Di sebuah ruang kerja CEO perusahaan elektronik terbesar di kota itu, tampak seorang pria tampan bertubuh atletis sedang sibuk menandatangani setumpuk dokumen yang ada di atas meja kerjanya sembari sesekali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Tiba-tiba ia menghentikan aktivitasnya. Menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi lalu teringat akan kejadian 2 bulan lalu saat ia sedang berada di sebuah taman bersama kekasihnya.
“Kenapa kau tidak mau kita segera menikah? Kita sudah pacaran hampir setahun. Bukankah biasanya wanita selalu menginginkan hubungan yang pasti? Lalu kenapa kau malah menolakku?”
“Aku bukan menolakmu, Sayang. Hanya saja aku belum siap kalau kita harus menikah sekarang.”
“Tapi kenapa?”
“Sayang, aku sedang sibuk-sibuknya dengan butik ku yang baru saja berkembang. Kau juga masih banyak pekerjaan yang menuntutmu bepergian ke luar negeri. Biarkan hubungan kita berjalan seperti ini dulu. Aku akan tetap mencintaimu. Aku janji, jika butik ku sudah berjalan dengan baik tanpa perlu andilku terlalu banyak, aku akan menyetujui permintaanmu.”
“Kau janji? Kau tidak menyembunyikan apa-apa dariku bukan?”
“Tidak, Sayang. Aku tidak menyembunyikan apa-apa. Percayalah padaku.”
“Baiklah, aku percaya padamu. Tapi nanti aku mohon jangan tunda lagi pernikahan kita.”
“Iya, iya, aku janji.”
Pria itu tampak menghela nafas panjang mengingat kejadian dimana ia mengajak kekasihnya untuk menikah, tapi selalu ditolak oleh kekasihnya itu.
Pria itu adalah Adam Smith. Seorang CEO pemilik perusahaan elektronik terbesar di kota itu. Dia adalah pewaris tunggal kekayaan keluarganya dan dia satu-satunya yang meneruskan perusahaan milik keluarganya. Apalagi saat ayah nya meninggal beberapa tahun silam, membuatnya mau tidak mau meneruskan perusahaan keluarganya. Ia anak semata wayang yang tinggal bersama ibunya tersayang. Meskipun dikenal sebagai pria yang dingin dan angkuh tapi nyatanya ia anak yang baik dan sangat perhatian terhadap ibunya.
Adam saat ini memiliki kekasih bernama Emelda. Mereka sudah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih selama satu tahun. Emelda seorang gadis yang lembut, bertutur kata sopan bak putri bangsawan, dan berpenampilan sangat anggun membuat Adam semakin suka padanya. Rambutnya lurus agak kecoklatan, matanya coklat terang dan kulitnya putih bersih. Memang sangat cocok gadis secantik Emelda bersanding dengan Adam yang tampan dan gagah.
Hari ini Adam berencana akan mengajak Emelda makan malam sekaligus membicarakan arah hubungan mereka ke depannya. Bagi Adam, ia sudah merasa cocok dengan Emelda dan tak mau lagi berlama-lama menjalin hubungan sebatas kekasih saja, ia mau hubungan dengan ikatan yang lebih serius. Saat ini usia mereka juga sudah cukup matang. Adam berusia 29 tahun sedangkan Emelda berusia 25 tahun.
Jarum jam menunjukan pukul 4 sore. Adam terlihat menelepon seseorang melalui telepon yang ada di atas meja nya.
“Bagaimana? Sudah kau atur semuanya untuk malam ini?” tanya Adam tanpa basa-basi.
“Sudah Tuan. Jam 7 malam di restoran biasa sesuai perintah Tuan," jawab penelepon yang tidak lain adalah asisten nya, Ian.
“Kerja bagus. Malam ini aku tidak ingin diganggu siapapun. Jika ada yang penting, tunda saja sampai besok pagi," titah nya.
“Baik Tuan.”
Panggilan pun dimatikan. Kemudian Adam mengambil handphone nya dari atas meja dan menelepon seseorang yang tak lain adalah Emelda.
