NovelToon NovelToon

Jodoh Pilihan Allah

Bocor

**Visual Tokoh

Zidane Arrayan (30 th) Doktor lulusan Kairo, Mesir. Seorang guru dan Dosen, Tampan, mapan, sholeh dan memegang teguh sebuah komitmen.

Shafa Azura (23 th). Guru Bahasa Jerman, Model selebgram, cantik, seksi, vulgar sedikit liar namun berhati baik.

Namaku Shafa Azura, gadis cantik, seksi modis, humble dengan segala keindahan yang melekat pada diriku. Ups, aku lupa, aku sudah bukan gadis lagi melainkan seorang istri. Catat! I-S-T-R-I. lebih tepatnya istri yang tak diinginkan atau sejenisnya.

Aku adalah seorang guru Bahasa Jerman di sebuah yayasan ternama di Jakarta. Sudah hampir 3 bulan ini aku mengemban tugas mulia yang sering di sebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Menjadi guru sama sekali bukan cita-citaku, dan nggak masuk dalam daftar tujuan hidup ku. Satu - satunya alasan mengapa aku mau menjadi guru adalah karena Daddy ku. Ia mengancam akan menarik semua fasilitas yang hampir 24 tahun ini aku nikmati, jika aku menolak mengajar di yayasan milik sahabatnya itu. Hello, hari gini hidup tanpa ATM, kartu kredit dan sejenisnya? Mau jadi apa diriku yang indah ini? Alasannya hanya satu, Daddy ingin aku berubah menjadi sosok yang lebih baik, dan bertanggung jawab. Yang bisanya bukan cuma shoping and traveling.

Tapi, aku merasa takdir sedang mempermainkan ku. Takdir Qodar tepatnya! Bagaimana tidak, hidupku yang sejahtera aman sentosa tiba-tiba berubah menjadi seperti di neraka. Neraka dunia yah! Dan disinilah aku berada sekarang, di sebuah rumah yang selama 2 minggu ini aku tempati bersama dengan seseorang yang menyandang status sebagai suamiku. Suami yang telah sah secara agama dan negara. Ya, dialah Zidane Ar-Rayyan atau yang sering disapa Mr.Ray oleh anak murid dan mahasiswanya.

Zidane Ar-Rayyan adalah putra tunggal dari Luthfi Ar-Rayyan, Pemilik yayasan dimana aku bekerja. Mr. Ray adalah seorang doktor lulusan Al-Azhar, Kairo, Mesir. Yah, sekelas Ust. Abdul Somad yang viral itu kali yah. Ia juga merupakan salah satu pengajar di yayasan milik ayahnya sebagai guru Bahasa Arab. Selain itu dia juga dosen di salah satu universitas terkemuka di Indonesia yang berlokasi di ibu kota.

Sebenarnya Mr.Ray ini tampan, mapan dan rupawan. Tapi sorry sorry yah, dia sama sekali bukan tipe ku. You know why? karena dia itu terlalu serius, membosankan, cuek, dingin dan jangaan lupa kalau dia seorang yang agamis alias sholeh. Hal itu juga yang mungkin membuat Daddy setuju aku dinikahi olehnya.

Flashback 2 Minggu lalu.

Hari ini yayasan tempatku mengajar mengadakan Camping Edukasi di salah satu tempat terkenal di Bogor. Kami berangkat bersama-sama dengan mamakai bus sekolah menuju sebuah pedesaan di daerah itu. Setelah hampir 3 jam perjalanan sampailah kami di tempat tujuan. Suasana di tempat ini sangat asri dengan pemandangan alamnya sangat indah. Beberapa kali kuarahkan smartphone canggih milikku untuk mengambil foto selfie.

Cekrek,

.

Cekrek,

Aku berpose sedang mencium sekumpulan bunga liar yang tumbuh cantik tanpa melihat kamera. Dan dengan segera ku upload foto tersebut di akun instagram milikku dengan caption ~Sesuatu yang indah terkadang tak nampak oleh mata~. Tak butuh waktu lama, postingan terbaru mendapat banyak komen and like. Maklum apapun yang di posting oleh seorang selebgram sepertiku pasti segera mendapatkan banyak respon dari para netijen.

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 5 sore. Anak-anak sudah berada di tenda masing-masing, sedangkan para guru berada di sebuah paviliun tak jauh dari tenda mereka.

"Bu Shafa, sini deh!" Bisik bu Anne menarik tanganku menuju ke arah dapur.

