NovelToon NovelToon

Handsome Ghost Charm

Bab 1

Aku Rara, usiaku 28 tahun. Aku adalah seorang designer di sebuah perusahaan mode yang cukup terkenal. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Di rumah aku tinggal bersama Mama, Papa dan adikku Rangga.

Jarak usiaku dengan adikku cukup jauh, saat ini adikku masih berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA kelas 3.

"Rara..... Rangga..... Buruan turun sarapan, udah jam berapa ini... Nanti kalian terlambat loh." Teriak Mama ku setiap pagi yang selalu takut kami akan terlambat.

"Iyaaa... Ma...." Rangga turun menuju meja makan.

"Mana kakakmu" Tanya Mama pada Rangga.

"Biasa lah Ma, melukis wajah dulu biar kelihatan....aduh" Ucapan Rangga berhenti setelah aku memukul pelan kepalanya.

"Kelihatan apa? Sok tau lu"

"Ma... Lihat tuh kak Rara mukul kepala aku." Rengek manja Rangga ke mama sambil mengusap kepalanya yang aku tau pasti tidak sakit karena aku hanya memukulnya sangat pelan.

"Sudah-sudah jangan berantem terus, masih pagi gini udah pada ribut." Mama mencoba mendamaikan kami.

"Kak Rara duluan tuh yang cari gara-gara." Rangga ngambek sambil memanyunkan bibirnya.

"Maaf ya adik kakak yang paling ganteng, nanti pulang kerja kakak bawakan pizza deh sebagai permintaan maaf, mau? Bujuk Ku pada adikku yang terbilang masih manja walaupun usianya sudah 17 tahun.

" Oke.... Janji ya" Rangga bersemangat karena aku menjanjikan makanan kesukaannya.

"Iya kakak janji."

"Aku sudah selesai, aku berangkat dulu ya Ma, Pa. Dah Rangga... Kakak duluan ya."

"Hati-hati sayang." Pesan Mama yang tidak pernah lupa dia ucapkan setiap hari.

"Iya Ma...!"

Aku melajukan mobilku dengan cepat di padatnya jalanan kota Jakarta. Jarak dari rumah ke kantor tempat aku berkerja cukup jauh hingga memakan waktu 1-2 jam tergantung kondisi jalanan.

Huh... Akhirnya sampai juga aku di kantor. Ku parkir kan mobilku dan segera aku berlari masuk ke kantor.

"Pagi Ra.... Buruan finger udah mau terlambat tuh." Sapa teman kecilku Efan yang melihat aku jalan terburu-buru karena takut terlambat.

Selesai mengisi absen aku langsung menuju ke meja kerjaku.

"Hampir telat lu ya Ra?" Sahabatku Sofie datang ke mejaku sambil bertanya.

"Iya Sof, macet banget tadi jalanan."

"Gue saranin lebih bagus lu sewa apartemen dekat kantor aja deh Ra, biar lebih efisien. Lu hemat waktu dan tenaga juga kan?" Saran sofie yang cukup bagus ku dengar.

Pengennya sih sof, tapi apa nyokap bokap gue ngizinin? Gue kan belum pernah tinggal sendiri." Jawabku sambil berfikir.

"Ya... Lu coba aja bilang ke bokap nyokap lu dan lu jelasin deh alasannya dengan jelas, pasti ortu lu ngerti kok."

"Iya juga ya, oke deh ntar gue coba. Eh, tapi lu ntar bantu gue carikan apartemen yang dekat sama kantor kita ya."

"Tenang aja, ntar gue bantu carikan deh. Ya udah deh, gue ke meja gue dulu ya. Bye..." Sofie meninggalkanku dan menuju ke meja kerjanya.

Berkerja di perusahaan ini sangat membuatku senang walaupun sering dikejar date line, tapi karena hobi ku menggambar jadi aku selalu semangat.

Eh... Sudah waktunya makan siang, sofie mana ya?

" Ra.... Makan siang yok." Efan mengajakku sambil berlari kecil mendekatiku.

"Ayok, kita ajak sofie juga ya." Jawabku pada Efan sambil mencari sofie yang tidak ada di meja kerjanya.

