NovelToon NovelToon

Aku Jadi Anak Raja?

PROLOG

Liliana POV

Hai namaku Liliana. Aku remaja yang masih berusia 17 tahun. Diriku berasal dari keluarga yang berada, kedua orang tuaku merupakan seorang pebisnis sukses dan terkenal saat ini. Kehidupanku yang berlimpah akan harta tak membuat diriku merasakan yang namanya kebahagiaan.

Seperti saat ini, aku tengah dikerumuni beberapa orang yang sedang meriasku. Menjadi seorang putri satu-satunya dikeluarga ini menjadikanku sebuah bidak untuk kedua orang tuaku. Memanfaatkan diriku sebagai jalan memperlancar bisnisnya.

Sejak kecil aku dididik dengan keras. Harus bisa melakukan segala sesuatu dengan sempurna. Bahkan aku menyelesaikan semua pendidikanku saat aku masih berumur 15 tahun. Selama ini aku tak pernah merasakan hidup sebagai seorang anak. Aku selalu melakukan apa yang orang tuaku perintahkan.

Dan hari ini pun aku juga menuruti perintah mereka. Entah kenapa aku selalu mengatakan kata iya, atas semua yang mereka inginkan. Hari ini adalah hari pernikahanku dengan anak rekan bisnis ayahku. Tentu saja itu bukan keinginanku. Tapi itulah yang diinginkan orang tuaku. Jika aku menikah dengannya maka ayahku dan rekan bisnisnya bisa menyatukan bisnis keluarga mereka.

Pria yang akan menikah denganku juga anak tunggal. Karna itulah kedua orang tua kami memutuskan menikahkan kami berdua agar nanti dapat mewarisi bisnis mereka. Tanpa mereka mengetahui perasaan kami masing-masing.

Seperti beberapa hari yang lalu, saat aku sedang pergi ke taman lebih tepatnya kabur untuk mencari ketenangan diri aku melihatnya bersama dengan gadis lain. Sedang bercanda gurau dan bermesraan layaknya sepasang kekasih. Dan saat itu pula aku baru sadar semua yang orang tua lakukan tidak sepenuhnya benar ataupun salah. Benar karna mereka ingin yang terbaik untuk anaknya. Salah jika mereka memaksakan keinginannya pada anaknya.

Akhirnya satu jam pun terlewati dengan diriku yang telah selesai dirias. Tampak beberapa pasang mata berbinar menatapku tak percaya. Entahlah.. Mungkin mereka berpikir jika pekerjaan yang sudah mereka lakukan saat ini sangat baik, hingga membuat mereka kagum dengan hasil bakatnya sendiri. Dengan seenak jidatnya menyentuh wajahku.

Beberapa dari mereka mengatakan kekagumannya pada diriku dan sebagian lainnya hanya menunjukkannya lewat ekspresi wajah. Setelah momen dimana mereka melihatku, aku disuruh mematut diri didepan kaca. Akupun melihat pantulan diriku pada kaca dan menurutku biasa saja.

Ilustrasi

Aku memang tak terlalu tertarik dengan segala jenis ***** bengek yang digunakan untuk merias wajah. Bagiku itu merepotkan sekaligus membosankan. Entah bagaimana semua orang suka sekali menghabiskan waktunya untuk duduk berlama-lama didepan cermin hanya untuk membuatnya menjadi pusat perhatian kaum adam.

~Di lain tempat~

Di atap sebuah gedung terlihat seseorang berpakaian hitam sedang memandang keramaian kota dari atas sana. Tangannya menggenggam sebuah buku berwarna hitam dengan lambang matahari dan bulan sabit.

Tapi pandangannya berhenti ketika melihat beberapa orang seperti tengah mengerumuni sesuatu di sana. Tiba-tiba buku yang digenggamnya bersinar memancarkan cahaya kuning. Dia membuka buku itu dan...

'Ah.. Sepertinya takdirnya berubah' gumamnya dalam hati.

Tak berselang sama seseorang berpakaian serba putih muncul entah dari mana yang sekarang ini sudah berada disamping orang berpakaian hitam. Dan hal itu sukses mengejutkannya.

"Apa-apaan kau mengejutkanku seperti ini?! Bagaimana jika nanti aku jantungan?.."ucapnya ketus setelah dikejutkan.

"Kau itu seorang dewa, tak mungkin akan jatungan. Lagipula kau sendiri yang apa-apaan?.. Padahal pekerjaanmu banyak kenapa kau malah nokrong disini?.." balas orang berpakaian putih dengan santai.

"Siapa yang nongkrong? Bahkan aku tidak duduk sama sekali bagaimana bisa kau menyebutku sedang nongkrong?! jawabnya dengan kesal.

"Hahaha.. Lalu itu apa?" sambil mengarahkan jari telunjuknya orang berpakaian putih itu berkata. Tangannya mengarah ke bawah tepat di tempat kerumunan tadi.

