Minggu pagi yang terasa sangat membosankan untuk seorang Parto, lelaki berusia dua puluh lima tahun dengan ciri-ciri seperti manusia pada umumnya. Baginya tak apa tidak setampan Lee Min Ho karena emaknya selalu berkata dia seperti Lemi_neral yang ada manis-manisnya itu.
Saat dia akan beranjak dari singgah sana kebesarannya yaitu kasur yang sudah kucel dan dekil serta tercium aroma-aroma aneh lainnya karena seringnya kasur itu ditiduri dan diileri, dia mendadak mendapatkan ide yang luar binasa menurutnya.
Dia buka aplikasi pacebuk, awalnya dia liat komen dan postingan teman-temannya.
"Heleh pamer, aku juga bisa ko posting kek gitu. Meski aku jomblo, aku enggak mau kalah saing sama kelian untuk ikutan piral di pacebuk."
Parto memilih foto tergantengnya menurut versi dia tentunya, berharap akan banyak like dan komen yang bertengger di berandanya.
Ya.. itulah ide berlian yang dia maksud. Update di aplikasi pacebuk dulu, ngasih tau ke semua temannya di dunia virtual kalo dia masih hidup dan ganteng.
Lima belas menit menunggu.. dia terus memperhatikan hape kesayangannya untuk memastikan bakal ada yang komen atau sekedar like di berandanya.
"Jane wong-wong matane kero opo piye, aku uwes update lho ko oda ono sing like kawit mau"
(sebenarnya orang-orang ini pada buta apa gimana,aku udah update lho ko enggak ada yang like dari tadi)
Ngedumel.. iya hanya itu yang bisa Parto lakukan saat realita tak sesuai ekspektasi.
Dia putuskan keluar dari kamar. Dilihat jam menunjukkan pukul 07.00, sebelum memutuskan mandi dia kembali mengecek notif hapenya.
"Bang_ke" umpatnya karena memang tidak ada satupun teman virtualnya yang mau komen postingannya.
"To.. Parto, kowe arep ndekem nok kamar wae opo hmm?"
(To..Parto, kamu mau diem diri di kamar terus apa hmm?)
Teriakan Emak Parto membuat dirinya bergegas meninggalkan kamar tempat kaporitnya.
Parto adalah pemuda slengean tapi sangat menyayangi keluarganya. Boleh nakal tapi tidak boleh durhaka. Makanya daripada membuat Emaknya emosi dia putusin cepat-cepat keluar kamar. Sebelum Malin Kundang punya saudara lebih baik dia segera temui Emaknya untuk mengetahui kenapa beliau keluarkan toanya.
"Dalem Mak.. ada apa?" Parto menghampiri Emaknya yang berada di dapur, dilihatnya sang Mamak sedang menaruh pisang goreng ke dalam piring.
Dia pun mengambil sebuah pisang goreng
dan memasukkan ke dalam mulutnya.
"Kamu itu kok jorok banget to To.. belum mandi, belum sikat gigi, raup juga belum. Kok itu mulut udah srotopan aja"
"Mak.. Jangan bilang aku mau punya adik lagi ya, perasaan dari tadi Mak ngomel mulu. Lha kenapa to Mak kalau ambil sebiji, ga protes juga ko ini si pisgor"
Cengengesan, iya emang gaya Parto.
"Kamu mandi sana To ya Allah ambumu koyo demit keluar dari sarangnya"
"Lah.. Emak ko hafal banget bau demit yang keluar dari sarangnya, secara enggak langsung Emak ngatain Bapak lho ini"
sambil ngakak Parto sedikit berlari meninggalkan emaknya yang makin kesal karena ulahnya.
Selesai mandi dengan segala ritualnya, Parto kembali ke kamarnya dan melihat hapenya.
Mengecek apakah ada manusia budiman sekedar like dipostingannya tadi.
Iya.. dia masih kepikiran soal itu.
"Setan.. tau gini enggak bakal aku posting-posting.
yang komen cuma si Ali nagih utang paketannya minggu kemarin"
Kesel banget ya dia? Uring-uringan mulu, enggak ada yang komen manyun, ada yang komen lebih emosi lagi dia.
Cuba tolong jelaskan manusia kek gini harus digolongkan ke manusia jenis apa?
Jam 09.00 Parto putuskan pergi keluar menghilangkan kepenatan yang sebenarnya dia buat sendiri.