"Nah itu Sofie. Sof... Ayok ke kantin. Lu dari mana aja kok gak ada di meja kerja lu tadi?"

"Gue lagi nelepon tadi di lobi." Jawab sofie membuat aku penasaran.

"Teleponan sama siapa sih sampai harus ke lobi?" Aku kepo.

"Ntar gue ceritain sambil makan. Yok ke kantin." Ajak Sofie.

"Palingan juga gebetan barunya sofie." Efan nimbrung.

"Ah... Lu sok tau." Jawab sofie pada Efan sambil memukul pelan bahunya.

Kami bertiga berjalan menuju ke kantin untuk makan siang.

Aku, sahabatku Sofie dan teman kecilku Efan selalu bertiga sampai-sampai kami dijuluki tiga serangkai di kantor ini.

Tapi entah kenapa dari kami bertiga belum ada satu orang pun yang memiliki pacar. Kami bertiga adalah JOJOBA alias jomblo jomblo bahagia.

Sampai di kantin kami memesan makanan dan menyantapnya. Kemudian sahabatku Sofie membuka pembicaraan.

"Ra, gue ada dapat info sewa apartemen dekat dengan kantor kita nih. Kalo mau ntar pulang kerja kita ke sana buat lihat-lihat. Kalo cocok ambil kalo gak cocok ya kita cari lagi yang lain. Uang sewanya setahun 20 juta tapi kalo lu mau bayar bulanan jatuhnya 2 juta perbulan. Gimana? Itu lumayan murah loh untuk di daerah dekat kantor kita." Sofie menjelaskan dengan detail.

"Lu mau cari apartemen ya Ra? Ada nih apartemen yang disewakan di dekat apartemen gue dan lebih murah Ra, pertahunnya cuma 12 juta doang Ra, itu pun udah beserta perabotannya jadi lo tinggal bawa pakaian lu aja. Tapi Ra dengar-dengar sih gak ada orang yang betah tinggal di apartemen itu dan gue ga tau apa sebabnya. Efan memberi informasi bagus padaku.

"Wah bagus tuh Fan, udah murah lengkap lagi. Ntar pulang kerja kita lihat ya." Ucapku semangat .

"Tapi Ra... Efan bilang gak ada yang betah tinggal disitu loh, jangan-jangan tuh apartemen ada penunggunya lagi." Sofie terlihat khawatir.

"Ah... Gue gak percaya sama yang begituan, betah atau tidaknya kan tergantung kita." Jawabku yang emang tidak percaya dengan hal-hal gaib.

" Emang temen gue paling berani deh, hahaha." Efan tertawa sambil menepuk pelan bahuku.

" Ya udah, ntar pulang kerja kita bertiga ke lokasi ya." Sofie mengusulkan untuk melihatnya bersama.

"SIP...!!" Aku dan Efan serentak menjawab.

Jam sudah menunjukan waktunya pulang kerja. Sesuai rencana, kami akan melihat apartemen yang akan ku sewa. Efan sudah menghubungi pihak gedung dan membuat janji bertemu. Kami bertiga ke lokasi dengan mengendarai mobil masing-masing. Tidak lama, hanya memakan waktu 15 menit kami sudah sampai di lokasi. Kami berjumpa dengan pengurus gedung dan langsung menuju unit yang akan disewakan.

"Disini unit yang akan disewakan mbak." Pak Baskoro menunjukan apartemen yang akan disewakan kepada kami bertiga dan membukakan pintunya.

"Kita masuk ya pak." Ucap Efan kepada Pak Baskoro pengurus gedung.

" Iya mas silahkan." Pak Baskoro mempersilahkan kami masuk untuk melihat-lihat.

"Dengar-dengar banyak penyewa yang gak betah tinggal disini ya Pak? Padahal tempatnya kan bagus dan bersih lagi." Tanya Sofie penasaran.

"Wah kalo itu saya juga kurang tau mbak, saya kan hanya pengurus gedung." Jawab pak Baskoro.

" Oke deh pak saya tertarik dan mau menyewa apartemen ini. Pembayarannya gimana pak? Saya mau bayar langsung untuk setahun saja." Ucapku tanpa ragu.

