NovelToon NovelToon

The Detective

Chapter 1

Seorang wanita, keluar dari apartemen dengan wajah yang cerah. Dia adalah Maemi Sora, seorang detektif swasta yang tinggal di Tokyo, tepatnya di distrik Shibuya. Ia juga cukup terkenal di jepang, hingga para petugas juga terkadang meminta bantuannya untuk memecahkan beberapa kasus.

Hari ini adalah hari liburnya, dimana ia tidak menerima kasus sama sekali, karena itulah dia memutuskan untuk keluar dan menikmati waktunya.

Sora menuju ke pusat perbelanjaan yang memang dekat dengan apartemen tempat dia tinggal. Perempuan berusia 22 tahun itu menghabiskan dua jam penuh untuk berkeliling dan berbelanja semua kebutuhannya.

Setelah selesai berbelanja, Sora melakukan kegiatan rutinnya yaitu mampir ke taman untuk melepaskan stres dengan melihat anak-anak yang sedang bermain. Setelah hampir satu jam duduk diam di taman, Sora akhirnya memutuskan untuk kembali ke apartemennya.

Sesampainya di depan kamar apartemennya, ia terkejut ketika melihat seorang lelaki yang cukup familier baginya. Dia adalah Kuromi Kei, seorang detektif polisi yang selalu di utus oleh inspektur ketika kepolisian membutuhkan bantuannya.

“Are? Kuromi-kun, apa yang kamu lakukan di depan apartemenku?” tanya Sora.

“Maemi-san, akhirnya kamu pulang juga,” ucap detektif Kei lega.

“Ada apa?” tanya Sora lagi.

“Ano ... kita bisa bicara di dalam saja?” pinta detektif Kei.

Sora tersadar, ia lalu membuka pintu apartemennya, lalu mempersilahkan detektif Kei untuk masuk dan duduk di uang tamu, sementara ia akan menyiapkan minuman untuk mereka berdua terlebih dulu.

Setelah menghidangkan minuman, Sora duduk di depan detektif Kei untuk mendengarkan apa yang sebenarnya akan di sampaikan oleh detektif polisi itu.

“Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?’ tanya Sora, “eh, sebelum itu, sudah berapa lama kamu menunggu di depan apartemenku tadi?” sambung Sora cepat.

“Mungkin sejak satu jam yang lalu. Aku sudah mencoba menghubungi Maemi-san tapi maemi-san tidak mengangkat teleponku. Lalu sepupumu yang biasa ada di sini juga sedang tidak ada, jadi aku memilih menunggu Maemi-san pulang,” jelas detektif Kei.

“Sonna! Kamu di depan sana selama itu?!” kaget Sora.

Kei hanya tersenyum lalu mengangguk.

“Ara, gomen Kuromi-kun, ponselku tadi aku tinggal, jadi aku tidak bisa mengangkat panggilan darimu,” sesal Sora.

Biasanya, jika ia sedang keluar dan ada tamu yang datang, sepupunya yang tinggal bersamanyalah yang melayani tamu itu. Tapi, berhubung sekarang sedang liburan musim dingin, jadi sepupunya pulang ke rumah orang tuanya di Osaka. Sementara Sora sendiri memilih untuk tetap tinggal di Tokyo karena pekerjaannya.

“Daijobu, aku sendiri kok yang memutuskan untuk menunggu Maemi-san pulang,” balas Kei menenangkan.

“Kalau begitu, apakah masalahnya sangat penting?” tanya Sora.

Detektif Kei mengangguk.

“Sebenarnya kami sedang menyelidiki pembunuhan yang terjadi belum lama ini,"

“Pembunuhan?” kaget Sora.

“Wajar saja kalau Maemi-san tidak tahu, karena kejadiannya memang terjadi di Toshima. Lalu itu juga belum di siarkan di mana-mana,” jelas detektif Kei.

“Sebuah pembunuhan ruang tertutup?” tanya Sora.

Detektif Kei mengangguk membenarkan.

Sora kemudian memutuskan untuk meneruskan pembicaraan mereka di kantor polisi saja. Detektif Kei menyetujuinya dan mereka berdua kemudian segera menuju ke kantor polisi untuk bertemu dengan inspektur Chisaki. Orang yang memimpin penyelidikan kasus ini.

