Allena merupakan anak dari David Malvin dan Melva Malvin yang merupakan orang kaya kedua di Kota A. Allena tidak memiliki keterampilan apapun dan selalu berpenampilan buruk di depan semua orang sehingga keluarga Allena mengabaikannya karena merasa malu memiliki seorang putri yang tidak memiliki keterampilan apapun dan tahu nya hanya bersenang senang menghabiskan uang keluarga dan tidak memperhatikan penampilan sendiri sehingga ia di benci oleh semua orang.
Miranda Evan merupakan anak dari adiknya David Malvin (keponakan David Malvin). Ia terlahir dari keluarga sederhana karena orang tuanya yang sudah meninggal akibat kecelakaan ia pun di rawat oleh David malvin dan istrinya. Miranda memiliki keterampilan di bidang bisnis sehingga ia selalu mendapatkan pujian dari kedua orang tua Allena dan membuat Miranda serakah memiliki keinginan untuk merebut posisi Allena sebagai anak tunggal dari keluarga Malvin. Miranda selalu menghina Allena begitupun dengan kedua orang tua Allena yang selalu membenarkan perkataan Miranda tanpa ada sedikitpun rasa kasihan atau empati pada putri mereka.
Allena yang setiap harinya hanya tahu cara menghabiskan uang dengan cara membeli semua jenis makanan dan membuat dirinya gemuk dan tidak pernah memperhatikan penampilannya sendiri, Suatu hari ia bertemu dengan pemuda bernama Ardian Zen dan jatuh cinta padanya karena Allena pikir Ardian merupakan pria yang baik untuk nya karena tidak pernah menghina Allena karena penampilannya yang buruk dan mereka pun menjalin hubungan.
Ardian Zen merupakan anak dari asisten David Malvin dan memiliki obsesi yang tinggi untuk menjadi orang kaya dan memiliki kehidupan yang mewah sehingga Ardian melakukan berbagai cara untuk mendekati Allena dan pada akhirnya Ardian bisa meluluhkan Allena dan membuat Allena seperti budaknya, karena keberhasilan itu Ardian pun semakin serakah dan berniat untuk menikahi Allena namun Ardian bertemu dengan Miranda saat berkunjung ke kediaman Allena sehingga mereka saling jatuh cinta dan memiliki hubungan di belakang Allena dan merencanakan untuk menyingkirkan Allena agar mereka bisa merebut semua kekayaan keluarga Malvin.
Allena pun bertemu dengan Rayhan Wijaya tanpa sengaja di sebuah restoran tempat para pengusaha menghabiskan waktu makan siang. Siang itu Rayhan memasuki sebuah restoran dekat perusahaan tempat ia bekerja seorang diri karena ia merasa lelah dengan pekerjaannya belakangan ini. Rayhan berniat untuk menenangkan dirinya dan mengisi perutnya yang sudah tidak ia isi dengan makanan selama dua hari itu namun saat memasuki restoran tersebut, Rayhan melihat seorang wanita yang sedang makan dengan lahap membuat nafsu makan Rayhan menghilang karena melihat Allena yang makan dengan tidak benar dan berserakan dimana- mana. Allena yang sadar karena ada yang menatap ia dengan tatapan jijik itupun melirik ke arah Rayhan dan hanya memutar matanya dan tidak peduli. Allena melanjutkan makan sedangkan Rayhan pun keluar dari restoran tersebut karena tidak jadi makan disana.
Allena yang sudah biasa mendengar cacian dan makian dari semua orang bahkan orang tuanya sendiri. Sehingga membuat Allena semakin tidak peduli dengan dunia luar dan sekitarnya ia hanya menghabiskan waktu untuk makan dan tidur di rumah tanpa melakukan kegiatan apapun yang bermakna. Allena memiliki peliharaan seekor kucing yang ia beri nama Yao. Yao merupakan teman Allena sejak kecil yang selalu ada disisi Allena sehingga Allena tidak merasa kesepian.
...----------------...
Kota A
"Yaampun aku merasa badanku sakit semua" Allena pun mengerang dan mulai mendudukkan dirinya. ia melihat ke sebuah jam di samping tempat tidur miliknya dan nampak jarum jam sudah menunjukan pukul 11 siang lalu Allena pun bangun dari tempat tidur dengan malas.
