Sambara Ganendra Giandra nama lengkap pria tampan berusia 28 tahun, putra dari Daniswara Ghani Giandra dan Alexandra Georgina Cabbot, cucu dari Abimanyu Giandra dan Adara Utari. Bara adalah panggilannya memiliki seorang adik perempuan bernama Danisha Gayatri Giandra yang baru saja menikah dengan Iwan Aradhana.
Bara sendiri lebih memilih profesi sebagai seorang fotografer flora dan fauna dibandingkan mengambil alih perusahaan milik Ogannya, Abi. Sejak awal, pria tampan itu memilih untuk kuliah di Royal Arts yang merupakan almamater Yuna Pratomo Blair, besan sang Daddy.
Jiwa seni dan artistiknya yang tercurah di karya-karyanya, membuat pihak National Geographic tertarik menggunakan jasanya dan ternyata sudah sepuluh tahun Bara bekerja dengan pihak NG. Sudah tidak terhitung berapa banyak penghargaan yang diperoleh Bara di berbagai lomba foto.
Hampir semua negara sudah Bara kunjungi dan tak heran jika Ghani sedikit khawatir dengan anak Sulungnya membuatnya teringat ketika tetap kekeuh menjadi detektif bahkan beberapa kali terkena tembak dan ada yang nyaris merenggut nyawanya. Namun putranya benar-benar fotokopi dirinya yang keras kepala.
Sekarang Bara terbang ke Bali untuk memotret jalak Bali di habitatnya dan penangkaran penyu serta beberapa binatang lainnya untuk dimasukkan ke dalam katalog National Geographic bulan Desember.
Sesampainya di bandara Ngurah Rai, dia bertemu dengan beberapa koleganya dan mereka pun menuju tempat penginapan yang sudah disiapkan dan disediakan oleh pihak NG.
Menurut rencana, mereka semua akan berada di Bali selama dua Minggu. Dan Bara sangat menikmati bekerja seperti ini, bebas tanpa terikat waktu seperti layaknya orang kantoran hanya dikejar deadline. Meskipun Bara bukan cucu kandung dari Yuna Pratomo, namun semua minat di bidang seni dan art, dia persis dengan singa betina Pratomo itu.
Hanya saja, Bara tidak sesavage cucu kandung Yuna, Kaia Blair O'Grady. Bara masih kalem jika dibandingkan dengan adik sepupunya itu. Seperti halnya keluarga besarnya, Bara pun mampu bela diri dan menembak. Bara memilih bela diri Eskrima dan pencak silat sebagai bela dirinya seperti sang mama.
Meskipun dirinya tidak mengalir darah klan Pratomo, namun karena Tantenya Rhea menikah dengan Duncan Blair, mau tidak mau dirinya otomatis ikut klan yang terkenal pengusaha dingin. Memang rata-rata para keturunan Pratomo dikenal dingin dan kejam namun jujur dalam berbisnis tapi jangan harap akan menemukan itu jika semua keluarga besar berkumpul. Tidak ada jaim karena yang ada adalah kegesrekan diantara mereka.
Bara sangat bersyukur lahir di keluarga yang harmonis dan guyub saling menyayangi dan menghormati satu sama lain.
***
"Bara, jadinya kita pulang besok?" tanya Daniel, perwakilan dari National Geographic.
"Jadilah! Sudah pesan helikopter kan?" sahut Bara sambil memasukkan kamera dan peralatan lainnya ke dalam tas ranselnya. Hari ini memang hari terakhir mereka di Denpasar.
"Mau ikut bro? Kita ke bar. Hari terakhir di Bali man!" ajak Daniel.
"Sorry bro. Aku mau istirahat, telpon kedua orangtuaku dan adikku" tolak Bara halus. Bukan Bara tidak pernah minum tapi hari ini dia sedang tidak ingin minum.
"Kamu memang family man" kekeh Daniel yang berkebangsaan Amerika.
