NovelToon NovelToon

Lelaki Bayaranku

Prolog

Sebut saja Miss Perfect. Mereka kerap menyebutku dengan sebutan Miss Perfect, sedangkan nama asliku adalah Alexa, bagi mereka aku nyaris sempurna. Selain aku cantik, pintar dan tajir, aku juga sangat aktif dalam ber organisasi. Sayangnya dengan julukan Miss Perfect yang aku sandang, hampir tidak ada seorangpun lelaki yang berani menyatakan cinta padaku, sehingga sampai sekarang, hingga lulus kuliah aku tetap single.

Situasi terparahnya saat aku wisuda aku bukan nya di dampingi oleh seorang lelaki sebayaku, tapi aku malah di dampingi oleh Mang Dadang. Mang Dadang merupakan sopir setia keluargaku yang sudah mengabdi hampir sebanyak usiaku sekarang, yaitu 20 tahun. Ya.... aku lulus Cumlaude dengan nilai tertinggi jurusan Seni Budaya disebuah Universitas Swasta yang ternama di kota ini.

Lalu dimana orang tuaku? Mom dan Dad adalah manusia super sibuk, yang jangankan bertemu mereka, kabar dari merekapun bahkan aku kerap tidak tahu dimana keberadaan nya. Sebagai anak tunggal, aku sering kesepian. Tapi, aku sudah terbiasa sih sendiri sejak kecil, tinggal dirumah yang besar, mewah dan ditemani beberapa penjaga rumah, pembantu dan seorang supir pribadi.

Wisuda selesai digelar, banyak yang datang melihat ku wisuda tapi tak satupun dari mereka sosok yang spesial bagi ku. Tidak sahabat, tidak kekasih, hanya teman. Dan mungkin kedekatan mereka padakupun tidak lain karena mereka membutuhkanku. lebih tepatnya membutuhkan uang dan kejeniusanku. Yah tidak salah mereka juga sih, karena memang aku yang membangun tembok agar tidak ada yang bisa memasuki hatiku, karena aku selalu ingin sendiri dengan pikiran dan imajinasi-imajinasiku.

Aku kuliah Jurusan Seni Budaya, aku adalah lulusan nilai tertinggi di angkatanku. karena aku populer sebagai Miss Perfect makanya banyak yang datang. mereka sering menyapaku dengan senyuman manis, tapi aku tau senyuman itu palsu, dan aku lelah berada ditengah tengah kepalsuan itu. Lalu, akupun berlalu pulang tanpa melakukan sesi foto dengan mereka.

Aku tidak peduli dengan pikiran mereka tentangku, aku terus berjalan menjauh dari kerumunan dan memasuki mobil yang sudah berada di gerbang kampus. "Akhirnya sampai" gumamku dalam lelah.

"Apa non? " tanya Mang Dadang.

"Nggak ada apa-apa Mang" jawabku sopan. Lalu aku turun dan langsung menuju kamarku yang sudah seperti hidupku. Karena, aku selalu menghabiskan waktu dikamar dengan cat lukis dan kanvas ku.

Lalu telpon genggamku berbunyi, tertera nama Dad dilayarnya.

"Ya Dad" ucapku.

"Honey Congrulation ya!"

"Kamu mau apa sayang.... ? seperti biasa jika kamu mau sesuatu kamu tinggal pilih dan bawa pulang, atau biar diantar langsung oleh yang punya toko, yang pasti Daddy ingin anak Daddy memilih kado wisudanya yang paling mahal dan menarik, dan jangan lupa minta orang toko nya membuatkan kartu ucapan selamat wisudanya from Daddy, ya sayang!" Daddy bicara begitu sangat bangganya.

Dan aku hanya menjawab. "Ok Dad, thankyu" ucapku. Lalu aku mematikan sambungan telpon dari Daddy.

Lima menit kemudian ponselku berbunyi lagi. Dan tentu saja aku tau itu telpon dari siapa, siapa lagi kalau bukan Dari Mommy. Dan ternyata benar, dilayar ponselku tertera Mom memanggil.

"Hm..., Ya Mom" ucapku datar.

"Selamat Wisuda ya Sayang, Maaf Mommy telat menghubungimu Sayang, tadi Mommy Sedang bersama klien."

Mommy berusaha menjelaskan situasinya dan aku sudah tau itu karena alasan itu selalu dipakai oleh Mommy setiap telat dalam hal apapun untuk Ku.