"Ah apa yang harus aku lakukan hari ini? aku bosen dirumah terus menerus!" celoteh Allena pada diri sendiri. Allena melirik ke sebelah kanan dan melihat kucing kesayangannya.
"Halo Yao selamat pagii" ungkap Allena sambil menggendong Yao kucing kesayangannya itu.
Allena berjalan santai menuju cermin dan melihat gambaran dirinya sendiri,
"Yaampun badanku semakin gemuk saja, ah sudahlah biarkan saja" ungkap Allena.
Allena menurunkan Yao lalu pergi keluar kamar dan bertemu dengan Miranda.
"Sungguh tidak tahu malu, sudah sebesar ini masih saja bangun kesiangan! lihatlah dirimu sudah gemuk, bau dan juga pemalas!" celoteh Miranda pada Allena yang baru saja keluar dari kamarnya itu.
Allena hanya terdiam mendengar Miranda sambil menundukkan kepala. lalu, Melva ibu Allena berteriak dan memanggil Miranda.
"Mirandaaaa makan dulu sayang, Tante sudah masak banyak pasti kamu suka! " teriak Melva yang di jawab oleh Miranda.
"Ya Tante baik Miranda akan segera kebawah!" Sahut Miranda sambil melangkahkan kaki meninggalkan Allena. sebelum pergi Miranda menengok ke arah Allena lalu ber- decih. "cih, memalukan"
Allena yang mendengar itupun hanya terdiam dan meneteskan air matanya, ia pun masuk ke dalam kamarnya lagi. Ia melemparkan tubuhnya ke ranjang dan menangis karena ia merasa ibunya tidak menyayanginya.
...----------------...
Melva berjalan menuju kamar Allena dan membuka kamar Allena dengan kasar.
"APA YANG KAU LAKUKAN! GADIS DI LUAR SANA SUDAH MENDAPATKAN PEKERJAAN YANG LAYAK DAN JUGA RAJIN MELAKUKAN KEGIATAN! LIHATLAH DIRIMU! SANGAT MENYEDIHKAN, MENGURUS DIRI SENDIRI PUN TAK BISA BAHKAN KAU SANGAT MALAS! JIKA KAU TIDAK BISA MEMBANTU BISNIS AYAH MU SETIDAKNYA KAU MENCARI PEKERJAAN DILUAR BUKAN HANYA MENGHABISKAN UANG AYAH MU SAJA!" Protes Melva tiba tiba saat ia memasuki kamar Allena.
Allena pun duduk dan meneteskn air matanya kembali sambil mendengarkan ibunya, Ia tidak berniat membantah atau melawan ia hanya bisa menangis.
"TIDAK PERLU PURA PURA MENANGIS KAU SANGAT MENJIJIKAN ! AKU TIDAK TAHU KENAPA AKU HARUS MELAHIRKAN ANAK SEPERTI DIRIMU!" Protes Melva lagi sambil melangkah keluar kamar dan membanting pintu kamar Allena.
Allena kaget mendengar suara dentuman pintu yang keras. Ia pun kembali menangis dan berbicara sendiri dengan suara yang lirih.
"Sebenarnya apa kesalahanku? Apa aku salah jika aku berdiam diri? Bukankah mama tidak pernah menganggap aku ada?Aku harus bagaimana?" lirih Allena sambil terisak.
...----------------...
"Tante sudah lah mungkin Allena belum tahu harus melakukan apa! biarkan saja dia, mungkin dia akan belajar suatu hari nanti" kata Miranda sambil mengelus pundak Melva yang sedang menggebu gebu.
"Tante tidak habis pikir dengan Allena! padahal Tante tidak pernah memanjakannya! tapi di bahkan tidak ada niat untuk berubah! kamu bahkan lebih baik dari Allena!" ungkap Melva pada Miranda.
Miranda hanya tersenyum licik mendengar perkataan Melva. Miranda pun terus berkata lembut tentang Allena namun dalam setiap perkataan tersebut terdapat makna untuk menjelekkan Allena.
Tanpa Melva sadari di pintu sudah ada Allena yang mendengarkan perkataan Melva dengan Miranda. Allena pun berlali menuju kamar nya lagi dan menangis kembali.
...----------------...
...Selesai...
...****************...