Sesampainya di kantor, ternyata inspektur Chisaki sudah menunggu mereka di ruang rapat bersama beberapa polisi yang juga berkumpul di sana.

“Are? Kenapa ada kepolisian dari perfektur Nagano dan Osaka juga?” bisik Sora pada Detektif Kei.

“Soal itu aku juga belum tahu,” balas detektif Kei ikut bingung.

“Ini ada apa inspektur?” tanya Sora.

“Maemi-san, lama tak bertemu,” sapa seorang detektif polisi wanita.

Dia adalah Chiyoko Anami, detektif polisi dari prefektur Nagano. Ia sepertinya datang bersama Inspektur Akihito. Juga dua orang polisi dari Osaka yaitu Hideyoshi Haru sang inspektur dan Kuroba Mikio yang merupakan detektif polisi.

“Ya,” balas Sora singkat.

“Sebenarnya, pembunuhan ini sudah terjadi di tiga tempat, di prefektur Nagano, Osaka dan Tokyo,” ucap inspektur Chisaki memberi tahu.

“Eh?”

Inspektur Chisaki kemudian menjelaskan bahwa pembunuhan pertama memang sudah terjadi beberapa hari yang lalu, tapi pembunuhan kedua dan ketiga baru terjadi kemarin. Karena itulah inspektur memerintahkan detektif Kei untuk menjemputnya.

Ketiga pembunuhan itu di lakukan dengan cara yang sama yaitu di tusuk dua kali di bagian hati dan jantung, lalu pembunuhnya menyayat tangan korban dengan pola yang tidak beraturan.

Yang membuat para polisi kebingungan adalah kenyataan bahwa tempat mereka bertiga terbunuh adalah sebuah kamar apartemen yang baik balkon maupun pintu utamanya terkunci dari dalam, alias benar-benar tertutup. Kalaupun ada kesempatan bagi sang pembunuh untuk masuk, bagaimana dia keluar dari ruangan itu lalu meninggalkannya dengan keadaan yang terkunci?

Ditambah lagi, ketiga korban berasal dari satu keluarga. Korban pertama merupakan sang ibu yang kebetulan sedang sendirian di rumahnya di Toshima, tepatnya ia terbunuh di kamarnya yang benar-benar terkunci.

Putri bungsunya yang baru pulang berbelanja merasa curiga kenapa sang ibu belum memasak, karena itulah ia mencoba mengetuk pintu kamar ibunya, tapi ia justru di buat terkejut saat melihat darah yang merembes keluar dari sela-sela pintu.

Setelah melihat itu, putrinya tentu saja langsung menelepon polisi dan saat polisi mendobrak pintu kamar korban, saat itulah polisi melihat korban sudah tergeletak tidak bernyawa.

Korban kedua adalah ayahnya yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke Osaka. Ia ditemukan tewas setelah seorang staf hotel tempatnya menginap mencoba memanggilnya untuk mengingatkan jadwal rapat seperti yang diminta oleh korban.

Tapi setelah di panggil beberapa kali, korban tidak juga menjawab. Karena khawatir telah terjadi sesuatu, staf itu akhirnya membuka pintu dengan kunci cadangan, dan ia sangat terkejut ketika melihat korban sudah tergeletak bersimbah darah di depan pintu kamar mandinya.

Staf hotel itu langsung memanggil polisi dan menjelaskan situasinya. Ia juga mengatakan bahwa kamar hotel itu hanya memiliki dua kunci, yaitu yang di pegang korban dan juga yang di pegang oleh pihak hotel.

Sementara itu korban ke tiga adalah putri pertama dari kedua korban sebelumnya. Ia merupakan seorang model yang sedang melakukan pemotretan di Siojiri di prefektur Nagano.

Yang menemukan mayatnya adalah seorang kru yang mendatangi kamar hotelnya untuk menyuruhnya bersiap-siap. Tapi setelah di panggil beberapa kali korban tak juga menjawab, kru meminta staf hotel untuk membuka pintu kamar korban. Dan betapa terkejutnya kedua orang itu ketika melihat korban sudah tergeletak bersimbah darah di kasurnya.

Polisi datang setelah mereka panggil. Tapi seperti yang sebelumnya, pintu hotel juga hanya memiliki dua kunci yang di pegang oleh korban dan juga pihak hotel.

