Bruuuukkkkk...
"Aaaaaaa...."
Seorang Gadis terpental jauh mengarah ke seorang pemuda yang baru saja turun dari mobilnya, dengan sigap pemuda itu menangkap tubuh gadis yang melambung kearahnya itu.Pemuda itu adalah Dwipangga Ardiansyah (25 tahun) . Dia adalah seorang Manajer di sebuah perusahaan Advertising diJakarta.
Arumi (22 tahun) yang menjadi korban tabrak lari sebuah mobil, Kejadiannya begitu tiba-tiba ketika Arumi hendak menyeberang jalan seketika muncul sebuah mobil berkecepatan tinggi dari arah belakangnya dan langsung menabraknya.
Arumi yang sudah sekarat sekarang berada di pangkuan Angga, Sebuah senyum terpancar di bibir Arumi , wajahnya tidak kelihatan lagi karena tertutup dengan banyaknya darah yang mengalir dari kepalanya.
"Terima kasih telah menolongku, aku akan selalu mengikutimu dan akan menjagamu", ucap lirih Arumi sebelum semuanya gelap, Arumi tak sadarkan diri
Angga yang shock masih mematung di tempatnya dengan Arumi berada dipangkuannya, orang-orang berhambur ke arah mereka, dan segera menolong Arumi. tak berselang kemudian Ambulance pun datang dan membawa Arumi kerumah sakit.
Kesadaran Angga sudah kembali, dia menaiki mobilnya dan mengikuti Ambulance tersebut.
Penampilan Angga sekarang tak ubahnya seperti Arumi yang penuh dengan Darah di sekujur tubuhnya, tetapi dia tidak memperdulikan keadaannya . Dia terus melajukan mobilnya dan sampailah Dia di rumah sakit berbarengan dengan mobil Ambulace yang membawa Arumi.
Suster yang ada di sana langsung membawa Arumi ke ruang ICU dan Angga pun mengikuti Brankar Arumi.
Para dokter sudah menuju ke sana dan melakukan pemeriksaan terhadap Arumi, Angga yang berada di luar ruangan itu mondar- mandir khawatir, walaupun dia tidak mengenal gadis itu akan tetapi jiwa kemanusiaannya tidak bisa meninggalkan Arumi yang sudah sekarat itu.
Seorang Dokter keluar dari ruangan itu, Angga pun menghampirinya.
"Gimana Dok keadaan pasien tadi", tanya Angga
"Anda siapanya pasien", tanya balik Dokter itu
"Saya yang membawa pasien itu kemari",
" Kami mohon Maaf, Lebih Baik anda menghubungi keluarga pasien karena pasien tidak bisa di selamatkan," Ujar Dokter dengan nada sedih
Angga bingung harus berbuat Apa, dia tidak mengenal gadis itu apalagi keluarganya. Angga terduduk di kursi tunggu yang berada di sana sambil memegang kepalanya, penampilannya yang acak-acakan membuat Dia di pandangi oleh beberapa orang yg lalu lalang di koridor itu.
Setelah beberapa Menit di sana, angga teringat dengan tas yang sempat dia ambil dari tangan gadis itu sebelum Mobil Ambulance membawanya ke Rumah sakit, dia bergegas menuju mobilnya dan mengambil tas itu.
Di dalam tas ada Sebuah dompet dan Hp milik gadis itu. Angga mengambil Dompet dan mencari kartu identitas gadis itu,
"Arumi Perdana", gumannya, kemudian Angga mengambil Hp yang berada di sana dan mulai membukanya.Beruntung Hp itu tidak menggunakan sandi, Angga pun leluasa mencari-cari kontak yang sekiranya ada hubungannya dengan gadis itu.
Netranya melihat ada sebuah kontak bertuliskan "Ayah", Dia pun segera menghubungi kontak tersebut.
"Hallo,, benar ini dengan orang tuanya Arumi ?
Bapak harus kerumah sakit sekarang, karena anak bapak kecelakaan dan jiwanya tidak bisa di selamatkan", Angga lalu memutuskan sambungan telponya
Sebelum dia kembali ke ruangan dimana jenazah Arumi berada, Angga menyempatkan diri untuk membersikan tubuhnya dan mengganti pakaianya.
Angga sudah terlihat rapi dan fresh dengan mengunakan kaos dan jeans yang dia beli di toko yang tidak jauh dari Rumah sakit tersebut, diapun segera kembali ke ruang ICU dengan membawa tas kepunyaan Arumi.