"OK Mom gak Papa, tadi aku dah ditemanin Mang Dadang kok pas wisuda. Jadi....., Mom dan Dad tenang saja, aku ngak sendirian kok" ucapku Santai.

Lalu ponsel ku kumatikan, agar tidak Ada lagi yang menghubungiku. Karena Mom dan Dad juga sudah menghubungiku Hari ini. Jadi...., kupastikan mereka pasti tidak akan menghubungi ku lagi hari ini. Rasanya Lelah dan mengantuk, kurebahkan tubuhku dikasur yang empuk dan kupejamkan mataku, hingga tanpa sadar aku tertidur karena Lelah.

Dua tahun Sudah berlalu, aku sekarang sudah bukan seorang Mahasiswi lagi, aku sudah menjadi seorang Desainer ternama. Usahaku sangat sukses, Ya gimana nggak sukses??? selain Desain ku yang memang sangat bagus dan trend, aku juga mempunyai pelanggan-pelanggan berkelas. Mereka kudapatkan bukan hanya karena jiwa marketing ku yang hebat saja. Tapi, memang karena mereka sebagian besar adalah klien-klien dari Bisnis orang tua ku. Sekeras apapun aku berusaha lepas dari nama besar mereka, tetap saja tidak akan bisa. Termasuk Butik yang aku buka dengan tabungan dan hasil upah desain ku yang aku kumpulkan selama ini, tetap Saja dianggap modal dari harta orang tuaku.

"Alexa," terdengar seseorang menyapaku dari belakang, lalu aku menghentikan langkahku dan menoleh kebelakang pelan.

Aku tidak mengenali nya, mungkin karena terlalu jauh dan masih terlihat samar, tapi aku yakin dia seorang wanita yang hampir seusia Mommy. Setelah dekat kulihat wanita itu tersenyum sangat manis dan dia hampir mirip dengan Mommy.

"Hai Al" sapa wanita itu dan kemudian memeluk ku erat. "apa kabarmu Sayang? kamu lupa dengan bibi mu? " wanita itu kemudian memegang kedua tanganku dan menatap wajahku lebih lekat.

"Maaf aku lupa, boleh tau anda siapa? " tanyaku sambil mengangkat sebelah alis mataku.

"Ya sayang..., bibi maklum kok kamu sudah lupa dengan bibi, karena bibi sudah lama sekali tidak ke kota" jelas wanita itu.

"Ini bibi Sandra, adik sepupu Mommy mu Sayang" jawab wanita itu. Oh iya aku ingat dia memang bibi ku, saudara sepupu Mommy yang bungsu, dia memang cantik dan hampir mirip Mommy, aku lupa karena sudah hampir sepuluh tahun aku tidak bertemu dengannya.

"Bibi tau dari mana aku disini?" tanyaku.

Kebetulan aku saat ini sedang berada di parkiran butik miikku, aneh saja kalau tiba-tiba dia sudah berada disini.

"Bibi tau dari Mommy mu sayang, memang Mommy gak cerita kalau bibi akan kesini? " tanya Bibiku. Aku lalu menggeleng, seperti biasa Mommy pasti lupa, mana ada hal yang bersangkutan denganku yang Mommy ingat.

Lalu aku mengajak bibi masuk ke butik ku, disana terpampang jelas ALEXA BOUTIQUE, aku pemilik Butik ini dan aku memiliki empat orang pegawai, dua orang juru jahit dan dua orang pramuniaga. Usahaku baru berjalan dua tahun. gedung butik ini milikku sendiri, walaupun baru berjalan dua tahun tapi sudah sangat ramai.

Daddy meminta aku untuk meneruskan usaha kontraktor dan property nya, Mommy juga memintaku untuk melanjutkan bisnis tanaman hias nya. Maka Karena aku anak tunggal, aku pun lebih memilih sesuai hobi ku dari kecil. Melukis dan mewarnai serta mendesain berbagai pakaian sudah terbiasa aku lalukan dari dulu. Mungkin karena kedua orang tua ku memiliki jiwa seni makanya aku memiliki jiwa seni yang tinggi juga.

Hai..... semua

Mohon bantu ya cerita baru Author ni

semoga sukak ya

Lama sudah tidak muncul karena beberapa problem, semoga kali ini Author bisa fokus lagi.

Terlalu Sempurna (POV bi Sandra)

"Mbak ini aku Sandra," Aku memberanikan diri menelpon mbak Ratih.