"Dia tidak meninggal.. Takdirnya berubah.. Dia selalu saja mengubah takdir sesuka hati aishh.."keluhnya dengan menatap buku digenggamannya.

"Dan kenapa kau juga ada disini seharusnya kau duduk saja dikursimu sambil bersantai?"sindiran balasan dilayangkan oleh seseorang berpakaian hitam.

"Aku disini karna perintahNya. Kalau bukan mana mau aku meninggalkan kursi kesayanganku itu.." tukasnya sambil tersenyum menyeringai.

"Memang apa perintahNya?" dengan cuek orang berpakaian hitam bertanya.

"Dia memerintahkanku menemuimu untuk mengubah takdir seseorang.." ucap serius orang berpakaian putih.

Mereka berdua saling menatap dalam diam. Kemudian mengangguk bersama seketika mereka berdua telah menghilang dari tempat itu.

~Di gedung pernikahan~

Liliana POV

Aku tengah berjalan mengambil minuman diluar kamar. Sebenarnya aku tidak diizinkan untuk keluar dari sini. Tapi mau bagaimana lagi aku haus dan tak ada seseorang pun disini. Jadi kuputuskan untuk mengambil minum sendiri.

Disaat aku berjalan ke sebuah ruangan aku mendengar sesuatu. Sebuah suara mengejutkanku bukan karna suaranya yang terlalu keras tapi kalimatnya yang membuatku mematung seketika.

"Bunuh atau racuni saja dia aku tidak peduli.. aku hanya tidak mau kau menikah dengannya!.. Hiks hiks"

"Sudahlah jangan menangis Cila.. Aku juga tidak tahu harus bagaimana"

"Pokoknya aku tidak mau kau menikah dengannya!"

"Pelankan suaramu nanti ada orang yang dengar!.. Baiklah aku akan menaruh racun diminumannya supaya bisa meracuninya sekaligus membunuh dirinya oke? Tapi bukan hanya dirinya melainkan juga keluarganya. Agar nanti bisnis dan harta keluarganya bisa aku ambil alih" sambil menyeringai

"Benarkah?" matanya berbinar.

"Iya benar.. Jadi tenanglah aku sayang padamu.. Hanya dirimu"

Mereka berdua kemudian berpelukan mesra. Aku yang sudah sadar dari terkejutanku langsung bergegas pergi meninggalkan mereka.

Perasaan marah mulai menghampiriku. Baru pertama kali ini aku merasakan kemarahan yang begitu kuat. Bukan karna sebuah penghianatannya terhadap diriku. Tapi karna sebuah kelicikan dan kejamnya perilaku yang akan mereka lakukan terhadap keluargaku.

Memang aku jarang mendapatkan kasih sayang dari keluargaku bahkan hampir tak pernah. Tapi aku tahu mereka sangat menyayangiku. Dengan mendidikku agar menjadi seseorang yang mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.

Aku berjalan dengan cepat tanganku menggenggam erat seakan menyalurkan segala emosiku yang memuncak. Aku terduduk pada sofa yang ada di kamarku. Aku berpikir keras apa yang harus kulakukan sekarang. Terdiam cukup lama dengan pikiran yang kalut, aku tak menyadari kedatangan ayah dan ibuku.

Ayah mengelus kepalaku membuatku mendongak melihatnya. Dia tersenyum tulus. Senyuman hangat dan tulus pertama yang pernah aku dapatkan selama hidupku. Ayah tampak berbeda dari biasanya. Biasanya dia akan terlihat dengan raut wajah kaku dan serius. Tapi kali ini dia menampilkan sebuah senyuman yang membuatku merasa nyaman.

Entah kemana perasaan marah dan emosiku yang memuncah tadi. Aku tidak tahu, yang aku tahu aku tengah merasa bahagia bisa melihat senyuman itu.

"Lili apa kau merasa gugup?" tanya ibuku dengan ramah juga senyuman manis yang ditampilkannya.

Aku memandangi mereka berdua, kenapa baru sekarang mereka memperlakukanku seperti ini?. Kenapa baru sekarang aku merasakan perasaan bahagia seperti ini?. Kenapa baru sekarang memberiku senyuman hangat dan manis yang membuatku merasakan bahagia untuk pertama kali?. Disaat aku benar-benar putus asa, dan memutuskan sesuatu yang akan membuatku kehilangan masa-masa seperti ini.

Perasaanku serasa berteriak tidak terima dengan semua ini. Namun aku tidak bisa melakukan banyak hal. Aku hanya bisa menerima ini semua. Melakukan yang terbaik untuk orang tuaku. Aku menyayangi mereka. Yah aku menyayanginya sangat.

Mataku mulai memanas karna perasaanku yang bergejolak. Aku mulai berusaha menenangkan diriku. Berusaha terlihat baik-baik saja.

"Tidak ibu.." jawabku sopan.

"Putri ayah memang hebat.." puji ayahku dengan senyum yang masih terpatri dibibirnya.