Si Allena kerjaan nangis Mulu dahh... hahaha
sampai jumpa di episode selanjutnya _*
Ting... Tong... Ting.... Tong...
Suara bel berbunyi dengan lantang membangunkan semua penghuni kediaman Malvin.
Allena kecil yang berumur 10 tahun mengucek matanya lalu dengan cepat bergegas turun kebawah untuk membukakan pintu rumahnya itu. Saat ia tiba di bawah pintu rumahnya sudah di bukakan oleh Melva ibunya.
"Mama siapa yang datang?" Tanya Allena pada ibunya dengan wajah nya yang polos dan sedikit mengantuk itu.
"Ahh, Allena sudah bangun ya, sini sayang kita kedatangan tamu," panggil Melva pada Allena. Allena pun menghampiri ibunya dan terlihat lah sosok anak perempuan yang memiliki tinggi yang sama dengan Allena.
"Mirandaaaa" teriak Allena lalu memeluk Miranda dengan senang. Namun Miranda hanya diam mematung saja dengan wajah yang terlihat sedih.
"Ayo masuk dulu, silahkan" ajak Melva pada Miranda dan ibu asuh yang ada di samping Miranda.
Merekapun memasuki rumah tersebut. Melva mempersilahkan tamunya untuk duduk dan meninggalkannya sebentar untuk mengambil air minum. setelah mengambil air minum Melva pun kembali ke ruang tamu.
"Dimana Evan? kenapa Miranda sendiri?" tanya Melva pada ibu pengasuh Miranda. mendengar Melva menyebut nama Evan, Miranda langsung menangis tersedu.
"Nak, kamu kenapa?" tanya Melva lagi.
"Sebenarnya saya kemari untuk mengantarkan nona Miranda. Saya tidak tahu harus membawa nona Miranda kemana lagi karena yang saya tahu saudara nona Miranda hanya tuan David, Kemarin malam tuan Evan mengalami kecelakaan mobil sehingga beliau meninggal dunia" ungkap Ema ibu pengasuh Miranda.
Melva yang mendengar hal tersebut pun langsung gemetar dan kaget, ia pun mendekat pada Miranda dan memeluk anak tersebut.
"Sayang yang sabar ya nak, kamu sekarang bisa tinggal disini bersama dengan Allena dan Tante!" Ucap Melva sambil memeluk Miranda.
"Mama papa Miranda kenapa?" tanya Allena bingung melihat ibunya yang terisak begitu juga Miranda dan ibu pengasuhnya.
"Paman Evan sudah tiada, ia sudah pergi jauh jadi sekarang Miranda akan bersama dengan Allena, jadi Allena akan ada teman main setiap hari" ungkap Melva pada Allena.
"Paman Evan meninggalkan Miranda sendiri ya ma? tapi tidak papa Miranda kan ada mama dan Allena jadi Miranda jangan sedih karena Allena akan selalu ada buat Miranda" Ucap Allena.
Miranda pun tersenyum, begitu juga dengan Melva.
Setelah membuat Miranda tenang Melva pun menghubungi David dan menceritakan semuanya. Lalu, David menyetujui usul Melva untuk mengurus Miranda di rumahnya.
...----------------...
Kamar Allena
Miranda menatap ke seluruh kamar Allena yang dipenuhi dengan boneka dan mainan yang banyak, Ia pun merasa iri dengan Allena karena Allena terlahir di keluarga kaya sedangkan Miranda hanya anak desa yang tidak punya apa apa.
"Miranda, lihatlah aku membawa banyak sekali makanan untuk aku dan Miranda" ucap Allena sambil membawa banyak makanan di sebuah toples kaca.
Allena sangat menyukai semua jenis makanan terutama makanan manis seperti makanan penutup dan dessert.
Miranda menatap Allena yang membawa banyak sekali makanan tanpa ada niat untuk membantu Allena.
"Miranda, kemarilah makan ini semua, ini enak sekalii" ucap Allena meyakinkan Miranda untuk memakan coklat miliknya itu.
Miranda menghampiri Allena lalu memakan beberapa coklat itu. Di dalam hati Miranda berkata
"kenapa aku tidak pernah diperlakukan dengan baik oleh ayah, aku bahkan tidak pernah memakan semua makanan enak ini, aku juga tidak memiliki ibu seperti ibunya Allena yang sangat penyayang" Ucap Miranda didalam hati
"Apakah Miranda suka?" tanya Allena.
