NovelToon NovelToon

Istrinya Pak Guru ?

Legenda SMA Bakti Persada

Rambut panjang bergelombang berwarna kepirangan, terkesan merah bronze. Namun tampak good looking untuk kulit seputih susu dan perawakan boneka barbienya. Hanya saja kelakuannya bak boneka chucky. Wajah tenang dan menggemaskan seperti malaikat surganya ayah dan bunda tapi menyimpan kata natckal di dalamnya, itulah dia SHANIA CLEOZA MAHESWARI.

"Berapa kali saya harus bilang sama kamu Shania ?!!!"

"Pluppp !!!" dengan santainya gadis ini meng3m*ut lolipop di depan guru bp seraya duduk santai bak di pantai.

"Sp aja lah pak, daripada bapak harus boros borosin tenaga bapak buat marahin saya, nanti saya juga kena omel orang rumah bapak, kalo suara bapak abis cuma buat marahin saya. Kan saya juga.. yang susah harus modal beliin permen hex*os !"

Pak Hadi sudah tak tau lagi harus melakukan apa pada Shania, nama siswi kelas XI ini sudah hampir memenuhi daftar merah siswa bermasalah. Lihat saja penampilannya, kaos kaki warna warni bak pelangi menutupi sampai bawah lutut, sedangkan rok sekolahnya pendek sekitar 7-10 cm diatas lutut kaya gorden ventilasi. Sedangkan baju seragamnya pas body kaya pegawai spg kosmetik.

Tak dapat dipungkiri, Shania memang gadis pujaan di sekolah ini. Tapi kenakalannya seperti bibit bibit anak Hades.

"Nama kamu ini Shania, ya Allah !!!" ucap pak Hadi frustasi, guru berusia 40 tahun ini menunjukkan sederet nama Shania yang hampir memenuhi halaman buku.

Shania memicingkan matanya, "masih ada tuh pak, nyempil satu baris kosong, berarti belum penuh sama nama saya, " jawabnya enteng.

Berterimakasih lah pada Shania, di masa tua ini pak Hadi merasakan jadi orangtua seutuhnya, memiliki penyakit darah tinggi seperti orangtua pada umumnya, akibat kenakalan Shania, jangan sampai pak Hadi memaksa membongkar meja dan mengambil salah satu kakinya untuk ia pukulkan pada kepalanya sendiri. Pak Hadi hanya heran saja, apa yang salah dengan pengasuhan Shania. Padahal ia bukanlah anak broken home, ibu dan ayahnya bahkan termasuk orang orang baik, tapi kenapa dianugerahi anak gadis yang harus ia sebut apa, annabelle kah ??

"Besok bapak tak mau melihat kamu memakai seragam adik kamu lagi, itu seragam sudah kecil masih kamu pake, itu lagi ! apa kaos kaki kamu kelunturan semua kaya gitu ! lepas, taruh di sana !" tunjuk pak Hadi ke rak kumpulan barang yang di razia, pak Hadi memicingkan mata pada setiap detail penampilan Shania.

"What ?!!! kelunturan ? hello, ini jamannya anak muda tabrak warna, bukan jaman tv hitam putih," benaknya.

"Tapi kan saya tidak menyalahi aturan pak, saya tetep pake seragam, saya tetep pake kaus kaki, gimana kalo saya t3l4nj4ng ? itu mah maunya bapak," jawabnya bergidik ngeri.

"Tapi seragam dan kaus kaki kamu tidak sesuai aturan yang ditetapkan sekolah, " jawab geram pak Hadi. Melihat fokus Shania bukan padanya, pak Hadi melirikkan matanya ke arah tatapan Shania, bukannya mendengarkan penjelasan pak Hadi, gadis ini malah menonton acara televisi di ruang BP.

"Hahahahaha, lucu banget ! si bintang laut kebangetan be*gonya kaya si Inez, " gadis ini tertawa dengan polos dan tanpa dosanya.

Ya Allah gusti, jika saya meninggal besok. Tolong beritahu istri dan anak anak, saya memiliki sawah di kampung, benak pak Hadi. Menyadari tatapan killer pak Hadi, Shania mengalihkan lagi pandangannya pada guru yang sudah seperti sahabat pena nya, akibat seringnya ia mendapat surat.

