NovelToon NovelToon

My Body My Pride

1. LDR (Long Distance Relationship)

Happy Reading... 😊

Dirga Wijaya terpaksa harus menikahi wanita yang tidak ia cintai. Hal itu ia lakukan hanya untuk mendapatkan warisan dari sang kakek, Dimas Wijaya seorang pengusaha sukses yang bergerak dalam bidang ekspor impor barang interior. Karena usianya yang sudah tidak muda lagi sang kakek akan memberikan perusahaannya dengan syarat jika Dirga sudah menikah dan memiliki seorang anak.

Dirga memutar otaknya untuk segera menikahi seorang wanita yang baru saja ia temui dijalan saat bertabrakan dengannya.

"Maaf, saya tidak melihat anda," ujar Dirga yang langsung meminta maaf karena ia menabrak seseorang.

"Ti, tidak. Tidak apa-apa," jawab wanita itu yang terkesima melihat ketampanan Dirga, sehingga rasa sakit yang ia rasakan pun tidak terasa.

Dengan susah payah kia membangunkan dirinya sendiri yang sudah terjatuh dilantai karena bobot badannya yang begitu besar.

"Saya Dirga Wijaya," sapa Dirga yang langsung menyodorkan tangannya untuk berkenalan.

"Sa, saya Azkia Hanifah. Panggil saja saya Kia," jawabnya gagap.

"Sepertinya wanita ini, bisa dimanfaatkan. Dia memang begitu gendut, tapi lumayan cantik," gumam batin Dirga yang tertawa jahat.

"Oiya, apakah ada yang sakit?" tanya Dirga pura-pura perhatian.

"Ti, tidak apa-apa. Saya baik-baik saja," jawab Kia gagap.

Setelah pertemuan itu membuat Dirga berfikir jika ia akan segera menikahi Kia. Dirga tidak pernah membayangkan akan menikahi wanita segendut itu dalam hidupnya, yang jelas Dirga harus mendapatkan warisan itu dari kakeknya. Kehidupan glamor Dirga tidak bisa dilepaskan dari kehidupannya. Dalam hidupnya Dirga selalu bersenang-senang dan berfoya-foya dengan uang kedua orang tuanya.

Setiap malam Dirga selalu pergi ke sebuah club malam bersama teman-temanya. Atau sekedar makan-makan disebuah restoran yang mewah dan semua Dirgalah yang mentraktirnya. Hal itu ia lakukan agar teman-temanya memujinya jika dia adalah orang kaya.

Dirga sengaja meminta nomor whatsapp Kia agar lebih mudah untuk menghubunginya. Sementara Kia yang jatuh cinta pada pandangan pertama, memberikan nomor ponselnya begitu saja pada Dirga. Kia tidak bisa berfikir dengan jernih, karena setelah pertemuannya saat pertama kali tidak bisa melupakan bayangan Dirga yang selalu hadir dalam ingatannya. Laki-laki yang begitu tampan, tinggi, berkulit putih serta berhidung mancung, wanita mana yang tidak akan jatuh hati melihatnya.

Beberapa hari kemudian.

📱"Hallo Kia, apa besok kamu ada waktu?" tanya Dirga yang langsung to the point saat berbicara dengan Kia.

📱"Hallo ini Mas Dirga ya?" tanya Kia yang tersenyum karena kegirangan menerima telpon dari Dirga.

📱"Jadi gimana? Apa besok kita bisa ketemu?" tanya Dirga lagi.

📱"Yang bener mas? Bisa mas bisa, tentu besok kita bisa ketemu," jawab Kia girang.

📱" Ya sudah kalau begitu, nanti aku kirim alamatnya dimana ya," jelas Dirga.

📱"Baik mas," jawab Kia senang. Dan panggilan itu berakhir.

Setelah menerima telpon dari Dirga membuat Kia sangat berbunga-bunga. Kia merasa sangat bahagia karena Dirga ingin bertemu dengannya. Selama hidupnya baru kali ini Kia bertemu dengan laki-laki yang begitu tampan dan sangat baik kepadanya. Kebanyak lelaki yang melihatnya akan kabur setelah melihat fisik Kia, tapi tidak dengan Dirga yang selalu bersikap ramah pada Kia.