"Kenapa bu?" Tanyaku binggung.

"Tolong liatin!" Ia berbalik memutar badannya.

"Astaga, ibu mens?" ucapku lirih.

"Aduh gimana dong ini? Bu Shafa bawa pembalut nggak?" Tanyanya panik mendapati bagian belakang roknya terlihat ada noda merah.

"Mana bawa aku begituan bu. Gimana kalo kita beli aja? Sekalian aku juga mau beli cemilan buat ntar malam" Tawarku. Alih-alih menemaninya membeli pembalut aku sebenarnya ingin jalan-jalan keliling daerah ini. Karena berada di tempat indah nan sejuk ini membut jiwa traveler ku meronta.

"Oke deh! kalo begitu aku ganti baju dulu ya?"

Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di sebuah minimarket yang terletak di desa seberang. Segera ku ambil troli belanja dan mengisinya dengan aneka macam snack dan minuman. Aku adalah cewek yang doyan ngemil, walaupun begitu tubuhku tetap ideal dan porposional. Ku lihat bu Anne sudah berganti baju dari arah toilet. Ia menenteng paperbag berisi pakaian yang sudah terkena noda.

Waktu menunjukan pukul 6 sore, artinya sudah masuk waktu Magrib. aku memarkirkan mobil milik bu Anne di sebuaah masjid tak jauh dari mini market. Untung Suami bu Anne bawa mobil jadi kita bisa bebas jalan-jalan.

"Aku sholat dulu ya bu?"

Walaupun begini, aku juga tau kewajiban sebagai seorang muslimah, yah walaupun masih jauh dari kata solehah. Mommy selalu berpesan jangan tinggalkan sholat setiap kali aku berpergian, meski kadang khilaf, maklum aku kan manusia biasa..hehehe.

"Oke.. aku tunggu di mobil ya?" balasnya.

Setelah melaksanakan sholat magrib aku bergegas menghampiri bu Anne. Nampak juga suaminya berada di situ. Wajah bu Anne terlihat panik sambil mondar-mandir.

"Ada apa bu? Loh pak Adit nyusul kesini?" Tanyaku menghampirinya yang terlihat gusar.

"Bu Shafa, aku harus segera balik ke Jakarta, Papa masuk rumah sakit, jantungnya kambuh makanya Mas Adit nyusul aku kesini." Jelasnya. Terlihat raut kesedihan di wajahnya. Aku jadi tidak tega, tapi kalau bu Anne balik ke Jakarta terus gimana dengan diriku?

"Trus saya gimana bu?" Tanyaku bingung.

"Eh... Pak Ray.. Pak Ray" Suami bu Anne teriak memanggil seseorang yang juga baru keluar dari masjid dan segera menghampirinya.

"Kebetulan pak Ray disini. Bapak mau ke lokasi camping kan?"

"Iya pak Adit, ada apa ya? Apa ada masalah dengan anak-anak?" Tanyanya.

"Bukan... bukan anak-anak tapi saya." Pak Adit menjelaskan apa yang terjadi kepada Ray.

"Inallillah, semoga Allah memberikan pertolongan pada ayah bu Anne" ucapnya setelah mendengar penuturan Adit

"Amiin"

"Bu Shafa tidak apa-apa kan ke lokasi camping bersama pak Rayyan?" Tanya bu Anne padaku yang masih terdiam membisu.

"Oh..iya nggak papa, semoga ayah bu Anne baik baik saja" aku memeluk bu Anne sebagai bentuk rasa simpati.

Ku keluarkan kantong-kantong belanjaan yang mayoritas isinya adalah snack dari mobil pak Adit.

"Biar saya bantu" Ucap pak Rayyan meraih beberapa kantong yang berada di tanganku.

"Terima kasih pak." Aku segera masuk kedalam mobilnya. Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Aku dan pak Rayyan memang tidak begitu akrab meskipun kami mengajar di tempat yang sama. Ya iya lah siapa juga yang mau akrab sama cowok macam dia. Dianya juga palingan illfell sama aku yang sering pamer aurat kesana kemari. Eits, tapi jangan salah aku ini masih suci lahir dan batin.

Kurang lebih sudah 5 menit sejak kami meninggalkan masjid, tiba-tiba mobil yang kami tumpangi terasa oleng seperti hilang kendali.

"Astagfirullahaladzim" ucapanya yang langsung menghentikan mobilnya menepi.