Sora terdiam sesaat mendengar semua penjelasan dari inspektur, setelah itu ia bertanya.

“Lalu, kunci kamar yang harusnya ada pada korban, apakah juga di temukan di sana?”

Chapter 2

“Semuanya di temukan tepat di samping tubuh korban,”

Sora menoleh, menatap inspektur Hideyoshi yang sedang berjalan ke arahnya.

“Lebih baik kita mulai rapatnya sekarang,” tutur inspektur Hideyoshi.

Yang lainnya mengangguk setuju, begitu juga Sora. Mereka akhirnya memulai rapat dengan membeberkan identitas korban juga sisa anggota keluarga yang masih hidup.

Rapat berlangsung selama kurang lebih dua jam, dan dari rapat ini, Sora tahu bahwa pembunuhan ini mungkin saja belum berakhir.

Sora segera pulang ke rumah untuk beristirahat agar besok ia bisa segera ke Osaka dan Nagano untuk menyelidiki TKP.

Di zebra cross, Sora berpapasan dengan seorang laki-laki yang sedang membantu seorang gadis kecil untuk menyeberangi jalan. Awalnya Sora hanya memperhatikan keduanya karena mereka berdua mengingatkannya pada kedua sepupunya.

Sesaat kemudian, Sora terkejut ketika mendengar suara tembakan beberapa kali dan di susul dengan tumbangnya laki-laki yang baru saja membantu anak kecil itu.

Jalanan menjadi kacau, teriakan terdengar dimana-mana. Sora langsung berlari ke arah korban yang ternyata masih bernafas. Ia menelepon ambulans lalu langsung memberikan pertolongan pertama pada korban.

Sora juga mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk menemukan sang pelaku. Namun karena keadaan yang sangat kacau dengan banyaknya orang yang berlarian juga kendaraan-kendaraan yang terjebak membuat Sora tidak bisa melihat sang pelaku di mana pun. Sora hanya melihat anak kecil yang tadi bersama korban masih terduduk tak jauh dari mereka dengan ekspresi shock.

Untungnya, petugas polisi lalu lintas yang kebetulan sedang berpatroli bisa menenangkan warga dan mengarahkan mereka ke tempat yang aman lalu langsung menutup jalan di sekitar TKP.

Sementara temannya menutup TKP, petugas patroli lain langsung menelepon kantor pusat dan melaporkan apa yang terjadi di sini.

Sementara itu, Sora masih terus berusaha untuk menyelamatkan nyawa korban dengan melakukan CPR beberapa kali sampai ambulans datang.

“Tolong kabari saya tentang perkembangannya nanti,” pinta Sora pada petugas yang membawa korban.

“Baiklah!” balas sang petugas sebelum akhirnya menaiki mobil dan langsung tancap gas ke rumah sakit.

Sora kemudian beralih pada anak kecil yang sedang di dekati oleh dua orang polisi lalu lintas tadi.

Anak itu tampak ketakutan saat dua petugas itu berusaha mendekat. Sora ikut mendekati anak kecil itu dan langsung memeluknya, mengusap-usap punggung sang anak dan berusaha memberikan ketenangan kepada anak itu.

“Tidak apa-apa, tidak ada yang perlu di khawatirkan,” bisik Sora menenangkan.

Sora menoleh ke belakang lalu memberikan isyarat pada dua orang polisi lalu lintas itu untuk segera membelikan air di supermarket yang ada di dekat mereka.

Untungnya kedua petugas itu mengerti dan segera membelikan air yang di minta Sora.

Sora kemudian menuntun anak itu untuk meminum air itu setelah sebelumnya ia mencuci tangannya dengan botol air miliknya sendiri.

“Sudah merasa lebih baik?” tanya Sora.

Anak itu mengangguk kaku.

Sora dan kedua petugas polisi itu menghela nafas lega. Apalagi mobil inspektur Chisaki yang akhirnya sampai di tempat kejadian membuat ketiganya melega.

“... hatnya,”

Sora menoleh ketika mendengar suara dari anak tadi.

“Hem? Kamu tadi bilang apa, dik?” tanya Sora.

“Aku melihatnya,” ucap sang anak, kali ini dengan suara yang lebih keras.

