Dari jalan terlihat jelas perlakuan kejam tak senonoh yang dilakukan warga kepada Leony. Entah apa yang menyebabkan kemurkaan warga padanya . Terlebih lagi perempuan yang sedari tadi menjambak rambut Leony dan mengucapkan kata-kata kasar.
Tak ada penjelasan yang sempat dilontarkan perempuan malang itu, perkataan ejekan dan teriakan memakinya membuat menggigil nyali nya. seumur hidup sekalipun tak pernah terfikir olehnya mengalami hal sehina ini.
Gendang telinga yang bising, dan pandangannya yang semakin buram membuatnya semakin pasrah dengan keadaannya.
Byyuuuuurrrrrrr
Satu siraman air mendarat disekujur tubuhnya. Leony berusaha menegakkan lutut dan tangannya. Tiba-tiba perempuan kejam itu menjambak rambutnya.
"inilah akibatnya... kalo kmu berani bermain dengan saya! sekarang nikmatilah akibatnya!"
ucap perempuan itu dengan sangar.
"No-na ber-hentilah......"
Byuuuurrrrrrrrrrr
Lagi satu siraman kembali mendarat.
"kenapa kamu? sudah ciutkah nyalimu sekarang?! dimana nyali seorang pelakor yang kamu miliki?!! dasar ****Ng!!" perempuan yang seperti kerasukan itu tak berhenti menjambak Leony dan mendorongi kepalanya.
"sekarang kamu rasakan hasil perbuatanmu ini! Dan sebentar lagi .... "
perempuan itu mendekati Leony setengah berbisik
"Nyawamu jadi bayarannya...."
Bukan kepalang takut andai saja orang lain mendengarnya. Tapi bagi Leony, semua kejadian ini begitu tak terduga dan membingungkan.
Akankah dia benar-benar membayar pada perempuan kejam di depannya?.
Perempuan itu sungguh telah hilang akal sehatnya. Dia menyeret Leony dengan paksa ke dalam mobilnya. Leony yang sadar nyawanya terancam berusaha melawan, tapi apalah daya. Dia bahkan tak punya tenaga untuk menopang tubuhnya.
Sekarang mereka sudah didalam mobil. perempuan gila itu mengambil lakban dan membuat ikatan ditubuh Leony.
Mobil melaju dengan kencang, membuat siapa saja yang melihat tahu bahwa orang hilang akal lah yang sedang mengemudi.
ponsel berdering, perempuan kejam itu hanya melirik, suaminya.
Dia tetap melaju dengan mobilnya. Ponsel kembali berdering, suaminya kembali menelpon.
perempuan itu tetap mengemudi tak menghiraukan apa yang ada di depan, apa yang akan terjadi. Bahkan nyawanya sekalipun.
ponsel kembali berdering untuk ketiga kalinya, 'istriku, jangan kamu sakiti perempuan itu' begitulah isi pesan suaminya.
perempuan itu hanya melirik ponselnya.
Setelah lama mengemudi, sampailah mereka di suatu gudang. perempuan itu meninggalkan Leony di sana.
Tak lama kemudian, kepulan api dengan cepat membesar membakar gudang. melihat api yang berkobar, Leony semakin gemetar. Dia berusaha keras melepaskan lakban yang melilit tubuh, tangan dan kakinya.
Perempuan kejam itu secepat kilat menghilang tanpa jejak. Dia sudah tak perduli apakah gadis di dalam gudang itu selamat atau tidak. benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya.
*******
sesampainya dirumah dia cepat-cepat pergi mandi untuk menghilangkan sisa-sisa bau bensin tadi. Dia mengguyur badannya sambil memikirkan kejadian barusan. Dia menepis semua perbuatannya dari ingatan.
selesai mandi perempuan itu merasa sedikit tenang.
Ketika keluar kamar mandi suaminya telah menghadangnya di depan.
"Darimana saja kamu mey?" tanya suaminya dengan penuh amarah.
