Terlahir dari keluarga sederhana, seorang gadis yang sangat biasa, jauh dari kata modis, terlihat kucel dan berpenampilan sedikit lusuh, membuat setiap orang yang memandangnya merasa risih, tak sebagus namanya Berlian, nasibnya benar-benar malang.
Namun dibalik wajahnya yang buruk, Berlian memiliki otak yang cerdas, ia selalu mendapat nilai terbaik di sekolahnya, bahkan tak jarang Berlian mendapat beasiswa murid berprestasi di sekolah.
setelah lulus dari sekolah, Berlian atau biasa disapa Lian, melamar pekerjaan disalah satu perusahaan ternama di Jakarta, ia datang dengan membawa map berisi data diri beserta persyaratan untuk mengikuti tes wawancara.
Setiap mata tertuju pada seorang gadis yang terlihat buruk dalam penampilannya, tak seperti yang lainnya dengan penampilan yang modis dan menarik, Lian hanya memakai kemeja putih yang mulai kekuning-kuningan, dipadu rok plisket warna hitam dibawah lutut, sedangkan betisnya ia tutupi dengan kaos kaki warna senada.
Lian duduk di kursi paling pojok, dengan memeluk map yang ia pegang, sesekali ia menggaruk-garuk pipinya sehingga kelihatan sekali, Lian sangatlah lusuh, ia duduk dengan posisi sedikit membungkuk, padahal Lian tidak mempunyai kelainan pada punggungnya, itu memang caranya duduk yang menurutnya sudah nyaman.
"ya ampun, kampungan banget tuh cewek"
"kok bisa-bisanya dia berani datang melamar pekerjaan di kantor pak Zain" bisik-bisik gadis lain yang ikut juga melakukan tes wawancara.
Lian mendapati setiap orang melihatnya dengan tatapan aneh.
"kenapa mereka melihatku seperti itu?"
tak jarang tawa kecil keluar dari mulut mereka, Lian menundukkan kepalanya, hingga akhirnya namanya disebut oleh seseorang wanita.
"Berliantina Febrianti"
"iya...saya"
"silahkan masuk, Pak Direktur sudah menunggu di ruangannya"
Lian mengangguk, kemudian ia masuk ke ruangan Direktur utama, guna melakukan tes wawancara.
"selamat pagi pak!" dengan sedikit gugup, Lian mencoba untuk tenang.
Lian berdiri didepan meja Dirut PT Agung Pancasona, tertera nama Zain Abimanyu yang terpampang jelas di atas meja.
Zain masih duduk membelakangi Lian, ia masih sibuk menelepon seseorang tanpa menghiraukan kedatangan Lian, dan Zain belum menyadari kedatangan Lian yang sedari tadi menunggunya.
"selamat pagi pak!"
Lian mengerutkan keningnya, belum juga ada jawaban.
dengan satu tarikan nafas, Lian memanggil nama Zain lengkap dengan sedikit lantang.
"Selamat pagi pak Zain Abimanyu!"
Zain terkejut dan menoleh kearah Lian, ia memperhatikan Lian dari atas hingga bawah, sesekali Zain tertawa kecil mendapati penampilan Lian yang sangat kacau.
"ada perlu apa kamu? kalau butuh sumbangan, sana diluar saja, ada sekretaris saya yang akan mengambilkan uang, saya sedang sibuk dengan karyawan baru yang mau tes wawancara, mending kamu pergi sana, sakit mataku melihat kamu, pergi"
Zain mengusir Lian, Zain tidak mengetahui bahwa Lian adalah peserta yang ikut tes wawancara dengannya, Lian langsung menyerahkan biodata dirinya kepada Zain.
"apa ini?"
"itu biodata saya pak, saya siap tes wawancara dengan bapak!"
Zain sangat terkejut, ternyata Lian adalah calon karyawan barunya.
"hmm... duduklah" Zain mempersilahkan Lian duduk.
Zain mulai membuka biodata dan surat pengajuan milik Lian, ia melihat prestasi Lian sungguh luar biasa, nilainya diatas rata-rata, hanya saja penampilannya tidak mendukung.