“Halo Adam," sapa Emelda dengan lembut.
“Halo sayang. Apakah kau sedang sibuk?” tanya Adam.
“Tidak begitu. Hari ini pengunjung butik tidak terlalu ramai," jawab Emelda.
“Baguslah kalau begitu. Jam 5 aku akan menjemputmu. Jadi bersiap-siaplah.”
“Menjemputku? Tapi aku bawa mobil hari ini, Adam.”
“Itu bukan masalah. Aku akan mengaturnya. Kau hanya perlu ikut bersamaku nanti.”
“Memangnya kita akan kemana?”
“Rahasia. Nanti kau juga akan tau.”
“Ya ya ya baiklah Tuan Adam ku. Lakukanlah yang kau mau.”
“Good girl. Sampai nanti sayang.”
“Bye Adam.”
Adam kembali melirik jam tangan nya. Memastikan ini sudah waktunya bergerak menjemput kekasihnya itu. Ia tak mau terlambat sedikitpun. Baginya setiap waktu yang berlalu adalah hal yang berharga yang tak boleh ia sia-siakan.
Dan entah mengapa rasanya ia hari ini diburu akan sesuatu yang membuatnya harus segera mengatakan pada Emelda hal yang serius pada hubungan mereka.
Adam menutup berkas terakhir yang ia tanda tangani, berdiri lalu menyambar jas nya yang ada di sandaran kursinya lalu bergegas keluar dari ruang kerjanya.
“Tuan mau berangkat sekarang?” tanya Ian yang baru saja akan masuk ke ruang kerja atasannya itu.
“Hm. Ada apa?” Adam menjawab sekilas.
“Perlu saya antar Tuan?” tawar Ian.
“Tidak perlu. Aku sendiri yang akan bawa mobil dan menjemput Emelda," jawab Adam.
“Baik Tuan. Hati-hati di jalan," kata Ian dengan sedikit membungkuk dan membiarkan Adam lewat.
Tidak ada sahutan yang terdengar dari Adam. Ia pun segera menaiki lift khusus CEO yang ada di perusahaan nya. Sesampainya di lantai dasar, seseorang telah menyiapkan mobilnya. Adam pun bergegas menaiki mobil lalu pergi menjemput kekasihnya.
Jarum jam menunjukkan pukul 7 malam. Terlihat sepasang kekasih memasuki sebuah restoran mewah di tengah kota. Mereka adalah Adam dan Emelda.
Adam sudah memesan tempat khusus di restoran tersebut. Ia memesan tempat di lantai 3, lantai teratas restoran yang di kelilingi oleh dinding kaca yang dapat menampilkan dengan jelas keindahan lampu-lampu kota yang gemerlap dan gedung-gedung perkotaan yang tinggi menjulang.
Tidak ada siapapun disana selain mereka berdua. Adam benar-benar sudah merencanakan dengan baik. Ia tidak mau ada yang mengganggu nya nanti saat ia sedang membicarakan hal serius pada Emelda.
Suara alunan musik yang berasal dari piano mengalun indah di telinga. Hiasan ruangan yang bertema serba putih terlihat sangat indah. Bunga-bunga yang berada di ruangan itu pun bernuansa putih semua. Benar-benar menambah keromantisan suasana malam itu.
Mereka telah duduk di tempat yang sudah dipersiapkan. Sesekali Emelda menoleh ke kiri ke kanan memastikan bahwa hanya ada mereka saja disana tanpa pengunjung yang lain. Hanya terlihat beberapa pelayan yang berdiri tegak dengan seragam yang rapi, seolah siap menerima perintah dari pelanggan VVIP itu.
“Apa kau sudah merencanakan ini dari jauh-jauh hari?” tanya Emelda penasaran.
“Merencanakan apa?” kata Adam balik bertanya.
“Aku tidak lihat ada pengunjung lain disini.” Tanya Emelda yang lagi-lagi memperhatikan sekitarnya.