Sampai disana sudah ada pasangan paruh baya dan seorang gadis muda yang menunggu jenazah Arumi, Angga meyakini bahwa mereka keluarga dari Arumi. Angga segera mendekati mereka.
"Apa kalian orang tuanya Arumi ??" tanya Angga setelah berada di sana
"Kamu siapa", tanya Devan ayah Arumi,terlihat air mata mengalir di pipinya.
"Saya Angga, orang yang membawa Arumi kemari"
"Saya Ayahnya Arumi dan ini ibu dan saudaranya arumi",
Devan menunjuk ke arah istri dan anaknya. Angga melihat ke arah mereka , Ibu dan saudara Arumi kelihatan sekali kalau mereka hanya pura-pura sedih, beda dengan ayahnya.
"Maaf Pak ini tas nya Arumi", ucap Angga sambil menyerahkan tas itu kepada Devan, Dan Alona segera mengambil tas itu dari tangan Angga dengan senyum genitnya.
Di Lain sisi, Arumi sedang berjalan-jalan menyusuri lorong-lorong Rumah sakit, dia bertanya-tanya kenapa dia bisa ada di sini, seingatnya dia tadi baru habis belanja di supermarket dekat kantornya.
Seketika Arumi melihat Ayah dan ibu serta adik tirinya berada di depan ruang ICU Rumah sakit tersebut, Diapun bergegas menhampiri mereka.
"Ayah!!, siapa yang sakit", tanya Arumi, akan tetapi Ayahnya tidak menyahut.
Arumi mendekati Ibu tirinya dan bertanya hal yang serupa, tetapi ibunya pun tidak menjawabnya.
"Kamu yang sabar Mas, mungkin ini sudah jalannya, ikhlaskan dia", ucap Lucia ibu tiri Arumi
"Sebenarnya siapa sih yang sakit ??" Tanya Arumi lagi tapi tidak ada jawaban dari mereka
Pintu itu pun terbuka, terlihat sebuah Brankar keluar dari sana, mereka yang ada di sana segera berhambur menuju ke arah Brankar tersebut.
Arumi perlahan mendekati brankar itu dan melihat seseorang tertidur di sana yang ditutupi kain putih.
"Siapa sih orang yang Meninggal itu, kenapa Ayah begitu sedih", gumannya
Perlahan Rama membuka kain putih yang menutup wajah jenazah itu, seketika Arumi terkejut melihat orang yang tidur disana mirip sekali dengannya.
"Pak Ikhlaskan Arumi, agar dia tenang di sisiNya", ucapan Angga mengalihkan pandangan Arumi kearahnya.
Saat Arumi melihat wajah angga, semua ingatannya tentang kejadian kecelakaan itu perlahan-lahan muncul.
"Jadi aku sudah meninggal", ucapnya lemah dan terduduk di lantai.
Jenazah Arumi langsung di bawa menuju mobil jenazah untuk di bawa kerumah duka, mereka pun bergegas mengikutinya dari belakang, Angga juga mengikuti mereka.
Mobil Jenazah pun sudah berangkat, Angga menuju mobilnya dan Arumi pun juga masuk ke dalam mobil Angga. Angga melajukan mobilnya mengikuti mobil jenazah itu.
Di dalam mobil Arumi memandang wajah pemuda tampan di sampingnya, lalu dia mulai membelai wajah Angga akan tetapi tangannya menembus wajah itu, Angga merinding,semua bulunya seketika berdiri.
"Ternyata benar aku memang sudah meninggal, dan pemuda ini yang telah menolongku, aku akan menepati janjiku untuk menjaganya", guman Arumi.
Mereka sudah tiba di Rumah duka, disana sudah banyak orang yang menunggu kedatangan jenazah Arumi.mereka menurunkan jenazah Arumi dan memandikan serta mengkafankannya lalu membawanya ke Pemakaman umum yang tidak terlalu jauh dari Rumahnya.
Setelah Pemakaman selesai, semua orang meninggalkan Makam tersebut dan hanya menyisakan keluarga dekat saja.
Arumi juga masih setia berada di samping Angga dan melihat tubuhnya di benamkan kedalam tanah, ingin dia menangis, tapi dia tidak bisa.dia hanya bisa bersandar di bahunya Angga.