Sora terkejut, begitu juga dengan dua polisi lalu lintas dan inspektur Chisaki yang baru datang bersama detektif Kei.

“Kamu melihat pelakunya?” tanya Sora hati-hati.

Anak itu mengangguk.

Sora menoleh ke arah inspektur Chisaki, keduanya lantas mengangguk bersamaan.

“Kei, selidiki TKP dengan cermat. Kalau bisa kamu juga harus cepat karena kita tidak bisa menutup jalan ini terlalu lama,” bisik inspektur.

“Baik, pak!” sahut detektif Kei.

Sementara itu, Sora membujuk anak itu untuk naik mobil patroli bersama kedua polisi alu lintas itu karena dia harus mengganti bajunya yang berlumuran darah. Ia juga berjanji pada anak itu bahwa ia akan membelikannya baju baru.

Untungnya anak itu setuju untuk pergi bersama kedua petugas itu. Sementara itu, Sora harus pergi ke supermarket terdekat untuk membeli pakaian baru dan juga sekalian berganti baju di sana.

Sora kemudian naik ke mobil inspektur untuk menyusul anak perempuan yang sudah lebih dulu di bawa ke pos polisi terdekat itu. Sementara detektif Kei harus tinggal untuk menyelidiki TKP lebih lanjut.

Sesampainya di sana, Sora langsung duduk di depan gadis kecil itu lalu memberinya sepasang baju lengkap dengan sepatunya seperti yang ia janjikan tadi.

“Hai dik, onee-san boleh menanyakan beberapa hal?” tanya Sora setelah si gadis mengganti bajunya.

“tanyakan saja,” balas gadis kecil itu tampak lebih tenang.

“Siapa namamu?”

“Hima, Mizuki Hima,”

“Kalau begitu, Hima-chan tinggal di mana?”

“Di apartemen Shibuya,”

“Hima-chan di sana bersama orang tua?”

Hima menggeleng, “Hima hanya tinggal bersama mama,”

“Memang papa Hima-chan di mana?”

“Papa bekerja di laut dan jarang pulang,”

“Papa Hima-chan nelayan?”

“Bukan, papa Hima tentara,”

Sora terkejut, ia kemudian menoleh ke arah inspektur yang juga ikut terkejut.

“Kemungkinan ayahnya adalah seorang tentara angkatan laut jepang,” bisik Inspektur.

Sora mengangguk paham, ia kemudian beralih menanyai Hima tentang ciri-ciri sang pelaku yang katanya ia lihat.

Hima menjelaskan bahwa ia tidak melihatnya dengan jelas, hanya saja ia yakin bahwa sang pelaku adalah orang bule, karena rambutnya yang berwarna pirang juga matanya yang setajam mata elang. Hima juga menjelaskan bahwa sang pelaku tampak kurus, terlihat seperti orang yang tidak makan selama beberapa hari.

Sayangnya, Hima tidak bisa melihat wajahnya karena sang pelaku memakai masker.

Sora mencoba mengingat-ingat apakah ia melihat orang seperti itu di saat keributan tadi. Dan setelah ia ingat-ingat lagi, ia memang melihat orang yang hampir sama dengan deskripsi Hima, namun ia tidak bisa melihat keseluruhan wajahnya karena tertutup topi dan masker.

Hanya saja, Sora ingat betul bahwa orang itu adalah orang berambut pirang. Sora juga tidak bisa memastikan gender sang pelaku karena perawakannya yang kurus membuatnya terlihat seperti seorang gadis tapi juga terlihat seperti seorang lelaki.

Inspektur Chisaki, mengambil tindakan dengan memerintahkan dua orang petugas kepolisian untuk mengantarkan Hima pulang dan berjaga seharian penuh di sekitar apartemen Hima untuk penjagaan saksi. Inspektur juga memerintahkan keduanya untuk memberitahu ibu Hima tentang apa yang baru saja terjadi, agar ibu Hima bisa lebih waspada terhadap orang-orang asing yang datang ke apartemennya.

Inspektur bahkan memerintahkan kedua petugas itu untuk melarang ibu Hima membawa Hima keluar sampai pelakunya di tangkap. Ia juga melarang ibu Hima agar tidak menerima paket dari siapa pun kecuali jika paket itu sudah di cek oleh petugas.