Bab 2

Serentak Sofie dan Efan melihat ke arah ku, mungkin mereka terkejut dengan pernyataan ku yang langsung setuju untuk menyewa apartemen itu.

Jujur aku sangat tertarik melihat apartemen ini karena memang sangat bagus dan murah pastinya.

"Lu udah yakin Ra?" Tanya Sofie yang masih memasang wajah kaget.

"Iya Sof, gue udah yakin. Lagian tempatnya bagus kok dan gue juga gak merasakan hal-hal yang aneh disini." Jawabku meyakinkan sofie.

"Ya sudah mari kita ke kantor saya untuk proses pembayaran." Ajak Pak Baskoro pada kami bertiga.

Kami berjalan menuju kantor pak Baskoro untuk menyelesaikan pembayaran sewa apartemen, setelah menyelesaikan pembayaran, Pak Baskoro memberikan surat perjanjian dan kwitansi padaku.

"Ini sandi pintu apartemennya ya mbak dan sandinya boleh mbak ubah sesuai keinginan." Pak Baskoro menyerahkan kertas bertuliskan kode sandi pintu apartemen yang aku sewa.

"Oh baik pak terima kasih." Jawab ku sambil mengambil kertas yang dia berikan.

"Iya... Sama-sama mbak dan mas nya juga."

Selesai bertransaksi kami bertiga berjalan menuju ke parkiran.

"Jangan pada pulang dulu ya, kita nongkrong di Pizza dekat sini yok. Kebetulan gue juga punya janji mau bawakan pizza buat Rangga." Ajak ku pada kedua temenku.

"Boleh juga tuh, ayok deh." Efan setuju.

"Oke deh, gue ngikut aja." Sofie juga setuju.

Kami bertiga menuju warung pizza terdekat dan tidak berapa lama akhirnya kami pun sampai di pizza hut karena memang lokasinya tidak jauh dari apartemen tadi. Kami memesan tempat outdoor agar lebih santai.

"Ra.... Kok lu langsung bayar tadi? Kan lu belom ngomong sama ortu lu." Sofie tampak khawatir.

"Gak apa apa Sof, mereka pasti ngizinin, gue yakin. Mereka juga pasti kasihan melihat gue tiap hari capek di jalan, apalagi kalo gue bilang apartemen nya udah terlanjur gue bayar, pasti mau gak mau mereka akan setuju kan?" Penjelasan ku untuk menghilangkan rasa khawatir Sofie.

"Iya ya... Pinter juga otak lu Ra." Sofie sudah lega.

"Kadang gue juga butuh ketenangan buat gue menggambar, kalo di rumah lu tau sendiri kan gimana adik gue? Makanya cocok juga kalo gue tinggal sendirian, supaya imajinasi gue lebih keluar lagi." Ucapku

"Gue udah pesan, ntar lagi datang pesanan kita." Efan memotong pembicaraan aku dan Sofie.

"Jadi kapan lu mau pindah Ra?" Tanya Sofie.

"Secepatnya lah Sof, kalo bisa pun minggu ini." Jawab ku.

"Ntar kita adakan pesta kecil-kecilan buat kita bertiga ya kalo lu udah pindah." Saran Efan.

"Iya-iya bener tuh kata Efan. Gimana Ra, boleh ya?" Sofie setuju dengan ide Efan.

"Boleh dong, masa gak boleh sih. Kita ambil harinya pas weekend ya supaya kita bisa sampai larut kumpulnya. Gimana?" Tanyaku antusias.

"Oke." Efan dan Sofie menjawab bersamaan dengan semangat.

Pesanan pizza pun datang dan aku memesan lagi satu pizza Big box untuk dibawa pulang. Kami menyantap pizza pesanan kami sambil ngobrolin hal-hal yang tidak jelas dan tertawa bersama.

Selesai makan kami pulang ke rumah masing-masing.

"Sampai ketemu besok di kantor ya." Aku pamitan sama kedua teman ku.