"kenapa mas? apa kamu benar-benar ingin tahu aku darimana saja?" jawab perempuan itu santai .
"jangan macam-macam kamu Meyda! sekarang katakan dimana Leony?!!"
"kamu sekarang di depanku mas! masih berani kamu tanyakan gadis itu??!! ooh, jadi gadis ****Ng itu namanya Leony!"
"Hati-hati bicaramu Meyda!! sekarang katakan dimana Leony?!! apa yang sudah kamu lakukan padanya?!!"
"kenapa mas? apa aku sudah mengganggumu bermesraan tadi?"
"Mey, Leony itu gadis baik-baik. dia hanya dijebak!! akulah yang berusaha menyelamatkannya!!"
"mas, berapa kali pun kamu katakan, aku sudah nggak percaya mas!"
"kenapa Mey,kamu..."
"sudahlah mas..!!! kamu memang sudah berubah!! jangan kamu fikir aku tak tahu perbuatanmu !!"
Meyda berlalu menyudahi percakapan. Meyda takut perbuatannya barusan diketahui suaminya. habislah dia!
*******
sudah 2 hari berlalu, Meyda terus memikirkan gadis bernama Leony itu. Apakah gadis itu berhasil kabur ataukah sudah menjadi abu.
Meyda sekarang takut dia akan menuai ganjaran perbuatannya.
Dan selama itu juga dia berdiam diri dari suaminya. suaminya pun enggan berbicara kepada istrinya yang sedang terbakar api amarah.
Meyda membuat sarapan untuk dia makan, rasanya sejak kejadian itu belum ada sesuap nasi yang masuk dalam perutnya. hanya makanan ringan yang ada di meja yang dimakannya.
Dia memasak masakan sederhana, namun kepalanya dihantui Leony. Dia terus memikirkan gadis yang sudah dibakarnya di gudang itu.
Tiba-tiba api menyambar penggorengannya akibat ada percikan minyak goreng.
Aaaaaaaaakkkhhhhh !!!!!!!!
suaminya yang melihat api menyambar seketika memadamkannya dengan kain basah."
"kamu kenapa sih mah??!! kenapa diam aja, inikan cuma api kecil. kenapa kamu takut sekali begitu??!! bukannya dimatiin malah teriak! bikin orang kaget saja!"
Meyda yang menatap suaminya hanya bisa terdiam dengan linglung.
"kalo kamu sama api kecil aja takut gimana nanti kalo apinya jadi besar?!!"
perkataan suaminya yang terus mengomelinya itu membuat Meyda tersadar.
"iya mas!! kalo sama api kecil aja takut, gimana kalo api nya jadi besar??!! kayak kelakuan kamu!!"
begitulah mereka mengawali pagi ini. sebelum kejadian ini mereka adalah pasangan yang mesra, meskipun belum memiliki keturunan.
kejadian 2 hari lalu membuat Meyda sangat terpukul, dia tak menyangka akan melihat pemandangan suaminya berduaan dengan seorang perempuan didalam kamar penginapan.
Kalo bukan temannya yang memberitahunya. mungkin suaminya takkan pulang kerumah malam itu. menghabiskan malam bersama perempuan lain !.
membayangkan semua itu membuat api amarahnya memuncak dahsyat. bukan lagi air mata yang mengalir.
"Mey, buka pintunya! mas mau ngomong." suaminya memohon.
"Mey.... percayalah, gak ada perempuan lain selain kamu."
kalimat terakhir cukup membuat air mata Meyda mengalir. Dalam hatinya sakit mengingat pemandangan malam itu.
suaminya mengalah berbalik, istri tercintanya itu tak mau membukakan pintu .
*******
Esok hari, Meyda mulai sangat cemas. Dia sangat ingin memastikan kalau Leony berhasil lolos dari jeratan lakbannya kemarin.
Dia baru sadar, saat itu sangat terbakar amarah dan cemburu.