"Ya dek, ada apa? " jawab mbak Ratih diseberang telpon Sana.

"Aku mau cerita sesuatu mbak, tapi gak bisa lewat telpon, apa mbak ada waktu untuk ketemu aku mbak? " tanyaku lagi.

Mbak Ratih terdiam cukup Lama, baru setelah itu dia menjawab ragu, "bisa aja dek, tapi kamu yang ke kota ya, karena mbak banyak janji Sama klien, jadi nggak ada waktu banyak untuk pulang kampung," jawab mbak Ratih sopan.

"Iya mbak nggak papa, biar aku saja yang ke kota" jawabku.

"Kita ketemu di butik Alexa saja ya Sandra" kata mbak Ratih.

"ok mbak." aku langsung menyetujui nya, karena memang Alexa lah target utama ku.

Akhirnya aku bertemu dengan Alexa, dia terlihat sangat cantik, wajahnya yang setengah bule, tinggi, kulit sao matang dan mempunyai tubuh yang ideal, membuat dia terlihat enak dipandang mata. Kami memasuki butik nya, butiknya tidak terlalu besar tapi rapi berkelas dan sepertinya selalu ramai dikunjungi orang baru.

"Duduk bi" ucap Alexa.

"Makasih ya sayang", aku balas dengan perasaan bahagia, karena meskipun Alexa terkenal dingin, dia sangat menghargai yang lebih tua darinya.

"Bibi janjian ya sama Mommy di butik aku?" tanya Alexa Gamblang, karena dia memang tidak dapat kabar sama sekali sebelumnya.

"Iya nak, bibi pikir Mommy kamu sudah cerita, makanya bibi langsung kesini." jawabku sambil tersenyum.

"Ntar ya bi, aku telpon Mommy dulu." Alexa kemudian melakukan panggilan telpon ke ponsel Mommy nya, tapi sepertinya tidak ada respon dari panggilan telpon Alexa, dan Alexa hanya menghembuskan nafas panjang pertanda dia tidak mau lagi mengulang panggilan telpon ke Mommy nya.

"Gimana sayang? Mommy kamu gak angkat telpon nya?" tanyaku memastikan.

"Ngak bi, seperti biasa Mommy pasti lagi sibuk banget", wajah Alexa sepertinya biasa saja, seakan sudah terbiasa dengan hal ini. Sedikit rasa kasihan, tapi ini kesempatan ku untuk masuk, gumam ku dalam hati.

"Sayang, apa Mommy kamu selalu sibuk seperti ini ya?" tanyaku dengan raut wajah menghiba.

"Iya bi" jawab Alexa datar. Aku lalu mendekat dan duduk tepat disamping Alexa, aku lalu menggenggam tangan mulus itu dan mulai mengusap rambutnya.

"Kamu kesepian ya sayang? " tanyaku dengan keibuan, Alexa hanya tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"nggak bi," Alexa kembali tersenyum tipis dan berusaha menyembunyikan kesedihan nya. Ini benar-benar kesempatan baik untukku, pikirku.

"Gak papa sayang, biar bibi tunggu Mommy kamu aja, mungkin Mommy kamu lagi sibuk, ntar biar bibi yang telpon Mommy kamu lagi" ucapku menghibur.

"Kamu lanjutkan kerja kamu saja dulu sayang," aku bersikap semanis mungkin.

"Baik bi, bibi mau tunggu Mommy dimana? di rumahkah atau disini saja?" tanya nya padaku.

"Bibi rasa dirumah saja, karena bibi takut mengganggu mu nak" jawabku manis.

Aku yakin dia akan semakin luluh dengan sikap dan perhatian ku.

"Nggak kok bi, bibi nggak ngeganggu bi, Alexa bekerja diruang sebelah, bibi bisa istirahat disini sambil nunggu in mommy." Lalu Alexa keluar dari ruangan dan meninggalkan ku sendirian diruang tamu untuk beristirahat. Karena lelah akupun istirahat sambil memikirkan strategi berikutnya.

"Bi, udah siang nih, kita makan siang dulu yuk," tiba-tiba Alexa masuk dan mengajak aku untuk makan siang.

"Pekerjaan kamu sudah selesai nak? kita makan dimana? tanyaku sambil berdiri dan mendekati Alexa.

"Kita makan siang di restoran seberang aja bi, pekerjaan aku sampai kapanpun belum akan selesai-selesai bi" ucapnya tersenyum manis.