Bara hanya tersenyum. "Duluan bro!" pamit Daniel.
"Jangan mabok D!" teriak Bara.
Bara lalu melakukan panggilan zoom ke kedua orangtuanya dan Danisha.
"Assalamualaikum Boy" sapa Ghani yang berada di ruang kerjanya di NYPD.
"Assalamualaikum anak Lanang" goda Alexandra di ruangannya.
"Wa'alaikum salam, papa, mama."
"Nisha belum nyambung ya?" tanya Ghani.
"Bikin cucu buat papa paling" cengir Bara.
"Apaan ih mas Bara nih!" sahut Danisha. "Assalamualaikum papa, mama."
"Assalamualaikum semua" sapa Iwan.
Wa'alaikum salam" sapa ketiganya.
"Mas Bara jadi pulang besok?" tanya Danisha.
"Insyaallah jadi dik" jawab Bara.
"Naik apa Ra?" tanya Ghani.
"Helikopter pa, sudah disiapkan pihak NG."
Alexandra dan Danisha tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak enak.
"Mas, pulang naik pesawat komersil saja gimana?" bujuk Danisha.
"Nggak papa dik, mas Bara sudah biasa naik helikopter."
"Iya, Ra. Naik pesawat komersil saja" timbrung Alexandra.
"It's okay Ma. Tenang saja" senyum Bara.
"Besok berapa orang Ra?" tanya Ghani.
"Aku, Daniel dan Henry plus pilot Rahmat."
"Ya udah, hati-hati saja."
"Iya pa."
***
Bara sudah siap dengan semua bawaannya, begitu juga Daniel dan Henry. Kini mereka naik mobil yang akan mengantarkan mereka ke bandara Ngurah Rai tempat helikopter yang akan mengantarkan mereka ke Jakarta.
Bara melihat langit yang cerah dan tersenyum. Bismillahirrahmanirrahim. Semoga perjalanan kami lancar dan selamat sampai Jakarta.
"Sudah siap semua?" tanya Rahmat si pilot.
"Kita nanti lewat jalur mana?" tanya Bara.
"Selatan lewat pantai-pantai indah jadi bisa sekalian dipotret."
Bara mengangguk.
Ketiganya pun naik helikopter dan Rahmat pun menyalakan mesin helikopternya dan Bara merasakan dirinya terangkat.
"Bye Bali!" seru Daniel.
***
Arya yang bagian menjemput Bara merasa bingung kenapa kakaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya dia menghubungi pihak bandara baik Soekarno Hatta dan Ngurah Rai serta Juanda namun kabar yang didapatnya membuatnya lemas.
Dengan tangan gemetar, dia menelpon papanya Gozali.
"Pa, Mas Bara kecelakaan" ucapnya dengan nada bergetar menahan tangis.
***
Praaannggg!
Gelas yang dipegang Danisha tiba-tiba terjatuh dan pecah. Astaghfirullah Al Adzim. Apa ini Ya Allah.
Mas Bara!
***
Ghani dan Alexandra baru saja selesai sholat tahajud ketika suara ponsel pria itu berbunyi. Terdapat nama 'Gozali' di layar.
"Assalamualaikum Goz. Ada apa?" tanya Ghani.
"Wa'alaikum salam. G, maaf menelpon mu dengan kabar tidak enak" ucap Gozali dengan nada bergetar.
"Apa itu Goz? Arya bikin ulah lagi?"
"Bukan, G. Bara kecelakaan."
Brugh!
"Lexaaaa!"
***
Danisha pun jatuh pingsan ketika Arya memberi kabar bahwa helikopter yang digunakan oleh Bara hilang di pantai selatan.
Iwan yang ditelpon oleh Yuri, bergegas menuju kantor pusat dan betapa terkejutnya ketika mendengar kakak iparnya mengalami kecelakaan dan helikopternya jatuh di pantai selatan.