"Iya aku suka" jawab Miranda.
Allena yang mendengar itupun merasa senang dan memberikan makanan yang lain pada Miranda.
...----------------...
10 tahun kemudian
"Allena bangunlah! apa kamu lupa papa mu memerintahkan kamu untuk datang ke perusahaannya dan menjalani tes masuk berkerja disana untuk melihat apakah kamu bisa melanjutkan posisi papamu atau tidak!" panggil Melva membangunkan Allena.
"Mama nanti saja Allena akan berangkat dengan Miranda!" ucap Allena sambil mengucek matanya yang masih mengantuk.
"Miranda sudah berangkat duluan, lihatlah dia sangat rajin sedangkan kamu hanya bermalas malasan saja dirumah, masa seorang anak gadis selalu bangun kesiangan! cepat bangun atau kamu akan membuat papamu marah!" ucap Melva yang sudah pusing dengan kelakuan Allena yang sulit diatur.
Melva pusing melihat Allena yang sudah mulai susah diatur dan tidak memperhatikan tubuhnya padahal ia sudah menginjak umur 20 Tahun.
"Allena Lihatlah tubuhmu apa kau akan tetap seperti itu? kau tidak berniat untuk melakukan diet? apa kau tidak malu dengan teman teman mu? lihatlah Miranda, ia bisa menjaga tubuhnya bahkan ia bisa berpenampilan menarik! sedangkan kamu tidak pernah memperhatikan penampilan sendiri dan semakin lama tubuhmu semakin gemuk!" ucap Melva sehari membereskan tempat tidur Allena.
"Mama dengar! Aku ini sangat menyukai makanan dan tidak bisa berhenti makan makanan yang aku sukai walaupun itu hanya sehari! oh ayolah badanku hanya gemuk saja! untuk penampilan aku tidak suka seperti Miranda, aku hanya ingin berpenampilan seperti ini! apa adanya" ungkap Allena pada ibunya.
"Allena kamu harus belajar merawat diri sendiri! " ucap Melva lalu melenggang pergi meninggalkan Allena.
...----------------...
Perusahaan Malvin
Allena memasuki perusahaan dengan baju sederhana nya, jika org yang tidak mengenal Allena maka mereka akan berpikir dia bukan seorang anak CEO melainkan anak seorang OB.
"Yaampun ada gadis gemuk yang mau melamar ke perusahaan Malvin, apa dia tidak malu menggunakan pakaian seperti itu kesini? disini kan bukan tempat untuk orang jalanan seperti dia!" ungkap salah satu pegawai perusahaan Malvin.
Allena tidak peduli dengan perkataan orang lain, Ia terus berjalan menuju ke ruangan ayahnya. setiba di ruangan ayahnya Allena di berhentikan oleh seseorang.
"Nona tolong berhenti! disini bukan wilayah yang bisa di masuki oleh sembarang orang! jika ada urusan dengan CEO nona harus ada janji terlebih dahulu!" ungkap sekretaris ayahnya yang berjaga di luar ruangan.
"Saya Allena Malvin putri tunggalnya CEO David Malvin! apakah sekarang saya masih tidak boleh masuk?" tanya Allena.
"Putri pak David? nona anda jangan bermimpi, tidak mungkin seorang putri dari CEO menggunakan pakaian yang tidak sopan dan jugaa..." sekretaris itu menggantung perkataannya Dan melihat penampilan Allena dari ujung kaki sampai ujung kepala, "Benar benar sangat buruk" ungkap orang tersebut melanjutkan.
Allena yang mendengar itu geram dan ia pun memerintahkan wanita yang ada didepannya untuk menghubungi ayahnya jika ia tidak percaya.
"Oke sekarang kamu bisa menghubungi. ayahku terlebih dahulu masalah aku benar atau tidak nya sebagai anak dari CEO David Malvin itu tergantung beliau nanti!" ungkap Allena formal.
"sungguh bermimpi!" ucap sekretaris itu.
Saat mereka sedan berbicara Miranda keluar dari ruangan CEO dan melihat penampilan Allena.
"Yaampun Allena! yang benar saja, kau menggunakan pakaian yang seperti itu kesini? apa kamu mau membuat ayahmu malu?" ucap Miranda lantang membuat David Malvin keluar dari ruangannya.