"Kamu bener-bener cantik ya sayang " pujiku. Lalu kami berdua menikmati makan siang direstoran seberang butik nya Alexa.

Restoran nya sangat mewah, pasti hanya orang kaya yang menikmati makanan disini. Aku memang bukan orang kaya, begitu juga dengan mbak Ratih, keluarga besar kami hanya orang sederhana, hanya saja kalau dikampung lumayan terpandang. Aku dan mommy Alexa hanya sepupuan, tapi mbak Ratih anak tunggal, dan usia kami juga hanya beda beberapa tahun. tapi mbak Ratih lebih beruntung dariku, setelah menikah dia merantau kekota besar dengan suaminya dan akhirnya sukses . Jadi harta yang mereka peroleh murni karena kerja keras mereka. Dan ditambah lagi mereka memiliki putri yang sangat cantik. Sedangkan aku tidak diijinkan orang tua ku untuk merantau bahkan suami ku hanya guru ngaji di kampung. Sekarang nasib kami bagaikan bumi dan langit.

"Bibi kenapa?" pertanyaan Alexa membuyarkan lamunanku, aku sudah bosan hidup dalam kesederhanaan karena itu aku berniat mendekati Alexa untuk menikah dengan putra semata wayangku.

"Tidak sayang, tidak kenapa-napa, bibi hanya teringat anak bibi, harusnya bibi bawa dia tadi, biar bibi ada teman, kebetulan dia kuliah disini juga. Dia lelaki yang baik dan penyayang" ucapku untuk mengambil perhatian Alexa.

Sekarang justru Alexa yang terdiam, "kamu kenapa sayang?" sengaja aku bertanya itu sebagai pembuka pembahasan ku untuk tujuanku.

"Gak papa bi, hanya senang saja dengar bibi baru setengah hari di kota tapi sudah ingat anak bibi, sedangkan aku." Ucap Alexa terputus dia meletakan sendok dan garpunya lalu menundukan kepalanya.

Akhirnya sebuah air mata lolos dari sudut mata gadis cantik itu. " kamu kenapa sayang? " aku bertanya seakan tidak tahu apa yang gadis itu alami, sebenarnya aku sangat tau dengan jelas perkembangan hidup nya dan bagaimana dia menjalani hari-hari nya.

Aku sudah lama menunggu hari ini, hari dimana dia sudah dewasa dan siap untuk berumah tangga, meski umurnya belum seberapa. Tapi, dia sudah sukses di usia muda, belum lagi wajah yang cantik dan anak tunggal yang akan mewarisi banyak harta kedua orang tua nya.

Yahh... inilah saatnya aku maju untuk mendapatkan apa yang aku mau, lagipula tak ada ruginya jika anakku menikahi seorang gadis cantik, kaya dan seorang anak tunggal, jadi tidak akan ada perebutan harta. Aku yakin Alexa juga akan mau menerima penawaran pernikahan ini, karena putra ku juga sangat tampan. Dia pemuda paling tampan di kampung kami, hanya saja putraku dua tahun lebih muda dari Alexa.

"Bi... , apakah semua orang tua diluar sana bersikap seperti bibi? atau seperti mommy? karena aku tidak tau apakah Mommy pernah merindukanku? Mommy dan Dad sangat sibuk, kami terkadang hanya berjumpa satu kali seminggu, aku sebenarnya sudah terbiasa, hanya saja mendengar bibi bicara barusan aku jadi teringat Mommy" gadis cantik itu berbicara tidak seperti sebelumnya.

Kali ini dia terdengar sangat sedih, aku lalu memegang tangannya kembali dan berkata seperti seorang ibu yang sangat baik.

"Semua ibu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya, mungkin caranya berbeda" perkataanku hanya untuk mengambil hati Alexa agar dia menganggap aku seorang ibu yang baik dan mempunyai putra yang baik juga. Ya... aku sudah berhasil membangun citra yang baik didepannya. Permulaan yang bagus Sandra, kamu memang jago dalam berperan. Batinku.

Pemuda Tak Dikenal (Pov Alexa)

Akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk ketempat ini. Dengan perasaan yang bercampur aduk, antara rasa takut dan rasa sedih yang sudah tidak sanggup aku tahan lagi, aku melangkah dengan congkaknya. Aku tidak tau apakah ada yang memperhatikan ku memasuki ruangan itu atau tidak. Yang jelas aku berjalan lurus menatap kedepan tanpa menoleh kekiri atau kekanan menuju meja bartender.