Hal itulah yang membuat Kia jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Dirga. Ia begitu berbeda dengan laki-laki yang pernah ia temui.

Keesokan harinya.

"Kia," teriak seseorang dari kejauhan.

"Mas Dirga?" tanya Kia tidak percaya jika ia akan bertemu lagi dengan laki-laki pujaannya.

"Kamu terlihat sangat cantik Kia," puji Dirga yang membohongi Kia.

"Canktik apanya, udah gendut, item lagi. Kalau bukan karena warisan, aku ga akan mau ketemu sama dia," gumam batin Dirga.

"Makasih mas," ujar Kia yang tersipu malu karena mendengar pujian Dirga.

Sebelumnya memang Kia tidak pernah mendapatkan pujian dari laki-laki manapun. Hal itulah yang membuat Kia sangat bahagia.

"Silahkan duduk Kia," tawar Dirga mempersikahkan dan menarik kursi untuk Kia.

"Terima kasih mas," jawab Kia yang tersipu malu karena untuk duduk pun Kia begitu diperhatikan.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Dirga basa-basi.

"Aku orange jus saja mas," jawab Kia.

"Kalau begitu, aku juga sama," ujar Cahya yang langsung memanggil waitress dan langsung memesannya.

Kia yang sejak tadi berdebar, merasa salah tingkah saat berhadapan dengan Dirga.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Dirga.

"Tidak mas," jawab Kia malu dan salah tingkah.

"Silahkan diminum dulu," tawar Dirga setelah minuman mereka datang.

"Oiya Kia aku ingin menikah denganmu," ujar Dirga yang tiba-tiba mengutarakan niatnya.

Uhuk.. uhuk..

Kia yang sedang minum pun sontak tersedak karena terkejut mendengar pernyataan Dirga.

"Eh kamu tidak apa-apa Kia?" tanya Dirga yang terlihat cemas.

"Aku hanya kaget saja mas, masa baru bertemu kamu langsung ngajak nikah. Aku kan gendut, tidak cantik, dan.." Kia tidak melanjutkan kata-katanya lagi karena Dirga menutup mulut Kia dengan satu jarinya. Dan Kia hanya terdiam saat Dirga menutup mulutnya dengan satu jarinya dan memandangnya.

"Kamu itu cantik, justru kekuranganmu adalah kelebihanmu. Kamu sangat cantik dan begitu baik hati," puji Dirga.

"Jadi gimana? Apa kamu mau menikah denganku?" tanya Dirga lagi.

"Tapi ini beneran kan mas?" tanya Kia ragu karena mereka baru saja bertemu dan kini tiba-tiba Dirga mengajaknya untuk menikah.

"Ya benerlah, masa aku main-main," jelas Dirga meyakinkan dan memegang tangan Kia.

Tatapan mata Dirga seolah telah menghipnotis Kia. Tanpa berfikir panjang akhirnya Kia mau menikah dengan Dirga. Tanpa Kia tahu latar belakang, sifat asli Dirga, yang jelas Kia mau menikah dengan Dirga karena ketampanannya dan kebaikannya.

Kia memutuskan menerima pernikahan ini karena kini Kia hanya tinggal seorang diri. Kedua orang tua Kia sudah meninggal dalam kecelakaan mobil beberapa tahun silam.

Untuk itu, Kia memutuskan segalanya sendiri. Termasuk menikah dengan Dirga, Kia pun langsung mengiyakannya.

Beberapa hari setelah pernyataan itu, akhirnya Dirga dan Kia resmi menikah. Kini Dirga dan Kia telah resmi menjadi sepasang suami istri. Untuk beberapa bulan ke depan Dirga harus tetap berpura-pura baik kepada Kia. Setelah melaksanakan pernikahan Kia langsung dibawa kerumah Dirga yang begitu mewah.

"Wah, rumahnya besar sekali seperti istana," gumam batin Kia.

"Oiya bu perkenalkan ini menantu ibu," ujar Dirga yang memperkenalkan Kia kepada ibunya.