Dia takut Leony benar-benar sudah menjadi abu. Meyda menunggu saat yang tepat untuk pergi, pukul 07:00 suaminya berangkat kerja. Pukul 08:00 Meyda bersiap pergi ke gudang kemarin.
sesampainya di gudang, jantungnya berdegup kencang. Dia berdo'a semoga saja gadis itu berhasil selamat. Dan benarlah, tidak ada tanda-tanda mayat di sana. Meyda bernafas lega.
"Ngapain kamu di sini Mey?!" tanya suaminya mengejutkan.
"ma..mas ngapain di sini??!"
"kamu yang ngapain di sini? mas gak jadi kerja hari ini dan lihat kamu pergi kesini! sekarang jawab ngapain kamu disini??"
Bak petir disiang bolong, kehadiran suaminya membuat Meyda gelagapan.
"Kenapa gudang ini bisa terbakar seperti ini??" suaminya memperhatikan sekeliling gudang.
" Jangan-jangan kamu melakukan hal b**oh terhadapLeony ya?!"
"Ma-mas kamu koq nuduh aku seperti itu?!"
"terus, kenapa kamu sangat ketakutan sepertu itu?! ayo jawab jujur Mey!!"
Air mata Meyda pun mengalir, "maafin aku mas...."
"Jadi benar, kamu apakan Leony?? jawab Mey!"
"Aku... aku bakar gudang ini mas, aku tinggalkan dia di dalam." Meyda menangis keras.
"B**oh sekali perbuatanmu Mey!"
"Maafin aku mas" Meyda tak berhenti menangis
"Asal kamu tahu Mey... Leony itu gadis baik, dia dijebak Mey! dia dijebak dan diberi minum obat!! aku lah Mey... yang sedang berusaha menyelamatkan dia!!. sekarang kamu katakan, siapa yang kasih tau kalo Leony dan aku ada di penginapan??!"
"temenku mas..."
"iya temen! maksudku siapa namanya??!"
"Amira mas!" meyda masih saja terus menangis.
"Aku kecewa sama kamu Mey, bisa-bisanya kamu berbuat sekejam ini. Dan kamu tak tau mana musuhmu yang sebenarnya!"
"mas... gadis itu gak terbakar. dia pasti berhasil kabur."
"iya Mey, dia pasti berhasil kabur! dan kamu, sebentar lagi mungkin kamu akan kedinginan di penjara!" ucap suaminya kesal. Meyda terus saja menangisi perbuatannya .
Di lain tempat, Leony yang baru saja tersadar dari komanya mulai membuka mata.
Dia melihat sekeliling, hanya ada dia di kamar yang luas itu. Leony mencoba turun dari ranjang.
"Aduh.... " Leony merintih kesakitan, tak sanggup rasanya dia menahan sakit di sekujur tubuhnya.
Tiba-tiba muncul sosok wanita cantik. "Pelan-pelan nona, nanti bisa jatuh."
Suaranya lembut namun tegas.
"Anda siapa? Dan kenapa saya bisa disini? Ini dimana?"
"Nama saya Ningsih, Saya menemukan kamu terbaring dipinggir jalan. Kamu terluka cukup serius."
Leony mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. Perlahan dia ingat, namun apakah ingatan itu nyata atau tidak masih membingungkan.
"Kelihatannya kamu mengalami penganiayaan, dan luka bakar yang kamu alami cukup parah. Kamu hampir sekarat selama seminggu."
Leony kaget dengan perkataan wanita cantik didepannya, rupa-rupanya ingatannya itu nyata, bukanlah mimpi.
Leony meneteskan air mata, mengingat kejadian itu.
"Kamu jangan bersedih, ceritakan lah perlahan pada saya apa yang sudah kamu alami, siapa tahu saya bisa membantumu."
"Saya tidak terlalu bisa mengingat semuanya, semua kejadian itu sungguh tak terduga."
Leony kembali meneteskan air mata.
