Seorang wanita cantik nan anggun berjalan cepat setengah berlari menyusuri lorong rumah sakit, nafasnya terengah. Terdengar bunyi nyaring sepatu beradu dengan lantai keramik rumah sakit.
Sesekali langkahnya terhenti untuk menarik nafas. Keringat membasahi keningnya. Dan punggung belakang baju cokelat yang dia kenakan juga terlihat basah.
Memegang rok dan mengangkat sedikit untuk mempermudah jalannya. Tubuh tinggi dan langsing, serta hijab warna senada yang menghiasi mahkotanya menambah anggun wanita berumur 24 tahun ini.
Siti khairunnisa. SPd, nama yang terpampang di name tag yang tersemat didada sebelah kanan.
Anggun jalannya walau dalam keadaan panik, menarik perhatian beberapa orang yang berpapasan dengannya. Ada yang bahkan dengan jelas memperhatikan wajahnya dengan seksama, kemudian berlalu sambil tersenyum.
Pikiran panik dan cemas tergambar jelas disana sehingga dia acuh terhadap sekitarnya. Tidak peduli beberapa pria muda yang memperhatikan dengan tatapan tidak biasa. Dia terus berjalan dengan setengah berlari.
Tatapan lurus kedepan hingga tanpa sengaja bahunya menabrak seorang laki-laki muda memakai baju warna putih.
“aduh mbak jalan pakai mata, berkas saya berserakan. Tanggung jawab dong!” suara keras setengah membentak dari seorang pria tertangkap Rungu sang wanita. Membuat Nisa berbalik dengan cepat, melihat banyaknya berkas yang berserakan membuat hatinya merasa tidak enak.
“maafkan saya pak, saya buru-buru.” Berjongkok membantu mengambil beberapa berkas yang berhamburan bahkan sebagian ada yang terbawa angin.
“bapak,,,bapak. Apa saya terlihat setua it,,,uuu.... “ tiba-tiba kata yang hendak keluar berhenti sejenak. Tatapan kekaguman dari seorang pria kepada lawan jenisnya. mampu menghentikan umpatan yang hendak meluncur.
“subahanallah,,,cantiknyaaa....saya ikhlas mbak tabrak ,,,sungguh saya rela mbak” gumaman kecil tanpa sadar meluncur begitu saja. tatapan itu masih melekat di wajah sang guru anggun yang masih memungut kertas yang berserakan.
“ini pak berkasnya sekali lagi saya minta maaf” sayang wanita cantik ini tidak mendengar. Fokusnya hanya mengambil kertas yang tercecer dengan berjongkok.
“pak...pak...” panggilnya berulang. Suara lembut itu bak nyanyian syahdu di telinga sang pria. Menambah besarnya kekaguman melalui tatapan yang tidak bisa diartikan.
“i..iya,, mbak tidak apa-apa. Maaf saya juga tidak melihat mbaknya tadi” Wanita bermata bulat ini bingung. Perubahan yang terjadi dengan tiba-tiba.
“tadi marah sampai membentak, sekarang minta maaf. Aneh sekali “gumamnya.
“saya ikhlas di tabrak . Besok tabrak saya lagi” racuan yang tidak terkendali ahirnya meluncur.
“hahhh...???????” hanya itu kata yang keluar dari bibir sang wanita cantik. Tatapannya semakin membola. Mata indah itu semakin menarik tatapan pria jomblo yang baru saja mendapat tabrakan tidak sengaja.
“sekali lagi saya minta maaf, saya permisi pak” merapatkan kedua tangan di depan dada sebagia tanda permintaan maaf. Berlalu dengan tergesa tanpa mempedulikan tatapan kagum sang pria.
Wanita anggun itu bergegas kerumah sakit setelah mendapat kabar dari ibunya bahwa kakaknya mengalami koma. berlari seorang diri dengan wajah penuhkepanikan.
Dia tahu kakaknya sakit. Kakak kandung. laki-laki satu-satunya dalam keluarga kecilnya setelah kepergian mendiang sang ayah.
“Ibu, bagaimana keadaan abang” sampai didepan ruang perawatan intensif sebuah rumah sakit terbesar didaerahnya. Bertemu wanita setengah baya yang dia panggil ibu. nafasnya masih terengah.