“Inspektur, berdasarkan penyelidikan saya, pelaku adalah orang yang sama dengan pembunuh yang membunuh tiga orang sebelumnya!”

Chapter 2

“Semuanya di temukan tepat di samping tubuh korban,”

Sora menoleh, menatap inspektur Hideyoshi yang sedang berjalan ke arahnya.

“Lebih baik kita mulai rapatnya sekarang,” tutur inspektur Hideyoshi.

Yang lainnya mengangguk setuju, begitu juga Sora. Mereka akhirnya memulai rapat dengan membeberkan identitas korban juga sisa anggota keluarga yang masih hidup.

Rapat berlangsung selama kurang lebih dua jam, dan dari rapat ini, Sora tahu bahwa pembunuhan ini mungkin saja belum berakhir.

Sora segera pulang ke rumah untuk beristirahat agar besok ia bisa segera ke Osaka dan Nagano untuk menyelidiki TKP.

Di zebra cross, Sora berpapasan dengan seorang laki-laki yang sedang membantu seorang gadis kecil untuk menyeberangi jalan. Awalnya Sora hanya memperhatikan keduanya karena mereka berdua mengingatkannya pada kedua sepupunya.

Sesaat kemudian, Sora terkejut ketika mendengar suara tembakan beberapa kali dan di susul dengan tumbangnya laki-laki yang baru saja membantu anak kecil itu.

Jalanan menjadi kacau, teriakan terdengar dimana-mana. Sora langsung berlari ke arah korban yang ternyata masih bernafas. Ia menelepon ambulans lalu langsung memberikan pertolongan pertama pada korban.

Sora juga mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk menemukan sang pelaku. Namun karena keadaan yang sangat kacau dengan banyaknya orang yang berlarian juga kendaraan-kendaraan yang terjebak membuat Sora tidak bisa melihat sang pelaku di mana pun. Sora hanya melihat anak kecil yang tadi bersama korban masih terduduk tak jauh dari mereka dengan ekspresi shock.

Untungnya, petugas polisi lalu lintas yang kebetulan sedang berpatroli bisa menenangkan warga dan mengarahkan mereka ke tempat yang aman lalu langsung menutup jalan di sekitar TKP.

Sementara temannya menutup TKP, petugas patroli lain langsung menelepon kantor pusat dan melaporkan apa yang terjadi di sini.

Sementara itu, Sora masih terus berusaha untuk menyelamatkan nyawa korban dengan melakukan CPR beberapa kali sampai ambulans datang.

“Tolong kabari saya tentang perkembangannya nanti,” pinta Sora pada petugas yang membawa korban.

“Baiklah!” balas sang petugas sebelum akhirnya menaiki mobil dan langsung tancap gas ke rumah sakit.

Sora kemudian beralih pada anak kecil yang sedang di dekati oleh dua orang polisi lalu lintas tadi.

Anak itu tampak ketakutan saat dua petugas itu berusaha mendekat. Sora ikut mendekati anak kecil itu dan langsung memeluknya, mengusap-usap punggung sang anak dan berusaha memberikan ketenangan kepada anak itu.

“Tidak apa-apa, tidak ada yang perlu di khawatirkan,” bisik Sora menenangkan.

Sora menoleh ke belakang lalu memberikan isyarat pada dua orang polisi lalu lintas itu untuk segera membelikan air di supermarket yang ada di dekat mereka.

Untungnya kedua petugas itu mengerti dan segera membelikan air yang di minta Sora.

Sora kemudian menuntun anak itu untuk meminum air itu setelah sebelumnya ia mencuci tangannya dengan botol air miliknya sendiri.

“Sudah merasa lebih baik?” tanya Sora.

Anak itu mengangguk kaku.

Sora dan kedua petugas polisi itu menghela nafas lega. Apalagi mobil inspektur Chisaki yang akhirnya sampai di tempat kejadian membuat ketiganya melega.

“... hatnya,”

Sora menoleh ketika mendengar suara dari anak tadi.

“Hem? Kamu tadi bilang apa, dik?” tanya Sora.

“Aku melihatnya,” ucap sang anak, kali ini dengan suara yang lebih keras.

Sora terkejut, begitu juga dengan dua polisi lalu lintas dan inspektur Chisaki yang baru datang bersama detektif Kei.