David Malvin menatap penampilan Allena lalu.
David melihat penampilan Allena dari ujung kaki sampai ujung kepala lalu menghela nafas panjang.
"Allena apa yang kau lakukan disini dengan pakaian yang seperti itu! kenapa kau tidak pernah berubah! kenapa kau selalu saja membuat malu!" ucap David saat melihat penampilan Allena.
Sekretaris yang mencemooh Allena pun tersentak mendengar hal itu, sekarang ia yakin bahwa orang yang ada dihadapannya saat ini benar benar seorang putri dari CEO.
"Papa, memangnya apa yang salah dengan penampilanku? apa aku harus mengikuti penampilan mereka? aku hanya ingin menggunakan pakaian yang menurut aku nyaman!" ucap Allena lirih karena takut ayahnya akan membentak.
"Nyaman katamu? ikut denganku sekarang!" bentak David yang langsung menarik Allena masuk kedalam ruangannya.
"Lihatlah dirimu di cermin! apa kau pantas disebut anak seorang CEO kaya ? apa kau pantas? kau begitu gemuk dan kotor! apa kau kekurangan uang? jika iya, aku akan memberikan semuanya!" David tak henti membentak Allena.
Allena mulai meneteskan air matanya, sedangkan Miranda yang melihat itupun tersenyum licik.
"Om sudah lah jangan memarahi Allena lagi, mungkin Allena pikir di perusahan sama dengan dirumah, jadi maafkan Allena kali ini" ucap Miranda meyakinkan David.
"Cih, lihatlah Miranda! dia sangat rapi dan tahu aturan! apa kau tidak bisa berdandan seperti dia? dan mengurangi makan mu itu? kau benar benar buruk!" ucap David dengan kasar.
"Pa maafkan aku, jika aku hanya membuat malu papa aku akan pulang kerumah saja dan diam dirumah, aku tidak akan membuat papa malu lagi" ucap Allena lirih dan meninggalkan ruangan David.
Allena berlari meninggalkan perusahaan dengan terisak sedangkan Miranda malah menambahkan kata kata yang bisa membuat orang lain salah paham.
"Om, jika Om merasa Allena buruk om salah, Allena merupakan anak yang baik ia pun penurut, penampilannya memang kurang pantas dan dia tidak bisa menjaga diri dan menjaga penampilannya, Miranda akan membantu Allena berubah mulai sekarang" Ucap Miranda pada David yang sedang kesal.
"Aku tidak tahu mengapa aku bisa punya anak seperti Allena yang tidak tahu malu, dia bahkan tidak kekurangan sedikitpun uang namun dia berperilaku seperti orang miskin!" ucap David dengan kasar.
"Seandainya kau anakku bukan Allena mungkin aku tidak akan merasa marah saat ini karena kau begitu sempurna, penampilan juga keterampilanmu sangat luar biasa!" lanjut David memuji Miranda,
Miranda pun merasa senang karena mendapatkan pujian dari David. Ia pun terus saja berkata seolah olah membela Allena namun makna yang sebenarnya adalah ia ingin menjatuhkan reputasi Allena.
......................
Restoran
Allena meninggalkan perusahaan Malvin dan menuju restoran terdekat untuk mengisi perutnya yang kosong karena belum makan apapun dari rumah, ia memesan banyak sekali makanan untuk dirinya sendiri, menurut Allena makan banyak akan membuat dirinya lebih tenang dan damai.
"Permisi, tolong bawakan saya semua pesanan yang sudah saya list ya" ucap Allena pada seorang pelayan.
"Baik Bu, mohon ditunggu pesanannya ya" ucap pelayan tersebut dan meninggalkan Allena.
Allena sudah terbiasa dengan panggilan ibu oleh orang orang, merek selalu mengira Allena sangat tua padahal usia Allena baru 17 tahun. Namun Allena tidak keberatan akan hal itu asalkan Allena bisa makan dengan tenang Allena sudah bersyukur.
"Lihatlah wanita itu, sungguh memalukan. dengan pakaian yang begitu Lusuh dan juga sangat kampungan ia makan di restoran mahal, apa dia bisa membayar? bahkan badannya pun tidak ada yang bagus, buruk sekali untuk seorang wanita!" bisik seseorang yang terdengar oleh Allena.