"Saya ingat, seseorang menawarkan saya pekerjaan. Kami minum di sebuah cafe, tiba-tiba saya merasa sangat bergairah...tapi sungguh, saya tidak pernah seperti itu sebelumnya. Laki-laki itu menuntun saya kesebuah kamar, dia bilang dia akan bayar saya dengan mahal asalkan malam itu tidur dengannya." Leony kembali meneteskan air mata.
"Setelah sampai di kamar, ada seseorang memanggilnya dari luar. Dia keluar kemudian saya dengar mereka mengobrol sebentar. Dan dia pergi.. kemudian masuklah seseorang ke kamar dan menarik tangan saya. Tapi saya tidak mau, dia memaksa saya keluar dari pintu belakang. Tidak lama kemudian, istrinya datang kemudian...." Leony tersendu tak dapat melanjutkan kalimatnya lagi.
"Istrinya menyeret saya bersama dengan banyak orang, dan terjadilah penganiayaan itu." Wanita itu menarik nafas panjang.
"Apakah kamu mengenal siapa saja mereka?"
Leony menggeleng.
"Saya cuma ingat sama laki-laki yang minum dengan saya di cafe, itupun baru pertama bertemu. Saya bisa mencarinya lewat teman saya."
"Saya akan membantumu, apakah harus kita melaporkan penganiayaan ini ke polisi?"
"Bagaimana mungkin, saya melaporkan itu sementara saya hampir saja tidur dengan suami orang?" ucap Leony sedih.
"Itu bukan kemauanmu, bukankah kamu dijebak?"
"Saya sedikit bersyukur istrinya datang saat itu, tapi saya sedih diperlakukan seperti binatang."
Ningsih menarik nafas panjang.
"Baiklah, sepertinya kamu butuh ketenangan dulu. Beristirahatlah!"
********
Sudah berhari-hari Leony tak berdaya, sesekali dia mencari udara di halaman rumah, Ningsih selalu menemani dan membantunya berjalan.
Di tempat tinggal Ningsih, Leony diperlakukan bagai saudara kandung perempuan yang saling mengasihi.
Sesekali Leony berusaha untuk memasak meskipun kondisinya masih sangat buruk. Namun Ningsih melarangnya melakukan pekerjaan rumah.
Ningsih hanya tinggal sendirian disana, dia punya rumah yang besar. Orang yang sangat kaya raya namun kebahagiaan tak berpihak padanya. Dia kehilangan suami dan anaknya serta kerabatnya. Bukan karna mereka semua telah tiada. Ningsih juga enggan menceritakan kehidupan lalu nya itu kepada Leony. Sepertinya lukanya juga belum kering.
Setiap Leony menatap mata Ningsih, disana tergambar kehampaan.
Sekian tahun sudah berlalu, hidup sendirian dengan kemewahan.
Kini kehadiran Leony tentulah merupakan sedikit hadiah dari Tuhan, mungkin.
"Kelihatannya kondisimu sekarang sudah jauh lebih baik."
"Iya mbak, cuma rasanya bosen. Gak bisa jalan cepat. Di rumah aja bikin saya bosan."
"Iya, kamu kan terbiasa kerja ya?"
Leony mengangguk.
"Kamu kerja apa?"
"Saya kasir di swalayan mbak, saya terbiasa kerja dari pagi sampai jam 10 malam."
"Oyaa? pantes saja kamu bosen di rumah."
Leony tersenyum dan mengangguk.
"Tapi kerja keras seperti itu badan kamu cukup berisi loh, biasanya kerja seperti itu bikin badan jadi kurus."
"Iya mbak saya kan suka makan, jadi suka masak juga. Kalo lagi males masak saya beli aja."
"Baguslah itu, supaya kamu gak mudah sakit."
"iya mbak."
"Leony?"
"Iya mbak?"
"Setelah kamu bisa berjalan, saya mau kamu operasi plastik wajah kamu." ucapan Ningsih mengejutkan Leony.