"Apa kamu yakin Ya?" tanya Iwan.
"Yakin Wan! Ini aku dan papa akan segera ke Malang dan mulai mencari mas Bara. Danisha gimana?"
"Masih pingsan Ya. Ini aku lagi membawanya ke rumah sakit."
***
Rhea dan Kaia menjerit histeris ketika mendengar berita keponakan dan sepupunya mengalami kecelakaan dan belum ditemukan.
Duncan dan Rhett segera menghubungi Jaehyun dan Sofyan untuk membantu Gozali dan Arya karena Ghani, Alexandra dan Levi baru sampai lusa.
Abian dan Bryan pun berusaha mencari sinyal dari helikopter Bara dengan meminta kode kepada pihak bandara Ngurah Rai dan penyedia jasa sewa helikopter.
Arjuna dan Elang akan terbang bersama Aidan dari London untuk membantu pencarian sepupu mereka sedangkan para sepupu yang lain diminta stay jika dibutuhkan baru diminta terbang ke Indonesia.
Alexandra tak henti-hentinya menangis. Kamu dimana nak?
Jangan ditanya bagaimana hati Ghani. Hancur, rasanya nyawanya hilang separuh mendengar putra kesayangannya mengalami kecelakaan dan hilang. Boy, pulanglah. Kita berdebat lagi. Selamat ya Bara, papa nggak tahu sanggup atau tidak mendapatkan kenyataan ini. Ghani pun menangis bersama dengan Alexandra.
***
Yuhuuu Launching Bara yaaaa
Maaf kalau diluar ekspektasi.
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Gozali dan Arya bekerjasama dengan polisi air Indonesia, tim SAR dan para nelayan menyisir dari Malang, Blitar, Trenggalek hingga Pacitan menggunakan helikopter dan penempatan personel di masing-masing kota.
Berita hilangnya salah satu anggota keluarga konglomerat PRC group dan MB Enterprise membuat ramai pemberitaan dimana-mana apalagi nama Bara juga dikenal sebagai fotografer terkenal dan Daniel serta Henry adalah editor National Geographic.
Dua hari mereka menyisir, hanya ditemukan beberapa barang-barang tercecer. Ghani, Alexandra dan Levi yang tiba di Malang hanya bisa saling berpelukan melihat hasil penemuan selama dua hari ini.
Ada tas backpack, sepatu, tas kamera yang bertuliskan 'Bara Giandra'. Alexandra langsung menangis histeris melihat tas kamera milik putranya. Levi hanya bisa menatap sendu melihat barang milik sepupunya.
Rhett dan Duncan berada di Pacitan, Arjuna dan Aidan berada di Blitar sedangkan Elang bersama Arya dan Gozali di Trenggalek karena menurut penyelidikan Abian dan Bryan, posisi helikopter ketika jatuh terseret arus jika dilihat dari kode sinyal yang mereka lacak.
Hari ketiga pencarian, ditemukan sesosok mayat pria yang teridentifikasi sebagai Daniel, editor NG yang dapat dilihat dari dompet yang terkunci di celananya.
Bersamaan dengan ditemukannya jenazah Daniel di Trenggalek, ditemukan juga tas milik Bara. Alexandra pingsan kesekian kalinya dalam pelukan Ghani dan Levi.
Sementara itu nelayan di perbatasan Malang dan Blitar menemukan sesosok jenazah yang tidak dapat dikenali dan Alexandra bersedia mengautopsi sesampainya di Malang.
Hingga hari ketujuh pencarian, tiga jenazah sudah ditemukan tapi tidak ada Bara disana. Kesimpulan polisi Bara tidak bisa melepaskan diri dari sabuk pengaman dan ikut tenggelam bersama dengan helikopter naas itu.
Ghani dan Alexandra beserta keluarga besar harus menerima kenyataan bahwa salah satu anggota keluarga mereka telah tiada meskipun jenazahnya tidak diketemukan.