Sampai di tempat tujuan, yaitu warung kopi tempat dia biasa nongkrong bareng teman-teman gabutnya dia langsung pesan kopi kepada pemilik warung.
"Ngapa To, mukamu semprawut banget?"
Tanya Seno yang memperhatikan gelagat temannya itu sedari muncul di antara mereka.
"Lah gabut aku Sen," Jawab Parto sekenanya.
"Modelan rupamu kui tiada hari tanpa gabut To" Beni yang tadinya diam jadi ikut nimbrung juga obrolan mereka.
"Aku kesini buat cari hiburan.. kelian ini temen apa setan sebenarnya? bukan hibur malah bikin makin emosi"
"Aku yo koncomu yo nyambi dadi setan juga To sewaktu-waktu khusus kanggo kowe"
Perkataan Seno ditimpali dengan gelak tawa teman-temannya.
"Udah jangan ledekin Parto mulu, kelian apa enggak kesihan itu muka Parto dah berubah jelek banget"
Mbok Yuni si pemilik warung yang dikira bakal membelanya malah ikut membully Parto dengan ucapannya.
"Kalau jelek emang gawan bayi Mbok"
Parto diam saja saat orang yang pada ngaku sebagai teman-temannya malah asyik mengejek dirinya.
"Cari pacar sana biar enggak surem idup kelian" Ucapan Mbok Yuni makin bikin Parto geleng kepala. Bukan efek dugem, tapi makin ngelu aja rasanya.
"Aku udah punya ko Mbok"
"Aku kan ngasih tau sama Seno dan Parto itu Ben yang dari dulu enggak pernah Mbok lihat bawa cewek"
"Jangan salah Mbok.. aku ini jomblo bukan sembarang jomblo" Kata Seno membela diri.
"Hooh bener ya Sen kita istimewa" Ucap Parto, dirinya tidak mau jadi bahan bullyan Beni.
"Iya bukan sembarang jomblo karena emang enggak ada yang mau sama kelian kan?"
Ancen lucknut arek siji iki mentang-mentang udah punya gandengan sendiri, sombonge astaghfirullah.
"Aku jomblo karena pilihan" Seno berkata lagi dengan semangat.
"Nah bener iki Sen.. aach kamu emang temenku banget Sen, tau isi hatiku. Aku kok terharu"
"Iya pilihannya cuma dua brother.. karena kelian enggak laku atau enggak ada yang mau"
Beni benar-benar bahagia karena bisa membuat kedua temannya diam membisu.
"Suatu saat akulah orang yang tertawa paling akhir Ben.. camkan!" Ucap Parto kesal.
"Iya dan suatu saat itu gatau kapan brother hahahaha"
"Lucknut"
"Njiir"
Mbok Yuni pun ikut ngakak karena ulah para pemuda yang selalu meramaikan warungnya tersebut.
"Ben kalau bunuh orang enggak dosa kok rasanya aku pengen banget nyekik kamu"
Mendengar perkataan Parto makin membuat Beni terpingkal-pingkal.
"Sabar ya jomblowers siapa tau jodoh kelian juga menanti untuk di temukan, atau mungkin mereka belum lahir hahahaha"
"Tak beleh (sembelih) kowe Ben tak beleh"
"Sabar To sabar.. ayo pergi aja, kita beli apotas"
"Mau nangkep ikan ya kelian ko cari-cari apotas?"
"Mau racun kamu Bang_ke!"
Gelak tawa selalu mewarnai obrolan enggak jelas mereka. Meski kelihatan sering membully dan mencaci satu sama lain tapi sebenarnya mereka selalu kompak. Kompak dalam menjahili satu sama lain maksudnya.
...Hai gaess.. ini kali pertama aku bikin nopel✌️🤣...
...Kalau suka bisa di like, komen and di kaporitin ya😆...
Salam mengsad✌️😌
Masih dengan kejengkelan mereka, Parto dan Seno memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Tapi saat Parto ingin membayar segelas kopi yang sudah dia habiskan, dia kebingungan. Dia tidak menemukan dompet yang isinya hanya selembar uang dua puluh ribu itu.
Ajoor.. moso aku utang lagi, ini gimana ngomongnya. Ach bikin malu aja.
"Mbok..."
"Piye To? Utang neh?
"Sepurone Mbok.. dompetku ko lali oda tak bawa, ini kalau aku pulang buat ambil duit terus kesini lagi gimana Mbok?"
Sebenarnya enggak masalah buat Mbok Yuni mau mereka ngebon di warungnya juga sudah hal yang lumrah bahkan saking seringnya sampai buku bon cuma ada nama Seno,Parto dan Beni.
