Jeny yang melihat penampilan Amelia pun terkejut, ia memindai penampilan Amelia dari ujung rambut sampai ujung kaki, bu Jeny kurang nyaman dengan penampilan Amelia namun ia bisa apa jika pak Dion sudah menurunkan perintah.
“Amelia, ini meja mu dan ini adalah laporan keuangan dari divisi pemasaran bulan kemarin, kamu rekap dan neraca laba ruginya sekalian, setelah selesai berikan hasilnya padaku!” perintah bu Jeny sambil memberikan setumpuk berkas pada Amelia.
“Baik saya akan kerjakan,” ucap Amelia sambil menerima tumpukan berkas dari bu Jeny.
Setelah memberikan tugas pada Amelia bu Jeny segera pergi dari meja Amelia, sedangkan Dimas yang masih berdiri di situ cukup ngeri melihat tumpukan berkas degan deretan angka yang membuat pusing kepala.
“Amel, kau yakin bisa mengerjakan semua ini?” tanya Dimas sambil bergidik ngeri.
“Yakin, Dimas, jangan khawatir kau seperti tidak tahu aku saja, sudahlah kau kembalilah ke ruangan mu, kita bertemu makan siang nanti, “ ucap Amelia sambil tersenyum.
“Baiklah kalau begitu, aku tinggal dulu, selamat bekerja!” ucap Dimas sambil menepuk pundak Amelia memberi semangat.
Hampir dua minggu Amelia bekerja di Sanjaya group, Jeny dan Dion sangat takjub dengan cara kerja dan hasil pekerjaan Amelia, mereka bahkan sampai berfikir apa yang dimakan Amelia sampai ia secerdas ini. Bahkan Amelia bisa menemukan beberapa pengeluaran yang fiktif dan itulah penyebab perusahaan merugi setiap bulannya.
“Gila, amazing, apa yang di katakan Dimas benar, Richard akhirnya Tuhan masih berbaik hati padamu mengirimkan malaikat penolong untukmu meskipun buruk rupa,” gumam Dion dalam hati dan ia menemukan ide untuk menolong sahabatnya yang bodoh itu.
Tak menunggu lama dion segera keluar ruangan menuju ruang ceo untuk memberikan pertolongan pada Richard, meski ia tahu jika Richard mungkin tak akan menyetujui idenya karena penampilan Amelia yang kampungan.
“Apa pak Richard ada?” tanya Dion pada Silvia sekretaris Richard.
“Ada, silahkan pak Dion masuk!”
“Terima kasih”
Dion langsung membuka pintu ruang Richard tanpa mengetuk pintu membuat richard terlonjak kaget dari duduknya karena dia sedang serius dengan ponselnya.
“Hai Rich!” ucap Dion tersenyum tanpa dosa membuat Richard mencebik kesal.
“Ck, kau, ada apa?”
“Aku punya berita baik untukmu.”
“Berita apa?”
“Lihat ini!” pinta Dion sambil menyodorkan berkas laporan keuangan hasil kerja Amelia.
Richard langsung menyambar laporan itu dan melihatnya, matanya membulat sempurna ketika melihat laporan keuangan tersebut.
“Siapa yang mengerjakannya?” tanya Richard penasaran
“Amelia, karyawan baru yang aku rekrut mengantikan Shila, dan jika karirmu ingin selamat turuti saranku jadikan Amelia sekretaris mu atau asistenmu.
“Baiklah, tapi aku bertemu dengannya,” ucap Richard sambil tersenyum, ia membayangkan bahwa sosok Amelia ini adalah sosok wanita seperti dalam fantasinya.
Dion menatap heran reaksi sahabatnya yang lebih mirip seperti orang tidak waras, namun ia tak ambil pusing, ia segera menelpon bu Jeny untuk meminta Amelia ke ruang ceo, meski heran dengan perintah atasannya Jeny tetap menyuruh Amelia datang ke ruang ceo, karena Amelia karyawan baru yang belum tahu seluk beluk kantor maka bu Jeny meminta tolong salah seorang OB untuk mengantar Amelia ke ruang ceo. Sampai di depan ruang ceo ia mendapatkan tatapan tajam dari Silvia tapi karena perintah sang bos, mau tak mau silvia mempersilahkan Amelia masuk ruangan bos.