Angga mulai merinding lagi, lalu dia bergegas pergi dari pemakaman itu menuju mobilnya, Arumi juga mengikuti kemanapun Angga pergi.
Bersambung...
Jangan lupa Like...coment dan Vote
dan tekan tanda ❤ untuk menbuat cerita ini jadi favorit. makasih🙏🙏🙏
Disebuah Rumah sakit di kota Bandung, seorang gadis terbaring di sebuah brankar dengan alat bantu terpasang di seluruh tubuhnya. Dia adalah Laura Anjelica (19 tahun) yang masih terbaring koma.
Dia sudah berada di sana selama dua bulan setelah kecelakaan tragis yang menimpanya, sejak saat itu dia dinyatakan koma dan sampai saat ini tidak ada perkembangan apapun dengan keadaannya.
Ratna masih setia berada di sisi anaknya itu, sekali-kali Ratna membelai rambut Laura yang panjang, terlihat dia sedang melantunkan ayat suci Alquràn di sana.
Ratna hanya tinggal berdua saja dengan Laura semenjak suaminya meninggal, awalnya mereka tinggal di Ibu kota Jakarta akan tetapi setelah ayah Laura meninggal mereka pulang ke kampung halaman Ibunya Laura yaitu Kota Bandung.
Pada saat Ayah Laura meninggal, Laura masih berumur tujuh tahun, walaupun kejadian itu sudah lama akan tetapi dia masih mengingat wajah Ayahnya yang selalu memanjakan dan menyayanginya itu, dan ketika itu Laura sangat merasa kehilangan sosok pengayom dalam hidupnya.
Ratna panik ketika melihat tubuh Anaknya kejang-kejang, dia segera menekan bel tanda darurat. Beberapa saat kemudian beberapa orang Dokter sudah berada di sana dan segera melakukan pemeriksaan terhadap Laura.
Peluh sudah mengalir di dahi Dokter-Dokter itu, detak jantung Laura berhenti, seorang Dokter bernama Panji segera mengambil Alat kejut jantung dan meletakkan beberapa kali di tubuh Laura akan tetapi detak jantung Laura masih terhenti.
Panji menggelengkan kepalanya kepada Dokter-Dokter lainnya, Ratna yang melihatnya langsung berhambur ke arah jasad anaknya yang terbujur itu.
"Kami minta maaf Bu,, Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi tuhan lebih sayang terhadap Laura," ucap Panji menghembuskan nafasnya
" Tidaakkk !!!!, Laura,, bangun nak, jangan tinggalin Ibu, Laura bangun sayang,, lihat ibu,,bangun laura,,,hu..hu.." tangisnya pecah sambil mengoyang-goyangkan tubuh Laura yang sudah kaku dan pucat itu.
"Bu Ratna yang sabar ya, Ikhlaskan Laura agar dia bisa tenang di Alam sana," ucap Panji, Panji adalah Dokter yang merawat Laura selama dia berada di sana, Panji tau betul bagaimana sayangnya Ratna terhadap putrinya itu.
Ratna ambruk dan tak sadarkan diri, Panji segera mengangkat dan membaringkannya di Brankar tak jauh dari jasad Laura yang sudah tertutup dengan kain putih.
Seorang Suster menciumkan minyak kayu putih di indera penciuman Ratna dan Ratna pun tersadar dari pingsanya dan kembali menuju jasad Laura dan memeluk anaknya itu sambil menangis.
"Laura bangun Nak,, kenapa kamu meninggalkan ibu secepat ini, Jangan pergi jangan tinggalkan ibu sendiri," ucapnya dengan tangisnya yang menggema di seluruh ruangan itu.
"Bu Ratna harus Ikhlas jangan begini, Laura pasti sedih melihat ibu seperti ini. Bu Ratna sayang kan sama Laura, kalau ibu sayang sama dia ikhlaskan dia Bu agar arwah Laura bisa kembali dengan tenang menghadap sang Pencipta," ucap seorang suster sambil memeluk tubuh Ratna dan membawanya ke sebuah kursi dan mendudukannya di sana.
Suster itu masih memeluk Ratna yang sudah lemah tak bertenaga, dia terus menenangkan Ratna dengan kata-kata bijaknya. kondisi Ratna sudah agak lebih tenang walaupun masih tersisa isak tangisnya tetapi dia tidak meraung-raung seperti tadi lagi.