"Heleh To.. kalo kamu pulang ya alamat enggak balik lagi, udah ini aku yang bayar aja. Berapa Mbok?"
"Ini yang dibayar kopi segelas ini aja apa sama bon-bon kelian seminggu ini Sen?"
Mendengar pertanyaan Mbok Yuni, Seno hanya mesem dah mengeluarkan tiga lembar uang Soekarno Hatta dari dompetnya.
"Walaah kamu abis bayaran ya Sen.. Alhamdulillah semoga makin berkah kamu ya"
Parto sangat senang karena enggak jadi manjangin list utang di tempat Mbok Yuni.
Tentu saja yang lebih senang adalah Mbok Yuni, dia bisa kembali menuhin isi warungnya dengan uang dari Seno tadi.
"Jangan terlalu senang To.. yang aku bayar cuma secangkir kopi yang kamu glegek tadi. Selebihnya kamu ganti utang sama aku hahahaha"
"Semprul. Perhitungan banget kamu!"
"Enggak lah To enggak.. Bercanda aja aku, masa sama kaum duafa aku minta ganti dan itung-itungan sih."
"Lambemu Sen udah cocok kamu jadi kapelnya Beni, tukang julid kelian"
"Masih mending aku To.. Julid juga masih peduli sama kamu. Kamu enggak bisa bayar kopimu, aku yang bayarin. Enggak punya pacar juga aku temenin tapi maaf, untuk urusan jelek aku angkat tangan To. Kita masing-masing aja disini"
Ucapan Seno membuat mata Parto melotot hampir keluar.
"Lho to lho to tambah medeni. Uwes lah aku rep bali disik.. wes awan ameh boci aku"
(Tu kan tu kan tambah nyeremin. Udah lah aku mau pulang dulu.. udah siang mau boci)
"Boci itu apa Sen?"
"Bobo ciyaang sayang" Jawab Seno sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Hueeex mau muntah aku Sen"
Dan mereka menyudahi obrolan garing di warung Mbok Yuni dengan pulang ke rumah masing-masing. Bukan ke Rahmatullah tentunya, mereka belum siap untuk itu. Cerita ini saja baru dimulai, masa udah end aja.
Ada yang tanya ko Beni ga ikut nimbrung lagi?Karena Beni mendapat telepon dari pacarnya di suruh ngapel di siang bolong. Entah memang rindu atau ada alasan lain, yang pasti Beni berangkat dengan semangat juang 45.
Sampai di rumah, Parto memarkirkan motor ayamnya di depan rumah. Lho ko ayam?
Sebenarnya itu motor jenis bebek tapi karena sudah banyak yang menyebutnya motor bebek Parto menamainya motor ayam. Keadilan sesama unggas harus ditegakkan di sini right?
"Dari mana mas?"
Pertanyaan Indah, adiknya enggak langsung dijawab Parto, dia cuma berlalu begitu saja di depan Indah.
"Mas aku tanya lho.. mok ya dijawab!"
Indah kesal karena enggak di gagas Parto.
Setelah masuk kedalam rumah Parto langsung ambil hapenya. Mengecek apakah ada wa, missedcall, atau sekedar sms dari provider nomer yang dia pakai.
Dan kenyataannya memang tidak ada yang menghubunginya.
Miris?
Enggak, bagi Parto itu adalah hal biasa karena memang jarang yang mau sekedar menghubunginya.
Kok sepertinya Parto enggak sepenting itu?
Iya, memang seperti itulah karakter Parto disini. Hanyalah manusia biasa dengan dua lubang hidung yang masih berfungsi dengan baik. Bukan seorang CEO yang digilai banyak waria maaf.. wanita.
Pekerjaannya juga hanya sebagai supir travel, jasanya digunakan saat orang di desanya ingin bepergian secara massal saja.
Jadi, jangan membayangkan Parto seorang pemuda keren, anak orang kaya atau memiliki banyak perusahaan seperti di tipi-tipi.
Salah kalau bayangan kelian seperti itu.
Parto keluar menemui Indah yang masih duduk di teras, sambil membawa hape yang selalu menjadi kesayangannya.
"Apa Ndah apa?"
"Budu"
"Hah?"
"Opo sih hah hah hah.. tadi ditanya diem aja ko" Indah manyun.
Tidak semudah itu Fulgoso, enak aja tadi nyuekin aku.