Iwan harus menghibur istrinya Danisha agar tidak mengalami depresi apalagi dia tahu bagaimana dekatnya Bara dan Danisha.
Ghani dan keluarga besarnya membantu pihak National Geographic untuk mengurus jenazah para editor yang menjadi korban. Ucapan belasungkawa datang dari semua kolega, sahabat dan rekan bisnis keluarga besar.
Setelah mengadakan tabur bunga, Ghani dan Alexandra bersama keluarga besar kembali ke negara masing-masing. Ghani berencana mengajukan pensiun dini untuk tinggal di Jakarta sambil berharap ada keajaiban putranya pulang dalam keadaan hidup.
***
Seorang gadis berambut panjang bersama dengan pria paruh baya sedang mencari kerang di sebuah pinggir pantai daerah Pacitan yang terkenal dengan keindahan pemandangan lautnya.
Ketika dia sedang berjalan ke arah dekat batu karang, tampak sesosok tubuh tersangkut disana. Matanya menatap horor ke arah sosok itu.
"Ayah! Ayaaaahhh!" teriaknya.
"Apa Rum?" seru pria paruh baya itu.
"Ada mayat!" jeritnya.
Pria itu segera menghampiri putrinya dan melihat sesosok pria yang terdampar di batu karang. Pria paruh baya itu menghampiri sosok tubuh itu dan memegang nadi di tangan dan leher. Terasa ada denyutan meskipun pelan.
"Rum, bantu Ayah! Pria ini masih hidup!"
***
Kedua ayah dan anak itu menggotong tubuh pria itu ke pinggir pantai dan melihat wajahnya terdapat banyak luka yang disebabkan kena karang, begitu juga dengan tangan dan kakinya.
Gadis itu melihat bahwa kemungkinan kakinya patah.
"Arum, kamu tunggu sini, ayah akan minta bantuan untuk menggotong pria ini" ucap si ayah.
"Ayah mau minta bantuan siapa?" tanya gadis yang dipanggil Arum.
"Tadi di musholla ada orang. Ayah panggil dulu."
Arum memperhatikan pria yang terkapar di hadapannya. Kok bisa terdampar disini? Apa jatuh dari perahu?
Arum yang duduk di sebelah pria itu semakin penasaran dengan identitas si tampan ini. Tangannya hendak terulur memegang wajahnya tapi suara ramai-ramai membuatnya mengurungkan niatnya.
"Pak Ricky, meniko sinten? ( itu siapa )?" tanya seorang warga.
"Kayaknya ada orang jatuh dari perahu. Bawa saja ke rumah pak" jawab pria yang dipanggil Ricky.
Keempat pria yang dipanggil oleh Ricky pun membawa pria itu ke sebuah pondok sederhana diikuti oleh Arum dan Ricky.
***
"Rum, kamu mulai periksa ya" perintah Ricky sambil membawa tas dokter milik Arum.
"Baik ayah." Arum dengan cekatan memeriksa tubuh pria itu yang sudah dibuka kaosnya oleh ayahnya. Tubuhnya penuh dengan luka-luka, dan Arum meraba ada sekitar tiga tulang rusuk yang patah.
Setelahnya dia memeriksa kedua tungkai milik pria itu dan sesuai dengan dugaannya, kakinya mengalami patah.
Ricky dan Arum mulai mengobati pria malang itu hingga siang menjelang.
***
Kini keduanya sedang makan siang dengan menu sederhana nasi,ikan asin, sayur asam, sambal dan kerupuk pasir. Ricky sangat menikmati hidup di dusun kecil di daerah Pacitan ini, selain dekat dengan laut, dia merasa damai setelah tugasnya selesai di Delanggu.
Ricky pindah kemari sekitar sepuluh tahun lalu setelah istrinya meninggal. Dia hanya hidup berdua dengan putri tunggalnya Arum yang waktu itu berusia 13 tahun.