Zain menatap Lian dan mengembalikan map tersebut kepadanya.
"deg"
"jangan-jangan aku tidak diterima!"
Berlian membatin bagaimana jika dirinya tidak diterima di perusahaan itu, sesekali ia panik dan gugup saat Zain menanyakan motifnya bekerja di perusahaan Zain.
"apa tujuanmu bekerja di perusahaan ini?"
"saya ingin mendedikasikan kemampuan saya secara maksimal untuk kemajuan perusahaan ini pak"
Zain terdiam sejenak, jawaban Lian benar-benar logis, sebenarnya ia membutuhkan sekretaris pribadi, pencapaian akademis Lian sangatlah bagus, andai Lian tidak berpenampilan seperti sekarang, pastilah ia diterima sebagai sekretaris pribadi Zain.
"kamu saya terima"
"benarkah itu pak? saya diterima?... Alhamdulillah terimakasih banyak pak!"
"kalau saja penampilanmu tidak seperti ini, aku pasti akan menjadikanmu sebagai sekretaris pribadiku"
Lian tertunduk dan menatap dirinya sendiri saat Zain berkata itu padanya, namun Lian sangat senang, ia bisa bekerja di kantor milik keluarga Hartawan yang terkenal disetiap penjuru kota.
Berlian diposisikan sebagai karyawan biasa, meskipun nilai akademiknya sangat menunjang untuk memposisikan nya sebagai kepala bagian atau staf, dan lagi-lagi penampilan Lian menjadi tolak ukur Zain dalam memberinya sebuah kedudukan.
"sekarang kamu boleh pergi, besok kamu bisa mulai kerja"
"terimakasih banyak pak Zain!"
Lian pergi meninggalkan ruangan Zain, Zain memperhatikan Lian melewati pintu dan menggelengkan kepalanya sambil tertawa.
"dasar perempuan aneh"
Zain menyeringai dan tersenyum sinis.
*****
Keesokan harinya, Lian mempersiapkan dirinya untuk hari pertama bekerja di kantor, dengan penampilan khasnya Lian dengan percaya diri datang ke kantor, dimana Zain sebagai direktur utamanya.
satu hari, Lian sukses menjadi karyawan yang baik di perusahaan itu, dua hari, tiga hari dan seterusnya, Lian tidak ada kesulitan sama sekali dalam menjalani tugasnya sebagai karyawan yang baik, hingga sering sekali Lian melihat Zain membawa cewek-cewek cantik ke kantornya, dan setiap hari pasti ada saja perempuan yang dibawa Zain, dengan wajah yang berbeda di setiap harinya.
hari berganti hari, Minggu berganti Minggu, genap 4 Minggu Lian bekerja di kantor Zain.
setiap hari Lian selalu mendapati pemandangan yang sama, bosnya ini ternyata suka sekali main perempuan cantik.
Namun Lian tak memperdulikan kelakuan bosnya, yang terpenting ia tetap bisa bekerja di kantor dengan baik.
Pada suatu hari, Lian memergoki Zain sedang bermesraan didalam ruangannya, waktu itu Lian hendak meminta tanda tangan dari Zain, saat ia mengetuk pintu, tak ada jawaban dari dalam, padahal pintu tidak sedang terkunci.
Akhirnya terpaksa Lian memberanikan diri untuk masuk keruangan Zain.
tiba-tiba saja mata perawannya disuguhi pemandangan yang tak seharusnya ia saksikan.
"Astaghfirullah... maaf saya tidak sengaja"
Zain buru-buru melepaskan pelukannya dari wanita yang ada disampingnya itu.
"bisa nggak sih! sebelum masuk ketuk pintu dulu" Zain sedikit kesal atas sikap Lian.
"maaf pak, saya tidak sengaja" Lian buru-buru meninggalkan ruangan Zain, deru nafasnya semakin cepat, Lian takut sekali jika kelakuannya itu berpengaruh pada pekerjaannya, sementara Zain merapikan bajunya yang sedikit berantakan saat bermesraan dengan Eva, wanita yang sekarang bersama Zain.