"Maafkan kami jika selama ini kami mendidikmu begitu keras. Kami hanya ingin putri kami menjadi seseorang yang kuat dan tidak lemah. Dunia ini sangat sulit dilalui oleh orang yang lemah.. Kamu mengerti kan apa yang ibu maksud?" katanya sambil memelukku sayang.

"Aku mengerti.. Bisakah aku meminta sesuatu pada kalian?"ucapku sambil melirik ayah dan ibu.

"Apapun ayah akan melakukannya untuk putri ayah.." sambil ikut memelukku

'Maafkan aku ayah, ibu... Ini adalah permintaan terakhirku agar bisa menyelamatkan kalian.. Terima kasih untuk semua yang kalian berikan dan lakukan untukku. Aku menyayangi kalian'

"Biasakah ayah dan ibu memberikan minuman yang diberikan oleh Erick untuk kalian.. padaku tanpa dia tahu?"cicitku bersuara.

Ayah dan ibuku saling berpandangan. Entah apa yang mereka pikirkan tentang permintaanku. Tapi aku tahu mereka pasti merasa aneh dengan hal yang menjadi permintaanku itu.

"Memangnya kenapa Lili?"sepertinya ibu yang paling penasaran dan menanyakannya langsung.

"Tidak apa-apa bu.. Hanya saja aku sangat menyukai minuman yang dibuat sendiri oleh Erick.. Jadi bolehkan?" dengan wajah polos aku bertanya.

Dan mereka mengangguk sambil tersenyum seraya memelukku erat seakan tak ingin kehilangan diriku. Aku hanya bisa tersenyum kecut didalam dekapan itu. Disaat aku mulai merasakan kebahagiaan, tapi kenapa begitu cepat pula aku kehilangannya.

Apakah belum cukup selama 17 tahun hidupku penuh dengan namanya kesepian?. Apakah Tuhan masih ingin memberiku cobaan? ataukah Dia ingin bergurau dengan takdirku?. Entahlah yang pasti aku hanyalah seorang makhluk ciptaannya yang lemah dan tak berdaya dibandingkan dirinya. Aku hanya bisa mencoba untuk menerima semua yang telah ditakdirkannya padaku.

~Didepan gedung pernikahan~

"Kenapa kita disini?"tanya orang yang berpakaian serba hitam bingung.

"Kita akan menikah.." orang berpakaian serba putih menjawab cuek.

"Aish... Hiii aku masih normal tahu! Kita kan sama-sama pria. Lagipula aku kan dewa kematian paling ganteng dan keren masak mau nikah sama dewa reinkarnasi nggak mungkinlah!!" teriaknya keras.

Dewa reinkarnasi menghentikan langkahnya dan menatap dewa kematian disampingnya dengan tatapan tajam juga menusuk. Membuat nyali dewa kematian menciut hanya dengan sorotan matanya.

'Kenapa dia sangat menyeramkan sih' pikir dewa kematian.

Mereka melanjutkan perjalanan dalam diam dan tenang. Tak ada yang menyadari keberadaan mereka. Mereka tak bisa terlihat oleh manusia yang masih hidup kecuali mereka menunjukkan diri dengan sukarela.

Dan disinilah mereka. Didalam sebuah ruangan sambil melihat pemandangan yang mengharukan dari sebuah keluarga. Dewa reinkarnasi hanya tersenyum misterius melihat mereka. Dan dewa kematian hanya menatap bingung ke arah temannya dan keluarga yang sedang berpelukan itu bergantian.

Liliana POV

Sekarang aku sedang duduk menyendiri setelah ayah dan ibu pergi untuk menemui para tamu undangan. Aku sedang dilanda rasa cemas. Lalu terdengar beberapa kali ketukan pintu yang kemudian menampilkan seorang pelayan sedang membawa dua gelas minuman. Dia berjalan menghampiriku.

"Nona saya membawakan minuman yang diberikan oleh nyonya dan tuan besar untuk anda. Mereka berkata ini adalah minuman yang diberikan oleh Tuan Erick seperti yang anda minta" ucapnya dengan sopan.

"Terima kasih kau boleh pergi sekarang" balasku sambil memperhatikan dua gelas minuman berwarna merah itu di atas meja.

Sepeninggal pelayan tadi aku masih saja menatap diam minuman dihadapanku ini. Rasa takut dan cemas mulai menghampiriku. Namun semua itu tak akan bisa mematahkan keputusanku saat ini.

Perlahan kuambil satu dari dua gelas yang ada. Kutatap sebentar cairan berwarna merah yang ada ditanganku. Setelahnya aku mendekatkan gelas itu pada bibirku. Tapi sebelum gelas tadi menyentuh bibirku, ada sesuatu yang mendorong tanganku kesamping hingga gelas itu pecah.

Aku yang terkejut pun secara reflek langsung berdiri menatap pecahan gelas yang telah hancur. Keramik dengan bahan terbaik berwarna putih kini berubah menjadi merah karna tumpahan dari minuman.