"Ada apa?" Aku mulai panik, takut. Aku mulai di hantui oleh fikiran-fikiran aneh. Gimana kalau ada hantu gimana kalau ada begal? hiii. Aku sebisa mungkin menepis segala fikiran negatif itu dari kepalaku.

"Saya cek dulu" Ia membuka pintu mobilnya dan tak lama ia kembali masuk kedalam mobil.

"Gimana?" tanyaku khawatir.

" Ban nya bocor" Ujarnya. Ia terlihat menghubungi seseorang. Aku pun segera mengambil ponselku dan mencoba menghubungi teman yang ada di lokasi camping.

"Whaaatt... No signal" teriakku sambil mengangkat hp dan menggoyang-goyangkaannya keatas.

"Sepertinya kita harus minta bantuan warga sekitar" Pak Rayyan keluar dari mobilnya. Aku pun segera menyusul mengikutinya dari belakang.

Hawa dingin mulai terasa menusuk kulitku. Sepertinyanakan turun hujan. Aku terus berjalan mengikuti pria di depannku dengan memeluk kedua lenganku.

"Kita coba mampir di rumah depan sana" tunjuknya pada sebuah rumah yaang berada sekitar 20 meter di depan. Jarak rumah warga di tempat ini memang agak jauh, beda dengan di kompleks tempat tinggalku yang padat merayap.

"Assalamualaikum... Tok..Tok" Pak Rayyan terus mengetuk pintu sebuah rumah papan yang nampak tertutup.

"Sepertinya tidak ada orang" ucapku yang tengah duduk di sebuah balai balai sambil memegangi betisku yang terasa pegal.

Wushhhh..... Dresssss....

Suara angin disertai hujan menambah penderitaanku malam ini.

Mommy, Daddy Shafa ingin pulaaaaang.

Aku mulai menggigil kedinginan, lantaran dress sifon sebatas lutut yang aku gunakan mulai lembab terkena percikan air hujan.

"Kita tunggu sampai hujannya reda. ini, pakai!" Ia menyodorkan jaket kearahku yang terus memeluk kedua lenganku erat.

"Thanks" Aku mengambil jaket tersebut dan langsung memakainya. Lumayan dinginnya sudah mulai berkurang.

Setelah hampir 20 menit hujan mulai reda, dan kami di kagetkan dengan kedatangan beberapa warga yang terlihat seperti hendak menangkap maling ayam.

.

.

.

.

.

Apa yang terjadi selanjutnya? ikuti terus ya kisahnya. Jangan lupa like and vote😘😍

Desa Jodoh

Beberapa orang warga datang menghampiri. Aku merasa lega, akhirnya bantuan pun tiba. Tapi tenyata aku salah, Ini adalah awal dari tragedi maha dahsyat yang terjadi dalam hidup ku.

"Nah ini pak pak orangnya" Ucap seorang warga bertubuh besar, berkumis lebat sambil menunjuk-nunjuk ke arahku dan pak Rayyan.

"Maaf, ada apa ini pak?" Pak Rayyan buka suara. sedangkan aku yang ketakutan langsung bersembunyi di balik tubuhnya yang hanya berbalut kaos polos berwarna hitam. Siapa tau aja mereka orang jahat yang pura-pura jadi warga setempat.

Salah seorang dari mereka memperhatikanku dari ujung kaki sampai ujung kepala membuatku merasa terancam.

"Sekarang Mas sama Mbak iku kami ke rumah pak Desa"

Weit...? Ngapain kitaa kerumah pak Desa, emangnya kita maling ayam apa. Batinku yang belum berani buka suara.

"Tapi pak, apa yang terjadi? Kenapa kami harus di bawa ke rumah pak desa? kami hanya...."

"Udah, akang teh ga usah kebanyakan ngeles! kita mah udah biasa atuh nangkap pasangan mesum kaya kalian" Timpal seorang laki-laki berbadan kurus berseragam hansip.

"Iya bener, dasar orang kota! ga tau aturan! Kalo mau pacaran mah jangan di sini atuh kang! Bisa kena sial kampung kami nanti"

"What? pacaran? Eh pak kalo ngomong jangan sembarangan ya" ucapku sambil menunjuk bapak-bapak berbaju merah itu.

"Ulah ngeles gitu atuh neng, jelas-jelas udah ketangkap basah!" jawabnya.