"Saya Azkia Hanifah bu, panggil saja saya Kia," sapa Kia memperkenalkan.

"Saya Issabela," jawab ibunya Dirga dengan senyuman yang dipaksakan.

"Dan ini adiku Lia Natally," ujar Dirga memperkenalkan adiknya.

"Hai, panggil aja aku Lia," sapa adik Dirga yang pura-pura baik.

"Aku Kia," jawab Kia ramah.

"Mas Dirga kok aneh ya, kenapa ibu sama adiknya tidak menyaksikan kita menikah?" gumam batin Kia yang mulai merasa curiga.

"Kamu kenapa Kia?" tanya Dirga yang sejak tadi memperhatikan Kia melamun.

"Ti, tidak mas," jawab Kia yang terkejut.

Hari ini adalah hari pertama Kia menjadi seorang istri dari Dirga Wijaya, laki-laki yang sangat tampan, berkulit putih dan berhidung mancung. Kia sangat beruntung bisa menikah dengan laki-laki seperti itu.

Malam ini merupakan malam pertama bagi mereka, tapi Dirga justru tidak ada dirumah. Dengan alasan sebuah pekerjaan Dirga pergi, padahal sebetulnya Dirga malah asyik bersama teman-temannya. Dirga tidak ingin menyentuh atau bahkan menghabiskan malam pertamanya bersama Kia.

Keesokan harinya, Dirga berbicara kepada Kia jika ia harus pergi keluar negeri untuk masalah bisnisnya.

"Maafkan aku Kia, aku harus meninggalkan kamu bersama ibu dan adikku karena aku harus mengurus perusahaan kakekku disana," ujar Dirga yang berpura-pura menyesali kepergiannya.

"Tidak apa-apa mas aku mengerti. Aku tidak apa-apa tinggal bersama mereka untuk sementara waktu," jawab Kia yang berusaha bersikap lapang dada.

Sebagai seorang istri yang baik, Kia berusaha mengerti akan pekerjaan Dirga. Kehidupan yang hanya seorang dirilah yang memaksa Kia untuk hidup mandiri. Termasuk kini Kia yang harus menuruti perkataan suaminya, karena sekarang Kia hanya memiliki suami dan juga ibu mertuanya. Untuk itu Kia mau tidak mau harus menjalani LDR (Long Distance Relationship). Meskipun ini sebenarnya berat tapi Kia berusaha menerima semua ini.

2. Seperti Anak Tiri

Happy Reading... 😊

Beberapa hari setelah kepergian Dirga membuat Kia menjadi sedih. Kia berfikir setelah menikah mungkin Kia akan mendapatkan kebahagiaan, tapi ternyata tidak. Setelah menikah Kia malah ditinggal jauh oleh suaminya, bahkan Kia belum pernah merasakan rasanya malam pertama seperti apa karena Dirga belum menyentuhnya sama sekali.

Ditambah dengan kesibukannya, kini Dirga harus benar-benar pergi karena pekerjaannya.

Hari itu suasana dipagi hari, terdengar suara burung yang saling bersahutan diudara. Kia masih mengantuk dan masih ingin meneruskan tidurnya. Tapi saat akan Kia akan menarik selimut tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Tok.. tok..

"Kia bangun sudah siang!" pekik Bu Isabel dari luar.

"Iya bu, aku bangun," jawab Kia yang baru saja akan memejamkan matanya, lalu mengucek matanya.

"Jangan mentang-mentang mas Dirga tidak ada dirumah terus kamu bisa malas-malasan ya!" teriak Lia yang tiba-tiba datang dan langsung masuk kedalam kamar Kia.

"Iya Lia maaf, aku kira masih pagi makanya aku tidur lagi," jawab Kia yang langsung bangun dari tempat tidur.

"Lihat jam dong! Jangan seenaknya saja," ujar Lia malas dan melipat kedua tangannya.

"Iya maaf," lirih Kia.

"Sudah cepat turun, cucian sudah menumpuk tuh! Jangan lupa bereskan rumah juga ya!" bentak Bu Isabel yang mulai memperlihatkan sifat aslinya.