"Apakah menurutmu dengan membunuh dirimu sendiri lalu kau bisa mati dan bahagia?"

Sebuah suara mengintrupsiku dan berjalan kearahku. Aku hanya memandang bingung pada dua orang itu. Berpakaian serba hitam dan putih. Batinku merasa aneh dengan kehadiran mereka berdua.

"Siapa kalian?"kataku sambil memicingkan mata pada keduanya.

Orang yang berpakaian serba hitam menatapku dengan pandangan yang tajam serta aura yang membuatku merasa tidak nyaman. Sedangkan orang yang berpakaian serba putih hanya tersenyum yang menurutku senyuman itu aneh.

Mereka berdua semakin mendekat padaku. Aku yang merasa terancam akhirnya berusaha untuk menghindar. Bukannya aku tidak berani melawan atau berteriak. Walaupun aku bisa melawan dengan ilmu bela diri yang aku kuasai atau semacamnya tapi aku merasa mereka bukanlah orang biasa.

Apalagi saat ini aku tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhku. Aku seperti sebuah patung yang tidak bisa bergerak sekarang. Bahkan saat ini aku ingin mengucapkan sesuatu pun aku juga tidak bisa.

Kedua orang itu saat ini tengah berada di depanku. Aku merasa takut dan bingung secara bersamaan.

'Apa yang harus aku lakukan sekarang?.. Apa yang sebenarnya mereka lakukan padaku?' batinku bingung.

"Aku adalah dewa reinkarnasi dan temanku yang menyeramkan ini dia dewa kematian" ucap serang berpakaian serba putih memperkenalkan dirinya sebagai dewa reinkarnasi.

"Aku tidak menyeramkan asal kau tahu.. Dan jika kau bertanya kenapa kami berada disini.. Kami akan memberikanmu hukuman atas apa yang baru saja kau lakukan. Kau tahu membunuh diri sendiri itu bukanlah hal yang benar dan malah sangat buruk kau bisa masuk ke dalam neraka selamanya." dewa kematian mencerahamiku.

"Tapi kali ini aku masih memberimu sebuah kesempatan yang jarang bahkan hampir tidak pernah ada. Kami akan memberimu kesempatan kedua." lanjutnya.

Dewa yang mengklaim dirinya sebagai dewa reinkarnasi menatap tak suka pada temannya yang tengah berbicara. Dan yang ditatap hanya mengerlingkan sebelah matanya sebagai tanggapannya.

"Jika kau bisa melewati hukuman yang kami berikan kau tidak akan masuk ke dalam neraka dan bisa hidup dengan lebih baik.." Dewa reinkarnasi menimpali dengan raut wajah serius.

Tanpa meminta persetujuanku terlebih dahulu, mereka pergi membawaku melewati sebuah cahaya putih yang mereka ciptakan.

~Di sebuah taman ~

"Apa-apaan penjelasanmu tadi?! " geram dewa reinkarnasi pada orang di sampingnya.

"Memangnya kenapa?"tanya dewa kematian dengan bingung.

"Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya jika memang takdirnya akan berubah bukan malah mengatakan itu hukuman untuknya?!" dengan nada yang masih sama dewa reinkarnasi berucap.

"Jika aku mengatakan yang sebenarnya apa kau yakin dia akan menerimanya begitu saja, itu tidak mungkin!.." jawabnya berusaha membuat dewa reinkarnasi mengerti.

"Setidaknya kita harus jujur padanya.."pasrah dewa reinkarnasi kemudian sambil menatap seorang gadis yang terbaring nyaman di atas rumput dan bunga yang sedang mekar. Temannya itu memang sangat keras kepala. Tapi apa yang dikatakannya ada benarnya. Jadi dia hanya bisa menurutinya. Entah hukuman apa yang akan diterimanya nanti.

"Percayalah padaku.. Tugasmu pasti berjalan dengan baik" kata dewa kematian menyemangati dewa reinkarnasi sekaligus temannya sambil menepuk bahunya.

To be countinue...

BAB 1

Liliana POV

Kubuka mataku perlahan karna cahaya yang menyilaukan menggangguku. Namun masih terasa berat saat aku berusaha membukanya. Samar-samar aku mendengar seseorang tengah berbicara didekatku.

'Kapan dia akan bangun?.'

'Sebentar lagi juga dia akan bangun..'

'Aishh.. Tapi aku masih punya tugas mengambil arwah beberapa orang lagi..'

'Dasar tidak sabaran.'

'Hei siapa yang kau bilang tidak sabaran?.. Aku sudah menunggunya selama 30 menit asal kau tau, tapi dia tetap tidak bangun juga.'

Suara perdebatan yang kudengar menambah usahaku untuk membuka mataku dengan cepat. Aku ingin tahu siapa yang kini tengah bertengkar seperti anak kecil itu.

Namun setelah aku berusaha membuka mataku aku masih tidak bisa melihat dengan jelas. Pandanganku masih kabur. Kuusap mataku dengan tanganku. Dan akhirnya pengelihatanku nampak jelas. Aku melihat kedua orang yang tampak familiar.