"Zain, siapa gadis itu? dia gadis yang norak dan aneh banget" seru Eva mengejek Lian, sementara Zain tersenyum kecut saat Eva menanyakan hal itu.
"dia memang aneh, tapi otaknya sangat brilian, sama seperti namanya Berlian" jawab Zain.
"apa? namanya Berlian? ya ampun nggak banget deh sama orangnya" Eva kembali menertawakan Lian.
"dengar Zain, apa kamu tidak malu punya karyawan norak kayak dia, gadis itu pantesnya jualan di pasar-pasar gitu, nggak pantas dia kerja kantoran" Eva terus saja menghina Lian.
"sudahlah, aku tidak mau membicarakannya" sahut Zain sambil duduk di kursi direktur nya.
BERSAMBUNG
❤️❤️❤️❤️
Zain Abimanyu, sosok playboy yang menjadi suami Berlian, hingga akhirnya ia jatuh cinta pada istrinya sendiri
Berliantina Febrianti, gadis berparas ayu, penampilan awal Lian yang sangat kampungan, tak menyurutkan niat Lian untuk membuat sang suami jatuh cinta, kini ia telah bertransformasi menjadi gadis pujaan Zain.
Visual hanya penyemangat ya...😊
Lian segera masuk keruangannya , dengan sangat gugup ia berusaha menenangkan dirinya, ia mengambil segelas air minum diatas mejanya, dan segera meminumnya sampai habis.
"Lian, kamu kenapa?" Lita yang tiba-tiba datang terkejut melihat wajah Lian yang dipenuhi oleh keringat, Lian menggelengkan kepalanya, berusaha meyakinkan Lita bahwa dia baik-baik saja.
"aku baik-baik saja kok" Lian menjawabnya dengan tersenyum.
Lita merasa ada yang ganjal dengan tingkah Lian yang tampak berbeda hari ini, Lian masih terlihat cemas, ia takut bila Zain akan memecatnya, karena ulahnya yang sudah lancang masuk ke ruangan Direktur tanpa izin.
Lita mulai mendekati Lian, ia memaksa Lian untuk bicara yang sebenarnya, lantas Lian mulai menceritakan apa yang sudah ia lihat dan ia dengar, Lian bercerita bahwa waktu itu ia tak sengaja masuk keruangan pak Zain, ia melihat dua insan yang sedang bermesraan dalam satu ruangan, yang tak lain adalah Zain dan seorang perempuan, dan Zain mencium bibir si perempuan itu.
Lita berusaha menenangkan teman sekantornya itu.
"aduh, gimana ini!" Lian masih tampak cemas, sesekali ia menyeka keringat yang ada di dahinya dengan lengan bajunya, sehingga membuat Lita berkerut kening.
"kamu kenapa sih Lian? gugup gitu?"
Lian terus menghela nafas panjangnya.
"aku...aku... melihat pak Zain bersama dengan seorang perempuan, didalam ruangannya" seru Lian terbata-bata.
"lantas, memangnya kenapa?" tanya Lita heran.
"mereka berciuman Lita!" Lian membulatkan matanya saat mengatakan itu pada Lita.
"hah ... berciuman, halah...itu sih sudah biasa, pak Zain memang suka gitu, playboy kelas kakap" jawab Lita berbisik pada telinga Lian.
Lian bergidik saat Lita mengatakan itu padanya.
*******
waktunya pulang jam kantor, Lian segera mengemasi berkas-berkas penting, dan bersiap-siap untuk pulang, ia berjalan menuju luar ruangannya, tiba-tiba ia bertemu Zain yang juga hendak pulang.
Dengan menundukkan kepalanya, Lian terus berlalu tanpa menatap wajah Zain, ia masih takut menghadapi Zain, Lian lewat didepan Zain dengan sangat ketakutan, ia takut kalau bosnya itu marah kepadanya.
"tunggu"
tiba-tiba suara berat itu memanggilnya, dan gadis lugu itupun terpaksa menghentikan langkahnya, Zain kemudian menghampiri gadis yang gemetaran itu.
"apa yang kau lihat tadi, tidak akan pernah kau alami, gadis jelek sepertimu, mana ada pria yang mau mendekati" ucap Zain sembari berlalu dan menertawakan Lian.