"Bukannya ada pembantu bu," jawab Kia.

"Memang ada pembantu, tapi saya mau kamu yang mengerjakan semuanya!" pekik Bu Isabel seperti nenek sihir.

"Ba, baik bu," jawab Kia gagap.

Kia tidak pernah mengira jika ternyata ibu mertua dan adik iparnya ternyata akan bersikap sejahat itu. Baru kali ini Kia diperlakukan seperti itu oleh orang lain. Padahal ini baru beberapa hari Kia menyandang status sebagai seorang istri, tapi kenapa Kia justru merasa seperti anak tiri yang selalu diperlakukan dengan tidak adil. Sedari bangun tidur kia harus mengerjakan pekerjaan rumah yang begitu luasnya seorang diri.

Mulai dari membersihkan lantai, mengepel, bahkan mencuci pakaian ibu mertua dam adiknya, Kia lah yang mengerjakannya. Tidak hanya itu, Kia kini harus memasak didapur. Pembantu yang sebelumnya sudah bekerja sengaja diberhentikan agar pengeluaran mereka tidak terlalu besar. Sebagai gantinya Kia yang harus mengerjakan semuanya. Mau tidak mau Kia harus mengerjakan ini semua.

Sebab Kia sudah tidak memiliki tempat tinggal lagi. Rumah yang ia miliki terpaksa harus ia jual karena untuk biaya hidup. Dirga yang pergi ke luar negeri tidak memberikan uang walau hanya sepeserpun.

"Apa salahku, hingga aku mendapatk cobaan seperti ini Tuhan," keluh Kia disela-sela pekerjaannya.

"Kenapa kamu malah diam hah? Bukannya pekerjaanmu masih banyak?" pekik Bu Isabel yang sedang memperhatikan Kia terdiam. Padahal Kia hanya sedang berisitirahat sebentar saja.

"Tidak bu, maaf saya hanya lelah sebab sudah sejak pagi bekerja," jawab Kia dengan mata yang berkaca-kaca. Rasanya Kia ingin menangis sejadi-jadinya.

Walaupun Kia hidup seorang diri, tapi sebelum menikah Kia merasakan ketenanangan. Tidak ada masalah yang terjadi dan hidupnya baik-baik saja. Tapi setelah menikah mengapa semuanya seperti ini. Apa yang salah hingga Kia harus mendapatkan ujian hidup seperti sekarang ini.

Seandainya orang tua Kia masih ada, pasti hidupnya tidak akan seperti ini.

"Kamu ini ya, malas apa gimana? Makanya kalau punya badan itu diurus! Jangan dibiarkan meral kaya gitu!" pekik Lia yang tidak kalah jahat dengan sang ibu.

Kia yang mendengar hal itu terasa disambar petir.

"Kenapa adik ipar bisa berbicara setega itu?" gumam batin Kia.

"Maaf Lia aku hanya lelah saja, kenapa kamu harus mencaci fisikku?" tanya Kia yang mulai terisak.

"Aku bukan mencaci yah, memang kenyataannya badan kamu besar kan? Seperti gajah!" tegasnya lagi.

Kia hanya terdiam mendengar ucapan adik iparnya. Meski Kia memiliki tubuh yang lebih besar, tapi Kia tidak pernah menggunakan tubuhnya hanya untuk menyakiti orang lain. Bahkan untuk membalas cacian pun Kia tidak ingin melakukan hal itu. Kia hanya bisa pasrah menerima semua hinaan yang orang lain lontarkan kepadanya.

Karena sudah tidak sanggup lagi mendengar ocehan adik iparnya, Kia pun berlari kedalam kamar. Disana Kia hanya bisa terisak, menangisi semua yang terjadi kepadanya.

"Mas Dirga, kamu kapan pulang mas? Aku sangat merindukanmu," lirih Kia yang memandangi foto Dirga dalam pigura.

"Seandainya kamu ada disini, aku pasti tidak akan diperlakukan seperti ini mas," lirihnya lagi hingga ia mengeluarkan bulir bening yang keluar dari matanya.