"Maaf mbak, tapi saya gak punya uang sepeserpun untuk melakukan itu."
"Kamu tenang saja, jangan kamu fikirkan biayanya, saya akan tanggung semua. Kamu mengalami luka bakar yang serius. Kamu juga masih muda, kamu harus bangkit dan memulai lagi semua dari awal."
"Tapi mbak, biaya operasi itu sangat mahal. Bagaimana mungkin saya membalas semua kebaikan mbak. Biarlah mbak, saya buruk rupa pun sudah takdir Tuhan. Lagipula, kalo saya jelek mau dioperasi bagaimanapun tetap saja nanti keturunannya juga jelek kayak saya."
Ningsih tersenyum agak geli mendengarnya.
"Siapa bilang kamu jelek? kulit kamu putih bersih dan juga manis, pipi kamu bulat cabi. Saya suka, sayangnya luka bakar itu akan meninggalkan bekas selamanya kalo tidak dioperasi, dan kalo kamu mau menganggap kamu harus mengembalikan uang saya itu gampang. Kita bisa jadi mitra bisnis nanti. Saya akan tangani semuanya itu."
Leony bingung, apakah dia harus tersenyum atau menangis. Dia hanya mengatakan terima kasih dengan sangat haru.
******
Leony adalah seorang anak yatim piyatu, diadopsi oleh seorang petani yang juga seorang janda. Namun ibu angkatnya itupun sudah meninggal dunia jauh sebelum Leony dewasa.
Selama ini dia mengandalkan hasil bumi dari ladang almarhum ibu angkatnya untuk menyambung hidup.
Hanya dengan belas kasih teman2 almarhum ibu angkatnya dahulu Leony mendapat arahan dan pendidikan.
Setelah mendapatkan ijazah SLTA dia merantau ke kota. Namun kehidupan di kota tak seindah bayangannya, sangat jauh sekali dengan desa.
Di desa dia mendapat penghasilan dari ladang namun di kota dia harus bekerja lebih keras hanya untuk sekedar mencari makan.
Setelah 1 tahun bekerja, musibah dan penganiayaan tiba-tiba saja dia dapatkan. Dan berkat pertolongan dari Ningsih dia kini bisa menjalani kehidupan yang baru lagi.
Setelah menjalani operasi plastik wajah dan sebagian tubuhnya, operasi berjalan sangat baik dan wajahnya berubah 90%. Orang yang dulu mengenalnya sekarang tak mungkin dapat mengenali dirinya yang sekarang. Setelah melakukan operasi, Ningsih meminjamkan uang untuk modal awal bisnisnya.
Pertama-tama yang dilakukannya adalah mengolah lahan orang tua angkatnya di kampung.
Kampung yang sangat dirindukannya, hampir setahun dia meninggalkannya.
Dia juga teringat kekasihnya Nurin .
Setelah kejadian dia dibakar di gudang, dia tak bisa menemukan ponselnya lagi.
Leony bingung, apa yang akan dia katakan ke Nurin kekasihnya itu nanti, sedangkan wajahnya saja sekarang sudah berbeda.
Dia bingung harus bagaimana. Dan juga apa yang akan dikatakan tetangga dan teman-teman almarhum ibunya nanti. Dia menjadi sangat bimbang dan takut.
Dalam kegelisahannya, leony mengambil air wudhu dan mendirikan sholat. Sudah lama dia tidak sholat. Kali ini dia sholat dengan sangat khusyuk.
Selesai sholat hatinya menjadi sangat tenang. Dia mutuskan untuk pergi ke kampung besok.
Dia berharap di kampungnya nanti bisa membuat perekonomian menjadi berkembang. kampung halamannya, tempat dia dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
Malam itu Leony tersisir nyenyak, belum pernah dia tidur senyenyak itu sejak dia mengalami trauma penganiayaan yang didapatnya.
Mungkin ini jalan yang Tuhan berikan, untuk membuatnya menjadi lebih kuat.