Ingin rasanya aku menghilang dari bumi ini. Seorang Shafa Azura yang cantik jelita di tuduh berbuat hal tidak senonoh dengan pria asing yang hanya sebatas tau tanpa pernah mengenal lebih dekat satu sama lain. Apa kata netijen kalau tahu diriku digrebek massa kek gini! Bisa hancur pamorku sebagai selebgram sengan jutaan followers. Mommy, Daddy help...

Mereka terus saja ngotot membawaku dan pak Rayyan ke rumah kepala Desa setempat. Mereka sama sekali nggak mau mendengarkan penjelasan yang coba aku dan pak Rayyan sampaikan. Emang dasar orang-orang kampung tuh ya, kadang suka seenaknya main hakim sendiri. Kami di giring dengan menggunakan motor. Aku di bonceng oleh bapak-bapak bertubuh gendut sedangkan pak Rayyan di bonceng oleh bapak berbaju merah tadi, dan di ikuti oleh 3 motor lainnya di belakang.

Akhirnya sampailah kami di sebuah rumah yang tengah ramai seperti sedang menunggu antrian pembagian sembako.

"Oh jadi ini pasangan mesum itu" teriak seorang ibu begitu kami tiba. Satu persatu mereka mulai menyahut. ada yang memaki dan berbisik-bisik.

Sakit hatiku diperlakukan seperti ini. Mereka benar-benar tidak memberikan kesempatan kepada kami untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi membuatku frustasi. Ingin rasanya aku bungkam mulut-mulut lemes mereka.

"Udah, nikahin aja sekalian pak" ujar warga yang berada disitu.

"Iya.. Setuju"

"Setuju"

"Betul itu dari pada berbuat zina." Timpal warga yang lainnya. Suasana terdengar begitu riuh sebelum kami di bawa masuk ke dalam rumah oleh kepala desa setempat. Kami duduk di sebuah ruangan beralaskan karpet yang berada diruang tengah kediaman pak desa. Nampak pula beberapa orang tua yang kelihatannya seperti sesepuh Desa.

"Apakah kalian sudah menikah?" tanya salah seorang sesepuh.

"Belum." ucap pak Rayyan dengan tenang. Sedangkna aku hanya menggeleng.

"Sesuai dengan peraturan di desa kami, bagi mereka yang tertangkap sedang berbuat hal tak senonoh maka harus di nikahkan untuk menghindari fitnah yang lebih besar." Jelas seorang terlihat sudah berumur dengan jenggotnya yang sudah berwarna putih.

"Tapi kami tidak melakukan hal yang melanggar pak. Kami hanya berteduh karena hujan. Ban mobil saya bocor sehingga saya berinisiatif untuk mencari bantuan ke rumah terdekat." Terang pak Rayyan dengan santun.

"Tetap saja itu tidak diperbolehkan nak, berduaan dengan seseorang yang bukan muhrim di tempat sepi dan dalam kondisi hujan. Siapa yang menjamin tidak terjadi apa-apa diantara kalian." Ujar bapak itu dengan tatapan mengintimidasi kearahku kami.

"Dan kami perhatikan sepertinya kalian ini sepasang kekasih, akan lebih baik jika segera menikah agar terhindar dari fitnah."

Aku menunduk tak kuasa menahan air mataku. Kalau Daddy tahu pasti aku akan di coret dari daftar kartu keluarga atau bahkan digantung hidup-hidup karna telah mencoreng nama keluarga. Untung aja warga ga ada yang memfoto atau merekam kejadian ini, seandanya ada, tamat sudah riwayatku!

Ku perhatikan pak Rayyan yang duduk di sampingku melepas kaca mata bening yang selalu membingkai matanya. Ia memijit pelipisnya, sepertinya ia juga mulai merasakan hawa mencekam yang mengancam status kami berdua.

"Bisakakah saya menghubungi orang tua saya terlebih dahulu?" Tanya pak Rayyan.

"Silahkan"

Pak Rayyan kulihat menempelkan handphonenya ditelinganya. Aku pun segera merogoh handphone ku dari dalam tas kecil berharga fantastis milikku. Yes, ada sinyal walau hanya 2 garis. Tanpa aba-aba langsung ku tekan tombol hijau pada kontak bernama Daddy❤️.

Duhh... gimana ya kalau Daddy marah terus aku di usir dari rumah. Satu persatu ketakutan itu mulai menghantui, sampai terdengar suara dari seberang sana.

Daddy : "Assalamualiakum sayang".