Adam hanya tersenyum tipis lalu menjawab, “Aku baru menyiapkan nya hari ini.”
“Untuk apa? Aku rasa aku sedang tidak berulang tahun. Ulang tahunmu juga bukan.” Tanya Emelda penasaran.
Belum sempat menjawab, datang beberapa pelayan menyajikan berbagai hidangan di atas meja mereka.
“Makan lah dulu. Nanti juga kau akan tau.” Jawab Adam yang membuat Emelda mengernyitkan alis nya.
Mereka pun memulai makan malam dengan hening. Adam masih belum mau menjelaskan alasan nya mengajak Emelda makan malam itu. Hingga akhirnya makanan utama pun lesap dilahap sepasang kekasih itu. Mungkin karna sama-sama baru pulang kerja jadi mereka memang benar-benar lapar.
Setelah itu dessert pun dihidangkan di atas meja. Dessert berupa chocolate brownie dengan ice cream vanilla sebagai topping tak lupa cherry merah di atasnya terlihat sangat menggiurkan.
“Kau suka?” tanya Adam yang melihat Emelda melihat dessert di depannya dengan mata berbinar.
“Sangat suka.” Jawab Emelda dengan tersenyum senang.
“Makan lah. Aku memesan khusus untukmu. Benar-benar khusus.” Kata Adam lalu mengedipkan sebelah matanya pada Emelda.
Emelda mulai menyendoki dessertnya lalu memasukkan ke mulut. Perfect! Rasanya benar-benar memanjakan lidah. Emelda pun berniat menyendoki dessert nya lagi.
Tapi...apa ini? Kenapa seperti ada yang mengganjal di dalam nya? Agak sedikit susah disendok. Emelda mulai sedikit mengacak dessert nya dengan sendok lalu tiba-tiba ia menutup mulutnya dengan ekspresi terkejut.
“Sayang...” panggilnya kepada Adam.
“Kenapa sayang?” Adam pura-pura tidak tau.
Emelda mengeluarkan sebuah cincin berlian bermata biru dari dalam dessert nya lalu menunjukkan pada Adam.
“Apa ini sayang?” tanya Emelda meminta penjelasan.
“Ohhh itu setau ku namanya cincin, sayang.” Jawabnya menyebalkan.
“Aku tau ini cincin. Tapi apa maksudmu memberikan cincin ini padaku?” tanya Emelda lagi.
Adam tak menjawab. Ia mengambil cincin di tangan Emelda. Membersihkan nya sedikit dengan tissue lalu meraih tangan Emelda dan menyematkan cincin di jari manis wanita pujaan hatinya itu.
Emelda hanya diam menyaksikan Adam memasangkan cincin di jari manisnya. Apakah Adam bermaksud melamarnya atau bagaimana?
“Ini sebagai bukti kalau aku ingin membawa hubungan kita ke arah yang lebih serius lagi.” Jawab Adam dengan tenang.
“Apakah kau melamarku untuk menikah denganmu?” tanya Emelda.
“Itu jika kau mau. Tapi aku tidak akan memaksamu untuk menikah dalam waktu dekat. Aku tau kau belum siap. Tapi setidaknya, mari kita bertunangan. Aku benar-benar ingin serius padamu, Emelda.” Adam menjelaskan dengan tenang sambil masih menggenggam jemari Emelda yang terpasang cincin tadi.
Emelda tersenyum lebar. Dia benar-benar tidak menyangka Adam akan secepat ini mengajak nya bertunangan. Punya kekasih seperti Adam yang hampir sempurna itu siapa yang tidak was-was kalau suatu hari nanti ada wanita lain yang menggodanya.
Emelda mengangguk. Lalu berkata,
”Baiklah Adam. Aku mau bertunangan denganmu. Terimakasih karna kau telah serius menjalani hubungan ini denganku. I love you, Adam.”
Adam pun tersenyum lebar. Membuat ketampanan nya makin meningkat.
“Terimakasih juga sayang karna kau mau setia di sisiku. I love you more, Emelda.”