Ceklek
“Permisi,” ucap Amelia saat memasuki ruang ceo, kedatangan Amelia sontak membuat dua pria di ruangan itu memandang ke arahnya, Dion tersenyum menyambut kedatangan Amelia namun berbeda dengan Richard yang mukanya terlihat terkejut dan perutnya tiba-tiba terasa mual.
“Ini yang bernama Amelia, dan kau Amel mulai besok kamu aku tempatkan menjadi asisten pak Richard, dia adalah ceo Sanjaya group,” ucap Dion dengan senyum mengembang dan tentu saja ucapannya itu membuat Richard membulatkan matanya.
Mendengar ucapan Dion, Richard langsung menarik tangan Dion dan membisikan sesuatu.
“Kau gila, kau suruh dia menjadi asistenku, baru melihatnya saja aku mual apalagi melihatnya setipa hari,” ucap Richard sambil berbisik di telinga Dion.
“Tapi hanya dia yang bisa menolongmu tanpa kau terlihat bodoh, dia masih sangat lugu kau bisa memanfaatkannya, apalagi jika dia jatuh cinta padamu itu lebih bagus,” bisik Dion yang membuat Richard mengerti maksud sahabatnya itu.
Setelah berdiskusi dengan Dion, meski berat namun Richard harus menerima Amelia menjadi asistennya demi menyelamatkan karirnya sebagai ceo Sanjaya group.
“Baiklah, mulai besok kau menjadi asistenku, nanti aku minta Silvia menyiapkan ruangan untukmu, “ ucap Richard yang di sambut senyum mengembang dari Dion dan Amelia.
Keesokan harinya Amelia sudah berpindah ruangan ke ruang ceo, Amelia sangat senang selain karena gajinya yang pasti lebih besar daripada staff accounting, namun setiap hari ia bisa melihat wajah tampan big bosnya, namun semua bayangan indah Amelia sirna karena ternyata ia tidak di tempatkan dekat dengan ruang ceo melainkan sebuah ruang sempit yang lama tidak di gunakan, tepatnya ruang tersebut di belakang ruang ceo, bisa di bilang ruang tersebut ruangan rahasia tempat Richard menyimpan dokumen penting perusahaan dan lebih parahnya, Amelia hanya boleh keluar makan siang dan jika Richard membutuhkannya, Richardlah yang akan menemuinya di ruang sempitnya. Satu unit komputer dan satu buah print yang menjadi satu dengan mesin foto copy tersedia di ruangan itu, satu buah dispenser juga ada di ruangan tersebut juga sebuah kamar mandi kecil. Amelia tidak bisa berbuat apapun karena ia sudah terlanjur menerima pekerjaan ini, ia sangat membutuhkan uang untuk keluarganya.
“Ingat Amelia, kau tidak boleh sembarangan keluar dari ruangan ini, apalagi jika aku sedang ada tamu, dan jika aku membutuhkanmu, aku yang akan datang padamu, apa kau mengerti!” ucap Richard memberi perintah sekaligus peringatan pada Amelia.
“Tapi kenapa begitu Pak Richard, kenapa saya tidak satu ruangan dengan nona Silvia saja?” protes Amelia.
“Dengar ya Amelia, pekerjaan yang akan kau kerjakan adalah pekerjaan penting jadi tidak boleh ada yang mengetahui keberadaanmu, kau dan aku bisa dalam bahaya kalau rival bisnisku tahu aku memiliki karyawan sepintar dirimu,” jawab Richard berbohong, sebenarnya Richard malu dengan penampilan Amelia tapi di sisi lain ia sangat membutuhkan bantuan dari Amelia.
Mendengar penjelasan Richard yang masuk akal, dan sekaligus memuji kepintarannya membuat Amelia yang polos bisa menerima alasan dari ceonya yang sebenarnya bodoh itu.
“Baiklah pak Richard, saya akan menerimanya,” ucap Amelia sambil tersenyum manis namun bagi Richard itu adalah senyuman terburuk yang pernah dia lihat.
“Good, Amelia, sekarang kerjakan ini, buatlah proposal kerjasama dengan PT. Nusa Indah dan juga periksa semua laporan keuangan tiga bulan terakhir, setelah selesai berikan padaku, dan untuk proposal kerjasama aku berikan waktu dua hari, selamat bekerja!” ucap Richard sambil menepuk pundak Amelia sambil tersenyum manis.
Setelah Richard meninggalkan ruang sempit itu, Amelia merasa sangat bahagia bisa begitu dekat dengan Richard dan menikmati wajah tampannya sekaligus wangi tubuh Richard yang membuat Amelia melayang.