Shafa : "Dad...Da..ddy..hiks..hiks" ucapku terbata tak kuasa menahan air mata.

Daddy : "Halo.. halo..!!! Shafa kenapa nak?" suara Daddy terdengar sangat panik.

Shafa : "Daddy, tolong Shafa Dad... "

Daddy : "Apa yang terjadi nak? Kamu di mana sekarang? Daddy segera kesana!"

Shafa : "Shafa di rumah kepala desa Embun Sari dad. Shafa dituduh berbuat mesum dan mau dinikahkan paksa Dad...hiks...hiks" Tangisku semakin menjadi.

Daddy : "Siapa Shafa? Siapa laki-laki itu?" Daddy berteriak, terdengar sangat emosi.

Shafa : "Pa...Pak Rayyan Dad" ucapku sambil sesunggukan tidak peduli dengan tatapan semua orang di ruangan itu.

Daddy : "Rayyan putra Pak Luthfi maksudmu?" Tanyanya.

Shafa : "I..iya Dad"

TUT...TUT... panggilan terputus.

Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku sambil menangis. Aku ga mungkin dinikahkan beneran kan? aku menoleh ke arah pak Rayyan seolah memberi kode apa yang harus kami lakukan.

"Jadi bagaimana?" Tanya pak desa.

"Orang tua kami akan segera kemari" Ucap pak Rayyan dengan tenangnya. Padahal aku yang sedari tadi duduk disebelahnya serasa pengen teriak maki-maki orang-orang didepanku, Terutama ibu-ibu yang tadi ngatain aku mesum rasanya pengen ku cabein mulutnya ampe jontor.

"Karna sudah masuk waktu Isya, sebaiknya kita sholat dulu." Ajak seorang bapak yang dari tampilannya seperti seorang Ustad.

Mereka semua beranjak menuju masjid, sedangkan aku masih tetap berada disini bersama istri pak desa.

"Neng, mari sholat dulu supaya perasaan neng lebih tenang" ucapnya lembut yang ku jawab dengan anggukan. setelah berwudhu aku masuk ke sebuah kamar yang berukuran sedang. Aku melihat pntulan diriku yang begitu menyedihkan di depan cermin. Hhh.. pantas saja mereka mengiraku berbuat mesum, rambutku terlihat berantakan karena tertiup angin plus terkena air hujan tadi. Ditambah lagi sebuah jaket pria yang menempel manja ditubuh indahku ini membuatku terlihat benar benar seperti orang yang habis "anu-anu".

Setelah sholat dan berdoa memohon kepada Allah untuk menyelamatkanku dari fitnah yang keji ini, aku kembali ke ruang tengah. Hanya ada istri pak desa dan putrinya yang berusia remaja. Suasana di luar rumahpun terdengar sepi tidak seperti saat aku baru tiba tadi.

"Silahkan di minum neng" bu Desa memberikan secangkir teh hangat. Duhh, bu desa ini baik banget, jadi pengen peluk akunya.

"Terima kasih bu" ucapku dengan senyuman tulus.

"Sabar ya neng, disini emang tradisinya begini. Makanya desa kami di juluki Desa Jodoh karena entah sudah berapa pasang orang yang dinikahkan karena kasus seperti neng ini" Jelasnya.

Desa Jodoh apaan coba? yang ada desa Neraka kali. Ini juga warga pada aneh bin ajaib main taangkep seenak udelnya. Dikira aku ini anak kambing apa yang mau seenaknya dinikahin. Oh...Tidak semudah itu ferguso. Daddy pasti datang nyelametin aku kan? Yang bener aja aku dinikahin sama cowok yang ga aku cinta. Mending bunuh aku di rawa-rawa babank.

"Tapi sumpah, saya nggak ngapa-ngapain bu." Aku tetap bersikekeh karena itulah kenyataannya.

"Kalo udah terlanjur begini mah susah neng, lagian nikah sama pacar sendiri kan gak papa neng."

"Dia bukan pacar saya bu" Yaelah mimpi apa gue punya pacar model begitu. Ga ada cool coollnya sama sekali.

"Asslaamualaikum"

Rupa - rupanya kumpulan bapak-bapak nyebelin plus ngeselin ini sudah balik dari masjid. Pak Rayyan kembali duduk di posisi semula begitupun dengan aku yang ditemani ibu desa di sebelahku. Aku mendengarkan ceramah panjanga kali lebar dari para tetua secara bergantian yang intinya adalah menjauhi zina. Walaupun nggak di kasi tau aku juga udah tau kali, buktinya diriku ini masih suci murni tanpa amnesti.