Kia menangis sejadi-jadinya didalam kamar hingga ia pun tertidur. Tak terasa beberapa jam pun berlalu, Kia tertidur hingga menjelang sore hari. Dan lagi lagi, suara ketukan pintu itu terdengar kembali.

"Kia.. Kia.." teriak Lia dari luar kamar.

"Iya ada apa Lia?" tanya Kia yang baru saja terbangun dari tidurnya dan langsung membuka pintu kamar.

"Cepat masak sana, siapkan makan malam untuk kami!" titah Lia.

"Baik Lia, aku akan mandi dulu," pamit Kia.

"Ya sudah cepet sana!" pekiknya lagi.

Dengan berat hati Kia segera bergegas mandi karena Kia harus segera turun kebawah untuk menyiapkan makan malam. Kia mempersingkat waktu mandinya agar semua pekerjaannya cepat selesai.

Walau rasa lelah mendera tidak membuat Kia menjadi patah semangat. Ia mencoba menjalani hari-harinya dengan penuh tanggungjawab.

Kia memasak sesuai dengan bahan yang ada didalam kulkas. Ditangannya yang ajaib Kia bisa membuat makanan yang enak dan lezat. Tidak butuh waktu yang lama, Kia dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan singkat. Kia langsung menghidangkan semua makanan yang sudah dimasaknya diatas meja makan.

"Semua makanan sudah siap bu," tawar Kia kepada ibunya yang sedang menonton televisi diruang tamu.

Tanpa menjawab Bu Isabel segera bergegas menuju dapur, dan tidak lama Lia mengekor dibelakang Bu Isabel. Melihat ibu mertua dan adiknya yang sudah duduk dimeja makan, membuat Kia segera mengambil kursi dan segera duduk.

"Eh kamu mau ngapain?" tanya Bu Isabel saat Kia akan duduk.

"Saya juga mau makan bu, saya lapar," jawab Kia.

"Enak saja, kamu makannya nanti setelah kami selesai," timpal Lia.

"Tapi.." lirih Kia.

"Tidak usah tapi, tapi.." ujar Bu Isabel yang seperti nenek sihir.

Betapa sakit hatinya Kia saat ia akan ikut makan tapi ternyata ibu mertua dan adiknya malah bersikap seperti itu. Padahal Kia lah yang sudah cape-cape masak dan sejak tadi Kia juga belum memakan apapun. Kia hanya bisa menangis dan bergegas meninggalkan dapur. Sementara ibu mertua dan adiknya malah lahap menyantap makanan yang sudah dimasak oleh Kia.

Tanpa rasa bersalah mereka memakan makanan itu. Tidak ada belas kasih yang mereka rasakan. Kia diperlakukan tak ubahnya seperti seorang pembantu. Kia diperlakukan dengan semena-mena oleh mereka. Mungkin begitulah rata-rata jika kita menikah dengan orang kaya. Kita akan diperlakukan semau mereka.

Entah salah apa yang dilakukan Kia pada mereka. Yang jelas Kia merasa sangat sakit hati menerima perlakuan dari mereka.

"Si gendut enak juga masakannya," celetuk Lia yang sedari tadi makan yang sebegitu lahapnya.

"Iya semua makanan ini sangat enak," timpal Bu Isabel yang tak kalah lahapnya memakan semua makanan yang ada dihadapannya.

Mereka menghabiskan semua makanan yang berada diatas meja dan tidak menyisakan makanan sedikitipun untuk Kia. Yang ada hanyalah nasi saja, itupun hanya sedikit sekali.

"Cepat kamu bereskan, kami sudah selesai makan," ujar Lia yang memerintah Kia.

Kia hanya menganggukan kepalanya dan tidak berkata apa-apa lagi.

3. Kecelakaan

Happy reading... 😊

Mereka menghabiskan semua makanan yang berada diatas meja dan tidak menyisakan makanan sedikitipun untuk Kia. Yang ada hanyalah nasi saja, itupun hanya sedikit sekali.

"Cepat kamu bereskan, kami sudah selesai makan," ujar Lia yang memerintah Kia.