Dan setelah aku mengingat mereka aku pun melotot tak percaya. Aku memandang segala yang ada disini. Sebuah hamparan rumput yang lumayan luas dengan banyaknya bunga bermekaran berwarna warni. Tempat ini seperti sebuah taman pikirku.

"Dimana ini?." pertanyaanku meluncur begitu saja dari mulutku.

Mereka berdua mengalihkan pandangan kepadaku yang sudah bangun dan terduduk.

"Ah Akhirnya kau bangun juga.." Dewa Kematian mendekat kearahku.

Aku hanya menatapnya bingung. Dia berdiri dihadapanku sambil melipat tangannya didada.

"Ayo ikut aku sekarang.. Kau membuang waktuku terlalu banyak." Lanjutnya dengan serius.

Aku hanya diam memandangnya yang kembali berjalan entah kemana. Pikiranku masih dipenuhi dengan kebingungan tentang tempat ini. Aku begitu asing dengan tempatku terbangun ini. Perasaanku mengatakan aku belum pernah datang kesini sebelumnya.

Dewa Reinkarnasi mendekatiku dan melihatku dalam keadaan kebingungan.

"Tempat ini adalah taman dari sebuah kerajaan yang akan kau tempati nantinya."

Dikala rasa kebingunganku masih menyelimuti, Dewa itu malah membuatku semakin bingung dengan semua ini. Perkataan yang keluar dari mulutnya menambah daftar tanda tanya didalam pikiranku.

"Jangan terlalu banyak berpikir.. Aku akan menjelaskan semuanya padamu nanti." kata Dewa Reinkarnasi dengan senyum tipisnya.

"Sekarang ayo kita pergi dulu.." Ajaknya padaku kemudian.

Kami berdua berjalan beriringan dibelakang Dewa Kematian yang sudah berada jauh didepan. Aku berjalan dengan mengedarkan pandanganku ke segala arah. Tempat yang indah namun terasa sangat asing pikirku.

Kami berhenti didepan sebuah bangunan kuno. Banyak sekali ukiran yang ada dibangunan itu membuatnya terlihat unik dan menarik untuk dipandang.

"Ayo kita masuk.."ajak Dewa Kematian padaku dan dewa reinkarnasi.

Aku hanya menurut pada ajakannya. Sebab aku masih bingung dan penasaran dengan apa yang mereka berdua akan lakukan. Walaupun aku tidak mengenal mereka sebelumnya tapi perasaanku mengatakan mereka bukanlah orang jahat.

Setelah kami masuk ke dalam bangunan itu, aku melihat seorang laki-laki dengan pakaian jaman kuno sedang berbaring ditempat tidurnya. Rambut panjang lurus berwarna hitam, baju jaman kuno yang dipakainya semakin membuatku kebingungan dengan tempat apa yang sedang kupijak sekarang.

Melihat diriku yang kembali dalam kebingungan akhirnya kedua dewa itu membuka mulutnya untuk menjelaskan apa yang terjadi.

"Kau lihat orang yang berbaring itu?. Dia adalah putra dari kaisar di Negeri ini. Dan hukuman yang akan aku berikan padamu adalah kau harus menggantikannya berada disini."terangnya dengan serius sambil menatapku.

Aku hanya menatap tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Dewa Kematian. Namun sebelum aku mengatakan sesuatu untuk membantahnya Dewa Reinkarnasi lebih dulu berbicara.

"Ini adalah hukumanmu jadi terimalah agar nanti kau dapat kembali ke duniamu dan hidup lebih baik." katanya bijak.

"Memangnya dia kenapa? bukankah dia terlihat baik-baik saja. Mengapa aku harus menggantikannya?. Dan bagaimana dengan keadaan di duniaku setelah aku tidak ada disana dan malah berada disini sekarang?" tanyaku menyuarakan isi hati dan pikiranku.

"Dia akan kubawa pergi untuk diberi hukuman atas apa yang dilakukannya. Dan akan kembali kesini jika dia sudah selesai dengan hukumannya." balas Dewa Kematian cepat.

"Maksudmu aku bisa kembali ke duniaku setelah orang ini kembali kesini?. Dan berapa lama itu?" dengan perasaan bercampur aduk aku masih bertanya.

"Iya kau benar. Entahlah kapan dia akan menyelesaikan hukumannya. Tentang kehidupanmu di dunia sana sudah kuatur dengan baik kau tidak perlu khawatir." jawab Dewa Reinkarnasi.

Aku masih menatap mereka berdua dengan ekspresi tak percaya. Hatiku berkata untuk menolak semua ini. Namun kata-kata mereka tentang aku bisa kembali lagi ke duniaku dan hidup lebih baik menjadi pertimbanganku untuk menerima semua ini.

"Kau tidak punya pilihan lain selain menerima hukuman ini. Lagipula kau tidak bisa bernegosiasi dengan seorang Dewa." Dewa Kematian berujar dengan sinis.