"Maaf pak, harusnya di kelas juga ada tv kaya gini ya pak, jadi bikin betah gitu loh ! belajar tuh ga jenuh ! itu kenapa saya betah disini, meskipun bapak galak, tapi saya orangnya legowo loh pak ! ga baperan !" jawab Shania, ingin rasanya pak Hadi membelah tengkorak kepalanya dan mengobrak abrik isi otaknya mengeluarkan nama Shania dari ingatannya, dan berharap amnesia.

"Kamu pikir ini hotel ?!!!" pak Hadi sudah menggigiti tutup pulpennya kesal.

"Udah sii pak, gini aja..yang penting saya nyaman...udah jamannya juga ko, bagus saya masih pake baju !"

"Shaniaaa !!!"

"Iya pak iya ahhh, ga usah marah marah, nanti cepet tua, besok saya bakal pake yang lebih panjang lagi, sekalian daster mbok di rumah saya pake !" jawabnya, pak Hadi sudah mengeluarkan tanduknya sampai bercabang cabang seperti rusa jantan. Dari telinganya sudah keluar asap mengepul tanda lava dalam dirinya sudah siap meledak, meluluhlantahkan seisi sekolah. Shania langsung meraih sp nya di meja pak Hadi dan berlari kabur.

"Kaboorrr ! assalamualaikum pak !! Shania sayang bapak ! " pekik Shania cekikikan. Meskipun begitu pak Hadi enggan mengeluarkan anak ini, ia hanya berfikir gadis ini bisa di rubah oleh guru yang tepat, hanya saja sampai saat ini belum ada satu guru pun yang mampu menanganinya. Pada dasarnya Shania adalah gadis yang baik, periang, suka menolong. Tapi kebanyakan sifat buruknya yang mendominasi. Kalo kata Shania, belum dikasih ilham.

"Sha !!!" pekik Inez sohibnya.

"Nez !!!" Shania mengangkat tangan saja seragam atas Shania langsung keluar dari pinggang roknya bahkan menampilkan dalaman tank top hitamnya.

Inez berlari, Shania tertawa melihat gadis itu memakai sepatu tanpa kaus kaki. Sepertinya level kenakalan dan keberanian Inez mendebat pak Hadi di bawah Shania, Inez menyerahkan kaus kaki berwarna warni itu pada pak Hadi tadi pagi.

"Ini dia si legenda SMA Bakti Persada, hebat loe ! bisa sampe lolos gini dari pak Hadi, "

"Lolos gimana ! nih dapet lagi buat bungkus rawit buat bunda !" tunjuknya pada selembar surat cinta dari pak Hadi. Inez tergelak mendengar perkataan Shania, yang tak mengindahkan sp dari pak Hadi, saking banyaknya surat itu ia kumpulkan untuk membungkus rawit jika tetangga si bunda di rumah minta rawit hasil dapur hidup milik bundanya Shania.

Shania yang baru datang mengalungkan tangannya di leher Inez menuju kelasnya.

"Sha !" seorang siswa memanggil Shania. Sontak Shania berbalik,

"Kenapa ?"

"Buat loe," jawabnya, menyerahkan boneka beruang kecil pada Shania.

"Ini apa ?"

"Boneka buat loe, " jawabnya harap harap cemas sang pujaan hati mau menerimanya.

"Gue ga suka boneka beruang, Yan.." jawab Shania.

"Oh berarti gue salah ya, padahal itu menggambarkan loe, loe menggemaskan, lucu, wangi kaya boneka beruang itu...ga apa apa nanti gue ganti aja, loe suka boneka apa ?" tanya Riyan.

"Gue ? gue suka boneka jelangkung ? kalo loe sanggup sih bawanya, boleh nanti gue terima !" jawab Shania menyunggingkan senyumnya semanis biskuit coklat, 2 ekspresi berbeda ditunjukkan kedua manusia yang ada disini, Riyan terkejut sedangkan Inez sudah menahan tawanya sampai mukanya merah.

Tapi Shania tak menampik boneka itu, "ya udah gue terima ya, " jawabnya tak mau mematahkan semangat 45 calon bucinnya Shania yang kesekiannya.

"Oke Sha, makasih !" Ryan pergi dengan senyuman mengembang.

"Nih buat loe ! kasih aja buat adek loe !" Shania menyerahkan boneka itu pada Inez.

"Wuihhihihi, calon calon player ini !" jawab Inez.

"Sekarang pelajaran siapa sih ?" tanya Shania.

"Bu Juli, "

Shania membelalakan matanya,

"Gue cabut aja kalo gitu, soalnya gue lupa ngerjain tugas !" jawab Shania.