Itu kata Indah dalam hati. Hanya biar kelian tau apa yang indah pikirkan saja.
"Ndah,kamu sadar enggak..."
"Sadar lah mok kiro sedari tadi aku pingsan?" Indah langsung nyamber kek petasan banting.
"Belum kelar itu Ndah, jangan dipotong dulu"
"Apa? Aku potong apa? Aku enggak potong apapun tu! Oiya tadi bilang apa? Sadar apa memangnya? kalo aku cantik?
kalo aku imut? kalo banyak yang suka aku?
aku sadar banget Mas kalo itu hihihi"
Parto langsung pengen muntah dengar ocehan adiknya.
"Dasar kunti.. ketawamu aja bikin aku merinding Ndah masih tega bilang kamu imut?"
"Dieh Mas.. kalo gabut ya gabut aja jangan nularin kegabutan ke aku yang sholehah ini bisa enggak?"
"Enggak" Jawaban singkat Parto membuat Indah makin kesal.
"Ndah aku tadi mau tanya.. kamu sadar enggak Emak ma Bapak tu pilih kasih sama kita bahkan sejak kita lahir"
"Huus Mas kok bilang gitu. Dosa kamu mas, ghibahin orangtua"
"Bukan ghibahin Ndah. Kamu bandingkan cuba namaku sama kamu. Aku dikasih nama Parto lha kamu Indah, emang Emak sama Bapak enggak bisa apa cari nama yang kerenan dikit buat aku dulu saat aku lahir? Kan bisa tu kasih nama aku Arjuna, Satria, Abi aah kalo enggak Gala juga bagus. Lha ini Parto.. Masya Allah sekali ya Ndah" Panjang lebar Parto mencurahkan isi hatinya, Indah malah tertawa terbahak-bahak.
"Apa Mas? Gala? Mas cocoknya pake nama Serigala hahaha lebih masuk sama karakter Mas" Kembali Indah tertawa karena ke absurdtan kakaknya.
"Lagian Mas.. kan Emak udah bilang nama Mas itu yang ngasih Embah kakung, singkatan dari nama Emak dan Bapak. Karena dulu cilikanmu sering sakit-sakitan"
"Iya. Dulu namaku keren Ndah Bagaskara, terdengar wah kalo dipanggil. Lha ko malah nyungsepnya jadi Parto ya"
"Hahaha.. Mas udah, aku ngakak ini lho. Mau protes sama Embah saja sana. Samperin beliau di peristirahatannya"
"Lambemu.. jangan bawa-bawa orang yang udah enggak ada Ndah. Kualat kowe"
"Astaghfirullah maaf maaf abis Mas lucu ko. Parto kan gabungan dari nama Emak Parsiah dan Bapak Suprapto hahaha. Harusnya Mas bangga bisa menjadi pemersatu antara dua kubu itu Mas"
"Iyalah.. bangga lah aku bangga. Nama adalah doa, Embah ngasih nama aku ini mungkin supaya Emak dan Bapak selalu jadi kapel abadi. Amin"
"hahahaha Amin Mas tak aminin pokoe. Sak bahagiamu"
Dan begitulah mereka, Parto yang selalu bertanya tentang asal usul namanya selalu jadi hiburan untuk Indah. Hari itu dilewati Parto dengan damai dan tenang.
Meski masih dengan perasaan kosong dalam hatinya.
✌️Dfe mo tanya gaees,
Kelian juga seakrab itu ga sama kakak atau adik kelian?😆
Jawab di kolong komen ya. Ditunggu komen kelian😉
Setelah mendapat telepon dari pacarnya tadi, Beni bergegas menuju rumah pujaan hatinya.
Ada apa ya, ko Mela nyuruh dateng siang bolong gini. Ah mungkin dia kangen, memang pesonaku enggak bisa dia tolak. Baru juga semalem ketemu udah minta ketemuan lagi.
"Assalamualaikum"
Salam dulu biar makin ganteng.
Beni sampai di rumah Mela. Saat mau masuk rumah Mela menghentikan niat Beni.
"Waalaikumsalam, udah di luar aja Mas.
Aku mau bilang sesuatu yang dari sebulan ini jadi beban pikiranku"
"Iya Dek, ada apa? ko keknya serius banget. Kamu minta di halalin kah? Kalo itu aku belum bisa wujudin, kamu tahu sendiri kan aku punya kakak cewek dan sampai sekarang belum nikah"
"Mas.. Aku tahu ini berat buat Mas Ben tapi, aku udah ambil keputusan ini Mas"
Ya Allah ada apa ini. Ko perasaanku enggak enak banget.