"Apa benar aku bisa kembali setelah menyelesaikan hukuman ini?." Cicitku pelan dengan pasrah.

"Tentu saja. Kami tidak pernah mengingkari janji." Sahut Dewa Reinkarnasi dengan senyum.

Aku menghembuskan nafasku pelan sebelum mengatakan persetujuanku. Ini sangat berat bagiku. Tinggal di tempat asing di jaman kuno membuatku merasa sedih. Baru saja aku bisa merasakan kebahagian tapi seolah itu hanyalah sebuah mimpi yang kini telah hilang. Dengan berat hati aku mengatakan..

"Baiklah aku akan menerima hukuman yang kalian berikan."

Mereka berdua bertatapan dan tersenyum misterius lalu mengangguk bersama. Entah apa yang mereka sembunyikan dariku. Aku hanya bisa menuruti semua yang mereka katakan. Lagipula tidak ada gunanya aku membantahnya. Mereka bisa saja melenyapkanku saat ini juga, jika aku masih bersih keras menolak hukuman ini. Ingat mereka itu adalah seorang dewa. Meskipun sifatnya kekanakan bagiku.

"Berikan tanganmu.." Perintah Dewa Reinkarnasi padaku.

Aku mengulurkan tangan kananku dengan perlahan. Entah apa yang akan dilakukannya dengan tanganku. Dewa Reinkarnasi mengeluarkan sebuah cahaya dari tangannya. Dan meletakan cahaya kebiruan itu ditelapak tanganku. Ternyata dia memberiku sebuah simbol berbentuk bintang.

Simbol itu bersinar dengan warna merah. Aku yang tidak tahu apa-apa memandang dewa itu meminta penjelasan. Perlahan sinar dari simbol itu menghilang dan telapak tanganku menjadi seperti semula. Tanpa simbol apapun.

Namun ada yang aneh dengan tubuhku. Terasa sakit yang sangat luar biasa. Begitu sakit sampai aku terduduk dilantai yang dingin. Aku masih menatap kedua dewa itu meminta penjelasan.

Aku bahkan sampai meringis karna mencoba menahannya. Tubuhku ini terasa seperti sedang diremukkan. Aku juga sempat berpikir bahwa dua dewa itu ingin membunuhku.

"Tahanlah sebentar ini tidak akan lama. Aku hanya sedang merubah tubuhmu menjadi seperti orang yang berbaring itu."Jelas Dewa Reinkarnasi sambil berjongkok di depanku.

"Aku akan memberikanmu sesuatu." sela Dewa Kematian. Dia ikut berjongkok didepanku dengan menggenggam sebuah buku.

"Buku ini akan membantumu jika kau sedang kesulitan. Teteskan sedikit darahmu ke dalam buku ini. Maka apapun yang ingin kau ketahui, buku ini akan memberimu jawaban." Jelasnya sambil memberikan buku itu padaku.

"Ingat buku ini hanya kau yang bisa menggunakannya. Dan tanpa setetes darah darimu dia tidak bisa menjawab pertanyaanmu." Lanjutnya.

Aku hanya bisa mengangguk mengiyakan perkataannya. Rasa sakit ditubuhku semakin menjadi. Pandanganku bahkan sudah menjadi samar. Dan aku terbaring dilantai. Dingin lantai itu masih dapat kurasakan sebentar. Lama-kelamaan kesadaranku terenggut oleh rasa sakit disekujur tubuhmu. Yang entah sampai kapan akan hilang.

Tapi sebelum kesadaranku hilang aku dapat mendengar kedua dewa itu berucap sesuatu.

'Nikmatilah hukumanmu, dia akan mengubah hidupmu menjadi lebih baik dan berwarna.'

'Karna tidak semua hukuman itu berupa sebuah kesengsaraan. Tapi juga sebuah pengalaman yang berharga.'

Akhirnya aku pun kehilangan kesadaranku sepenuhnya. Dingin lantai kini juga tak mampu aku rasakan lagi. Aku tidak tahu apa yang nanti akan terjadi padaku. Aku hanya pasrah sambil berharap sebuah keajaiban datang sebuah keajaiban yang bisa menghilangkan rasa sakit ini.

BAB 2

Liliana POV

Aku mendengar suara berisik ditengah tidur lelapku. Aku perlahan membuka mataku karna merasa terganggu. Dan mendudukkan diriku sambil mengusap mataku.

'Dimana aku?' tanyaku pada diriku sendiri saat menyadari aku berada disebuah ruangan yang tak kukenal. Kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan. Aku melihat banyaknya benda-benda kuno yang tertata rapi disetiap sudut ruangan ini.

Setelahnya aku juga menyadari bahwa aku juga memakai baju kuno dan bentuk tanganku berubah menjadi lebih besar dari sebelumnya. Aku memperhatikan tanganku cukup lama. Ini bukan tanganku. Ini terlalu besar dari tanganku.