“Ya Tuhan pak Richard tampan sekali, tubuhnya juga sangat wangi, andai saja, tapi huh sadar Amel sadar, kau dan pak Richard bumi dan langit,’ gumam Amel dalam hati kemudian menggeleng-gelenggkan kepalannya.
Hari berganti hari bulan berganti bulan tak terasa sudah enam bulan lebih Amelia bekerja menjadi asisten Richard di Sanjaya group, berkat otak cantik Amelia, laporan keuangan yang tadinya amburadul kini sudah tertata apik, kalkulasi untuk biaya produksi di buat Amelia dengan baik sehingga banyak pengeluaran perusahaan yang bisa di efisienkan, dan yang lebih membuat Richard bahagia adalah hampir semua proposal yang ia ajukan banyak yang berhasil, bahkan beberapa investor besar mengajukan kerjasama dengan Sanjaya group. Namun Richard tidak memberikan bonus kepada yang layak untuk Amelia, dia hanya memberikan bonus satu kali gaji padahal Amelia sudah bekerja keras membuat proposal sebaik mungkin agar bisa memenangkan tender besar. Sedangkan gaji Amelia juga tidak besar hanya seperti karyawan yang lainnya yang tidak memilki kemampuan khusus, Richard benar-benar menjadikan Amelia sapi perahnya, keluguan dan kepolosan Amelia benar-benar di manfaatkan oleh Richard apalagi setelah Richard tahu Amelia menyukai dirinya. Kegilaan Richard semakin menjadi, ia semakin memanfaatkan kecerdasan Amelia untuk keuntungannya sendiri.
Rasa cinta Amelia yang besar pada Richard membuat hatinya tak secerdas otaknya, di tak peduli dan tak merasa di rugikan sama sekali oleh Richard, Amelia berharap Richard akan membalas cintanya suatu hari nanti.
Pada suatu hari Amelia tanpa sengaja melihat Richard berciuman dengan seorang wanita yang sangat cantik, dengan body yang indah, Richard tampak menikmati ciuman dengan wanita cantik tersebut bahkan tangan Richard tidak tinggal diam menyentuh aset berharga wanita tersebut. Hati Amelia terasa sesak melihat bos yang ia cintai dalam diam berciuman dengan wanita lain di ruangannya.
“Ya Tuhan, kenapa hatiku begitu sakit melihat pak Richard berciuman dengan wanita itu, tapi aku tak bisa marah karena pak Richard bukan siapa-siapaku, apa aku sanggup terus seperti ini mencintai pak Richard dalam diam,” batin Amelia sambil meremas blazer yang ia pakai sambil menajamkan matanya setelah melihat adegan tak senonoh ceonya tersebut.
Satu bulan lagi Sanjaya group akan melaunching kan produk terbaru mereka yang berupa pakaian dengan bertemakan nusantara, produk ini hasil kerjasama Sanjaya group dengan PT. Nusa Indah, karena ini adalah salah satu event besar Sanjaya group maka Richard mendatangkan designer khusus yang kebetulan adalah sahabatnya sewaktu kuliah di luar negeri. Designer itu bernama Maria Regina Wijaya, Maria juga membawa sahabatnya seorang fotografer yang juga berpengalaman di bidang fashion dan modeling, fotografer tersebut bernama Samuel Fernando.
Kedatangan Maria dan Samuel di sambut hangat oleh Richard dan wakil ceo bernama Frans, kebetulan Frans cukup mengenal Maria karena dahulu Maria sering bertandang ke Sanjaya group saat pak Hendrawan menjabat sebagai ceo Sanjaya group.
“Apa kabar Maria, senang sekali bertemu denganmu,” ucap Richard sambil mencium pipi Maria lalu memeluknya, pelukan persahabatan karena Maria tiga tahun lebih tua dari Richard, dan Richard hanya menganggapnya seorang kakak.
“Kabarku baik, dan aku yakin kabarmu juga baik,” ucap Maria sambil tersenyum.
“Apa kabar Maria lama tak bertemu?” tanya Frans yang sedari tadi di lupakan keberadaannya.
“Hai, Frans apa kabar, aku juga lama tak bertemu denganmu,” ucap Maria lalu menjabat tangan Frans.
Richard memicingkan matanya ketika ada sosok lain yang berada di belakang Maria, dan hanya diam sedari tadi memperhatikan interaksi tiga orang di depannya yang sedang melepas rindu.