Sesampai didepan meja aku meminta segelas wine yang aku tau memang ber alkohol ringan.

Segelas wine berada ditanganku, lalu aku tetap hanya memutar-mutar gelas itu, Masih ada rasa takut untuk meminumnya. Jadi, akupun hanya duduk memegangi gelas itu dengan pikiran yang jauh melayang. Masih teringat jelas oleh ku, kapan terakhir aku makan bersama dengan kedua orang tuaku. Bagaimana tidak kesibukan mereka yang aku rasa seorang anak presiden pun pasti masih bisa berjumpa dengan anaknya. Sedangkan aku, aku tidak pernah tau kapan bisa bertemu dengan mereka. Baik Mom dan Dad seakan tidak menganggap aku ada.

"Bibi rasa kamu kesepian nak, percayalah...., kamu butuh seseorang untuk menemanimu" ucap bibi padaku saat makan siang tadi.

"Nggak kok bi, aku nggak pernah sendirian bi. Buktinya di Butik ada pegawai ku, dirumah ada pembantu dan penjagaku. Aku nggak pernah sendiri bi, dan aku juga mempunyai beberapa teman di sosial media" ucapku membela diri. Tapi, bibi seakan tidak puas dengan pembelaan diriku. Bibi mengatakan aku butuh seorang pendamping. Semua percakapam kami tadi terngiang ngiang olehku.

Sekarang bibi nginap dirumah ku, karena Mommy bilang dia akan pulang besok pagi, jadi bibi diminta Mommy menunggu sampai besok pagi. Aku tidak tau ada kepentingan apa bibi kekota, yang jelas aku hanya tidak nyaman saat ada bibi, karena bibi terlihat sebagai sosok ibu yang sangat baik terhadap anaknya, sehingga aku merasa iri dengan putranya.

Rasanya air mataku kembali menetes karena rindu Mommy, lalu aku memutuskan untuk ketoilet sebentar. Minuman ku, kubiarkan dan aku berlalu ke kamar mandi untuk cuci muka dan memasang kembali bedak dan lipstik baru lagi.

"Aw... " tas jinjing tanganku terjatuh, aku menabrak seseorang, ternyata dia seorang wanita yang tengah mabuk dan dibimbing jalannya oleh seorang pemuda. Pemuda itu terlihat sangat tampan, tinggi dan perawakan dingin .

"Maaf jalan anda terhalang oleh teman saya" ucapnya. Lalu dia memungut tas ku yang terjatuh dilantai dan mengembalikannya. Saat itu tidak sengaja tanganku tersentuh jemarinya yang hangat. Lalu, siwanita tadi marah-marah tidak karuan.

"Hai pelacur, beraninya kamu menyentuh lelakiku, kau tau tidak...? malam ini dia adalah milikku, aku sudah bayar mahal untuk kehangatan nya malam ini. jadi jangan coba-coba mencuri lelakiku." Perempuan itu tetap mengoceh sambil tubuhnya sempoyongan.

"Maaf mbak, saya permisi, si lelaki berlalu sambil menggiring perempuan tadi berjalan, perempuan tadi benar-benar tidak sopan. pakaiannnya sangat minim, belahan dadanya terlihat dengan jelas, rok nya hampir memperlihatkan bagian pahanya paling atas, dan setelah aku melewati, aku menoleh kembali kearah belakang, terlihat jelas bagian punggungnya tidak ada kain yang menutupi, hanya tali-tali kecil yang bersilang sampai pinggangnya. Bagiku dia terlihat seakan tidak mengenakan pakaian.

Sesampai dimeja tempat aku duduk tadi, aku baru sadar ternyata bukan hanya wanita tadi yang terlihat tidak sopan. hampir semua perempuan disini memakai jenis pakaian yang sama, bahkan ada yang memakai celana dan baju yang dalam. Tapi, dari ujung pakaian semua transparan kecuali menutupi bagian-bagian vitalnya saja. "huff..." sebenarnya bukan mereka yang salah kostum. Tapi aku yang salah kostum kurasa.

Tanpa sadar karena haus aku langsung meminum wine yang ada didepanku tadi, tiba-tiba kepalaku terasa pusing. Aku tidak tau kenapa aku bisa pusing. yang jelas semua kelihatan samar. Lalu tiba-tiba seseorang memegang tanganku dan mulai merangkul pinggangku.