Allena hanya menghembuskan nafas perlahan dan memasang earphone miliknya agar tidak mendengar Hinaan dari orang sekitar.
Makanan yang dipesan oleh Allena pun datang, Allena segera memakan semuanya dengan lahap tanpa peduli dengan tanggapan orang orang.
Trinngggg...
Suara lonceng pintu berbunyi menandakan ada seseorang yang masuk ke restoran.
Seorang pemuda lengkap dengan jas mahal nya memasuki restoran tempat Allena makan. Allena pun melihat kearah pria tersebut dan menatapnya beberapa saat lalu mengalihkan pandangannya.
Pria itu adalah Rayhan Wijaya CEO muda yang merupakan orang paling kaya di kota A. Allena tidak tahu siapa Rayhan dan meskipun ia tahu Allena pasti tetep tidak akan peduli.
Rayhan yang hendak memesan makanan pun menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Allena yang sedang menyantap makanannya dengan lahap dan berantakan. Rayhan pun tidak jadi memesan makanan karena sudah kehilangan nafsu makan akibat melihat cara makan Allena yang sangat kotor menurut Rayhan.
Rayhan pun berjalan keluar restoran namun saat melewati Allena ia berkata.
"Cih, menjijikan sekali! makan saja tidak bisa dengan baik dan sopan, apa dia pikir ini restoran milik keluarganya dan bisa makan sesuka hati!" ucap Rayhan sambil mengejek perilaku Allena dan meninggalkan Allena.
Allena yang mendengar itupun kesal karen ia baru saja melihat pria itu namun pria itu sudah menghinanya. Namun Allena tetap menghabiskan makanan miliknya dan membiarkan Rayhan pergi.
Setelah selesai makan Allena pergi menuju kediamannya dan terlihat ada seorang pria yang sedang memperhatikan kediamannya.
"Halo ada yang bisa saya bantu? kenapa anda melihat ke rumah tersebut seperti itu ya?" tanya Allena pada pria tersebut.
"Ahh.. ya Halo, Aku Adrian Zen , emm aku disini hanya kagum melihat rumah tersebut, dan kau ? siapa namamu? apa kau mengenal pemilik rumah itu?" tunjuk Adrian ke rumah milik Allena.
"ya aku mengenalnya, aku Allena Malvin aku merupakan putri pemilik kediaman tersebut!" ucap Allena pada Adrian.
"Oh kau pemiliknya, pantas saja kau berada disini." senyum Adrian yang terlihat sangat tulus oleh Allena.
Allena merasa senang bertemu dengan Adrian sebab ia tidak menerima penghinaan atau cacian seperti yang Allena terima dari orang lain. Allena pun berbincang dengan Adrian di kursi taman dekat rumah Allena.
Mereka bertukar nomor telepon bahkan sudah bisa berbicara akrab. Allena yang merasa dirinya diperlakukan baik pun mulai merasa bahwa dia akan jatuh cinta pada Adrian jika terus menerus seperti ini.
Setelah hari itu Allena dan Adrian sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama.
"Allena apa kamu menyukai muffin ini? ini benar benar enak!" ucap Adrian sambil memberikan muffin coklat pada Allena yang sedang melahap cake stroberi miliknya.
Allena pun menatap Adrian dan mengambil muffin coklat itu.
"Terimakasih Adrian aku sangat suka semua makanan disini, semuanya manis dan enak!" ucap Allena.
Adrian tersenyum mendengar hal tersebut.
"Jika Allena menyukainya, aku akan sering mengajak Allena untuk datang kesini setiap saat, jika Allena tidak keberatan" Ucap Adrian pada Allena. Allena yang mendengar itupun merasa bahagia.
"Tentu saja! Aku akan merasa senang jika Adrian mengajakku kesini setiap hari. terimakasih Adrian, kamu satu satunya orang yang mau berbicara denganku dan tidak membenci juga menghina penampilanku!" ucap Allena tersenyum.
"Allena! Tidak ada yang buruk dengan penampilanmu! kamu cantik aku menyukainya!" Ucap Adrian.
"Allena! Tidak ada yang buruk dengan penampilanmu! kamu cantik aku menyukainya!" Ucap Adrian.