Lian hanya bisa terdiam saat Zain menghinanya, ia menghela nafas panjang, lantas ia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
******
Sesampainya di rumah, Lian disambut oleh Halimah ibunya, dengan sedikit ragu Halimah menghampiri Lian yang sedang duduk di kursi menyandarkan kepalanya yang pusing.
"Lian...ibu mau bicara sama kamu" seru Halimah.
"ada apa Bu?" jawab Lian sembari membenarkan posisi duduknya.
"Minggu depan kau harus menikah" seru ibunya sembari menatap Lian penuh makna.
"ibu ngomong apa sih? Lian akan menikah?" tanya Lian tidak percaya, lantas Halimah menjelaskan tentang surat wasiat yang menyebutkan Lian harus menikah dengan cucu Almarhum kakek Surya, yang tak lain adalah kakeknya Zain.
Lian sangat terkejut tentang apa yang diucapkan Halimah kepadanya, menikah dengan seorang Direktur yang sudah menghinanya, itu adalah hal yang tersulit yang pernah Lian hadapi, lebih baik ia tak menikah dengan siapapun, daripada dia harus menikah dengan pria yang playboy seperti Zain, apalagi Zain sudah sangat menyakiti hatinya.
Mau tidak mau Lian harus menerima perjodohan ini, daripada dia harus mengecewakan ibunya.
******
Di kediaman Zain Abimanyu.
"Zain, kau sudah pulang!" sapa Rosa pada anak laki-lakinya itu.
"iya Mam... Zain mau keatas dulu, mau mandi" tukas Zain sembari melangkahkan kakinya menaiki tangga.
tiba-tiba Rosa memanggilnya.
"Zain, setelah ini mami mau bicara sama kamu"
Zain menoleh pada Rosa, ia mengerti apa yang akan dibicarakan Rosa kepadanya, pasti tentang perjodohannya dengan gadis dalam wasiat Almarhum kakeknya.
"Zain malas Mam, kalau ngebahas perjodohan itu" ungkap Zain dengan nada kesal, lantas ia segera naik ke tangga menuju kamar tidurnya.
Setelah beberapa menit, Zain turun dan bergabung di meja makan.
"Zain... Minggu ini pernikahanmu akan segera dilaksanakan" seru Rosa serius, dan Zain benar-benar terkejut.
"Mam... apa pernikahan itu bisa dibatalin, aku nggak mau menikah dulu Mam!" sahut Zain.
"nggak bisa, hari pernikahanmu tidak bisa diundur, ini sudah wasiat dari kakek, kalau kamu tidak bisa memenuhi wasiat dari kakek, maka seluruh aset harta milik kakek akan dilelang dan tak akan dibagikan" ungkap Rosa.
"terus, aku harus menikah dengan gadis yang tidak aku kenal, bahkan wajahnya saja aku belum pernah melihatnya" protes Zain.
"Mami ngerti perasaanmu, tapi menurut Mami memang sebaiknya kamu lekas menikah, agar kebiasaanmu yang suka gonta-ganti pacar itu segera berakhir" tandas Rosa.
"tapi Mam...aku tidak tahu asal usul gadis itu, dari mana dia, anak siapa, terus dia sendiri seperti apa? masa aku harus menikah kucing dalam karung" Tutur Zain yang bersikeras menolak perjodohan ini.
"pokoknya mami nggak mau tahu, mami sudah mempersiapkan segalanya, kamu nggak bisa nolak" seru Rosa tegas.
tiba-tiba Brenda datang dan melihat adiknya kesal.
"kamu kenapa Zain? mukamu kayak kertas kusut gitu" seru Brenda memperhatikan Zain yang sedang merajuk, lantas Zain segera naik keatas.
"Zain kenapa sih Mam?" tanya Brenda sembari duduk disamping Rosa.
"Minggu depan Mami akan menikahkan adikmu dengan seorang gadis yang menurut Mami, ia gadis yang sangat tepat untuk Zain, lagipula perjodohan ini juga atas permintaan Almarhum kakek kalian" jelas Rosa.