"Bilang aja gue sakit !" Shania langsung berlari meninggalkan Inez menuju pinggiran tembok sekolah, menarik bangku usang yang biasa ia pakai untuk bolos, ia sudah naik ke atas bangku itu, dan memegangi puncak tembok, tapi kejadian tak disangka menimpanya, kaki bangku itu patah dan seketika ambruk.

"Brukkkkkk !!!"

"Awwww !!!"

"Shaniaaaaa !!!!!"

.

.

.

.

Hay hay guyssss, mimin Sin..harap kalian ga bosen sama karya karya mimin ya, masih dengan genre yang sama uwu uwu romansa modern, romantis romantis renyah kaya cookies coklat, entah mungkin sama atau tidak dengan cerita lainnya, tapi ini mah dijamin asli milikku sendiri, udah dikasih stempel RT di rumahku, di cerita ini aku bakalan kasih suguhan cerita sedikit berbeda ya dari benci jadi cinta yang biasa aku tulis...gimana bedanya? baca aja lah entar ! yuu siapkan cemilan, rapatkan barisan kita simak kisah Shania.....jangan judge anak anak mimin dengan komentar buruk ya guys, karena manusia tak ada yang sempurna termasuk mimin Sin...

Salam sayang kaum rebahan si cookies....

MIMIN Sin....💋💋

Gosip mangsa baru

"Aucchhh !!" Gadis itu terjatuh menimpa badan kursi yang pincang. Lututnya sampai mengeluarkan cairan merah. Naas betul nasibnya, bahkan semesta saja tidak mendukungnya kali ini.

Hap !

Daun telinganya menjadi santapan lezat tangan gatal bu Juli.

"Adududuh bu, jangan dijewer lah bu, ini namanya kekerasan..." belanya.

"Kekerasan dalam hal apa ?!!" sukur sukur bu Juli tidak menepuk pan*tat semox nya menggunakan penggaris hingga kempes atau menebas lehernya dengan parang.

"Kekerasan di satuan ruang lingkup pendidikan lah bu, " jawabnya. Seisi kelas beralih melongokkan kepalanya ke belakang kelas, disana gadis cantik pujaan warga sekolah terutama laki laki itu tengah terciduk akan bolos dan kini tengah di jewer oleh bu Juli.

"Makanya kalo belajar jangan setengah setengah, hayoo berjemur ! biar otak kamu encer ! kaya sirup," ucap bu Juli. Bibir manyun sepaket dengan wajah merahnya sedang menatap tiang bendera, bahkan tiang bendera saja sedang meledeknya sekarang.

"Saking royalnya gue sama negara, harusnya pak presiden ngasih penghargaan sama gue nih, kapan lagi cobak, gadis cantik hampir tiap hari hormatin bendera," cebiknya mendongak, menatap menyipit nyipit karena sinar matahari langsung menyorot ke arahnya, seperti semua sedang memberikannya cobaan hidup yang begitu berat, rivalnya di sekolah adalah Maya, ia adalah gadis yang sangat sangat berusaha untuk bisa lebih dari Shania, dalam hal apapun. Ia selalu menjadikan Shania sebagai rivalnya di sekolah, Shania cantik, Shania oke, Shania eksis. Bahkan tanpa harus oplas ke Korea sana pun gadis ini mirip mirip artis peraih piala Oscar.

"Senyum ! "

"Cekrek !!!" Maya dan Rubi menatap Shania merendahkan, memotret wajah Polos Shania saat dihukum.

"# makanan sehari harinya si trouble maker, " ucap Maya.

"Emang ya sekali trouble maker ya tetep aja trouble maker, loser !!" lanjut Maya.

"Terus masalah loe dimana ? gue mah ga muna emang gue trouble maker, tapi maaf gue masih punya harga diri, senakal nakalnya gue, ga sampe jual diri, nawarin diri buat jalan sama om om buncit !" jawab telak Shania.

"Apa ?!!!" wajah Maya memerah.

Sugar daddy mana yang tak kenal Maya, ia pemes di kalangan om om berperut buncit, mulai dari pejabat daerah sampai om om CEO yang bau balsem sekalipun pernah ia temani, hanya untuk sekedar diajak jalan dan berbelanja. Lihat saja wajahnya yang penuh tempelan, tempelan make up bermerk, dan penuh tanam benang, hanya agar bisa menyamai wajah cantik Shania.