Arum adalah gadis cerdas. dia sudah menjadi dokter di usia 22 tahun dan memutuskan membuka klinik di dusun ini untuk membantu para warga yang kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan. Kini di usia 23 tahun, Arum mulai dikenal sebagai dokter di daerah tempat mereka tinggal.
"Rum, bagaimana hasil pemeriksaan nya?" tanya Ricky.
"Patah kaki di pergelangan sebelah kiri, tulang rusuk patah tiga di dada kanan, cidera berat di kepalanya. Kemungkinan pria ini akan mengalami amnesia, Ayah."
"Dia akan hidup kan?" tanya Ricky.
"Insyaallah. Dia memiliki fisik bagus, terawat dan suka olahraga" jawab Arum apa adanya.
"Kita tunggu sampai dia sadar. Infusnya masih kan?"
Arum mengangguk. "Luka-luka di tubuhnya tidak konsisten dengan jatuh dari perahu, ayah."
"Apa maksudmu, Rum?"
"Tampaknya dia jatuh dari tempat tinggi."
Ricky tampak berpikir. "Dari tebing maksudmu?"
"Kemungkinan Yah, tapi itu kan baru dugaanku."
"Apa dia korban percobaan pembunuhan?" gumam Ricky yang membuat Arum melongo.
"Ayah tuh mikirnya kejauhan! Bisa jadi kepleset jadi kecelakaan. Kan ayah tahu banyak turis di wilayah sana. Hanya sini saja yang wilayahnya masih asri belum banyak turis!" Arum suka sebal dengan ayahnya yang sering berotak kriminal.
"Lho ayah kan hanya mengira-ngira Rum" eles Ricky.
"Sudah ah! Ayah tuh mending bantu bapak-bapak kerja bakti bersihin got, bukan disini sama nemenin Arum cari kerang tadi" kekeh Arum.
"Hati-hati ya sayang. Hanya kamu milik ayah yang paling berharga." Ricky mencium kening putrinya.
"Aman Yah. Tenang saja."
Ricky pun keluar dari rumah itu menuju musholla kecil dimana para bapak-bapak berkumpul.
Arum lalu membereskan meja makan dan mencuci peralatannya. Setelah bersih, gadis itu lalu memeriksa infus yang dia pasang.
Gadis itu menatap wajah pucat yang tertidur di dipan ruang tengah. Setelah dibersihkan, ternyata wajahmu cakep juga.
***
Yuhuuu Up Pagi Yaaaa
Ada yang inget Ricky nggak? Kalau ada, cakep!
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Hampir dua hari pria itu belum bangun dan selama itu pula Arum dengan telaten merawatnya. Dan para warga pun tidak ada yang mengenalnya ketika Ricky memberikan foto pria.
"Kayaknya bukan orang sini deh pak Ricky" jawab salah satu warga.
"Apa bapak mau mau woro-woro kemana-mana biar ada yang tahu?" tawar warga lainnya.
"Sementara jangan dulu pak, biar dia pulih dulu. Semoga juga tidak amnesia sebab bisa repot kita karena tidak ada tanda pengenal di badannya."
***
Arum masih asyik membaca novel romantis medical ketika mendengar suara erangan yang berasal dari pria itu. Bergegas gadis cantik itu menghampiri dan tampak pria membuka matanya. Arum terpesona dengan warna mata hitam pasiennya.
"In...I...dimana..." tanyanya pelan.
"Di dusun sendang kulon" jawab Arum.
"Di... mana itu?" tanyanya lagi.
"Pacitan."
Pria itu memegang kepalanya. "Shi*t kepalaku sakit!" desisnya.
"Jangan bergerak dulu. Tulang rusukmu juga patah begitu juga dengan kakimu" Arum menahan tubuh pria itu yang hendak bangun.
"Oh crap! Bagaimana... aku bisa disini?"
"Aku dan ayah menemukan mu di batu karang. Kukira kamu sudah mati tapi ayah menemukan nadimu masih ada."