Lalu sekelebat ingatan menghampiri pikiranku. 'Apa mungkin?' aku segera meraih sebuah kaca di meja sampingku. Dan ini semua bukanlah mimpi.

Aku melihat wajahku pada kaca dan malah menemukan wajah orang lain dalam pantulan kaca ini. 'Jadi semua itu nyata?' tanyaku sedikit shock dengan kenyataan ini.

Kukira apa yang terjadi hanyalah sebuah mimpi yang akan berakhir saat aku membuka mataku. Namun ini semua adalah kenyataan yang entah kapan akan berakhir.

Pikiranku kembali menjadi kalut. Aku meruntuki diriku sendiri tanpa sebab. Ditengah kekalutan yang menyelimutiku, aku menemukan sebuah buku disamping tubuhku.

Buku berwarna hitam dengan ukiran unik serta isinya yang begitu tebal menarik perhatianku. Aku mengambilnya dan membukanya, tapi tak ada satu huruf pun disana.

Aku meletakkan buku itu dipangkuanku dan menggigit jariku. Kuteteskan darah dijariku ke dalam lembar buku itu, dan berucap pelan "Aku ingin tahu tentang tempat yang yang aku tempati saat ini."

Darah yang kuteteskan pada buku itu diserap masuk dan menampilkan tulisan di dalam lembar buku.

Kerajaan Xia

Kerajaan paling besar di benua selatan. Kerajaan yang cukup makmur dengan rajanya yang begitu bijaksana. Memiliki banyak sekutu yang bersahabat baik dengan kerajaan ini.

"Lalu siapa aku atau orang yang aku gantikan ini." Lanjutku.

Xiao Hui

Putra mahkota di kerajaan ini. Putra pertama dari Kaisar. Berumur 17 tahun. Dia memiliki semua elemen kekuatan. Api, angin, air, tanah dan petir. Sifatnya angkuh dan sombong juga pemalas. Dia suka sekali berkencan dengan banyak gadis. Tapi dia paling lemah soal berpikir dan bertarung dengan fisik. Dan kelebihannya bisa mengetahui karakter seseorang dari wajahnya.

'Astaga.. buruk sekali kelakuannya hingga menutupi kelebihannya sendiri.' Pikirku sambil memijit keningku yang berdenyut.

Aku memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhku lagi. Lagipula malam hari masih meyelimuti. Dikala semua rasa sakit yang ada ditubuhku hilang, aku malah mendapatkan kenyataan lain yang membuat pikiranku pusing.

Kupejamkan mataku berharap rasa pusing ini segera berakhir. Namun baru beberapa menit aku mencoba menutup mata, sebuah teriakan mengejutkanku.

"TOLONGGG!!!!." Teriakan seorang wanita.

Saking terkejutnya dengan suara itu, aku bangun dan bergegas keluar dari ruangan ini. Saat aku membuka pintu dan keluar aku tidak melihat siapapun. Ku arahkan pandanganku segala arah tapi nihil, aku tetap tidak melihat seorang pun diluar sini.

Aku meningkatkan kewaspadaanku pada sekitar. Aku berjalan menuju bangunan di samping ruangan ini. Letaknya tidak jauh tapi nampak gelap tanpa penerangan.

Menurut pemikiranku mungkin itu adalah tempat tinggal para pelayan Xiao Hui. 'Apa ada sesuatu didalam sana?' aku yang penasaran pun melangkah dengan waspada.

Sesampainya aku didepan bangunan itu, aku berhenti dan mendengar suara yang berasal dari dalam sana.

'Apa yang harus kita lakukan pada para pelayan yang berani mengganggu rencana kita ini tuan?.'

'Kita bunuh saja mereka semua karna telah menggagalkan rencana kita untuk melenyapkan putra mahkota bodoh itu.'

'Hahaha...'

Terdengar tawa sekelompok orang dari dalam sana. Sekarang ini aku berada tepat di depan pintu. Aku membuka sedikit pintu itu tanpa diketahui siapapun. Aku melihat didalam sana semua pelayan tengah terduduk dan diikat. Juga beberapa orang berbaju hitam yang tengah bersiap dengan pedang masing-masing.

Mereka mengarahkan pedangnya pada para pelayan yang sedang ketakutan. Dan bersiap untuk membunuh mereka semua. Namun sebelum mereka sempat menggoreskan pedangnya, aku lebih dulu membuka pintu dengan kasar.

"Berhenti." Kataku dingin dan menusuk. Kutatap mereka yang sedang membawa pedang dengan pandangan tajam. Tak ada ketakutan sama sekali di dalam benakku.

Para pelayan yang melihatku berdiri dihadapan mereka merasa terkejut dan menatapku tidak percaya.

"Yang Mulia.." Teriak seorang pria paruh baya yang sedang duduk terikat.

Aku melihat ke arahnya. Dan aku menemukan wajah khawatirnya terhadapku. Begitupun dengan yang lainnya. Mereka semua menatapku cemas bercampur khawatir.