“ibu tidak tahu, tiba-tiba abangmu tidak sadarkan diri, ibu bingung” mereka berpelukan larut dalam tangisan lirih yang nyaris terdengar. Hanya isakan yang masih bisa di tangkap telinga.
“tidak ada yang tahu bagaimana abangmu awalnya tidak sadarkan diri. Ibu takut terjadi sesuatu padanya.” Kembali isakan dan pelukan itu mengerat. Menumpahkan segala duka. Rasa sakit atas musibah yang dialami anak sekaligus kakak yang mereka cintai.
“Maaf bu, kita tunggu perkembangan satu minggu kedepan kalau memang belum ada perkembangan kita akan kirim dia kerumah sakit yang lebih besar” ucap dokter yang baru saja keluar dari Ruang perawatan khusus.
Tumpah sudah air mata sang ibu. hatinya bagaikan diremas tangan tak kasat mata. Remuk redam segala kekuatan yang selama ini dia bangun. Runtuh sudah ketegaran yang dia tunjukkan didepan anak-anaknya.
Dia menangis sambil berlutut. Hilang seluruh kekuatan dalam dirinya. Dia adalah penopang bagi kedua anaknya setelah kepergian sang suami tercinta. Wanita yang selalu tegar. Namun tidak untuk hari ini. Dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya lagi.
Anisa hanya mampu menenangkan. mengusap lembut bahu wanita yang melahirkannya. Kesedihan tergambar jelas. mereka tidak pernah menyangka bahwa musibah besar itu akan mereka alami.
Tangguhnya kekuatan fisik sang kakak berbanding terbalik dengan jiwanya. Dia rapuh hanya karena kehilangan orang yang dia cintai dengan segenap jiwa dan raganya.
Ibu mana yang tidak hancur mengetahui anak-laki-laki kebanggannya dihadapkan pada kenyataan antara hidup dan mati. Menanggung beban hidup yang tidak bisa dia pikul sepenuhnya.
Rasa bersalah dan penyesalan yang menggunung telah meruntuhkan kekuatan dalam hatinya. Di tinggalkan orang yang dia cintai hanya karena ke salah pahaman yang tak sempat diluruskan.
Kebencian sempat singgah di hati sang ibu karena ke egoisan sang anak untuk berpoligami, membagi cinta sang menantu kesayangan dengan wanita lain dari masa lalunya.
Sebesar apapun rasa benci itu. seketika runtuh mengetahui kisah pilu kehidupan rumah tangga mereka. Semua sudah terlanjur. Sang menantu sudah pergi jauh membawa serta cucu kesayangan. Meninggalkan duka tak berkesudahan. Menyisakan penyesalan yang tak mampu dia tanggung.
Seminggu menunggu anaknya di Rumah sakit, tiga hari kesadaraannya menurun. Dokter spesialis didatangkan. Sampai seorang psikiater sudah membantunya.
Tapi hasilnya nihil. Rasa bersalah dan penyesalan yang menggerogotinya sudah mengganggu kesadaran dan pertahanan. Penyesalan setelah ditinggal orang yang dia cintai, tidak hanya menghantam fisik tapi juga psikisnya. Dan hari ini dia sudah tidak mampu lagi bertahan.
Masuk dalam tidur panjang, dan tak seorangpun mampu memprediksi kapan akan terbangun.
“tolong panggil namanya terus menerus, hubungi orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya. Kita berharap dengan mendengar suaranya akan mengembalikan semangat hidupnya” sedikit petunjuk dari sang dokter.
Tidak ada yang bisa di lakukan, hanya berdoa dan menunggu keajaiban dari Tuhan saja.
“saya harap ibu bersabar, hanya kekuatan doa dari ibu yang mampu mendatangkan keajaiban untuk saudara Amir” sang dokter berusaha paham kondisi ibu pasien.
“kalau begitu saya permisi dulu bu.” dokter itu berlalu, dengan tatapan iba untuk keluarga pasien.