"seorang gadis? kalau boleh tahu siapa dia Mam?" tanya Brenda sembari mengernyitkan keningnya.
"dia bukanlah gadis modern, dia gadis yang sangat sederhana, Berlian namanya, anaknya baik, penurut, Mami yakin dia akan merubah sikap Zain yang suka gonta-ganti pacar" tandas Rosa, dan Brenda menganggukkan kepalanya, pertanda ia menyetujui keputusan Rosa.
"kalau menurut Mami gadis itu, memang cocok untuk Zain, aku sih ikut aja apa kata Mami, karena aku tahu keputusan Mami tidak akan pernah salah" seru Brenda.
tiba-tiba Zoya datang menghampiri Rosa dan Brenda, Zoya adalah si bungsu dari tiga bersaudara, Brenda adalah kakak Zain dan Zoya.
"apa Mam? bang Zain mau dijodohin? ya ampun Mam, ini bukan zaman Siti Nurbaya kali" sahut Zoya yang juga tidak setuju Zain akan menikah.
"Zoya, ini sudah menjadi keputusan Mami, apalagi ini wasiat dari Almarhum kakek" jelas Rosa.
"tapi Zoya tidak suka dengan apapun yang berhubungan dengan perjodohan Mam, bang Zain pasti tidak tahu, dia bakal nikah sama siapa!" protes Zoya membela Zain.
"Mami sudah mengenal gadis itu, dia gadis yang baik, dan Mami yakin gadis itu akan membawa perubahan untuk Zain" ucap Rosa pada anak gadisnya itu.
"tetap saja Mam, pokoknya Zoya nggak setuju bang Zain harus menikah karena dijodohkan, titik" Zoya berlalu meninggalkan Brenda dan Rosa.
"Zoya... Zoya.... tunggu!" seru Brenda memanggil adiknya.
"sudah biarkan saja, Zoya masih belum dewasa untuk mengerti ini semua" ucap Rosa.
Brenda menggelengkan kepalanya pelan, melihat sikap adik bungsunya itu.
BERSAMBUNG
🔥🔥🔥🔥
Pagi ini Zain dan Berlian akan melaksanakan pernikahannya disebuah gedung mewah yang sudah dipersiapkan oleh Rosa, Zain dengan wajah masamnya tetap mengikuti perintah sang Mami, dengan memakai setelan jas berwarna putih, Zain nampak gagah dan tampan sekali, wajah maskulinnya berhasil menggaet banyak gadis cantik, tapi tak satupun yang yang dianggapnya serius, semua wanita yang mendekatinya ia anggap hanya mainan saja, hingga akhirnya masa lajangnya harus ia lepas kepada seorang gadis yang bernama Berlian.
sesekali Zain melihat kearah jam tangannya, ia menunggu calon pengantin nya cukup lama.
"lama banget sih!" gumam Zain kesal.
"sabarlah Zain sebentar lagi calon istrimu akan datang" Rosa berusaha menenangkan Zain.
setelah beberapa menit.
"aaahhh....ini sudah terlalu lama Mam, lebih baik aku pergi saja bersama Ken dan Barry" ujarnya kesal sembari beranjak pergi.
"Zain...Zain...kamu mau kemana?" seru Rosa sembari meraih tangan Zain.
Zain berhenti tatkala Rosa menghadang jalannya.
"Zain, kau mau mami malu dihadapan orang-orang, ayolah Zain demi kakekmu, lakukanlah perintah mami" ungkap Rosa dengan nada memelas.
Zain tidak tega melihat ekspresi Rosa yang menyentuh hatinya, akhirnya terpaksa ia kembali duduk didepan penghulu sembari menunggu Lian datang.
******
Lian sudah siap untuk pergi ketempat pernikahannya, dengan gaun berwarna putih gading, Lian terlihat lebih anggun dan terlihat menawan dari penampilan biasanya, sang makeup artist berhasil membuat penampilan Lian berubah, sehingga orang yang pernah melihat wajah Lian pasti pangling dibuatnya.