Allena yang mendengar pengakuan Adrian pun sontak tersedak dan mencari air minum. setelah selesai minum ia pun menatap Adrian dan merasa bahwa Allena benar benar sudah jatuh cinta pada Adrian.
"Adrian kamu jangan bicara omong kosong! Aku tahu aku jelek dan bahkan tidak bisa merawat diri sendiri tapi kamu itu pria tampan dan baik hati, jadi kupikir kamu akan mendapat wanita yang lebih baik dari aku, aku bahagia bisa mengenalmu dan dekat denganmu" Ucap Allena merasa terbebani dengan ucapan Adrian.
"Allena berhenti untuk berkecil hati, Kau benar benar cantik, aku tidak peduli kamu mau gemuk atau tidak bisa berdandan! aku menyukaimu karena kamu baik, kamu apa adanya!" Ucap Adrian.
Allena tersenyum mendengar pengakuan Adrian. Allena merasa luluh dengan Adrian.
"Allena kamu akan menjadi teman terbaik untukku sampai kapanpun, jadi jangan pernah berkecil hati ya!" ucap Adrian pada Allena yang sudah meneteskan air mata bahagianya.
Allena merasa bahagia dengan adanya Adrian disampingnya, sekarang Allena tidak perlu kemana mana sendiri dan mendengar Hinaan dari orang lain.
Allena dan Adrian pun semakin dekat dan saling berhubungan setiap saat jika mereka tidak bertemu merek akan saling menghubungi lewat telepon atau chatting.
----------------
Malam hari
Allena melihat dirinya di cermin, dan ia merasa betapa buruknya dia. Ia pernah berusaha mengurangi makan dan memulai olahraga namun hasilnya tetap sama, ia tidak dapat menurunkan berat badan dan malah semakin gemuk.
Allena pernah belajar berdandan mengikuti semua cara yang ada di internet, namun ia tetap tidak bisa melakukannya. Allena pun merasa putus asa dengan kehidupannya. Ia menyukai Adrian namun ia berpikir bahwa dirinya tidaklah layak untuk Adrian. Allena sudah berusaha sekuat mungkin agar layak untuk Adrian namun hasilnya nihil.
Allena yang galau dan memikirkan semua hal itupun tidak bisa tertidur. Ia melihat jam di atas lemari samping tempat tidurnya, Jam sudah menunjukan pukul 04.00 pagi. Allena berusaha untuk tidur namun sangat sulit untuknya Sampai pukul 06.00 ia baru bisa tertidur.
................
Pukul 11.00 Siang
Kediaman Malvin
"Miranda, tolong ambilkan Handphone Tante di atas meja di kamar Tante ya nak!" Perintah Melva pada Miranda yang sedang sibuk dengan pekerjaan kantornya.
Miranda hari ini tidak berangkat ke perusahaan karena ia disuruh untuk menemani Melva dirumah sebab Melva sedang sakit jadi David menitipkan Melva pada Miranda.
Miranda yang mendengar perintah dari Melva pun langsung menuju kamar Melva dan mengambilkan ponsel milik Melva yang berada di atas meja tersebut.
Miranda bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga Malvin dan ia merasa dirinya seperti seorang putri dari keluarga kaya yang sangat dimanja, Karena apapun yang Miranda inginkan ia akan mendapatkannya berkat izin dari David dan Melva.
Kamar Melva dan David berada di tengah diantara kamar Allena dan Miranda. saat hendak keluar dari kamar Miranda melihat ke arah kamar Allena.
----------------
Kamar Allena
"Yaampun aku merasa badanku sakit semua" Allena pun mengerang dan mulai mendudukkan dirinya. ia melihat ke sebuah jam di samping tempat tidur miliknya dan nampak jarum jam sudah menunjukan pukul 11 siang lalu Allena pun bangun dari tempat tidur dengan malas.
"Ah apa yang harus aku lakukan hari ini? aku bosen dirumah terus menerus! apa aku harus menemui Adrian?" Tanya Allena pada diri sendiri. Allena melirik ke sebelah kanan dan melihat kucing kesayangannya.
"Halo Yao selamat pagii" ungkap Allena sambil menggendong Yao kucing kesayangannya itu.
Allena berjalan santai menuju cermin dan melihat gambaran dirinya sendiri,
"Yaampun badanku semakin gemuk saja, ah sudahlah biarkan saja dari semalam aku hanya memikirkan ini sehingga aku tidak bisa tidur dengan benar" ungkap Allena.