"Sudah berapa lama...?"
"Dari hari pertama aku menemukanmu? Ini hari ketiga kamu pingsan tapi entah sebelumnya." Arum menatap wajah itu. "Apakah kamu tahu siapa dirimu?"
Pria itu mengerjapkan matanya dan dahinya tampak mengerenyit. "Aku...aku tidak ingat..."
"Kamu tidak ingat namamu?" tanya Arum lagi. Pria itu mengangguk pelan.
"Damn! Bagaimana...kalau keluargaku mencari... Bagaimana..." pria itu tampak panik.
"Ssshhh... pelan-pelan. Kamu baru saja sadar." Arum mengambilkan gelas berisi air mineral yang diberikan sedotan. "Minum dulu."
Pria itu pun patuh dan meminumnya.
"Aku menemukan ini" Arum menunjukkan sebuah gelang perak. "Di balik gelang ini ada terukir inisial 'BG'. Apakah itu namamu?"
Pria itu menatap wajah Arum. "Apakah aku memakainya?"
Arum mengangguk. Pria itu menghela nafas panjang. "Mungkin itu inisial namaku karena aku benar-benar tidak ingat."
Arum tersenyum. "Bagaimana kalau kamu aku panggil 'Bambang'?"
Pria itu tercekat seperti teringat sesuatu.
"Kamu kenapa?" tanya Arum khawatir. Pria itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Aku terbayang sesuatu, banyak orang dan saling bercanda tapi aku tidak ingat apa itu."
"Baik mas Bambang. Sementara aku panggil itu dulu ya biar gampang dan semoga ingatan mas bisa kembali."
"Aamiin. Kalau boleh tahu, nama kamu siapa?"
"Arum. Arum Banowati."
***
Ricky masuk ke dalam rumah dan mendengar suara orang bercakap-cakap dan tampak pria itu sudah sadar dalam posisi setengah duduk sedang disuapi oleh putrinya.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar" ucap Ricky.
"Alhamdulillah. Terimakasih atas bantuan bapak dan dokter Arum" ucap pria itu sopan.
Ricky mengangguk. Meskipun masih belum sehat tapi pria ini memiliki pendidikan etika yang baik.
"Gimana, Rum? Dia bisa mengingat siapa dirinya?" tanya Ricky.
"Seperti dugaanku, Yah, mas Bambang amnesia" jawab Arum.
"Bambang?" tanya Ricky.
"Waktu kita membawa mas Bambang kemari, kan dia memakai gelang perak dan dibelakangnya ada inisial 'BG' terus daripada aku bingung manggilnya, ya ta panggil 'Bambang' saja, kan sesuai inisial" cengir Arum.
Iya bener juga, plus siapa tahu namanya juga Bambang. Kan kita tidak tahu - monolog Ricky.
"Saya Ricky dan ini putri saya Arum Banowati" senyum Ricky.
"Terimakasih atas pertolongan Pak Ricky dan Arum" Bambang mengangguk hormat.
"Sementara kamu tinggal disini dulu sampai kamu benar-benar pulih. Nanti kita bantu mencari keluargamu."
"Terimakasih."
***
Seminggu sudah Bambang dirawat oleh Arum dan semakin hari kondisinya semakin membaik. Dibantu oleh sang ayah, Arum membuat gips untuk kaki Bambang, bahkan Ricky membuatkan kruk untuk berjalan dari besi dan bantalan sofa bekas.
Bambang kagum dengan kreativitas yang dimiliki Ricky bahkan tertarik membantu jika sudah sembuh sampai dia mengingat siapa dirinya.
***
Dua bulan berlalu...
Ghani dan Alexandra benar-benar memutuskan pensiun dini dari NYPD dan rumah sakit forensik New York dan tinggal di mansion Giandra peninggalan Abi dan Dara.