Adam mengecup punggung tangan Emelda beberapa detik. Emelda terlihat sangat bahagia. Adam pun tak kalah bahagia. Ia sangat puas karna makan malam spesial yang ia rencanakan berjalan dengan sempurna.
Malam berganti siang. Hari berganti hari. Tibalah saat yang dinantikan oleh sepasang kekasih yang sedang kasmaran itu. Hanya berjarak satu bulan dari makan malam spesial mereka, kini acara pertunangan pun akan digelar di salah satu hotel mewah milik keluarga Adam.
Tidak banyak tamu yang diundang mengingat ini hanya acara pertunangan. Hanya keluarga dan para sahabat terdekat saja serta beberapa rekan kerja yang sudah bekerja sama lama dengan Adam yang hadir pada acara pertunangan itu. Dari pihak keluarga Adam hanya ada ibunya saja, sementara dari pihak keluarga Emelda tidak terlihat seorang pun yang datang karena Emelda bilang dia anak tunggal dan orang tuanya telah lama meninggal dunia.
Ruang aula yang besar tempat mereka akan bertunangan terlihat sangat indah. Nuansa ungu dan putih sangat terlihat menonjol disana. Bunga-bunga berwarna ungu dan putih menghiasi setiap sudut ruang dan meja-meja tempat para tamu nanti. Emelda sangat menyukai warna ungu. Acara kali ini didesign sesuai dengan seleranya.
Emelda terlihat sangat cantik dengan gaun berwarna putih tulang. Gaun model sabrina yang menampilkan bahunya yang putih dengan bagian dada yang sedikit turun hingga terlihat sebuah tanda seperti tahi lalat tepat di atas dada sebelah kirinya. Gaun itu menjuntai panjang dengan belahan hingga selutut di salah satu sisinya.
Adam jangan diragukan lagi. Dengan setelan jas hitam dan kemeja putih serta dasi, rambut yang di sisir rapi ke belakang, memancarkan ketampanan yang membuat kaum hawa tak berkedip saat melihatnya.
“Kau sangat cantik hari ini, Sayang.” Puji Adam saat melihat Emelda di depannya.
“Kau juga terlihat cukup...sexy.” bisik Adam tepat di telinga Emelda membuat si gadis pipinya merona merah.
“Kau juga sangat tampan. Aku jadi takut banyak wanita di luar sana yang berusaha merebutmu dariku.” Ujar Emelda.
“Jangan khawatir, Sayang. Aku tidak akan mempedulikan mereka. Yang ada di hatiku saat ini dan seterusnya hanya kamu.” Kata Adam berusaha menenangkan Emelda.
Emelda tersenyum malu dengan perkataan Adam. Kalimat itu berhasil membuatnya yakin bahwa hanya dialah satu-satunya wanita pujaan hati Adam.
Sampailah pada puncak acara dimana Adam menyematkan cincin di jari manis sebelah kiri Emelda sebagai tanda mereka resmi bertunangan. Cincin berlian bermata ungu yang sangat berkilau dan indah itu terlihat begitu pas tersemat di jarinya. Sementara cincin bermata biru yang diberikan Adam dulu sudah dilepasnya terlebih dahulu sebelum acara dimulai. Para tamu undangan pun bertepuk tangan dan bersorak gembira melihat sepasang tunangan itu.
Aura bahagia terpancar dari wajah keduanya. Emelda tak menyangka sebelumnya bahwa Adam akan mengajak nya bertunangan dengan cepat. Kalau diingat-ingat menaklukkan hati pria dingin seperti Adam bukan lah perkara mudah. Tapi lihatlah sekarang, malah Adam yang sangat agresif ingin segera mengikatnya.
Satu per satu tamu yang hadir memberikan ucapan selamat dan do'a kepada mereka agar hubungan mereka dilancarkan ke tahap yang lebih serius lagi yaitu pernikahan.
“Wahhh wahhh wahhh, siapa sangka pria dingin sepertimu ini bisa bertunangan juga rupanya.” Celetuk salah satu teman nya yang bernama Darius.