“Maria!, siapa pria yang ada di belakangmu?” tanya Richard sambil menunjuk pria di belakang Maria.
“Oh dia adalah sahabatku, dia seorang fotografer yang handal, dia yang akan membantuku di sini, maaf aku jadi lupa mengenalkannya pada kalian. Sam kenalkan ini sahabatku lamaku Richard dia ceo perusahaan ini dan yang ini Frans sahabatku juga,” ucap Maria sambil mengajak Samuel mendekat dengan Richard dan Frans, akhirnya tiga laki-laki itu saling berjabat tangan meski ada rasa tak suka di hati Richard.
“Aku Samuel, senang bertemu dengan kalian,” ucap samuel ramah pada Richard dan Frans.
“Kami juga senang bertemu dengan anda,” ucap Frans mewakili richard yang Engan bicara.
“Sudah basa-basinya, Frans, sekarang katakan dimana ruang design berada, aku ingin pekerjaanku cepat selesai!” pinta Maria.
“Tentu Maria sayang, ayo aku antar ke sana!” ajak Richard.
Kemudian Richard dan Frans menemani Maria dan Samuel ke ruang desain, Mario melihat baju-baju yang akan di launchingkan satu bulan lagi, Samuel juga melihat beberapa model yang akan membawakan pakaian produksi perusahaannya.
“Bagaimana Maria apa menurutmu ada yang kurang dari desain ini?” tanya Richard saat melihat Maria meneliti baju-baju tersebut.
“Sudah bagus, hanya di bagian ornamen nusantara nya lebih di tonjolkan,” ucap Maria kemudian mengambil sebuah pensil dan kertas untuk menggambar sebuah desain, “ hanya tinggal menambah ornamen di sini,” sambung Maria sambil menunjukkan koreksinya.
“Baiklah aku akan bilang pada bagian desain nanti,” ucap Richard.
Pada saat akan mengambil ponsel, Maria baru ingat kalau tasnya tertinggal di ruangan Richard, lalu ia berniat ingin mengambilnya sendiri.
“Oh ya Rich tasku ketinggalan di ruanganmu,” ucap Maria
“ Kalau begitu biar Frans yang mengambilkannya,” tawar Richard
“Tidak usah, aku akan ambil sendiri saja sekalian aku mau ke toilet, kalia di sini saja, aku akan segera kembali,” ucap Maria kemudian langsung pergi meninggalkan ruang desain.
Sampai di ruangan Richard Maria langsung memasuki ruangan tersebut, dan betapa kagetnya Maria ketika melihat sesosok wanita keluar dari sebuah ruangan yang ada di ri
“Oh siapa kamu?” tanya Maria terkejut.
“Sa-saya Amelia, Nona,” jawab Amelia gugup karena ada orang lain yang mengetahui keberadaannya.
“Kenapa kau ada di ruangan ceo, apa yang kau lakukan?” tanya Maria sambil memindai penampilan Amelia.
“Sa-saya asisten pak Richard, Nona.”
“Asisten?, tapi kenapa kau muncul dari balik lemari itu seperti hantu?” tanya Maria menyelidik.
“I-itu ka-karena tempat kerja saya di da-dalam sana, Nona,” jawab Amelia dengan suara bergetar.
Maria lalu melihat apa yang ada di balik lemari yang ada di ruang kerja Richard, betapa terkejutnya Maria mendapati sebuah ruangan tertutup namun cukup bersih walau ruangan itu lebih mirip seperti gudang, ia tak percaya sahabatnya tega memperkerjakan seorang asisten dan di tempatkan di tempat yang menurutnya tidak layak.
“Kenapa kau mau bekerja di tempat seperti ini, di Sanjaya group masih banyak ruangan tapi kenapa kau malah di tempatka di sini?” tanya Maria sambil melihat-lihat ruang kerja Amelia.
“Itu karena kata pak Richard pekerjaan saya sangat penting dan tak boleh sembarang orang tahu keberadaan saya,” jawab Amelia jujur, dan sontak jawabannya itu membuat Maria terkejut.
“Dasar Richard tega sekali dia memanfaatkan dan membohongo gadis selugu ini, aku tahu siapa kamu Richard, kasihan Amelia,” batin Maria, ia sangat kasihan melihat Amelia yang di perlakukan seperti orang di pengasingan oleh sahabatnya sendiri.