Tiin...tinn...

Aku menoleh kearah jendela panjang tepat dibelakangku. Kulihat dua buah mobil terpakir mulus disamping rumah ini. Satu mobil sangat aku kenal karena hampir tiap hari aku melihatnya kecuali kalau Daddy sedang ke luar kota. Alhamduliilah ya Allah akhirnya penyelamatku telah tiba. Setelah ini aku nggak akan pernah lagi menginjakan kaki ke desa ini lagi. Persetanlah dengan Desa Jodoh.

SAH

Aku melihat Daddy ku berjalan masuk menuju ruangan tempat ku berada.

"Daddy" Aku beranjak menuju kearahnya. Kupeluk laki-laki yang selama ini memberikan kenyamana padaku.

Daddy mengusap lembut rambutku dan menuntunku keembali ke posisi semula. Ku lihat pak Rayyan pun kini telah duduk bersebelah dengan ayahnya.

"Karena semua sudah berkumpul, bisa di lanjutkan ya pak?" Pak desa mulai buka suara, menuturkan apa yang telah terjadi 1 setengah jam yang lalu. Beliau menuturkan secara gamblang termasuk tradisi yang ada dan telah berlaku di desa tersebut sejak dahulu kala.

Baik Daddy maupun ayah pak Rayyan terlihat tenang seakan tidak terjadi apa-apa. Hal ini membuatku bisa sedikit bernafas lega.

"Kalau begitu, Saya sendiri yang akan menikahkan mereka." Ucap Daddy tiba-tiba, membuatku bagai di sambar petir di siang bolong.

"What? No daddy!!!" Aku melepaskan pelukanku menatap tajam ke arah Daddy yang masih terlihat santai seperti di pantai.

"Saya setuju! Ini demi kebaikan kita semua." Pak Luthfi menimpali.

Tunggu...tunggu, aku merasa ada yang tidak beres. Ku alihkan tatapanku menyelidik ke arah Daddy dan pak Luthfi secara bergantian.

"Baiklah, kalau begitu silahkan bersiap. Calon mempelai pria silahkan mengambil wudhu terlebih dahulu." Ucap pak Ustadz.

"Enggak Daddy, Please Daddy Shafa ga mau, Shafa ga salah. Kalian semua JAHAAAT!!!" Teriakku histeris sambil menangis, memohon agar Daddy membatalkan niatnya.

"Cukup Shafa! Kamu sudah buat Daddy malu dengan datang ketempat ini malam-malam. Sekarang kamu harus terima segala konsekuensinya!" Daddy malah membeentak ku, yang membuat ku semakin tak berdaya. Mommy tolong...

"Ayah juga kecewa padamu Ray, tapi nasi sudah menjadi bubur. Mungkin inilah cara Allah menyatukan kalian." Pak Luthfi menambahi, membuatku semakin histeris. Sedangkan Pak Rayyan masih tertunduk dalam diamnya. Sepertinya dia lebih bisa mengendalikaan emosinya. Ya ialah secara dia kan 7 tahun lebih tua dari aku.

Melihatku tak kunjung tenang bu desa merangkul ku, mengajak ku masuk kedalam kamar yang ku tempati sholat Isya tadi. Beliau mendudukanku di atas tempat tidur sembari mengusap bahuku lembut.

"Sabar neng, insya Allah dia adalah orang yang tepat yang Allah pilihkan untuk eneng."

Aku diam tak menjawab.

Dari dalam kamar ku dengar samar-samar seperti orang tengah melafalkaan ijab qobul seperti di serial yang biasa di tonton Mommy, kalau ga salah judulnya Azab. Fix, persis dengan kisahku ini Karena berduaan di tempat sepi seorang anak di nikahkan paksa!

Saya terima nikahnya Shafa Azura binti Harsha Juniawan dengan mas kawin uang sebesar satu juta seratus ratus ribu rupiah dibayar tunai!

Suaranya begitu lantang menggema di ruangan itu dan di ikuti dengan kata "SAH" secara bersamaan membuatku sadar bahwa aku kini bukan lagi wanita single melainkan istri. Pernikahan macam apa ini yang sama sekali tidak ada cinta di dalamnya!