"Yang Mulia pergilah dari sini hamba mohon." Mohon seorang wanita setengah tua sambil menangis.

"Hahaha... Akhirnya kau datang mengantarkan nyawa pada kami Yang Mulia." Salah satu orang berbaju hitam berucap dengan nada mengejek.

Aku menatap orang itu malas. Yang kuinginkan sekarang bukanlah berada disituasi yang seperti ini, aku ingin tidur aku sangat lelah. Tapi sekarang aku seperti tengah berada di dalam film yang tayang di televisi.

Aku menghembuskan nafasku pelan. 'Benar-benar merepotkan' batinku merasa jengkel. Meskipun begitu aku akan menyelamatkan mereka yang tidak sepantasnya diperlakukan seperti ini.

"Jadi kalian menginginkan nyawaku begitu?." Tanyaku dengan mengangkat sebelah alisku.

"Cepat kita bunuh dia. Dasar putra mahkota bodoh!."

Mereka semua mengepung diriku dengan pedang yang diarahkan padaku.

'Huh.. Beraninya mereka mengepung seorang gadis seperti ini!.' dengusku kesal.

"Baiklah jika kalian menginginkan nyawaku maka ambillah." Ucapku tenang.

Dan para pelayan yang mendengar suaraku hanya bisa melotot tidak percaya.

Orang-orang itu segera menyerangku dari berbagai arah. Aku dengan cepat menghindar sekaligus melawan mereka yang ingin mengambil nyawaku. Terjadilah perkelahian antara aku dan orang-orang berbaju hitam.

Perkelahian itu tidak berlangsung lama. Dengan berbekal ilmu bela diri yang kukuasai sebelumnya aku dapat mengalahkan mereka semua hanya dengan tangan kosong tanpa senjata.

Mereka semua tergeletak dilantai sambil merintih. Dan aku berjalan mengambil salah satu pedang yang ada dilantai. Aku menaruh pedang itu dileher salah satu orang berbaju hitam, yang aku pikir itu adalah bos mereka. Karna sejak tadi dia yang memberi perintah.

Dalam hatiku aku merasa bersyukur. Karna aku sejak kecil diajarkan berbagai macam ilmu bela diri. Hingga akhirnya aku menguasai semua ilmu bela diri yang ada. Meskipun begitu aku jarang menggunakannya. Dan hari ini apa yang dulu aku pelajari berguna juga untuk melindungi nyawaku.

Aku diam-diam berterima kasih kepada orang tuaku telah mendidikku dengan baik walaupun begitu keras. Tapi itu tidak masalah bagiku.

"Siapa yang menyuruhmu untuk membunuhku?." Aku bertanya dengan nada menusuk. Sebenarnya aku hanya kesal, karna tidak bisa mengistirahatkan tubuhku. Aku tidak terlalu peduli mereka ingin membunuhku. Sebab aku percaya hidup mati sudah diatur oleh tuhan.

Sebelum orang itu menjawab pertanyaanku, tiba-tiba ada seseorang berlari tergopoh-gopoh kearahku.

"Yang.. Mulia.. Hah.. Hah anda tidak apa-apa?" Ucapnya sambil mengatur nafas yang tengah memburu. Namun tak lama dia melototkan matanya ke arahku.

Aku hanya memandangnya sekilas. Dan tatapanku kembali lagi pada orang yang sedang ketakutan karna sebuah pedang berada dilehernya.

Dari luar aku mendengar banyak langkah kaki yang menuju kemari dengan langkah serempak.

"Yang Mulia maafkan hamba yang telat datang kemari." Seorang pria dengan baju seperti jendral mendekat padaku dan menundukkan kepalanya.

'Sepertinya dia seorang jendral dilihat dari penampilannya, huh... Lebih baik aku serahkan saja orang-orang ini padanya. Lagipula rasanya tubuhku sudah sangat lelah' pikirku lalu menurunkan pedangku pada leher orang itu.

"Aku serahkan mereka semua padamu dan juga bebaskan ikatan para pelayan itu." Perintahku padanya.

Padahal dalam hati aku merasa aneh harus bersikap seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi aku harus bisa berakting seperti seorang bangsawan.

Aku berjalan pergi dari sana sambil memberikan pedangku pada jendral itu. Dan aku bergegas kembali ke ruanganku untuk beristirahat. Tanpa menghiraukan tatapan aneh yang ditujukan semua orang disana padaku. Tubuhku sudah meronta-ronta ingin diistirahatkan.

Masa bodoh dengan orang-orang yang ingin membunuh putra mahkota itu. Toh mereka juga sudah ditangkap dan akan dipenjara atau dihukum mungkin, entahlah.

Yang sedang aku ingin lakukan saat ini adalah bisa membaringkan tubuhku. Lalu terlelap dalam tidur yang nyenyak. Yah hanya itu.

Setelah aku sampai di tempat tidurku aku langsung saja menidurkan tubuhku dan memejamkan mataku. Tak lama aku pun telah memasuki alam mimpi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!