Di perjalanan menuju kampung halamannya senyumnya selalu menghiasi bibirnya.
Dia sudah memikirkan apa yang nanti akan dikatakannya kepada orang-orang nanti. Dia sudah memikirkannya, namun hanya pemikiran yang berdasarkan insting belaka.
Leony sendiripun sebenarnya tak pandai berbohong. Namun dia tak punya pilihan.
sesekali terlihat dia menarik nafas panjang. Perjalanan panjang, juga perjuangan yang masih sangat panjang.
Sesampainya di kampung, dia sudah memikirkan semuanya. Apapun akan dia hadapi sekarang. Dia pulang ke gubuknya yang sudah reot. Dia membersihkan seluruh rumah.
"Assalamu'alaikum, Ndook Ndook kamu sudah pulang to ndok?"
Leony kaget dan bingung, dia mengenali suara itu, suara bude Sum.
"Maaf bude, bude cari mbak Leony ya?"
Orang tua itu sangat kebingungan karena yang dilihatnya bukan Leony.
"Ini bukan dek Leony ya, terus siapa ini ya? dek leony nya mana?" tanya bude Sum berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan logat Jawa yang sangat kental.
"Bude, Kenalin saya Melani saya temennya mbak leony. Saya sedang membantu mbak Leony untuk sedikit urusan di sini. Tapi sayang, mbak Leony gak bisa datang kesini karena sibuk kerja."
"Ooh... Begitu?"o. Bude sum masih terheran-heran dan duduk di kursi yang ada disampingnya.
Lama mereka berdua mengobrol, rasanya ingin Leony memeluk orang tua yang sangat perhatian dengannya itu.
Ingin rasanya dia menceritakan semua keluh kesah dan perjalannya di kota selama ini. Sesekali, Leony berkaca-kaca memperhatikan bude sum bercerita dan bercanda dengannya.
Untuk saat ini dia tidak bisa menceritakan semuanya, tidak semua yang dialaminya semua orang harus tahu.
Leony juga meminta tolong kepada bude sum, untuk menceritakan jika ada yang bertanya tentang dirinya Melany ditugaskan Leony untuk mengelola ladang peninggalan ibunya.
Dia berencana untuk membangun perumahan di sekitar desanya nanti, namun dia memilih lokasi yang sudah tidak dapat ditanam lagi alias tandus. Dia membeli beberapa hektar tanah untuk kemudian dibangun perumahan.
Sudah 2 hari di desa, Nurin kekasih Leony yang mendengar kabar seseorang menempati rumah Leony, dengan sigap mendatangi Leony.
Dengan kecewa Nurin tak dapat menemukan Leony disana.
"Maaf mbak, Leony nya kenapa gak ikut pulang ke sini ya?"
Leony sangat bingung harus jujur atau berbohong saja.
"Em, sebenarnya mas emmmm." Leony sangat bingung harus berkata apa.
"Sudah lebih dari sebulan kami kehilangan kontak mbak, saya sangat khawatir saya takut terjadi apa-apa. Tapi melihat mbak disini disuruh sama Leony mengelola miliknya yang ada d kampung ini. Mungkin dia gak mau pulang kerumahnya lagi."
Leony faham dengan maksud Nurin . Yang dia maksud bukan 'gak mau pulang kerumah lagi' tapi 'tak mau menemui dia lagi'.
Sakit sekali mendengar Nurin berkata seperti itu rasanya .
"Kalo begitu saya pamit pulang dulu mbak, permisi."
Nurin berbalik pulang.
"Mas tunggu."
"Iya mbak, ada apa?"
Nurin agak heran dengan Melani.
"Emm Mas, anu itu kmaren mbak Leony pesen, katanya kalo mas Nurin nyariin mbak Leony, mbaknya lagi diluar negeri."
"Di-di luar negeri?? Luar kota mungkin mbak??"