"Lancang kamu Shania !!! jangan so suci, dan jangan fitnah !" jawab Maya hendak menampar Shania, tapi ditahan Rubi.

Shania semakin menyunggingkan senyumnya, Shania bukan tidak tau kehidupan Maya, Shania adalah anak badung yang menjunjung tinggi harga diri, teman teman nakalnya pun menghargai gadis cantik ini, Shania memiliki teman bukan hanya dari kalangan anak anak biasa, karena seringnya ia bolos, ia sering bersama anak anak badung lainnya.

"Kenapa ? mau nampar ? ngajakin ribut ? ayoo !" jawab Shania.

Maya merasa terpancing, tangannya sudah ingin menjambak rambut tebal Shania yang bergelombang. Tak tinggal diam Shania pun melawan, pertengkaran sengit tak terelakkan.

Rubi sudah berteriak teriak seperti korban kebakaran.

Maya menarik rambut Shania, begitupun Shania yang menarik rambut Rubi, bahkan tak segan segan satu tangan lainnya menarik seragam Maya, hingga Maya tersungkur mencium tanah lapang beraspal.

"Awww !!!" Shania pun bukan tanpa luka, ia sudah meringis karena leher dan tangannya dicakar Maya.

"Ada apa ini ??!" suara pak Hadi menggelegar. Ia sudah melihat Shania dan Maya yang dikerumuni siswa lainnya di lapangan. Ia memijit pelipisnya pusing.

"Shania, kamu lagi kamu lagi !" ucapnya frustasi.

"Shania, Maya !! ke ruangan saya sekarang !!" pekik pak Hadi.

Keduanya dihukum, berhubung kesalahan Shania sudah menumpuk seperti tumpukan tissue di kondangan, mau tak mau Shania di skors selama 3 hari. Maya menyunggingkan senyuman puas melihat rivalnya dihukum lebih berat darinya. Selain itu keduanya harus membersihkan ruangan lab. Ipa sampai kinclong, sepulang sekolah nanti.

"Awwsshhh ! perih Nez, " aduh Shania.

"Kan apa gue bilang ! loe kelewatan bandelnya sih !" Inez mengusap luka cakaran kuku Maya dengan alkohol yang dibubuhkan di kapas.

"Aww, Nez..pelan pelan kek ! ini kulit orang, bukan kulit badak !" omel Shania.

"Sorry, sorry, " Inez tertawa seraya memelankan olesannya, terakhir Inez menempelkan plester di leher dan tangan Shania.

"Gila, kuku tangan si Lont3 ! panjang panjang kaya kukunya macan !" keluh Shania, melihat bekas cakaran.

"Gimana kalo cebok ?!" tanya Shania. Inez tertawa, "si oon, malah mikirin dia cebok segala, meneketehe, dia cuma lap pake tissue doang kali, " jawab Inez. Memikirkannya saja membuat keduanya bergidik jiji.

"Semalem gue liat dia lagi di g^r3p3 gr3p3in sama om om anggota Dewan !" ucap Shania.

"Ya udah sii, biarin aja ! apa urusan loe, toh.. loe ga akan ikut nanggung dosanya !" jawab Inez. Keduanya tengah duduk di depan kelas.

"Udah, kelar ! " jawab Inez.

"Besok loe jajan ke kantin sendiri dulu ya Nez, gue di skors 3 hari sama pak Hadi, si sahabat pena !" jawab Shania tanpa beban.

"Yahhh sayang dong, padahal katanya besok bakalan ada guru baru, siapa tau loe mau kenalan. Katanya cowok cakep, masih single !" senggol Inez.

"Hahahaha, gue bukan Maya...gue ga suka yang bau minyak angin, paling paling yang kaya pak Hadi, kalo pusing liat siswi cantik kaya gue, langsung koyoan !" keduanya tertawa.

"Mangsa loe itu mah, "

.

.

.

Guru Kimia tampan

"Perkenalkan nama saya Arkala Mahesa, saya guru kimia baru kelas ini. Menggantikan pak Erlangga sementara sampai pak Erlangga kembali, " ucapnya, alis tebal dipadukan dengan sorot mata tajam bak silet, rambutnya rapi dengan potongan pendek namun terkesan harajuku dan modis untuk ukuran seorang guru, dan wanginya? jangan ditanya tidak ada kata minyak angin, minyak gosok, minyak sereh ataupun minyak cengkeh. Aroma lemon berpadu woody menguar mengalahkan parfum cabe cabean level empat.