“Cepatlah menyusulku kalau sudah ada yang mau denganmu.” Jawab Adam sambil terkekeh pelan.
“Itu masalahnya, Dam. Wanitaku sudah diambil pria lain.” Kata Darius dengan ekspresi sedih sambil melirik sekilas ke arah Emelda yang berdiri tepat di sebelah Adam.
“Makanya kau harus bergerak lebih cepat agar wanitamu tidak diambil orang lain. Kalau aku jadi kau, aku tidak akan membiarkan siapapun mengambil wanitaku.”
“Benarkah? Apa yang akan kau lakukan kalau ada yang mengambil wanitamu?”
“Aku akan merebutnya kembali.”
Darius terlihat menyunggingkan senyum mendengar perkataan Adam. Kemudian setelah mengucapkan selamat ia beranjak untuk menikmati hidangan yang telah disajikan.
Adam terlihat masih mengobrol dengan beberapa teman yang lain sementara Emelda sudah tak di sampingnya. Emelda merasa haus jadi dia pergi ke meja tempat minuman tersusun dengan rapi. Tangan nya bergerak mengambil sebuah gelas berisi minuman berwarna merah. Lalu diminumnya sedikit.
Saat akan berbalik Emelda dikejutkan oleh sosok Darius yang entah kapan sudah berada di belakangnya.
“Darius, kau mengagetkan ku saja!” ketus Emelda.
“Benarkah? Padahal aku yang seharusnya kaget dengan pertunangan mu ini.” Kata Darius dengan santai.
“Apa maksudmu?” tanya Emelda dengan suara agak tinggi.
“Ku rasa kau yang lebih tau apa maksudku.” Jawab Darius cuek sengaja memancing emosi Emelda.
“Aku tidak tahu maksudmu dan tidak mau tahu. Tolong jangan mengacau hubungan ku dan Adam.” Kali ini nada suara Emelda cukup tenang namun terdengar sangat tegas.
“Oh jadi disini aku lah yang menjadi pengacau nya?” tanya Darius penuh sindiran.
“Terserah apa pendapatmu.”
Tak ingin berlama-lama disana, Emelda segera menjauh meninggalkan Darius dengan senyum menyeringai di wajahnya.
Perdebatan dengan Darius tadi berhasil membuat Emelda merasa kesal. Entah apa yang membuat Darius berani berkata seperti itu di tengah acara pertunangan nya.
Emelda melihat Adam masih sibuk mengobrol dengan beberapa temannya. Tiba-tiba dia merasa aneh pada kepalanya. Rasanya pusing sekali. Ia melihat sosok Adam yang berjalan menghampirinya tapi sosok itu terlihat berbayang. Ada yang salah kah dengan penglihatannya.
Grep! Adam dengan sigap merangkul pinggang Emelda agar tidak hilang keseimbangan. Saking pusing nya Emelda hampir saja tumbang. Untung saja ada Adam yang cepat membantunya berdiri kembali.
“Are you okay?” tanya Adam khawatir.
“Ya. Aku baik-baik saja. Sepertinya aku agak kelelahan. Kepalaku agak pusing.” Jawab Emelda sambil memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
“Kalau begitu aku antar kau ke kamar sekarang. Nanti aku akan memanggilkan dokter untuk memeriksamu.”
“Tidak. Tidak usah panggil dokter. Biarkan aku istirahat saja di kamar, Dam. Nanti juga pusing nya hilang setelah tiduran.”
“Kau yakin, Sayang?”
Emelda hanya menganggukkan kepala.
“Baiklah. Ayo aku antar ke kamar sekarang.”
Adam pun membawa Emelda ke salah satu kamar hotel yang sudah ia siapkan khusus untuk Emelda. Sementara Adam sendiri menginap di kamar lainnya.
Adam adalah laki-laki yang sangat menghormati wanita. Meskipun ia sudah lama bersama Emelda tapi dia tidak pernah melewati batas dalam berhubungan. Ia hanya ingin melewati nya saat mereka sudah sah menjadi suami istri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!