Lian menatap wajahnya pada cermin, ia melihat dirinya yang memakai baju pengantin saat ini, Lian tidak habis pikir, baru sebulan yang lalu ia bertemu dan bekerja di perusahaan Zain, hingga kejadian terakhir yang paling ia ingat adalah ketika memergoki Zain berciuman dengan seorang perempuan didalam ruang kantornya, yang membuat bosnya itu menghinanya habis-habisan.
"Lian, ayo nak, mobilnya sudah datang" ucap Halimah sembari menyentuh pundak Lian.
"iya Bu" jawabnya pelan.
Lian beranjak ke mobil yang sudah disediakan untuknya, dengan langkah yang sedikit bimbang, Lian harus segera datang, karena Zain pasti sudah menunggunya disana.
"apa yang harus kulakukan, saat pak Zain mengetahui siapa saya!" gumamnya dalam hati.
Lian masih belum siap saat Zain melihat wajahnya nanti, sehingga ia menutupi wajahnya dengan cadar, ini akan membuatnya sedikit tenang bila berhadapan dengan Zain.
setelah beberapa menit, mobil rombongan pengantin putri telah tiba ditempat tujuan, Rosa menyadari kedatangan Lian dan ibunya, ia menyambutnya dengan gembira, berbeda dengan Zain, yang tidak peduli sama sekali dengan kedatangan calon istrinya tersebut, wajahnya tetap acuh tak menghiraukan siapapun yang datang.
"ayo... duduklah disebelah Zain" seru Rosa memapah Lian, dengan perasaan yang campur aduk, Lian memberanikan diri untuk duduk disebelah Zain.
setelah semua sudah siap, penghulu memulai acara akad nikah tersebut.
sejenak Zain terkejut saat penghulu menyebut nama calon mempelai wanita dengan "Berliantina Febrianti"
"bukankah itu nama gadis jelek yang bekerja di kantorku" gumam Zain bimbang.
"ah... tidak mungkin, ada banyak orang yang memiliki nama seperti itu" sambungnya meyakinkan.
hingga akhirnya.
"saaaahhh..." segenap saksi dan tamu undangan bersamaan mengatakan itu.
Zain dan Berlian akhirnya resmi menjadi suami istri.
setelah proses akad nikah berjalan lancar, Zain langsung keluar dari gedung pernikahan nya.
"Zain, kamu mau kemana? ini belum selesai, Zain" teriak Rosa memanggil anaknya.
"Zain, mau pergi Mam, akad nikah sudah selesai, tugas Zain sudah selesai, Mami urus saja gadis itu, Zain muak melihat mukanya" ucap Zain sembari melangkahkan kakinya keluar gedung.
seluruh tamu undangan dibuat cengang oleh ucapan Zain, Lian tidak bisa menyembunyikan kesedihannya, meskipun dibalut dengan makeup yang tebal, matanya berkaca-kaca saat Zain bilang muak melihat mukanya, padahal Zain belum melihat wajah asli Lian, karena terhalang oleh cadar yang menutupi sebagian wajahnya, ia tak bisa membayangkan jika Zain melihat siapa istrinya yang sebenarnya.
"Lian, jangan diambil hati ucapan Zain, dia masih butuh waktu untuk menerima perjodohan ini, Mami yakin suatu hari nanti, Zain pasti bisa menerimamu" hibur Rosa pada mantu pilihannya itu.
"i...iya" jawabnya pelan.
akhirnya Lian merayakan pernikahannya tanpa didampingi suaminya, Zain malah pergi ke Cafe bersama teman-temannya.
"hai Zain, bukannya hari ini kamu menikah ya" seru Ken sambil menepuk pundak Zain.
Zain hanya diam tanpa arti, ia lebih menikmati minum segelas cocktail daripada menjawab pertanyaan Ken yang membuatnya tidak semangat.
"Zain, katakan padaku, bagaimana gadis pilihan ibumu itu, apa dia cantik? " tanya Barry menggoda.
"kalaupun dia cantik, mana mungkin Zain sampai meninggalkannya dimalam pengantin" sahut Ken.
"pasti istrinya tidak sesuai harapan nya, dapat bebek si buruk rupa" Ken dan Barry tertawa.