Lulusan Universitas ternama di Jekardahhh...sudah bukan rahasia lagi jika bapak guru ganteng ini, terkenal killer dan dingin. Perlu wanita panas untuk mencairkan sifat dinginnya. Sayang hari ini Shania sedang di skors.

Gadis ini tampak tenang dan kalem saja, seakan tidak sedang melakukan dosa. Seakan tak tau nasibnya sedang berada di ujung tanduk sekarang.

"Bundaku sayang, yang baiknya ngalahin ibunya para pandawa, masa masa muda Shania harus dibikin meriah, semeriah kalo lagi agustusan ! biar nanti bisa dikenang di masa tua, ini mah hal wajar lah dihukum begini mah !" jawabnya santai tanpa dosa mengibas ngibaskan tangannya enteng.

"Kamu tau kan kalo ayah tau pasti marah ?! mau digantung di pohon cengkeh kamu ?" tanya bunda, Shania cemberut mendengar perkataan ibunya yang si4lnya benar adanya.

"Salah bunda di masa lalu apa sih, sampai punya anak kaya kamu ?" tanya bundanya kesal menjiwir hidung anak gadis satu satunya ini.

"Salah bunda terlalu cantik, jadi anaknya cantik banget ! lagian Shania tuh hanya membela diri, membela hak hak Shania bun, " jawab Shania beranjak dari duduknya dan kembali ke kamar, dirasa sudah pegal karena terlalu lama duduk, Shania memutuskan untuk sekedar jalan jalan keluar.

Bundanya menghela nafas lelah, ada saja jawaban anak ini yang membuat kerutan di wajahnya semakin terlihat.

" Terserah kamu lah, lama lama bunda gantung mulut kamu yang cerewet itu, mau kemana lagi ini ?!" pekik bunda seraya mengocok telur dan tepung untuk memenuhi pesanan. Bunda Shania memang memiliki usaha kue, ia juga memiliki toko kue.

"Bunda sibuk kan ? udah deh mendingan ke toko kue aja, Shania cuma mau maen doang cari angin ke depan kompleks sana sambil jajan, " padahal baru saja mulutnya mengunyah keripik.

"Kamu kalo makan terus nanti gendut !" pekik bunda.

"Ga akan ! " Shania mengganti pakaian rumahannya dengan celana levis sobek dan t shirtnya, ia hanya memakai motor matic,

Hanya berjarak beberapa ratus meter Shania sampai di tempat biasa ia jajan,

"Hay mbak Uli !"

"Sha ! "

"Tumben jam segini udah disini, udah pulang sekolah apa ga sekolah ?" tanya mbak Uli pedagang pentol langganan Shania.

"Gurunya sayang banget sama aku mbak, jadinya dia kasih aku cuti buat istirahat, katanya takut otakku tipis kalo diasah terus kaya kanvas rem motor !" jawab Shania.

Mbak Uli tertawa, "dasar bocah gemblung !"

"Mau pesen pentol ?" tanya nya.

"Boleh deh mbak, dua ya ! sekalian buat dibawa ke rumah Inez, mau maen aku mbak..bosen di rumah!" jawab Shania, mbak Uli hanya tersenyum mendengar ocehan gadis ini seraya menyiapkan pesanannya.

"Itu leher kenapa? hayoooo, nakal ya ! kalo pacaran jangan kebablasan, "

"Ihhh mbak Uli, otaknya siram pake kuah pentol tuh, Shania ga punya pacar mbak, " jawab Shania.

"Masa sih, Shania kan cantik..bukannya di sekolah banyak yang suka ?" tanya mbak Uli tak percaya.

"Belum dibukakan hati akunya mbak sama Allah, belum nemu yang cocok, lagian ini leher luka gara gara aku dicakar singa !" jawabnya asal.

"Hah?!! masa sih ? abis maen dimana ketemu singa?" tanya mbak Uli.

"Di kebun binatang !" kekeh Shania.

"Emang kriteria pacar idaman mu kaya gimana ?" tanya mbak Uli.

"Kurang aj4r ga sih kalo aku minta cowok yang sholeh, ganteng, baik ?!" tanya nya pada perempuan beranak satu ini. Ck, dalam hatinya sendiri ia berkata imposibble...

"Aamiin, " jawabnya seraya tertawa.

"Nih uangnya mbak, " gerai pentol mbak Uli ini berada di halaman depan sebuah minimarket. Sebuah mobil hitam terparkir di minimarket itu, si pengendara keluar dari mobilnya lalu masuk ke dalam minimarket itu untuk membeli minum.