Aku melajukan mobilku dengan cepat, jalanan sudah sedikit lega karena jam pulang kantor sudah lewat dan satu jam lebih dikit aku sudah sampai di rumahku.

Rangga langsung menyambut ku karena aku punya janji dengannya.

"Ini janji kakak sama kamu." Aku langsung menyerahkan pizza yang ku bawa pada rangga.

"Terima kasih kakak ku yang cantik." Rangga menerima pizza pemberianku dengan senang hati dan selalu memujiku jika aku bersikap baik padanya.

"Hhmmm.... Iya, makan sama Mama dan Papa gih." Suruh ku sambil berjalan masuk ke rumah.

"Ayo dong kita makan bareng." Ajak Rangga padaku.

"Kakak sudah makan tadi sama teman-teman kakak."

"Oh ya sudah." Rangga langsung berlari kecil menuju Mama dan Papa yang berada di ruang keluarga.

Aku langsung menuju ke kamarku untuk bersih-bersih. Selesai mandi aku menuju ke ruang keluarga untuk kumpul dengan adik, mama dan papa ku. Aku melihat mereka masih menyantap pizza yang kubawa tadi sambil menonton siaran televisi.

"Ma, Pa... Aku mau bicara." Ucapku sedikit ragu.

"Bicara aja sayang, ada apa sih emangnya?" Tanya Mama dengan lembut.

"Begini Ma, Pa... Hmmm... Jarak dari rumah kita ke kantor tempat aku berkerja itu kan cukup jauh ya, jadi aku berinisiatif buat nyewa apartemen di dekat kantor agar lebih efisien Ma, Pa. Aku juga lumayan capek kalo harus tiap hari pulang pergi dari rumah ke kantor. Belum lagi macet dan bahaya di jalanan.

Gimana Ma, Pa? Boleh ya aku tinggal di apartemen dekat dengan kantor ku. Please..... " Aku memohon tulus dengan kedua orang tuaku.

"Gimana Pa?" Mama bertanya lembut ke Papa.

"Hmm... Sebenernya Papa juga kasihan melihat kamu tiap hari selalu buru-buru mengejar waktu untuk berkerja karena jarak dari rumah ke kantor emang cukup jauh. Tapi Papa masih khawatir jika membiarkan kamu hidup sendirian karena kamu kan anak perempuan." Ucap papa khawatir.

"Iya... Mama juga khawatir banget, nanti gimana makan kamu? Apa kamu sempat masak? Kan gak mungkin terus-terusan makan di luar. Harus pikirkan kesehatan juga kan?" Mama terlihat lebih khawatir.

"Tapi Ma, Pa... Aku kan sudah dewasa, aku bisa jaga diri kok. Aku juga tau mana yang benar dan mana yang salah. Lagian kan Pa, apartemen tempat aku tinggal nanti tuh satu gedung sama Efan. Mama masih ingat Efan kan?" Jawab ku meyakinkan kedua orang tuaku.

"Oh.. Efan teman kecil kamu itu kan yang anaknya pak Ridwan?" Jawab Mama antusias.

"Iya Ma bener banget, dia juga tinggal di sana Ma." Jawabku semangat.

"Kamu sudah yakin mau tinggal sendirian?" Tanya Papa serius.

"Iya Pa aku sudah yakin." Jawabku yang memasang wajah serius sambil menganggukkan kepalaku.

"Ya sudah Papa setuju." Papa mengelus lembut kepalaku.

"Terima kasih ya Pa." Aku memeluk papa ku.

"Tapi kamu harus selalu kasih kabar ke kita ya Ra" Ucap Mama.

"Pasti dong Ma." Aku gantian memeluk Mama ku.

Sementara adik ku Rangga hanya mendengarkan percakapan kami sambil menyantap pizza kesukaan nya.

"Berapa biaya sewa apartemennya Ra? Biar papa yang bayar." Tanya Papa.

"Sudah Rara bayar pakai uang Rara kok pa, ga usah khawatir. Semuanya sudah selesai hanya tinggal pindah saja Pa." Jelas ku pada Papa.

"Kapan kamu mau pindah?" Tanya Papa lagi.