“Amelia mulai sekarang kamu jangan mau di tempatkan di ruangan seperti itu, kamu berhak mendapatkan ruang kerja yang lebih layak,” ucap Maria berusaha menyadarkan Amelia dari kebodohannya.
“Saya takut Nona, saya juga ingin ruangan yang lebih baik tapi saya bisa apa,” ucap Amelia sambil meremas ujung bajunya.
Maria memindai Amelia dari ujung rambut sampai ujung kaki dan sepertinya dia memiliki cara untuk membantu Amelia. Bukan tanpa alasan Maria mau menolong Amelia, Maria pernah mempunyai saudara yang dikucilkan karena penampilannya bahkan nasib saudaranya lebih menyedihkan dari pada yang dia alami Amelia, maka dari itu Maria ingin menolong Amelia.
“Kamu tidak usah takut aku yang akan bicara dengan Richard, percayalah semua akan baik-baik saja,” ucap Maria kemudian mengambil tasnya lalu meninggalkan ruang kerja Richard.
Sampai di ruang desain, Maria langsung mengomeli dirinya yang begitu lama mengambil tas dan pergi ke toilet.
“Maaf ya semuanya, aku lama,” ucap Maria.
“Apa kau sakit perut kenapa mengambil tas dan ke toilet lama sekali!” omel Richard
“Maaf tadi aku sedikit nyasar, lama tidak ke sini.”
“Alasan saja, ya sudah kita teruskan meliahat desain yang lain!” ajak Richard pada Maria.
Selesai melihat ruang desain, mereka melihat ruang latihan dimana para modeml melakukan latihan di catwalk dan juga ruang pemotretan. Sampai di sana Maria dan Samuel memperhatikan bagaimana para model berlengak lengok memperagakan busana yang akan di pamerkan.
“Bagaimana menurutmu Maria?” tanya Richard ingin tahu penilaian Maria pada desain produknya.
“Lumayan, cukup bagus lah,” ucap Maria malas, entah kenapa setelah melihat perlakuan Richard pada Amelia, Maria sangat kecewa dengan Richard.
“Kenapa Cuma lumayan sih?” protes Richard.
“Ya memang begitu penilaianku kalau kau tak suka ya sudah.”
“Oke-oke, maaf Maria, tapi tak biasanya kamu begini, meneurutmu apa yang harus aku lakukan agar produk-produku bisa bersaing di pasaran?”
“Ya lakukan dan berikan yang terbaik untuk customer dan satu lagi perlakukan orang-orang yang berjasa besar dalam karirmu dengan sebaik-baiknya!”
“Oh itu tentu, Maria, tak usah kau suruhpun aku pasti melakukannya,” ucap Richard meyakinkan Maria.
“Baiklah, aku ada pekerjaan satu minggu di Miami sebentar tapi aku butuh bantuannmu!”
“Bantuan apa?”
“Pinjami aku asisten yang berkualitas untuk membantuku di sana!”
“Baiklah akan aku carikan.”
“Tapi aku mau Amelia!”
Mendengar kata satu nama yang terlontar dari mulut sahabatnya, Richard membulatka matanya, pikiranya sudah tak karuan, bagaimana Maria mengetahui keberadaan Amelia.
“A-Amelia?, kau tahu dari mana?” tanya Richard dengan suara tercekat.
“Tidak penting dari mana aku tahu, yang jelas pinjamkan Amelia padaku selama seminggu!” pinta Maria dengan sedikit memaksa.
“Tidak-tidak kau tidak boleh bawa Amelia, yang lain saja, bawa Silvia saja ya!” mohon Richard.
“Buat apa bawa silvia dia tidak bisa apa-apa, aku ingin asisten yang pintar, Cuma seminggu Rich setelah itu aku kembalikan padamu!”
“Tapi penampilan Amelia, dia..., ah Maria, aku takut kamu akan malu, disana kamu pasti bertemu orang-orang penting sedangkan penampilan Amelia tak sepadan denganmu.”
“Aku tidak perduli, malu tidak malu itu urusanku, yang penting pinjamkan Amelia padaku seminggu!”
“Baiklah, tapi dalam waktu seminggu kamu harus mengembakikannya ke Sanjaya group tidak kurang tidak lebih!” pinta Richard mengiyakan permintaan Maria meski itu sangat berat untuknya.
“Terima kasih Rich, kau memang bisa di andalkan,” ucap Maria lalu memeluk Richard karena bahagia ia bisa membawa Amelia bersamanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!