Beni masih diam dan mencoba mencerna setiap ucapan Mela. Meski dia sudah merasa ada yang tidak beres dari sikap Mela.
"Mas, kita cukup sampai di sini aja ya"
Kaget. Itulah hal pertama yang Beni rasakan.
"Lho ntar Dek, ini ada apa? Semalem kita masih baik-baik aja. Kamu jangan bercanda kek gini Dek"
"Aku kan udah bilang Mas, aku mikirin keputusan ini udah sebulan. Hubungan kita klise, cuma berputar di situ-situ aja. Aku mau cari yang serius Mas"
Hati Beni mendadak perih, sakit karena dia tidak menyangka Mela bisa begitu tega menganggap hubungan yang sudah lima bulan itu hanyalah klise. Lima bulan juga waktu yang lama kan? Tentu, karena ada yang baru satu jam jadian saja sudah di rayain anniversarynya.
"Dek, kamu bilang mau berjuang bareng-bareng. Katamu kamu mau melangkah bersamaku, tapi aku yang belum juga jangkah ko kamu lari duluan?"
"Karena Mas terlalu lama ambil ancang-ancang, aku cewek Mas, harus gunain logikaku. Jujur aku juga berat ambil keputusan ini, aku masih sayang sama kamu Mas. Tapi, aku enggak mau bertahan dengan orang yang leda-lede tok, sepurone Mas"
Makin ngilu rasanya hati Beni karena sang pujaan hati bilang kalau dia leda-lede (main-main).
"Jangan bilang kamu masih sayang aku tapi, tega ninggalin aku Dek. Ancen aku belum bisa buktiin ke kamu sama orangtuamu kalo aku bakal halalin kamu tapi, itu juga karena aku nunggu Mbakku nikah dulu. Aku enggak mau ngelangkahi dia"
"Karena ini semua juga pilihan yang sulit Mas. kamu milih nunggu Mbakmu, dan aku enggak bisa ikut nungguin juga. Sekali lagi, sepurane Mas. Aku enggak mau jadi tontonan tetangga, aku masuk dulu. Kamu hati-hati pulangnya ya. Dan, aku sudah hapus nomermu sebisanya kamu tolong jangan hubungi aku lagi. Assalamualaikum"
Kumenangis membayangkan betapa kejamnya dirimu melepas cintaku, harus selalu kau tau aku lah hati yang telah kau sakiti.
Hanya menggambarkan suasana hati Beni, bacanya enggak usah pake nyanyi juga ya.
"Waalaikumsalam, Enggak perlu repot-repot ngasih tau kamu udah hapus nomerku dan minta aku enggak hubungi kamu lagi. Aku enggak bakal lakuin itu juga, dan makasih buat semuanya. Aku juga enggak mau kamu jadi tontonan tetanggamu. Tenang aja aku langsung pergi"
Beni berucap tanpa ada Mela yang mendengarnya karena setelah mengucap salam tadi Mela langsung masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Beni yang diam mematung di depan pintu.
Sebelum pulang Beni melihat ada beberapa ibu-ibu yang memperhatikan drama sad ending yang Mela ciptakan untuknya.
Awak dewe tau duwe bayangan besok yen wes wayah omah-omahan, aku moco koran sarungan kowe belonjo dasteran. Nanging saiki wes dadi kenangan aku karo kowe wes pisahan, aku kiri kowe kanan wes bedo dalan.
Seorang ibu-ibu sengaja memutar lagu Mendung Tanpo Udan dengan volume keras sebagai bentuk sindirin atas hancurnya hubungan Beni dan Mela.
"Ngapel ko siang-siang Ben? Jatah semalem kurang ya?"
Sabar Ben sabar, mereka hanya emak-emak kepo. Udah hancur lebur hati ini kenapa masih ada yang tega ngomporin.
"Pamit Budhe, Assalamualaikum"
Tanpa memperdulikan ledekan dari kaum emak berdaster, Beni langsung pergi meninggalkan rumah Mela.
Hancur? Pasti. Karena selama berpacaran dengan Mela, Beni selalu memprioritaskan Mela. Saking sayangnya sama pacarnya itu, Beni rela berhemat agar bisa memenuhi kebutuhan Mela. Selama berpacaran Mela sangat posesif. Tapi, Beni anggap keposesifan Mela adalah bentuk cinta Mela untuknya.