Panji menghampiri Ratna karena dia melihatnya sudah agak tenang untuk menanyakan perihal pengurusan jenazah Laura karena setahunya mereka tidak punya sanak saudara Lainnya di kota itu.
"Maaf Bu Ratna,,Bagaimana dengan pengurusan jenazah Laura ? apa mau di bawa pulang atau pihak rumah sakit yang mengurusnya," tanya Panji
Ratna menarik nafas lalu menghembuskannya, dia masih berusaha mengikhlaskan putri semata wajangnya itu.
"Saya tidak punya keluarga di sini Dok, saya hanya punya Laura saja. tolong urus jenazah anak saya dengan selayaknya, saya percayakan semua pada Dokter Panji," ucapnya lemah dan masih terisak.
"Baiklah Bu Ratna, kami akan mengurus jenazah anak ibu dengan baik. Suster tolong panggilkan petugas pengurusan jenazah agar membawa pasien dan segera mengurusnya," suruh Panji pada seorang Suster yang masih berada di sana.
"Baik Dok," sahutnya sambil berlalu dari sana, beberapa saat kemudian datanglah tiga orang wanita betpakaian serba hijau menuju ke arah mereka. mereka bernama Susi, Ina dan Lisa.
Susi sebagai Kepala Bagian pengurusan Jenazah segera menyuruh Ina dan Lisa membawa jenazah Laura menuju tempat pemandian Jenazah, mereka pun segera melaksanakan petintah Susi.
Di ruang pemandian Jenazah..
"Lisa !! kamu jaga Jenazah ini dan buka seluruh pakaiannya dan kamu Ina ambil peralatan untuk memandikan jenazah seperti sabun dan yang lainnya," suruh Susi
"Terus mbak Susi ngapain ?" tanya Lisa yang sedikit cerewet di antara mereka.
"Saya mau mrngambil kain Kafan dulu ditempat penyimpanan, dan ingat lakukan tugas kalian dengan baik"
"Jangan lama-lama ya mbak," ujar Lisa yang sedikit takut di tinggal berdua saja dengan jenazah itu.
"Kenapa ?? Lo takut ya ?" goda Ina
"Apa sih yang kamu takutin, toh dia sudah meninggal, dia gak akan bangun lagi kok." ujar Susi sambil berlalu pergi.
Karena dia sudah meninggal makanya gue takut, kalau dia masih hidup ngapain gue takut sama dia,, batin Lisa
" Ina !, gue aja yang ngambil peralatan mandinya, lo yang jagain ni jenazah ya," pintanya
"Enak aja, gue juga takut tau, bye Lisa,, selamat menikmati kebersamaan dengan mayat-mayat," ujar Ina berlari meninggalkan Lisa di sana.
Lisa masih mematung, dia menepiskan rasa takutnya.
"Ah, benar juga apa yang di bilang mbak Susi,, ngapain gue takut sama mereka, kan mereka sudah meninggal gak mungkin kan mereka bangun lagi," gumannya
Lisa mulai membuka kain putih penutup tubuh Laura. Dia memandang wajah laura yang sangat cantik itu walaupun sudah nampak pucat.
"Kasian sekali kamu neng gelis masih muda suda meninggal , malah wajahmu cantik banget lagi," ucapnya sambil membuka seluruh kain putih itu.
Perlahan Lisa mulai membuka satu persatu kancing bajunya Laura, tiba-tiba Lisa mendengar suara seseorang bersin, dia menghentikan kegiatannya.
"Ina,, mbak Susi,, kalian jangan bercanda dong, ayo cepat keluar," ucapnya sambil gemetaran, dia mencari-cari keberadaan mereka akan tetapi dia tidak menemukannya.
Dan suara bersin itu kembali terdengar,,
"Mbak susi,,Ina,, becandanya gak lucu deh, ayo cepat keluar, nanti Dokter Panji marah loh kalau kita gak segera mengurus jenazahnya," ujar Lisa masih mencari-cari mereka. Dia yakin kalau dua rekannya itu yang mengerjainya.
Setelah beberapa waktu mencari mereka, Lisa memutuskan untuk melanjutkan tugasnya, dia kembali menghampiri jenazah Laura kemudian mulai membuka kancing bajunya lagi. Tiba-tiba bulu kuduknya merinding, dia melihat ke arah Laura dan,,
"Se...setannn.....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
🌹Jangan lupa Like, coment dan Vote ya
Dan tekan tanda ❤ agar kamu mendapatkan Notif Up date nya.