"Hari sabtu ini Ma, Pa. Boleh kan?" Tanyaku

"Iya boleh sayang, nanti Mama, Papa dan Rangga ikut mengantar kamu pindahan." Jawab Mama.

"Makasih ya Ma." Aku mencium pipi Mama.

Bab 3

Hari sabtu pun tiba, hari dimana aku akan pindah ke apartemen. Hari ini aku Izin tidak masuk kerja karena akan pindahan. Aku sudah selesai mengepak barang yang akan ku bawa ke apartemen.

Mama sudah selesai masak makanan enak untuk ku dan teman-teman ku karena aku bilang ke Mama kalo nanti malam akan kumpul bersama Sofie dan Efan di apartemen.

Semua sudah selesai, kami segera berangkat. Mama naik mobil papa dan Rangga ikut di mobil ku.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya kami sampai juga di apartemen. Kami mengangkat semua barang yang kami bawa menuju ke unit yang aku sewa.

Sampai di dalam apartemen, Mama membongkar masakan yang dia masak di rumah tadi. Papa dan Rangga duduk di sofa dan aku memasukan barang-barang ku ke kamar untuk disusun nanti.

"Ternyata memang cukup jauh ya jaraknya dari rumah." Papa membuka pembicaraan.

"Iya... Hampir dua jam loh kita diperjalanan." Mama menyambung pembicaraan Papa.

"Maka dari itu aku memutuskan untuk pindah kesini Ma, Pa."

"Iya sayang, kamu baik-baik ya tinggal disini sendirian." Mama menasihati ku.

"Iya Ma, pasti." Jawabku yakin.

"Kakak berani tinggal sendirian disini?" Tanya Rangga yang akhirnya buka suara.

"Berani dong, kakak kan udah besar." Jawabku sambil tersenyum kepada adikku.

"Kalo kakak gak berani, biar aku yang temani." Ucap Rangga sok hebat.

"Hmm... Iya, nanti kalo kakak gak berani kamu temani kakak ya." Ucapku membalas senyuman Rangga.

Waktu berlalu begitu cepat, hari sudah sore. Mama, Papa dan Rangga pamit pulang karena takut kemalaman di jalan.

"Kami pulang dulu ya sayang, kamu baik baik disini ya. Kalo ada apa-apa langsung hubungi kami ya. Jaga kesehatan dan jangan telat makan." Pamit Mama penuh nasehat.

"Iya Ma, Rara akan selalu ingat pesan Mama." Ucapku

"Teman-teman kamu jadi datang?" Tanya Papa.

"Jadi Pa, pulang kerja mereka langsung kesini."

"Ya sudah, salam sama teman-teman kamu ya." Papa titip salam.

"Iya Pa ntar Rara sampaikan salamnya."

"Kak Rara, Rangga pulang ya, kakak harus sering-sering pulang ke rumah ya, dan jangan lupa kalo pulang bawa pizza yang banyak, hehehe." Rangga menyalami tanganku.

" Iya... Kamu jangan nakal di rumah kalo kakak gak ada ya, rajin-rajin tuh bantuin Mama." Pesanku pada Rangga.

"Siap bos..!!" Rangga memberi hormat padaku yang membuat Mama dan Papa tertawa.

"Dah sayang... " Mama melambaikan tangannya dari kaca mobil.

"Dah Ma, Pa... Hati hati ya. Kasih kabar ya kalo sudah sampai." Pesanku pada Mama.

Mobil papa berjalan meninggalkan ku dan aku pun kembali ke apartemen untuk menyusun pakaian dan barang-barang yang kubawa tadi.

Akhirnya selesai juga beres-beres nya. Tidak terlalu banyak yang dibereskan, hanya pakaian dan berkas-berkas ku saja karena emang semuanya sudah tersedia.

Ku rebahkan sejenak tubuhku di kasur untuk meluruskan tulang-tulang ku. Hmm... Rasanya nyaman sekali.

Ketika mataku hampir tertutup tiba-tiba aku dikejutkan dengan dering handphone ku. Ku raih handphone dan ku lihat panggilan group masuk dari Efan dan Sofie. Sepertinya mereka sudah pulang kerja. Aku pun menjawab panggilan telepon itu.