Allena menurunkan Yao lalu pergi keluar kamar dan bertemu dengan Miranda.
"Sungguh tidak tahu malu, sudah sebesar ini masih saja bangun kesiangan! lihatlah dirimu sudah gemuk, bau dan juga pemalas!" celoteh Miranda pada Allena yang baru saja keluar dari kamarnya itu.
Allena hanya terdiam mendengar Miranda sambil menundukkan kepala. lalu, Melva ibu Allena berteriak dan memanggil Miranda.
"Mirandaaaa makan dulu sayang, Tante sudah masak banyak pasti kamu suka! dan apakah ponsel Tante sudah diambilkan?" teriak Melva yang di jawab oleh Miranda.
"Ya Tante baik Miranda akan segera kebawah!" Sahut Miranda sambil melangkahkan kaki meninggalkan Allena. sebelum pergi Miranda menengok ke arah Allena lalu ber- decih. "cih, memalukan"
Allena yang mendengar itupun hanya terdiam dan meneteskan air matanya, ia pun masuk ke dalam kamarnya lagi. Ia melemparkan tubuhnya ke ranjang dan menangis karena ia merasa ibunya tidak menyayanginya.
Tidak tahu sejak kapan hubungan Allena dan Melva mulai menjauh membuat Allena ingin sekali bisa berbincang dengan Melva seperti dulu
Melva berjalan menuju kamar Allena dan membuka kamar Allena dengan kasar. Karen Melva pikir Allena belum bangun juga padahal sudah siang.
"APA YANG KAU LAKUKAN! GADIS DI LUAR SANA SUDAH MENDAPATKAN PEKERJAAN YANG LAYAK DAN JUGA RAJIN MELAKUKAN KEGIATAN! LIHATLAH DIRIMU! SANGAT MENYEDIHKAN, MENGURUS DIRI SENDIRI PUN TAK BISA BAHKAN KAU SANGAT MALAS! JIKA KAU TIDAK BISA MEMBANTU BISNIS AYAH MU SETIDAKNYA KAU MENCARI PEKERJAAN DILUAR BUKAN HANYA MENGHABISKAN UANG AYAH MU SAJA!" Protes Melva tiba tiba saat ia memasuki kamar Allena.
Allena pun segera mendudukkan badannya dan menundukan kepala sambil mendengarkan ibunya, Ia tidak berniat membantah atau melawan ia hanya bisa meneteskan air mata.
"TIDAK PERLU PURA PURA MENANGIS KAU SANGAT MENJIJIKAN ! AKU TIDAK TAHU KENAPA AKU HARUS MELAHIRKAN ANAK SEPERTI DIRIMU!" Protes Melva lagi sambil melangkah keluar kamar dan membanting pintu kamar Allena.
Allena kaget mendengar suara dentuman pintu yang keras. Ia pun kembali menangis dan berbicara sendiri dengan suara yang lirih.
"Sebenarnya apa kesalahanku? Apa aku salah jika aku berdiam diri? Bukankah mama tidak pernah menganggap aku ada?Aku harus bagaimana?" lirih Allena sambil terisak.
Allena berniat untuk meminta maaf pada Melva, dan ia ingin hubungannya dengan Melva kembali seperti dulu saat ia masih kecil.
Namun saat Allena akan mengetuk pintu kamar Melva, Allena mendengar suara Miranda dan Melva.
"Tante sudah lah mungkin Allena belum tahu harus melakukan apa! biarkan saja dia, mungkin dia akan belajar suatu hari nanti" kata Miranda sambil mengelus pundak Melva yang sedang menggebu-gebu.
"Tante tidak habis pikir dengan Allena! padahal Tante tidak pernah memanjakannya! tapi di bahkan tidak ada niat untuk berubah! kamu bahkan lebih baik dari Allena!" ungkap Melva pada Miranda.
Miranda hanya tersenyum licik mendengar perkataan Melva. Miranda pun terus berkata lembut tentang Allena namun dalam setiap perkataan tersebut terdapat makna untuk menjelekkan Allena.
Tanpa Melva sadari di pintu sudah ada Allena yang mendengarkan perkataan Melva dengan Miranda. Allena pun berlari menuju kamar nya lagi dan menangis kembali.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!