Makasih🙏🙏🙏
"Se..setaannn...
Teriak Lisa langsung berlari pontang panting menubruk pintu ruangan itu, dia segera bangun dan langsung membuka pintu itu dan kemudian terus berlari meninggalkan ruangan itu.
Ketika sampai di belokan koridor itu Lisa menabrak Susi dan Ina yang baru saja kembali dari tempat penyimpanan peralatan pengurusan jenazah.
Bruuukkk..
merekapun jatuh bersamaan ,,
"Lisa !!!" teriak Susi
"Kamu kenapa sih lari-lari gitu, jadi kotor kan kain kafannya," ucap susi kesal
"Iya nih, lihat ini semuanya jadi berantakan gini," ujar Ina sambil menunjuk ke arah perlengkapan yang dia baqa tadi sudah berserakan di lantai.
"I..itu...", ucap Lisa gagap sambil menunjuk ke arah ruangan tadi
"Itu apa ?" Susi melihat ke arah yang di tunjuk Lisa
"Itu ada setan di sana," Lisa langsung berhambur dan memeluk Susi dengan erat
"Jangan bercanda deh, mana ada setan siang-siang begini,"
Susi malah tak percaya dan berusaha melepaskan pelukan Lisa. Lisa kemudian melepaskan pelukannya dan mulai bersembunyi di belakang Susi dengan masih memegang tangannya erat.
"Kalau mbak Susi gak percaya, lihat sendiri saja sana"
" Itu akal-akalan dia kali mbak, biar mbak gak marahin dia karena udah ninggalin Jenazah itu di sana," ujar Ina mengompori
"Gue gak hohong kok, Gue beneran lihat mayat itu matanya terbuka, tadi gue dengar suara bersin, gue kira itu kalian yang ngerjain gue, tapi setelah gue kembali ke sana, gue lihat matanya melotot ke arah gue, ih serem banget,"
"Kalau begitu kamu antarin kita ke sana, kalau sampai kamu bohong kamu tau sendiri akibatnya," ancam Susi
"Gue gak mau ke sana lagi, lebih baim gue di pecat dari pada gue kembali ke sana," ucap Lisa kemudian berlari meninggalkan mereka.
" Ayo Ina kita kerjakan tugas kita. Soal Lisa biar mbak yang urus, bila perlu kita laporkan dia karena sudah mangkir dari pekerjaannya," ujar Susi sambil berjalan menuju ruangan pengurusan jenazah dan Ina pun mengikutinya.
Baru saja Susi ingin membika pintu ruangan itu, tetapi sudah ada yang membukanya dari dalam ruangan itu, saat pintunya sudah terbuka terlihat Laura berdiri di ambang pintu sambil tersenyum ke arah mereka.
"Se,,setan !!! ,
Susi langsung ambruk di tempatnya dan tak sadarkan diri, sedangkan Ina berlari terbirit-birit tanpa arah.
Laura yang masih mematung bingung melihat mereka,
Kenapa semua orang lari sih saat liat gue, apa gue semenakutkan itu,, batinnya
Sementara Lisa masih terus berlari dan tak sengaja menabrak Dokter Panji yang sedang berjalan menuju ruangannya.
Bruuukk...
Tubuh Lisa menubruk Panji dan menindih tubuhnya yang sudah duluan jatuh di lantai, Lisa segera bangun dan membantu panji untuk bangin juga.
"Maaf Dok,, saya tidak sengaja," ucapnya masih ngos-ngosan
"Kamu kenapa lari-lari ? kayak di kejar setan aja ," tanya Panji memegang pinggangnya yang terasa nyeri akibat terbentur lantai tadi
" I..itu Dok, Jenazahnya Laura bangun", ucapnya gagap
"Jangan bercanda kamu,, mana mungkin orang yang sudah meninggal bisa bangun lagi", ujar Panji sambil tertawa
"Beneran Dok saya gak bohong,, saya berani sumpah di sambar geledek kalau saya bohong," ucapnya Serius
" Kamu jangan main-main sama saya, kamu kira saya percaya sama omongan kamu, gak mungkin banget apa yang kamu katakan tadi," ujar Panji masih tidak percaya
"Kalau Dokter gak percaya ya sudah, saya gak mau berurusan sama jenazah itu lagi, bisa- bisa saya mati muda sebelum menikah," ucapnya yang masih pucat karena ketakutan.