Air mataku tak henti-hentinya meluncur bebas dari kelopak mataku. Sepertinya aku ingin mati saja. Hidupku sudah hancur.

Ceklek,

Suara pintu kamar terbuka. Daddy dan Pak Rayyan masuk kedalam.

Pak Rayyan menghampiriku yang tengah duduk dengan pandangan kosong di tepi tempat tidur.

"Ini, mahar yang kuberikan untukmu. Ambilah!" Ia memberikan sebuah amplop berwarna putih.

"No, Thanks!" Ucapku ketus menepis tangannya membuat amplop itu terjatuh di lantai.

"SHAFA!!!" Bentak Daddy.

"Apa Dad?.. Apa?" Tantangku.

"Kamu------"

"Biar saya saja pak" ucap sang suami baru dengan gaya tenangnya. Aku heran nih ya sama si suami baru nih, mukanya lempeng lempeng aja. Ga ada sedih-sedihnya, ga kaya aku yang mata udah sembab, hidung merah kaya kepiting rebus.

Daddy segera meninggalkan kamar yang di ikuti oleh bu desa di belakangnya. Kini, tinggal lah kami berdua di dalam kamar itu.

Aku liat Pak Rayyan berjongkok mengambil amplop yang sempat ku tepis tadi. Terus dengan santainya dia duduk di sebelahku.

"Aku tahu kamu marah, aku pun sama! merasakan apa yang kamu rasakan. Tapi semua sudah sudah terjadi. Mungkin ini bagian dari takdir yang Allah gariskan untuk kita. Dan ini----" Dia meletakan secara paksa amplop itu di genggamanku.

"Ini adalah mahar yang aku berikan kepadamu, sebab di halalkanya kamu untukku begitu pula sebaliknya. Jadi ambilah yang sudah menjadi hakmu. Terserah akan kau apakan yang penting kamu sudah menerimanya" Imbuhnya.

"Kita harus gimana..hiks..hiks..." Aku tak berani menatap wajahnya.

"Kita bicarakan ini dirumah. Aku mau pulang ke Jakarta. Kalau kamu mau tinggal di sini silahkan!" Ucapnya datar. Dengan tanpa dosa dia beranjak keluar dari kamar. Segera ku susul dia, enak aja main tinggal-tinggal. Dasar suami tidak bertanggung jawab.

Aku tak melihat Daddy maupun Pak Luthfi. Sepertinya mereka sengaja meninggalkan kami berdua. Awas aja Daddy, aku akan adukan semua ke Mommy. Daddy dan Pak Luthfi pasti sengaja mengikuti kemauan para warga buat nikahin kita biar mereka bisa besanan. Pantas saja dari sejak datang ku lihat mereka kayak main kode kodean gitu.

Aku segera masuk kedalam mobil mengikuti pak Rayyan. Daddy benar benar tega meninggalkan anak gadisnya ini. Daddy dan Pak Luthfi pulang lebih awal memakai mobil Daddy. Sehingga aku tidak punya pilihan lain selain bersama pak Rayyan.

Sepanjang perjalanan hanya suara mesin mobil yang terdengar. Ku ketuk-ketukan jari telunjukku di kening, aku sedang memutar otak bagaimana caranya aku lepas dari pernikahan ini.

AHA..?! Aku dapat ide cemerlang. Ku perbaiki posisi duduk ku agar lebih nyaman berbicara.

"Emmm... Pak Rayyan? Apa bapak punya pacar?" Tanyaku membuka pembicaraan. Aku harap jawabannya ya sehingga akan memuluskan rencanaku.

"Tidak! Pacaran itu haram." Jawabnya masih fokus menyetir.

Duh, ini suami baru jawabannya bikin hati gue mencelos. Hari gini gak punya pacar? Mending ke laut aja sana.

"Emm... Pak------"

"Mulai sekarang panggil aku Mas" Titahnya

Mas? Gak keren banget sih, ntar di sangkanya mas- mas tukang bakso lagi. Tapi, apa peduliku?

"Ummm... Mas, gimana kalo kita bikin perjanjian, kita kan sama-sama tau kalo pernikahan ini bukan keinginan kita, tapi karna keadaan jadi lebih baik kita buat perjanjian supaya sama-sama enak gitu." Ucapku penuh dengan semangat.

"Kamu fikir kita hidup di dunia novel, atau sinetron? ck!"

" Bukan begitu jadi gini loh mas------"

Eh belum sempat aku jelasin, si dianya main motong seenaknya aja.