Tinggallah kini hanya mereka berdua. Menatap dari luar pintu ruangan melalui celah yang terbuat dari kaca transparan. Berbagai alat menancap di tubuh anak kesayangannya. Menambah perihnya hati karena kesedihan. Wanita itu tidak tega, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Tatapannya masih lurus. Laki-laki yang dulu gagah kini terbaring lemah tak berdaya. Bahkan untuk bernafaspun harus melalui bantuan alat.
Tubuh kurus yang hanya tulang berbalut kulit menambah perih hati sang ibu. orang tua mana yang akan tega melihat kondisi itu. anak yang dia lahirkan dan dibesarkan dengan segenap jiwa dan raga. Dengan penuh kasih sayang yang tulus. harus menerima cobaan yang berat.
“nanti Nisa coba hubungi kak Syafira lewat email saja. mudah-mudahan di baca” mengusap lembut bahu sang ibu. memberikan kekuatan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Sang ibu tidak menyalahkan sang menantu sepenuhnya atas kepergiannya. Karena anaknya pernah melakukan kesalahan yang tidak akan bisa dimaafkan. Mengabaikan nasihat untuk meninggalkan wanita perusak rumah tangganya kala itu.
Sekalipun semuanya sudah kembali seperti semula, hati perempuan mana yang akan percaya mendapati sang suami melakukan kesalahan yang sama tanpa penjelasan.
Kecurigaan demi kecurigaan menghantui pikiran wanita yang pernah terluka karena penghianatan. Hingga menjauh menjadi pilihan terbaiknya saat ini.
Di lain tempat seorang pria berjalan cepat menuju Ruangan yang tertutup rapat. Masuk setelah mengetuk dan terdengar jawaban dari dalam. Seorang pria tampan, tinggi dan atletis duduk di kursi dengan tumpukan berkas diatas meja. Menunggu untuk di tanda tangani.
Pekerjaan yang tidak ada habisnya untuk hari ini. setelah selesai meeting staff yang laksanakan secara mendadak karena ada masalah dalam pembukaan cabang yang baru.
“maaf tuan, pak Amir mengalami koma hari ini. saya baru saja di hubungi dokter Angga” laporan asisten, sukses menghentikan gerakannya.
Tangan itu menggantung setelah siap menorehkan tinta diatas kertas putih. Memberikan tanda persetujuan dalam laporan tertulis.
“bagaimana bisa terjadi?” tanya nya. Bingung dan cemas menjadi satu
“sudah tiga hari kondisinya mengalami penurunan. Beliau kehilangan semangatnya untuk sembuh, bahkan kedatangan dokter Angga tidak bisa membantu banyak”.
penjelasan sang asisten membuat tatapannya menerawang jauh. Entah apa yang ada dalam pikiran laki-laki yang dipanggilnya tuan itu.
“cih, ternyata cinta bisa membuat orang menjadi bodoh” ucapnya tersenyum sinis.
“semoga cinta bodoh itu tidak pernah menghampiriku” lanjutnya lagi. dia tidak salah.
Laki-laki berkulit bersih ini pernah jatuh cinta tapi hanya sesaat. Setelah tahu bahwa sang wanita haram untuk dimiliki, dia melanjutkan hidupnya.
Sekarang bukan dia yang jatuh cinta. Tapi cinta yang mengejarnya entah itu semu atau cinta sejati dia tidak peduli. Banyak wanita cantik mengejarnya. Berharap untuk dijadikan pasangan hidup.
Bukan sombong tapi memang kenyataannya begitu. Tidak ada yang kurang dari laki-laki bernama Fatih Ramadhan ini. wujud laki-laki ideal untuk semua wanita melekat dalam dirinya.
Hanya saja keinginan untuk melangkahkan niatnya ke jenjang pernikahan belum ada dalam agendanya.
Dari beberapa wanita yang pernah dekat dengannya, tidak satupun dari mereka yang mampu mendebarkan hatinya. Hilang rasa setelah kencan pertama, itu yang sering dia rasakan.
Selanjutnya, wanita itulah yang mengejarnya, mencari simpati dan perhatian dengan berbagai cara. Ada yang dengan cara wajar sampai cara yang tidak masuk di akal.
Keinginannya hanya satu, dia akan menikah jika menemukan wanita yang mampu mendebarkan hatinya, membuatnya selalu nyaman jika berdekatan dan membuatnya selalu rindu jika berjauhan. Tapi sayang, sampai sejauh ini tidak ada satupun wanita yang membuatnya merasakan itu semua.