“Kamu melihat pelakunya?” tanya Sora hati-hati.

Anak itu mengangguk.

Sora menoleh ke arah inspektur Chisaki, keduanya lantas mengangguk bersamaan.

“Kei, selidiki TKP dengan cermat. Kalau bisa kamu juga harus cepat karena kita tidak bisa menutup jalan ini terlalu lama,” bisik inspektur.

“Baik, pak!” sahut detektif Kei.

Sementara itu, Sora membujuk anak itu untuk naik mobil patroli bersama kedua polisi alu lintas itu karena dia harus mengganti bajunya yang berlumuran darah. Ia juga berjanji pada anak itu bahwa ia akan membelikannya baju baru.

Untungnya anak itu setuju untuk pergi bersama kedua petugas itu. Sementara itu, Sora harus pergi ke supermarket terdekat untuk membeli pakaian baru dan juga sekalian berganti baju di sana.

Sora kemudian naik ke mobil inspektur untuk menyusul anak perempuan yang sudah lebih dulu di bawa ke pos polisi terdekat itu. Sementara detektif Kei harus tinggal untuk menyelidiki TKP lebih lanjut.

Sesampainya di sana, Sora langsung duduk di depan gadis kecil itu lalu memberinya sepasang baju lengkap dengan sepatunya seperti yang ia janjikan tadi.

“Hai dik, onee-san boleh menanyakan beberapa hal?” tanya Sora setelah si gadis mengganti bajunya.

“tanyakan saja,” balas gadis kecil itu tampak lebih tenang.

“Siapa namamu?”

“Hima, Mizuki Hima,”

“Kalau begitu, Hima-chan tinggal di mana?”

“Di apartemen Shibuya,”

“Hima-chan di sana bersama orang tua?”

Hima menggeleng, “Hima hanya tinggal bersama mama,”

“Memang papa Hima-chan di mana?”

“Papa bekerja di laut dan jarang pulang,”

“Papa Hima-chan nelayan?”

“Bukan, papa Hima tentara,”

Sora terkejut, ia kemudian menoleh ke arah inspektur yang juga ikut terkejut.

“Kemungkinan ayahnya adalah seorang tentara angkatan laut jepang,” bisik Inspektur.

Sora mengangguk paham, ia kemudian beralih menanyai Hima tentang ciri-ciri sang pelaku yang katanya ia lihat.

Hima menjelaskan bahwa ia tidak melihatnya dengan jelas, hanya saja ia yakin bahwa sang pelaku adalah orang bule, karena rambutnya yang berwarna pirang juga matanya yang setajam mata elang. Hima juga menjelaskan bahwa sang pelaku tampak kurus, terlihat seperti orang yang tidak makan selama beberapa hari.

Sayangnya, Hima tidak bisa melihat wajahnya karena sang pelaku memakai masker.

Sora mencoba mengingat-ingat apakah ia melihat orang seperti itu di saat keributan tadi. Dan setelah ia ingat-ingat lagi, ia memang melihat orang yang hampir sama dengan deskripsi Hima, namun ia tidak bisa melihat keseluruhan wajahnya karena tertutup topi dan masker.

Hanya saja, Sora ingat betul bahwa orang itu adalah orang berambut pirang. Sora juga tidak bisa memastikan gender sang pelaku karena perawakannya yang kurus membuatnya terlihat seperti seorang gadis tapi juga terlihat seperti seorang lelaki.

Inspektur Chisaki, mengambil tindakan dengan memerintahkan dua orang petugas kepolisian untuk mengantarkan Hima pulang dan berjaga seharian penuh di sekitar apartemen Hima untuk penjagaan saksi. Inspektur juga memerintahkan keduanya untuk memberitahu ibu Hima tentang apa yang baru saja terjadi, agar ibu Hima bisa lebih waspada terhadap orang-orang asing yang datang ke apartemennya.

Inspektur bahkan memerintahkan kedua petugas itu untuk melarang ibu Hima membawa Hima keluar sampai pelakunya di tangkap. Ia juga melarang ibu Hima agar tidak menerima paket dari siapa pun kecuali jika paket itu sudah di cek oleh petugas.

“Inspektur, berdasarkan penyelidikan saya, pelaku adalah orang yang sama dengan pembunuh yang membunuh tiga orang sebelumnya!”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!