"Halo.... Kalian udah pulang kerja?" Tanyaku dari telepon.

"Udah nih Ra, baru aja keluar kantor. Kami mau ke swalayan sebentar buat beli cemilan sama minuman terus habis itu langsung ke tempat lu ya." jawab sofie menjelaskan.

"Oke oke... Kalo bisa beli buah juga ya." Pintaku.

"Ok Ra... Oya Ra, kita sekalian beli makan malam aja ya. Lu mau makan apa?" Kali ini Efan yang berbicara.

"Gak usah beli makan malam Fan, Mama ku udah masakin banyak buat kita." Jawabku.

"Wah mantap, emang tante Vira the best deh." Jawab Efan senang.

"Ya udah buruan kalian datang ya." Ucapku

"Oke..." Jawab Efan dan Sofie serentak dan kemudian menutup panggilan telepon.

Sambil menunggu teman-temanku datang, aku pun mandi.

Aku menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur, ku buka kran shower sehingga air mengguyur seluruh badanku.

"Ini pertama kalinya aku tinggal sendiri, aku harus kuat, aku harus yakin, aku harus mandiri. Aku sudah dewasa jadi aku harus bisa." Sejenak aku melamun kan diri sendiri.

Hhmm... Bener juga, mandi bisa membuat badanku lebih fresh. Bel berbunyi, aku yakin itu teman-teman ku yang datang. Aku langsung membuka pintu dan ternyata benar, Sofie dan Efan sudah sampai.

"Haaaii... Cepat juga ya kalian sampai, ayo masuk." Aku menyambut mereka.

"Lu udah selesai beres-beres Ra?" Tanya Sofie sambil berjalan memasuki apartemen.

"Udah dong, kan cuma pakaian dan berkas-berkas aja yang ku bawa." Jawab ku menjelaskan.

"Oh iya, yang lain sudah tersedia ya." Ucap Sofie paham.

"Tante masak apa untuk kita Ra?" Tanya Efan penasaran.

"Tuh lihat aja sendiri di meja makan." Jawabku sambil menunjuk meja yang berada di dekat dapur.

Efan dan Sofie berjalan menuju meja makan untuk melihat makanan yang dimasak oleh Mamaku.

"Wah... Banyak banget, habis gak ya kita makan bertiga?" Sofie takjub.

"Tenang aja, ada Efan. Dia kan suka banget masakan nyokap gue, pasti ntar habis tuh sama dia." Ucapku yang tau kalau Efan penggemar berat masakan Mama ku.

"Hehehe... Lu tau aja Ra." Jawab Efan malu.

"Sip dah, aman mah kalo gitu." Ucap Sofie mantap.

Kalo sudah kumpul bareng temen seperti ini waktu jadi terasa sangat singkat. Waktu makan malam tiba, kami pun menyantap makanan yang dimasak oleh Mama ku.

Kami makan dengan lahap, terutama Efan yang sangat menyukai masakan Mamaku.

" Wah... Emang masakan nyokap lu paling enak sedunia Ra." Ucap Efan yang kekenyangan.

"Dasar lu Fan, awas tuh perut meledak." Ejek Sofie.

Selesai makan aku langsung mencuci piring yang kotor, karena sudah terbiasa melakukannya di rumah. Sofie membantu membereskan meja makan dan Efan sedang nonton televisi. Selesai mencuci piring aku dan Sofie bergabung dengan Efan.

"Siaran televisinya gak ada yang enak nih." Ucap Sofie sambil memencet remote.

"Gimana kalo kita nonton film dari netflix aja?" Usul ku kepada kedua temanku.

"Boleh-boleh, film romantis ya." Jawab Efan.

"Jangan film romantis ah, gak enak. Film horor aja gimana?" Sofie mengusulkan.

"Ya... Aku setuju, apa ya film horor terbaru?" Ucapku sambil mencari-cari film horor yang akan kami tonton.

"Stop stop... Itu aja tuh, kayaknya seru." Sofie menemukan satu film yang akan kami tonton.

Kami bertiga pun nonton bersama sambil makan cemilan yang dibeli tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!