Kembali fokus pada tumpukan kertas yang masih menggunung.
“kita akan kerumah sakit setelah pekerjaan ini selesai” ucapnya pada asisten yang bernama Reno.
Laki-laki yang setia pada sang tuan sejak lima tahun terahir.
“baik tuan, apa kita akan membawa keamanan dari GOBAL, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan” sarannya mendapatkan tatapan tajam dari dari tuannya.
“kita mau kerumah sakit bukan mau perang, jangan mengundang keributan dan jangan mengundang perhatian. Tidak banyak orang tahu tentang identitasku” ucapnya lagi.
“baik tuan saya permisi dulu” sang asisten berlalu. Dia memang tahu semua hal tentang laki-laki yang dihormati bukan hanya karena jabatannya, bukan karena materinya. Lebih dari itu. laki-laki yang telah berjasa bagi dia dan keluarganya. Tidak ada dalam benaknya untuk merusak kepercayaannya.
Dia akan menjaga dengan segenap jiwa raga keselamatan sang CEO GLOBAL GROUP. semua hal yang terkait dengan keamanan dan pengendalian perusahaan ada dalam genggamannya sebelum sampai pada persetejuan ahir sang pemilik segaligus pimpinan tertinggi di perusahaan ini.
Statusnya tidak jauh berbeda dengan Fatih, jomblo akut. Belum berpikir tentang hidup berumah tangga. Usianya masih 25 tahun memang. Tapi kemampuannya menganalisa dan memegang kekuasaan kedua setelah Atasannya tidak perlu diragukan lagi.
Reno banyak mengenal karakter wanita dengan semua seluk beluknya,dari beberapa wanita yang datang padanya hanya ingin minta dipertemukan dengan Fatih sang Tuan. Demi menarik perhatian sang idaman Perempuan itu tahu, bahwa Reno mengetahui semua hal tentang fatih. Bukan rahasia lagi bahwa Reno dan Fatih dua pribadi yang tidak bisa dipisahkan.
Bahkan publik lebih banyak mengenal Reno dari pada Fatih. Berbagai macam ajakan kerjasama Reno lah yang memegang. Laki-laki tinggi dengan perawakan tak jauh dari sang CEO.
Fatih menarik nafas sejenak, melepaskan perlahan. Melonggarkan beban yang menghimpit. Entah apa yang ada di benaknya. Kepalanya bersandar di kursi tatapannya menerawang ke atas.
Dibenaknya terbayang wajah perempuan yang menjadi penyebab laki-laki itu hilang kesadaran.
Dia pikir hilangnya sang istri tidak akan berdampak besar terhadap mental sang suami. Begitu hebatnya cinta memelamahkan seseorang.
“hhhhhmmmm.....”tarikan nafas berat itu terdengar berat seolah menekan rongga dadanya. memejamkan mata sejenak tangan saling terkait di depan dada. Dinginnya ruangan tidak mampu meredam panas hatinya saat ini.
Kemarahan terhadap sang adik yang bukan sedarah dengannya, membuat kepalanya panas.
“bagaimana dia bisa pergi tanpa meminta penjelasan lebih dulu, dasar wanita. Ada-ada saja kelakuannya, sering menyimpulkan sendiri kejadian yang belum tentu kebenarannya.
“Maaf fira, jangan salahkan abang kalau abang tidak bisa menahan amarah. Abang sudah cukup bersabar menghadapimu, cukup sudah tindakanmu itu. abang harus turun tangan kali ini” gumamnya bermonolog. Dia buka kembali netranya.
Melanjutkan pekerjaan yang masih menumpuk dengan tergesa tekadnya bulat, ikut campur dalam kehidupan rumah tangga sahabatnya sejak jaman kuliah adalah tujuannya sekarang. Mengembalikan istri dan anak ada dalam agendanya.
Sedikit penyesalan terbersit dalam benak laki-laki tampan itu. seolah dia ikut andil dalam kemalangan yang menimpa rumah tangga sang sahabat.
Jam menunjukkan angka empat diruangan itu. dia mengangkat tangannya ke atas, demi regangkan otot yang sempat kaku karena terlalu lama duduk.