Kia hanya menganggukan kepalanya dan tidak berkata apa-apa lagi.

Sebelum membereskan piring yang berserakan diatas meja, Kia memakan nasi yang masih tersisa di dalam tempat nasi. Meski tidak ada lauknya, Kia terpaksa memakan nasi itu sebab perutnya sudah sangat lapar.

Dengan mata yang berkaca-kaca Kia mulai menyendokan nasi kedalam mulutnya. Rasanya sangat pahit, sepahit kehidupannya saat ini. Rasanya sangat hambar karena memang tidak ada lauk yang menemani nasi itu.

Sambil membereksan meja makan, Kia terus saja menangis. Sepanjang hari hanya hinaan dan cacian yang Kia dapatkan. Bahkan Kia diperlakukan semena-mena oleh ibu mertua dan iparnya, hanya karena bentuk tubuh Kia yang begitu besar.

Namun besar tubuhnya tak sebesar kekuatannya. Kia tidak pernah ingin membalas perbuatan mereka sedikitpun. Kia hanya bisa pasrah menerima semua cacian dan makian yang ia dapatkan.

Beberapa tahun pun berlalu, Kia mendengar berita jika Dirga akan segera pulang dari luar negeri.

"Jadi besok mas Dirga jadi pulang mih?" tanya Lia antusias.

"Jadi dong, masa iya ga jadi. Kakakmu sudah pergi sangat lama," jawab Bu Isabel.

"Syukurlah, akhirnya mas Dirga pulang juga. Pasti mas Dirga bawa oleh-oleh kan mih?" tanya Lia lagi.

"Iya katanya mas mu sudah membelikan kita oleh-oleh dari sana," jelas Bu Isabel.

"Yeay, asyik.." sorak Lia yang mendengar berita bahagia itu.

Mendengar pembicaraan antara ibu mertua dan adik iparnya itu membuat Kia bahagia. Akhirnya setelah bertahun-tahun suaminya pulang juga. Kia sudah sangat merindukan suaminya yang sudah bertahun-tahun terpisah.

"Jadi besok kamu akan pulang mas?" gumam Kia yang penuh rasa bahagia.

"Kia.. kia.." pekik Lia yang memanggil nama Kia.

"I, iya bu," sahut Kia ditengah lamunannya.

"Cepat kamu bereskan semua ruangan rumah ini, dan tidak boleh ada yang terlewat ya sebab anak saya akan pulang besok!" ujar Bu Isabel.

"Iya bu," jawab Kia singkat.

Meski tubuhnya sudah lelah karena sudah seharian bekerja, tapi Kia tetap mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh ibu mertuanya. Kia tidak bisa membantah atau berkata apa-apa lagi karena ia tidak ingin beradu mulut dengan siapapun. Kia seolah menerima takdirnya dan berusaha ikhlas menjalani semuanya. Mungkin dengan bersabar semua akan baik-baik saja suatu hari nanti.

Keesokan harinya.

Ting... tong...

Kia segera bergegas membukakan pintu. Bahkan Kia hampir setengah berlari menuju pintu rumah.

"Semoga itu mas Dirga," ujarnya penuh harap.

Namun saat akan membukakan pintu, ternyata Lia sudah lebih dulu membukanya.

"Hai mas, apa kabar?" sapa Lia saat membuka pintu.

"Hai adikku yang cantik! mas baik, kamu sendiri gimana?" tanya Dirga balik.

"Baik mas," jawab Lia dan langsung membawakan tas Dirga yang berada dilantai.

"Mas Dirga?" tanya Kia dengan senyum yang sumringah.

Tapi Dirga tidak mendengar, dan berlalu melewati Kia yang berada di hadapannya. Dirga terlihat begitu dingin, seolah tidak mengenal Kia. Padahal Kia berharap jika pertemuannya dengan Dirga akan berlangsung romantis seperti dalam acara india di tv, jika sudah lama tidak bertemu mereka akan saling berpelukan. Tapi itu hanyalah sebuah ekspetasi yang tidak menjadi kenyataan.

"Cepat bawakan koperku," titah Dirga yang malah memperlakukannya seperti seorang pembantu.