"bisa diam tidak, kalian malah membuatku semakin pusing saja" ucap Zain dingin.
******
Acara resepsi telah selesai, Rosa menunjukkan kamar mereka berdua, kamar pengantin yang sudah dihiasi penuh dengan bunga mawar yang indah.
"terimakasih Mam, Mami baik sekali" ucap Lian tersenyum.
"Lian, Mami berharap, kamu bisa membuat Zain berubah" ucap Rosa penuh harap.
"Lian akan berusaha menjadi istri yang baik untuk mas Zain, Lian janji sama Mami" seru Lian.
Lian memasuki kamar pengantin mereka, desain yang sangat romantis, Rosa sengaja menghias kamar pengantin Zain dengan penuh taburan bunga-bunga.
"indah sekali" seru Lian sembari duduk diatas ranjang yang bertabur bunga mawar itu.
sejenak Lian melihat kearah jam, tepat pukul 10 malam namun Zain belum juga tiba, Lian segera membersihkan dirinya karena aksesoris pengantin membuat dirinya merasa tak nyaman.
Ia berganti baju daster ala emak-emak, itu kebiasaan sehari-hari nya, sebelum tidur ia pasti memakai daster, dengan rambut yang digulung keatas, membuat siapa saja yang memandangnya, pasti dikira asisten rumah tangga.
sembari menunggu Zain pulang, Lian merapikan barang-barangnya kedalam lemari, tiba-tiba Zain membuka pintu, ia sangat terkejut melihat seorang wanita yang berpenampilan yang jauh dari kata menarik, Lian yang belum menyadari kepulangan Zain, masih saja ia sibuk dengan memasukkan baju-bajunya kedalam lemari.
"ngapain kamu disitu? kamu pembantu baru ya disini?" Zain bertanya sembari memperhatikan Lian yang belum menatap wajahnya.
"deg"
"ya Tuhan, dia sudah pulang" gumamnya dalam hati
Lian masih diam mematung, ia sangat gugup, kali ini ia menghadapi Zain bukan sebagai bos, tapi sebagai suaminya.
"hei...telingamu tuli ya, aku bicara sama kamu" seru Zain dengan nada mulai meninggi.
perlahan Lian membalikkan badannya kearah Zain.
"ma...maaf suamiku"
Zain membulatkan matanya sempurna, seperti dihantam batu yang besar, saat dirinya mendengar Lian menyebutnya dengan sebutan suamiku.
"ngapain kamu disini!" ucap Zain sembari menunjuk wajah Lian.
"sa ...sa...saya adalah istrimu mas Zain" jawab Lian penuh ketakutan.
"haaaaa....sial" umpat Zain sembari memukul-mukul tembok.
Lian mendekati Zain yang nampak berantakan.
"mas Zain ..." ucap Lian pelan.
"jangan sebut namaku, aku tidak sudi kamu menyebut namaku, aku benar-benar tidak menyangka ternyata gadis jelek, norak sepertimu harus mendampingiku, hoo...ya ampun mimpi apa aku semalam, benar-benar sial" Zain menyesali.
Lian diam mematung, saat Zain mulai mengitarinya, Zain tersenyum sinis melihat penampilan buruk istrinya, memakai daster lusuh, muka penuh jerawat, rambut yang digulung asal, membuat Zain semakin eneg melihat penampilan istrinya itu.
"lihat dirimu, apa kamu pernah berkaca, bahwa Zain Abimanyu adalah seorang direktur, dan Kamu hanya bebek si buruk rupa, aku heran kenapa mami mau merestui pernikahan ini" ucap Zain dengan wajah yang penuh kesal.
"dengarkan aku, kau tidak perlu bermimpi untuk aku cintai, melihat wajahmu saja, mataku sangat sakit" seru Zain sambil berlalu meninggalkan kamar mereka.
Berlian bersimpuh, sesekali buliran bening jatuh dipipinya.
"seburuk itukah aku, Zain Abimanyu, suatu hari kau akan menyesal dengan apa yang kau katakan padaku" ucapannya lirih sembari menundukkan wajahnya
BERSAMBUNG
🔥🔥🔥🔥🔥
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!