Semenjak hilang dan diputuskan Bara meninggal, Ghani seperti kehilangan semangat hidup. Kebiasaan Bara yang selalu meledeknya lewat pesan atau zoom, kini tidak ada lagi.
Belum hilang kesedihan kehilangan Bara, Ghani dan Alexandra harus menerima berita duka dari Danisha. Janin yang baru berusia empat minggu dikandungnya tidak dapat bertahan karena Danisha terlalu stress kehilangan kakaknya.
Berita sedih itu pun menjadi perhatian semua keluarga besar apalagi para sepupu Danish yang saling menguatkan dan mensupport wanita itu. Bahkan Sabrina akhirnya kembali memegang AJ Corp sampai Danisha stabil emosinya.
***
Dua bulan Bambang berada di dusun yang damai dan asri. Bagaimana tidak, mereka tinggal di kawasan hijau perkebunan dan hanya kurang dari satu kilometer sudah menemukan pantai.
Para penduduk disana kebanyakan menjadi petani cabai, singkong dan hasil bumi lainnya. Beberapa juga menjadi nelayan dan menjualnya melalui koperasi yang dibuat oleh Ricky.
Ajaran dari Yudhi alias Kim Hyun-ji selama dia mengawal di Delanggu benar-benar dia terapkan di kehidupan sehari-hari. Setelah Yudhi meninggal, dia memberikan warisan untuknya dan Sofyan. Sofyan yang memang jatuh cinta dengan Sabrina Akandra akhirnya menikah dan menetap di Solo.
Ricky memutuskan berpetualang dan permintaan Bryan Smith untuk kembali ke MB Enterprise ditolaknya karena dia sudah jatuh cinta tinggal di Indonesia. Ketika di Surabaya, Ricky bertemu dengan seorang gadis asal Jogja yang bekerja sebagai dokter di sebuah klinik umum. Keduanya jatuh cinta dan menikah. Ricky mengikuti istrinya dinas di kota Batu. Disana Arum lahir.
Ketika Arum berusia 13 tahun, istri Ricky mengalami kecelakaan usai menolong pasiennya yang tinggal agak pelosok. Seminggu dirawat, sang istri meninggal dunia. Setelahnya Ricky memutuskan pindah dari Batu ke Pacitan dan tinggal disana hingga sekarang.
"Buat apa pak?" tanya Bambang yang sekarang sudah mulai belajar berjalan.
"Ini lho B, kumpulin batok kelapa buat masak. Kamu kan tahu, kompor nya masih pakai tungku" kekeh Ricky.
"Kenapa nggak pakai gas?"
"Dusun kita banyak bahan baku murah meriah nggak usah bayar. Daripada jadi sampah, mending jadi bahan bakar" ucap Ricky.
Bambang pun manggut-manggut. "Arum kemana ya, kok dari tadi belum pulang."
"Membantu ada warga melahirkan" jawab Ricky.
"Putri bapak benar-benar hebat" puji Bambang.
"Sayang, ibunya tidak bisa melihat bagaimana putrinya sekarang karena waktu Arum SMP, istriku meninggal karena kecelakaan setelah menolong pasien."
"Ibunya Arum pasti melihat dari surga dan dia merasa bangga dengan bapak dan Arum" senyum Bambang.
"Aamiin. Eh ya B, apa kamu suka teringat sesuatu?" tanya Ricky.
"Terkadang aku melihat ada sepasang suami istri tapi beda ras, yang pria Asia sedangkan yang wanita bule. Lalu ada seorang gadis seumuran Arum tapi bule... Hanya saja wajahnya tidak jelas."
"Keluargamu mungkin?"
Bambang hanya mengedikkan bahunya. "Mungkin. Rasanya aku ingin mengingat semuanya!"
"Be patient."
Bambang mengangguk.
***
Yuhuuu Up Lagi Yaaaa
Sekali-kali bikin cerita melow... Muaap
Udah tahu kan siapa Ricky? 😁😁😁
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!