"I, iya mas," jawab Kia yang merasa heran dengan sikap Dirga yang begitu dingin.

"Kenapa mas Dirga jadi seperti itu? Apa dia sudah lupa padaku? Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam batin Kia yang seolah tidak mengerti dengan apa yang terjadi dalam hidupnya.

"Heh kenapa malah bengong?" pekik Dirga.

"Eh iya maaf," jawab Kia.

"Kia cepat bawakan air untuk anak saya!" teriak Bu Isabel.

"Mamih apa kabar?" tanya Dirga kepada ibunya.

"Baik sayang," jawab Bu Isabel.

"Oiya, ini oleh-oleh untuk mamih," ujar Dirga yang langsung mengeluarkan baju dari dalam kopernya.

"Wah bagusnya, makasih ya," ucap Bu Isabel.

"Ini untuk kamu," ucap Dirga yang mengeluarkan parfum dari dalam kopernya.

"Asyik, ini wangi banget. Makasih mas," ujar Lia senang.

"Aku tidak dibelikan apa-apa mas?" tanya Kia yang sedari tadi memperhatikan mereka.

"Apa? Jelas aku tidak membelikanmu apa-apa!" jelas Dirga yang tertawa sinis.

Hal itu sangat membuat Kia sakit hati. Tega-teganga Dirga bersikap seperti itu. Kia tidak habis pikir jika ternyata Dirga akan seperti itu. Kia yang selama ini berusaha baik dan berusaha menuruti semua perintah ibu mertuanya, ternyata akan berakhir seperti ini. Kia kira dengan kedatangan suaminya, akan ada seseorang yang membela dirinya dari perbuatan sang ibu mertua. Tapi nyatanya tidak sama sekali. Sekarang sifat asli Dirga ternyata terbongkar sudah. Dirga begitu arogan dan sombong.

Ting... tong...

"Cepat buka pintu Kia!" titah Bu Isabel.

Kia pun segera bergegas membukakan pintu. Namun Kia terkejut saat membuka pintu ada seorang wanita cantik yang berdiri dihadapannya. Tanpa permisi wanita itu segera masuk kedalam rumah tanpa dipersilahkan terlebih dahulu.

"Siapa wanita itu?" tanya Kia dalam hati.

"Hai sayang, aku sangat merindukanmu," sapa wanita itu dan langsung memeluk Dirga.

"Hai sayang, aku juga sangat rindu," jawab Dirga yang langsung membalas pelukan wanita itu.

"Siapa wanita itu mas?" tanya Kia yang sejak tadi memperhatikan mereka berpelukan.

"Perkenalkan ini pacarku," jelas Dirga.

"Apa? Kamu gila mas? Bukannya aku adalah istrimu," lirih Kia yang berkaca-kaca.

"Iya aku memang gila, aku menikah denganmu hanya demi untuk sebuah warisan. Kamu memang wanita bodoh yang dengan mudah bisa dibohongi!" pekik Dirga.

Mendengar kata-kata Dirga membuat Kia begitu sakit hati. Rasanya seperti disambar petir. Pantas saja Kia merasa ada yang aneh dengan perkenalannya yang begitu singkat, dan dengan tiba-tiba Dirga mengajak menikah. Kia memang sangat bodoh karena mau-maunya menikah dengan lelaki yang baru saja ia kenal. Ia kira jika Dirga memang benar-benar menyukai dan mencintai Kia, tapi ternyata tidak.

Merasa tidak tahan dan sakit hati karena perilaku keluarga itu, akhirnya Kia pergi dari rumah itu. Dengan sekuat tenaga Kia berlari sejauh yang ia bisa. Namun naas, belum cukup jauh Kia berlari, ada sebuah mobil yang tiba-tiba datang menuju ke arahnya dan menabrak Kia.

Brugh...

Suara tabrakan itu terdengar. Kia tertabrak oleh sebuah mini bus. Badanya terpental hingga 1 meter dan wajahnya sangat hancur karena terbentur aspal.

"Kia.. kia.." ujar Dirga yang menyaksikan kejadian itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!