"Ini mainan baru malam ini bos" ucap seseorang didepanku.

Aku tidak tau siapa itu, wajahnya samar dan kepalaku sakit. Si pria disampingku hanya berkata "seperti biasa, nanti aku transfer setelah mendapatkan bayaranku" ucapnya.

Seseorang menggiringku jalan menuju kearah yang aku tidak tau, lalu aku melihat aku seakan berada didepan pintu kamar. Dan aku merasa aku dalam masalah besar, setelah itu aku memukul-mukul pria itu dengan tas jinjingku dan berteriak.

"Lepaskan aku, siapa kamu? dan kenapa kamu membawa aku kesini"

Lalu tiba-tiba lelaki itu menampar ku, dan berkata "kamu barang baru, kamu cantik, dan tidak akan kubiarkan ada yang keluar dalam keadaan perawan dari sini!" ucapnya lantang hingga memekakkan telingaku.

Seketika aku menangis dan histeris, aku masih setengah sadar. Lalu tiba-tiba kami sudah berada dalam kamar dan saat si lelaki mau menutup pintu kamar, seseorang membuka paksa dan memukul lelaki yang membawaku dengan paksa tadi. Aku tidak tau apalagi yang terjadi, yang jelas aku terduduk diatas ranjang dan semakin pusing, dan kurasa aku pingsan.

"Hm.... , kepala ku terasa pusing, aku membuka mata dan ternyata aku sedang berada diatas ranjang, kutatapi langit-langit kamar itu tapi aku merasa asing, lalu aku mengucek mataku dan melihat kesisi kiriku.

"Astaga... siapa dia? " aku lalu duduk dan menyandarkan tubuhku kedinding sofa. Ada apa ini? apa yang terjadi? . Aku lalu berdiri dan ternyata bajuku berserakan dilantai, aku meraba tubuhku sendiri, ternyata aku tidak menggunakan selembarpun kain ditubuhku. Dan lelaki itu juga terlihat polos tanpa pakaian, hanya bagian vitalnya tertutup sedikit selimut tebal.

Aku tidak tau apa yang terjadi semalam, tapi aku dirundung ketakukan. aku lalu mengenakan semua pakaianku dan bersiap meninggalkan kamar tersebut. Tapi, sebelum pergi. Aku mengeluarkan selembar cek kosong dan selembar kertas berisikan tulisan, tulis nomimalmu dan bungkam apapun yang terjadi semalam. Lalu tanpa basa basi aku kabur dari kamar itu dengan sejuta tanda tanya dalam hatiku.

Siapa dia? lelaki itu terlihat sangat tampan, tapi kenapa aku bisa ada diranjang dalam keadaan tanpa sehelai benangpun disisinya, apa yang terjdi denganku semalam. Dan aku hanya memesan wine, tidak seharusnya aku bisa hilang kesadaran seperti semalam. Tidak ini pasti ada yang tidak beres. Apakah ini ulah saingan bisnis daddy? karena daddy lumayan banyak musuh karena daddy kerap memenangkan tender besar dalam proyek pembangunan tata kota baik dalam dan luar negeri.

Akhirnya aku sampai dirumah, sepanjang perjalannan otakku berpikir keras.

"Mang cuci mobilnya ya" ucapku begitu melihat Mang Dadang.

"Iya non" jawab Mang Dadang. "Non... itu, hm.... itu didalam ada Nyonya dan Tuan." Mereka nungguin non dari tadi." jelas Mang Dadang padaku.

"Hah...? benarkah? tumben mereka barengan ada dirumah?" ucapku mencemooh omongan yang disampaikan Mang Dadang.

Lalu aku memasuki ruang keluarga. Ternyata benar ada Mommy dan Daddy.

"Hai Mom, hai Dad, sapaku sambil mencium pipi mereka secara bergantian. Tumben Mommy dan Daddy barengan ada dirumah?" tanyaku sambil tersenyum tipis.

"Hai sayang Dady dan Mommy ada keperluan untuk membahas sesuatu dengan kamu. Makanya, kami berdua langsung pulang kerumah dan baru sampai subuh tadi." jelas Mommy padaku.

"Kamu dari Mana saja?" pertanyaan Daddy membuat jantungku serasa mau copot.

"kenapa Daddy tiba-tiba bertanya? apa Daddy tau sesuatu? haruskah aku ceritakan soal lelaki misterius itu?" gumamku dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!