“permisi tuan apa kita akan berangkat sekarang?” tanya sang asisten
“saya sholat ashar sebentar kita berangkat setelah itu” jawabnya.
“kamu bereskan berkas ini, kembalikan ke bagiannya masing-masing, saya tinggal dulu” lanjutnya lagi.
Dia berlalu masuk ke sebuah ruangan yang terdapat di ruang kerjanya yang cukup luas.
Penataan yang artistik. Membuat siapapun nyaman tinggal didalamnya. Ada kamar lengkap dengan kamar mandi dan musholah mini. Di pojok ruangan terdapat lemari pendingin bersebelahan dengan sofa membentuk huruf L. Nuansa dengan tema black and white. Tidak terdapat warna lain, karena kedua warna itu adalah favorite sang pemilik ruangan.
Tidak terdapat foto siapapun terpampnag disana hanya beberapa lukisan abstrak yang terlihat. Karya seorang pelukis ternama.
Berjalan sejajar di lorong rumah sakit, tatapan tegas. Badan tegap dengan tampang yang tidak bisa dibilang pas-pasan. Berhasil menarik perhatian beberapa pengunjung yang berpapasan dengan mereka. Kacamata hitam melengkapi sempurnanya mereka berdua, menambah kekaguman siapapun yang melihatnya.
“bulan depan kita sudah mulai pindah kekantor pusat tuan, sudah terlalu lama kita berkantor disini” ucap sang asisten tanpa menoleh, tatapannya tetap lurus kedepan.
“sudah disiapkan semuanya?” tanya nya dengan tatapan yang sama lurusnya kedepan. Langkah kaki panjang sesuai dengan postur tubuh yang tinggi.
“sudah, bahkan mereka sudah menyiapkan dari dua minggu yang lalu, saya harap setelah ini tidak ada penundaan lagi. Monica menemukan kecurangan dari direktur keuangan yang baru” jawabnya. Tiba-tiba wajahnya menjadi gusar mengingat keberanian manusia yang baru dilantik itu dengan berani melakukan penggelapan dana.
“baik, kalau bisa dipercepat dua minggu lagi kita pindah, saya kira waktunya cukup untuk menyelesaikan urusan yang disini” laju langkahnya semakin tegap. Melangkah tanpa menoleh. Tatpan tajam di balik kaca mata hitam.
“baik tuan” jawab sang asisten
“katakan pada monica, kumpulkan semua bukti kalau perlu, buat dalam video, setelah kita sampai langsung adakan Rapat terbatas. Saya ingin membuka kedoknya di hadapan para petinggi GLOBAL GROUP. agar bisa memberikan shock therapy untuk yang lain” perintah sang tuan mendapatkan anggukan dari Reno.
“siap tuan, akan saya perintahkan Monica untuk bekerja sama dengan bagian IT” jawabnya tegas. Dia sudah tidak sabar ingin membongkar borok manusia tidak tahu malu itu.
Mereka masih berjalan menuju tempat Sang sahabat terbaring koma. orang yang berpapasan dengannya ada yang menunduk hormat ada yang terlihat biasa saja. dan yang terpesona banyak.
“ini ruang perawatannya tuan” berhenti di sebuah Ruangan yang tertutup rapat, hanya terdapat celah yang di tutup dengan kaca transparan.
Dari luar bisa terlihat laki-laki terbaring lemah dengan berbagai alat yang menempel di badannya. Seorang wanita paruh baya menunggu dengan sabar duduk di kursi disamping pasien seorang diri.
Iba, itulah perasaan pertama yang dirasakan laki-laki tampan itu. Pemandangan didepannya begitu menyayat. Laki-laki gagah yang harus terbaring lemah dengan kondisi mengenaskan. Dan yang lebih menyayat adalah sang ibu yang dengan setia mendampingi. Tangan tua itu membelai punggung tangan sang anak yang terkulai lemah.
Membuka kaca matanya yang membingkai mata tajamnya. Menarik nafas berat kemudian menghembuskannya perlahan.
“maaf anda siapa berdiri disini?” suara lembut itu mengalihkan perhatian dua orang yang sedang berdiri di depan pintu ruang perawatan intensif.