Beni teringat Seno dan Parto, apa ini karma instan karena tadi pagi dia abis-abisan mengejek dua temannya itu.
Hari mulai petang, Beni sampai di rumahnya mendapatkan ada motor Seno yang terparkir di sana.
"Ciye yang abis ngapel, dapet suntikan semangat keknya ni"
Beni diam tidak peduli dengan ucapan Seno.
"Enak ya punya pacar, mau ngapel siang oke malem juga gasspol. Ko aku juga kepingin kaya kamu to Ben. Punya pacar ada yang merhatiin, hape kluntang-klunting terus karena chat mesra dari si dia. Aah kapan aku bisa kek kamu Ben?"
"Kamu ko berisik banget sih Sen, Ada apa kesini?"
"Numpang ngopi" Jawab Seno.
"Tadi aku ke warung Mbok Yuni, lah sepi ko ya udah aku kesini aja. Minta Mbakmu bikinin aku kopi, mayan Ben gratis kalau di sini" sambung Seno panjang lebar menjelaskan kalau sesungguhnya dia adalah manusia minus ukhluk.
"Enggak ada gratis ngopi lagi Sen, kamu kira Mbakku pembantumu seenaknya kamu suruh bikinin kopi? Kalo udah habis pulang sana"
"Kamu ini, abis ngapel ko malah uring-uringan. Kenapa? Mela enggak mau kamu ajak ngrujak lambe hmm hahaha"
"Lambemu Sen. Kamu malah bikin moodku makin anjlok, jangan bahas wedokan kui neh (perempuan itu lagi). Di pedotke (di putusin) aku"
Seno yang awalnya nyerutup kopi buatan Mbak Lulu langsung nyembur karena ucapan dari temannya itu.
"Wah kamu putus sama Mela Ben? Ya Allah terima kasih Engkau telah bukakan pintu hidayah di hati Mela, akhirnya dia tersadar kalau pacarnya itu gerandong berwujud manusia hahaha"
"Pulang sana kamu. Di sini juga enggak guna"
Beni benar-benar jengkel dengan Seno. Tadinya sampai rumah Beni langsung ingin mandi ngilangin kesialan hari ini. Dia berfikir setelah mandi kesialan enggak akan dekat-dekat dia lagi. Tapi sampai rumah malah nemuin jurig satu ini dan menggagalkan niat mulianya. Malah membuat dia semakin gabut saja.
"Jangan gitu lah Ben, kamu ko ngusir aku. Nanti nek aku pulang kamu cariin lagi. Ya uwes sih Ben, emangnya kenapa kalau putus? status turun level dari double ke single bukan sebuah dosa. Kamu lihat aku dan Parto, kami jomblo dan masih idup. kami baik-baik aja tanpa embel-embel pacar"
"Niatku serius sama Mela Sen, tapi dia enggak kanti nunggu aku. Kamu tau lah, aku enggak mau ngelangkahi Mbak Lulu"
Beni akhirnya mau membagi kengenesannya hari ini sama Seno.
"Kamu udah bagus punya niat nyeriusin Mela Ben, tapi kalo dia bukan jodohmu kamu bisa apa. Itung-itung kamu bantu jagain jodoh orang. Enggak usah terlalu dipikirin, woles wae lah. Buktikan meski tanpa dia kamu masih bisa napas, hidupmu bukan dia yang cukupi. Jadi jangan down cuma karena putus cinta"
"Tumben omonganku berbobot Sen? Kopine Mbak Lulu seenak itu apa sampe bikin otakmu encer?" Sedikit senyum mulai nampak di sudut bibir Beni, mendengar nasehat Seno.
"Enggak.. bukan karena kopi Mbak Lulu tapi, tadi aku sempet liat pidio motivasi dari Maria Teduh di yutub sebelum kamu dateng. Lha ko pas banget kamu lagi galau karena diputusin, ya aku cuba praktekin aja ke kamu. Pinter ya aku? hahaha"
"Kurang sak ons bocah iki jebule"
Beni yang tadinya gabut akut, merasa pengen nyemplungin kenangannya ke sumur jadi terhibur karena adanya Seno. Lho kok kenangannya yang di cemplungin?
Iya karena Beni masih berfikir waras, dia enggak mau bunuh diri cuma gara-gara putus cinta.
Jangan lupa klik bintang lima ya gaeess.
Terimakasih sudah dukung karya recehanku😍
Lopyu all😍✌️🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!