"I-iya mas luar negeri. Mbak Leony dapat kerjaan di sana."
"Apa iya mbak?"
"Iii-iyaa masss tapi gak lama koq, cuma 6 bulan."
"Yang bener mbak??? Leony gak pernah bilang tuh mau kerja sampai ke luar negeri."
"Iyaa mas, karena ini tu dadakan banget katanya mbak Leony juga sudah coba hubungin mas, tapi sinyalnya susah."
"Masa iya sih mbak?"
"Iyaaa mas." Leony alias Melani tersenyum kecut .
"Katanya kalo udah selesai kerjaannya langsung pulang ke kampung mas!"
"Ooh, begitu. Yaudah makasih kamu sudah kasih tau saya,kalo begitu saya pamit dulu. Gak enak sama tetangga kelamaan ngobrol.
"Iya mas."
"Yasudah, saya permisi ya." Nurin berbalik.
"Mas, tunggu!"
"Iya mbak?"
"Saya mau minta tolong kalo boleh?"
"Iya mbak, minta tolong apa ya?"
"saya gak tau nih harus minta tolong sama siapa, mas bisa cariin saya tukang gak? buat pasang seng kamar mandi. atau mungkin kalo mas bisa nukang saya minta tolong sama mas aja."
"Iya mbak, boleh-boleh. Besok saya kesini lagi."
"beneran nih mas??"
"iya mbak nanti saya yang nukang, kebetulan saya juga lagi belum ada kerjaan nih."
"Alhamdulillah makasih banyak kalo gitu ya mas, saya tunggu besok ya."
"sama-sama mbak, saya pamit pulang dulu."
Malam hari, suasana desa sangat sepi. Sangat berbeda dengan di kota. Leony memikirkan bagaimana kelanjutan hidupnya nanti, tidak mungkin dia terus menerus menyembunyikan identitasnya. Lama kelamaan orang lain bisa saja curiga. Dia juga sangat mencintai Nurin . Apakah nanti yang akan dikatakannya kepada Nurin nantinya.
Dia melirik tas abu-abu yang nampak jelas antara tumpukan barang-barangnya. Tas itu berisi banyak uang yang dibutuhkannya nanti.
Dia sengaja meminjam uang sebagian secara cas karena kampungnya jauh dari bank dan ATM . Dan dia juga masih gelagapan untuk menggunakan kartu ATM .
Leony tidur dalam fikirannya yang masih berkecamuk.
Besok pagi, Nurin sudah tiba di rumah. Leony menyerahkan uang untuk belanja keperluan perbaikan rumah.
"Tolong ya mas!" Leony menyodorkan beberapa helai uang kertas.
"Siap mbak."
Nurin berbalik ke sepeda motornya untuk membeli bahan bangunan.
Senang rasanya bisa melihat Nurin lagi hari ini.
Dia memang laki-laki yang sangat dapat diandalkan, selain sikapnya yang tenang,tidak banyak bicara, sebagai kuli bangunan biasa dia bekerja dengan profesional.
Namun Leony harus bergegas pergi untuk menyelesaikan pembelian lahan. Jadi tak bisa lama-lama memandang kekasih yang sangat dirindukannya setiap hari itu.
Proses pembelian lahan memerlukan waktu lama. Namun Leony menjalaninya dengan sabar dan telaten. Dibantu asisten Ningsih, Fira .
Fira bekerja dengan sangat profesional. Dia juga tinggal di rumah Leony untuk sementara.
Dan sebentar lagi semua keinginan Leony akan terealisasi. Dia menghirup nafas lega. Andaikan, ibu nya sekarang masih ada. Menyaksikan semua ini...
"Mbak." Nurin mengagetkan lamunan Leony
"Ah,iya??"
"Sudah selesai mbak, saya pulang dulu."
Nurin telah selesai mengerjakan pekerjaannya.
"Sini dulu mas, kita ngobrol dulu."
Nurin duduk di kursi depan Leony.