Sejenak hening, tatapan mereka bertemu. Bola mata indah dengan bulu mata lentik menarik perhatian laki-laki berkulit bersih ini. tiba-tiba wanita cantik itu menunduk, dia tidak bisa bertatapan dengan laki-laki manapun. Entah malu atau risih, dia sendiri tidak tahu, yang jelas perasaan canggung tiba-tiba datang.
“saya temannya laki-laki yang sedang di rawat didalam” jawabnya tanpa mengalihkan tatapan tajam itu.
“maaf saya tidak tahu, permisi” jawabnya dia merasa tidak enak, masuk kedalam menghampiri sang ibu. dia merasa tidak punya kepentingan dengan mereka berdua, hanya saja posisi mereka berdiri tepat didepan pintu menghalangi siapapun yang ingin masuk.
Laki-laki itu masih menatap kepergiannya. Bahkan sekarang dia lupa untuk berkedip.
“maaf Anda siapa” wanita paruh baya itu keluar setelah mendapat cerita dari Anaknya.
Hari masih sore. Sekarang Anisa yang mendapat giliran menjaga kakaknya selepas pulang mengajar. Membiarkan ibunya beristirahat.
“perkenalkan nama saya Fatih. Temannya Amir” sang ibu terbelalak, tangannya menutup mulut yang terbuka
“jadi ini Fatih, saya sering mendengar cerita dari Amir. Baru sekarang kita bertemu langsung. Ibu tidak menyangka ternyata kita bertemu disini, saya ibunya Amir” ucap wanita paruh baya ini memperkenalkan diri.
“senang bertemu dengan ibu, maaf saya baru sempat datang” tangannya terulur menyalami wanita tua itu, menciumnya dengan takzim.
Terkesan, itulah hal pertama yang dirasakan sang ibu. laki-laki di depannya ini masih memakai adat ketimuran. Asisten juga melakukan hal yang sama.
“ini teman saya bu, namanya Reno” bukan bermaksud apa-apa mengatakan mengatakan Reno temannya. Hanya saja kalau dia bilang Reno asisten takutnya terkesan tinggi hati. Bukan itu tujuannya ke rumah sakit. Membanggakan diri didepan wanita yang sedang menghadapi ujian berat ini. sang wanita mengangguk sambil tersenyum Ramah.
Tapi, mata itu tidak mampu menyembunyikan kesedihan yang menerpanya.
“bagaimana keadaannya” tanya nya, menanyakan keadaan sang sahabat
“masih belum ada tanda-tanda untuk sadar, ibu tidak bisa berbuat apa-apa. Dokter menyarankan membawanya ke rumah sakit pusat kalau sampai satu minggu belum ada perkembangan” menjelaskan kondisi sang anak sambil tatapannya memerawang jauh, kemudian menunduk untuk menyembunyikan luka itu dihadapan dua laki-laki di hadapannya ini.
“maaf ibu tidak mengajak kalian masuk, karena memang peraturan rumah sakit hanya memperbolehan dua orang yang berjaga” merasa tidak enak, karena menemui tamunya masih didepan pintu ruang perawatan.
“tidak apa-apa, saya ikut prihatin dengan musibah yang menimpa ibu. saya tidak bisa berlama-lama. Kalau ada apa-apa hubungi saya, ini kartu nama saya siapa tahu saya bisa membantu”menyodorkan kartu nama yang diberikan asisten.
“oiya, terima kasih.mohon doanya semoga anak saya bisa segera sadar dan pulih seperti sedia kala” harapan besar wanita itu sekarang. Hanya kekuatan doa yang bisa membantunya. Menerima kartu nama dengan hati gamang. Untuk saat ini dia hanya berharap menantu dan cucunya ada di hadapannya membantu membangunka putranya dari tidur panjangnya.
“pasti, saya akan selalu berdoa untuk kesembuhan Amir. Kalau begitu saya permisi. maaf sudah mengganggu waktu ibu” masih dengan nada dan senyum yang ramah. Wanita tua itu kagum akan sifat laki-laki tampan di hadapannya.
Tidak banyak orang yang peduli dengan tatakrama dan adat serta sopan santun yang berlaku di daerahnya, apalagi yang berpenampilan tidak biasa seperti laki-laki dihadapannya ini. Seolah jauh dari kesan sopan.