"Kamu benar gak bohong," Panji mulai sedikit percaya melihat ketakutan Lisa, Dia sepertinya tidak bohong dengan apa yang dia katakan.
"Beneran Dok, sudah berapa kali saya katakan kalau saya tidak bohong, kalau masih gak percaya Dokter buktikan saja sendiri," tantangnya
"Ya sudah,, kalau begitu kamu antarkan saya ke sana," pinta Panji
"Ngak,, saya gak mau Dok, saya takut," ucapnya masih gemeteran
"Kalau kamu memang gak bohong, kamu harus antar saya ke sana. Atau jangan-jangan kamu cima mengada-ngada saja," tuduhnya
Beneran kok Dok saya gak bohong,, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri kalau jenazahnya gadis itu bersin dan melototi saya," ucapnya dengan wajahnya yang masih takut.
" Kalau begitu kamu harus antar saya ke sana", ujar Panji sambil menarik tangan Lisa menuju ke ruangan itu.
Saat mereka lagi berjalan, mereka berpas-pasan dengan Ina yang berlari tak tentu arah dengan wajah ketakutannya.
"Tolong !!!, Ada mayat hidup,,," teriaknya terus berlari tanpa menoleh dan terus melewati Lisa dan Panji.
"Tuh kan Dok, bukan saya saja yang melihatnya tapi Ina juga, saya gak mau ikut Dokter lagi," ujarnya sambil mencoba melepaskan tangan Dokter Panji dari tangannya.
Panji tidak melepaskan Lisa malah dia makin mengeratkan pegangannya agar Lisa tidak bisa melepasnya. Panjo masih tak percaya kalau belum melihat dengan mata kepalanya sendiri, dia terus berjalan menuju keruangan itu dengan masih menarik Lisa mengikutinya.
Lisa terus saja berusaha melepaskan tangannya dari Panji, tapi apa daya tenaganya masih tidak cukup kuat melepaskan cengkeraman tangan Panji dan terpaksa dia mengikuti kemauan Dokter menyebalkan itu.
Mereka akhirnya sampai juga di ruangan itu, perlahan Panji membukakan pintunya, Panji kaget ketika pintu itu terbuka dia melihat seorang gadis dengan baju khisus pasien sedang asik mendandani wajah Susi dengan menggunakan perlengkapan pengurusan jenazah sambil cekikikan. Tubuh Susi terbaring di atas brankar dimana jenazah Laura tadi berada.
Lisa bersembunyi di belakang panji dengan memejamkan matanya, ingin sekali dia kabur dari sana, tapi tangannya masih di pegang sama Panji.
Panji mematung ketika melihat pemandangan yang menurutnya tidak mungkin terjadi itu, perlahan dia mulai mendekati Laura yang masih cekikikan asik dengan kegiatannya.
"Laura !!" panggil Panji, mendengar ada yang memanggilnya Laura menoleh ke arah sumber suara, lalu dia tersenyum ke arah mereka. Dia perlahan mulai melangkahkan kakinya mendekati Panji dan Lisa.
Panji mulai mundur begitu pula dengan Lisa, Laura Binggung kenapa mereka ketakutan saat melihatnya.
" Laura ,, kembalilah ke Alam mu,, kamu jangam mengganggu kami, kamu pergilah dengan tenang," ucapan Panji bergetar
Laura masih saja maju ke arah mereka begitu pula dengan Dokter Panjo dan Lisa yang terus mundur sampai mereka berdua terjatuh ke lantai, sontak Laura tertawa melihat mereka.
"Ha,,ha,,ha,, kalian ini kenapa Sih, kok lihat gue seperti lihat setan aja," ucap Laura yang sudah tidak tahan mengerjai mereka.
Dokter Panji dan Lisa saling berpandangan melihat Laura tertawa terbahak-bahak.
" Kalian Kenapa takut sih sama gue ? Gue binggung deh kenapa dari tadi kalau ada uang ngeliat gue langsung lari terbirit-birit,, gue kan bukan setan,,
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
🌹Jangan lupa Like,, Coment,, dan Vote ya..
Dan tekan tanda ❤ agar cerita ini jadi favorit dan kamu dapat notif Up date nya...🙏🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!