"Mbak Fira nya mana ya mbak?"
"Koq nyari mbak Fira sih mas?"
"Enggak soalnya gak kelihatan dari tadi pagi."
"Dia ke kota tadi siang, sebentar lagi juga datang koq, kamu sudah makan?"
"Udah mbak."
"Kalo belum makan dulu dibelakang tadi saya masak."
"Iya mbak, sudah.mkasih mbak."
Tiba tiba bulek Inah datang.
"Dek Melani, kamu baru beberapa Minggu disini sudah banyak perubahan ya."
Leony terheran.
"Iya bulek, biar gimanapun rumah ini kan harus tetap diperbaiki supaya tetap awet."
"Bukan rumahnya yang saya maksud, kamu datang kesini ngaku disuruh dek Leony, kamu disini menempati rumah ini dan membeli tanah berhektar-hektar. Memangnya apa sih kerja nya Leony koq bisa bayar dan suruh kamu seperti ini?!"
Degh!
Inilah pertanyaan yang paling dihindari dan ditakuti Leony.
"Begini bulek, Leony sekarang sudah sukses. Saya cuma partner kerja dia saja. Beberapa bulan lagi Leony akan kembali kesini."
"Sebenernya saya gak percaya sama semua omongan kamu Melani."
"Maksud bulek apa ya?"
"Saya takutnya kamu mencuri lahan milik peninggalan almarhum ibu Leony. Setahu saya Leony itu kerja di kota. Kalo dia pulang lihat rumahnya ditempati kamu dan lahannya di garap kamu bisa kena masalah nanti!"
"Bulek, bulek tenang saja saya bukan pencuri. Apa yang saya katakan benar adanya."
"Bukan apa-apa dek Melani, saya ini juga temannya ibu Leony. Saya khawatir harta peninggalan almarhum dikelola sama orang yang tidak dikenal, rumah beliau juga direnovasi sebagus ini. Saya takut ada oknum-oknum yang bermain dibalik layar dek!"
"Gak papa bulek, bulek tenang saja saya berkata jujur. Bulek gak perlu khawatir soal itu." Bulek Inah pulang setelah mengatakan apa yang ingin dikatakannya . Inilah yang aku khawatirkan.
"Mbak maaf, sebenarnya Leony kerja apa sih mbak? Koq bisa dia melakukan semua ini. Sementara terakhir kmi berkomunikasi, dia bilang dia cuma kerja di swalayan."
Mendengar ucapan Nurin seperti menambah fikiran Leony.
"Mas, sebenarnya...."
Breemmmm
Mobil Fira datang, membuat Leony menghentikan perkataannya.
Fira datang menenteng kiri kanan penuh jajan dan mkaanan "Ini, makan aja.Aku beli dijalan tadi." Fira meninggalkan semua yang ditentengnya di meja.
Suasana hening seketika.
"Kamu tadi mau bilang apa mbak ?"
Leony semakin canggung
"Enggaak mas, gak jadi. Besok aja."
Nurin menjadi curiga, sejak awal pertemuannya Nurin memperhatikan cara bicara Melani yang seakan akan menyimpan suatu rahasia.
"Mas, saya mau tanya."
"Iya mbak, nanya apa ya?"
"Kalo proses jual beli lahan sudah selsai, dan proyek perumahan sudah siap. Kamu mau kan jadi asisten diplover saya? kamu kan faham tentang arsitek dan bangunan."
"Maaf mbak, saya cuma kuli bangunan biasa. Saya gak faham arsitek atau apalah itu namanya. Apa mbak gak punya kenalan lain?"
"Saya gak punya kenalan mas, saya juga baru pertama menjalankan usaha seperti ini."
Nurin menjadi semakin curiga terhadap Melani.
"Saya minder mbak. Tapi kalo mbak perlu bantuan, saya bisa bantu dikit-dikit mbak."
Mendengar perkataan Nurin seperti itu membuat Leony menjadi sumringah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!