Tapi pikirannya salah. Dia masih mencium tangan, berkata dengan kedua tangan di tautkan didepan. Gestur yang menunjukkan rasa hormat untuk orang yang lebih tua.
Wanita tua itu melepas kepergian kedua laki-laki tadi dengan senyum yang tercetak di wajahnya, senyum kekaguman dan bangga atas sikap terhadapnya. Sampai mereka berdua menghilang di ujung lorong rumah sakit
“Nisa sudah kirim email untuk kak fira, mudah-mudahan di baca bu...” Ucap nisa setelah sang ibu duduk disebelahnya.
“Tapi Nisa tidak yakin Kak Fira membacanya. Email abang yang tiga bulan lalu saja belum di buka” lanjutnya lagi. gurat putus asa itu terdengar jelas dari suaranya.
“Berdoa saja mudah-mudahan kakakmu baca, siapa tahu Tuhan menggerakkan hatinya untuk membuka emailnya.” Jawab sang ibu. lain halnya dengan sang anak yang terlihat putus asa. Ibu wanita itu punya harapan besar kalau suatu saat menantu dan cucunya akan menghubungi anaknya. Dia yakin pertalian darah antara ayah dan anak itu sangat kuat.
Di tempat lain, dua laki-laki tampan berjalan dengan langkah tegap menuju parkir mobil di rumah sakit. Dua orang berpakian hitam membuka pintu mobil. Tidak ada pembicaraan apapun setelah pertemuan itu. masing- masing terdiam dan larut dengan pikirannya masing-masing.
Dua laki-laki perpakian serba hitam itu menunduk hormat sampai sang tuan dan sekretaris masuk kedalam mobil. Susana masih hening didalam mobil yang melaju pelan.
“apa yang akan Tuan lakukan melihat keadaan pak amir seperti itu” tanya asisten memecah kesunyian di dalam mobil. Sunyi tidak terdengar jawaban. Laki-laki yang memakai baju biru tua itu melihat sang tuan dari kaca spion didalam mobil.
Tatapan sang tuan menerawang, senyum tipis tercetak dibibirnya meskipun samar. Asisitennya bisa melihat itu. Reno menatap tajam kearah atasannya itu tidak percaya dengan netranya sendiri . Selama bekerja dengannya laki-laki itu selalu fokus dengan pembicaraan mereka tapi hari ini. bahkan orang nomor dua di global gruop itu memastikan apa yang dilihatnya memang benar, senyum samar itu memang ada disana.
“tuan...tuan...”dua kali panggilan belum mendapat jawaban
“tuan...”di panggilnya sekali lagi
“yah...bagaimana” nah,,,kan... bahkan sekarang mulai kehilangan konsentrasinya.
Kalau sang tuan tidak akan pernah mengulangi pernyataannya dua kali. Apalah Reno yang hanya seorang bawahan. Dia baru sadar bahwa yang diajak bicara dari tadi tidak mendengarnya. Atau memang pikirannya sedang berkelana entah kemana.
Tidak ada siapapun yang bisa menebak. Bahkan dia yang paling tahu tentang tuannya pun kali ini hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“apa rencana tuan melihat kondisi pak Amir?” dia mengulang pertanyaan yang sama. Konyol bukan. untung bukan dia yang tidak fokus kalau tidak habis dia kena marah. Dimana-mana bos selalu benar bukan
“kalau menurutmu saya harus bagaimana” menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Ke anehan yang kesekian. Sudah dua kali hari ini sang tuan melakukan hal-hal di luar kebiasaan.
Asisten setia hanya bisa menggelengkan kepala. otaknya di penuhi tanda tanya. Mengapa sang tuan tiba-tiba malas berpikir.
"apakah tuan mau menerima saran saya, misalnya membawa pak Amir keluar negeri" sarannya.
"boleh juga, nanti kita ke sana lagi untuk menawarkan itu, siapa tahu bisa diterima" Sang asisten terperangah, idenya disambut jawaban yang begitu antusias oleh atasannya itu. semakin menambah bingung Dia yang tidak mengerti jalan pikiran tuannya saat ini.
“
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!