"Aku menikahimu memang karena terpaksa. Tapi bukan berarti kita bisa mempermainkan pernikahan ini semau kita. Karna di mata Allah pernikahan kita tetap suci. Setelah akad tadi, kamu sepenuhnya akan menjadi tanggung jawabku dan dosamu akan menjadi dosaku juga. Suka atau tidak itulah kenyatannya Shafa."

Sumpah demi apa? ini suami baru aku ngomongnya udah kayak ustad aja. Eh, aku lupa diakan doktor lulusan Kairo, jadi kalau urusan begituan dia pasti sudah teramat sangat paham.

"Ya terus sekarang gimana? aku ga siap dengan semua ini. Kita ga saling cinta kan? trus untuk apa pernikahan ini. Mending sekarang kamu talak aku deh buruan!" ucapku yang udah ga sanggup lagi memendam semuanya.

Ciiittt.....

Dia mendadak mengerem mobilnya membuatku tersentak.

"Tutup mulutmu! Jangan sekali-kali kau ucapkan kata-kata itu di hadapnku!" Bentaknya, membuatku jantungan. Sisi galak dari sang suami kalem mulai muncul pemirsah. Dia menatapku dengan tatapan tajamnya. Aku jadi bergidik, jangan sampai tiba-tiba dia mencekik ku atau memutilasi ku atau memperkosa ku..Aaahhh mending aku diam. Mimpi apa aku ya Allah punya suami galak kayak gini. Baru sejam aku jadi istrinya udah main bentak aja. Gimana kalo seminggu? Atau sebulan? Mungkin hidupku ga akan nyampe setahun. hiks.

Setelah kejadian membentak tadi suasana kembali hening. Aku tak berani membuka suara. Saat ini mobil kami sudah memasuki kawasan ibu kota yang ramai dengan segala hiruk pikuknya.

"Mau makan apa?" Ucapnya tiba-tiba.

Aku menatap ke arahnya, dia menatap ke arahku. Tatapan kita saling bertemu.Deg...

"Terserah" Jawabku malas. Nafsu makan ku mendadak hilang total.

Dia menghentikan mobil di sebuah restoran.

"Turun!" ucapnya, membuka pintu mobil disebelahku.

Tadi marah-marah, sekarang baik-baik. Kamu bipolar ya? Batinku sambil mengikutinya di belakang.

"Mau makan apa?" tanyanya sambil membolak balik buku menu.

"Terserah mas aja" ucapku singkat. Soalnya kalau aku ngomong panjang lebar ntar di bentak lagi. Aku kan paling benci di bentak-bentak. Aku tuh maunya di sayang-sayang, tapi bukan sama dia juga sih.

Tak lama, seorang pelayan datang menghidangkan makanan kami. Tak ada percakapan selama kita makan. yang terdengar hanya suara sendok yang beradu dengan piring.

"Shafa" panggilnya setelah menyelesaikan makan malam yang tertunda.

"Ya mas" Sepertinya lidahku sudah mulai terbiasa manggilnya dengan sebutan mas.

"Saya tau ini berat, tapi bisakah kita berusaha untuk menjalaninya sesuai alur yang Allah gariskan untuk kita? Kalaupun dikemudian hari ternyata kita memang tidak berjodoh, insha Allah aku ikhlas. Mari kita jalani takdir ini dengan ikhlas semampu kita. Aku tidak akan memaksamu melaksanakan kewajibanmu seperti istri lain pada umumnya." Ucapnya. Kalau difikir-fikir benar juga sih. Karena kita sudah menikah ya mau ga mau harus dijalani. Urusan gimana nantinya, itu dipikir belakang aja.

"Baiklah Mas, tapi.... untuk sementara waktu bisakah kita rahasiakan dulu pernikahan ini?" Tanyaku ragu-ragu.

Dia tidak menjawab, tapi dari tatapannya aku bisa mengerti dia butuh sebuah alasan.

"emmmm... karena ini terlalu cepat buatku. Aku punya kekasih dan aku butuh waktu untuk menerima semua ini. Sampai aku siap, bisakah kita rahasiakan dulu semuanya?" Ucapku dengan tatapan memohon.

Dia berfikir sejenak sebelum memutuskan.

"Baiklah, aku juga harus menyelesaikan beberapa hal" Ucapnya menyetujui.

"Terima kasih" Setidaknya aku akan aman untuk sementara waktu.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!