Lelaki itu kembali masuk ke dalam mobil hitam dengan kaca tertutup. Ia membuka kemasan segel leher botol dan meminum air mineral dari dalam botolnya.

"Mbak Ul, yang satu pedes banget kan ? soalnya si Inez mah lidahnya harus sampe kaya kebakar baru bilang mantap, heran aja itu lidah ga kebas apa !" mbak Uli mengangguk.

"Mbak Ul, aku pamit ya !" sebelum memasang helmnya Shania melirik ke arah belakang motornya, setaunya pengemudinya sedang masuk ke dalam, Shania bercermin di kaca mobil yang nampak kinclong itu, merapikan rambut dan pakaiannya.

"Mbak, liat nih..ni mobil kinclong banget, keliatan baru belinya !" tawa Shania renyah seperti cookies.

"So tau kamu !"

"Halah ! paling yang punya om om yang perutnya buncit, " jawab Shania, padahal dengan sangat jelas mbak Uli melihat sesosok pangeran yang keluar dari sana.

Laki laki itu melihat apa yang sedang dilakukan Shania, sontak ia tersenyum tipis.

"Cantik cantik, ga tau malu ! ga tau ada orangnya apa ?!" gumamnya menggelengkan kepalanya, melihat kelakuan warga +62 sekarang.

Shania memakai helm dan berlalu dari sana.

Lampu sen mobil menyala, mobil itu mundur, sontak mbak Uli tertawa jika ingat kelakuan Shania barusan.

"Nez !!!"

Pintu terbuka,

"Eh Shania ?!" seorang wanita paruh baya keluar.

"Eh tante, tan..Inez ada ?" tanya Shania.

"Ada, kan baru pulang sekolah..Shania gimana sih, emang Shania ga sekolah ?"

"Iya tante.. lupa, tadi janjian sih tan," ibu Inez sudah terbiasa dengan kedatangan Shania, gadis ini malah sering menginap disini.

"Inez ! ada Shania !" pekik ibunya dari bawah.

"Iya mih, suruh naik aja ke kamar !" jawab Inez.

Shania sudah hafal seluk beluk rumah Inez.

"Yuhuuuu, pentol mercon hadirrr !!" seru Shania.

"Kuyyy !" ajak Inez mengajak Shania ke teras belakang.

"Ahhh, sayang banget Sha ! loe ga sekolah sih !" ucap Inez menumpahkan pentol di mangkuk.

"Kenapa emang?"

"Pak Arka ganteng banget, sumpah !" Inez memuji dan memuja guru baru, tepatnya guru yang baru kembali lagi setelah memutuskan ingin kembali meneruskan gelar magisternya di Jakarta ini.

"Gue jadi penasaran seganteng apa, namanya siapa barusan ?" jawab Shania.

"Pak Arkala.." jawab Inez, ia mengunyah pentolnya sambil mengipasi mulutnya.

"Pasti kepanjangannya pak Arkala..jengking..." tawa Shania. Dari nama saja sudah bad, pasti orangnya pun bad looking, pikir Shania.

"Pokonya kalo loe ketemu gue jamin loe klepek klepek deh, kaya ikan kekurangan air !" jawab Inez.

"Ga mungkin, seganteng gantengnya cowok..gue ga pernah sampe kaya gitu. Liat aja Cakra aja gue tolak, apalagi ini yang udah udzur !" Inez sampai tersedak karena tertawa.

"Nyesel loe bilang udzur ! awas ntar kalo loe liat terus suka, " jawab Inez.

"Cakra nanyain loe tadi, dia juga nanyain alamat loe !"

"Mau ngapain nyari gue? gue ga pernah punya utang sama siapapun. Lagian gue rasa dia juga udah tau alamat gue, itu mah formalitas doang !" jawab Shania.

"Dia belum nyerah Sha, loe ga minat apa, Cakra kan keren..anak basket...anak motor juga !" Shania hanya menggidikan bahunya acuh.

"Loe tau sendiri kan ayah gue gimana Nez ? dia mah pemikirannya kolot, apa apa ga boleh, apalagi kalo ketauan pacaran, bisa digorok gue ! katanya sekalian aja nikah !" jawab Shania.

Inez mengangguk setuju, ayah Shania memang terlampau mengekang gadis ini, tanpa tau sifat Shania, semakin dilarang semakin membantah.

.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!