"PLAKKK ...!!" Terdengar suara tamparan dari seorang wanita setengah tua kepada wanita yang masih terlihat cantik dan anggun.
Semua tamu undangan yang tadinya sedang asik berbincang satu sama lain, seketika berkumpul menjadi satu untuk melihat adegan ibu mertua yang menampar menantu perempuannya sendiri.
"Mah, sakit,"rintih Rika sembari memegang pipinya yang merah.
"Dasar perempuan MANDULLL! tak punya malu! Apa yang kau banggakan dengan menjabat sebagai istri dari anakku Dion?"
Jedarrr!!!
Perkataan itu bagaikan petir yang menyambar jiwa dan perasaan Rika. ucapan yang dilontarkan ibu mertuanya bahkan jauh lebih perih dibandingkan tamparan yang didapatkannya.
Wanita yang menjabat sebagai ibu mertuanya sendiri tega mengatainya di depan semua orang.
Entah kesalahan sebesar apa yang Rika lakukan hingga menyinggung ibu mertuanya.
Air mata tak bisa dibendung lagi. Butiran air bening itu mulai berjatuhan dan mengalir sederas derasnya.
"Mah, Rika gak mandul,"lirihnya campur tangis
"Berani kamu bilang gak Mandul! Dasar gak tau diri! Terus mana cucu yang selama ini kamu janjikan!!hahhh?"berang ibu mertua Rika.
Amarahnya terus menggebu kala mengingat pernikahan anaknya sebentar lagi akan memasuki usia 5 tahun namun belum juga memberikan keturunan.
"Cukup Mah!"sela Dion suami Rika dengan nada sedikit tinggi. Iya terlihat menunjukkan sedikit perlawanan kepada ibunya.
"Diam kamu Dion!"bentak ibunya dengan lebih tinggi lagi.
"Berani ya kamu bentak mama."
"Bukan gitu mah,"ucapnya dengan nada melemah.
Secuit nyali tadi tiba-tiba padam setelah kedua bola mata ibunya menatap dirinya tajam. Dengan sedikit gugup Dion kembali melanjutkan perkataannya.
"Ri ...Rika ha ... hanya menumpahkan segelas air putih, lalu kenapa Mama harus semarah
itu?"
istrinya memang berjalan kurang hati-hati sehingga segelas air putih yang ada di tangannya tumpah dan mengenai ibunya.
"Ah sudahlah! Durhaka kamu kalau lebih memilih istrimu dibandingkan aku ibumu yang melahirkan mu."pungkas ibu mertua Rika lalu dengan wajah penuh kekesalan meninggalkan aula pesta.
Malam ini adalah ulang tahun perusahaan SorayaGrup milik Dion suami Rika. Tapi, tak disangka tuan rumah sendiri malah memperlihatkan aib menantunya di depan umum.
Soraya grup awalnya dipimpin oleh tuan Huda ayah Rika. Namun penyakit stroke yang dideritanya terpaksa menghentikan karirnya. Rika adalah anak semata wayang dari tuan Huda. Rika tidak memiliki banyak pengalaman di perusahaan, jadi dengan terpaksa tuan Huda mewariskan posisi dan jabatannya kepada menantunya Dion suami anaknya.
Pemberian posisi dan jabatan itu tertulis di dalam surat wasiat tuan Huda makanya SorayaGrup kini resmi dipimpin oleh Dion Aryaloka.
Dion akan mengejar ibunya, Rika dengan penuh ketidak berdayaan pun menarik lengan suaminya.
"Mas!"
Kini hidupnya mencapai masa terendah antar manusia. Lalu apakah suaminya akan pergi meninggalkannya?
Dion membalikkan kepalanya lalu menatap istrinya yang memiliki bekas lima jari di pipinya.
"Jangan tinggalkan aku, mas,"lirih Rika penuh harapan.
Tanpa berpikir lagi, Dion langsung menepis tangan istrinya hingga jatuh tersungkur ke lantai kemudian berlari tipis-tipis ke arah dimana ibunya pergi.
Rika hanya bisa menangis di depan semua orang. Cacian dan makian kini berlalu lalang di telinganya.
"Ya ampun kasihan sekali istri direktur kita, kalau aku jadi dia, lebih baik mati saja."
"pak Dion begitu tampan. tapi siapa yang tau, teryata dia tidak bisa punya anak."
"Heh! Bukan pak Dion yang tidak bisa punya anak, tapi istrinya."
"Hmm malang sekali hidupnya."
"Pelankan suaramu, jangan sampai perkataan kita membuatnya bunuh diri."
"pak Dion pasti akan meninggalkannya.
Rika berusaha mengumpulkan semua tenaganya kemudian mulai bangkit dan juga berjalan meninggalkan aula pesta.
Begitu besar hukuman bagi seorang wanita yang tidak bisa melahirkan anak. Rika juga ingin punya anak, namun apa dayanya jika yang maha kuasa tidak memberinya. Semua wanita di bumi ini pasti menginginkan sebuah janin di perutnya, tapi jika kita tidak memiliki kesempatan itu kita bisa apa?
****
Dengan tatapan kosong, Rika perlahan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar tidurnya dan suaminya mas Dion.
Perlahan iya mulai mendudukkan tubuhnya di bibir tempat tidur. Kedua tangannya mulai mengelus perut datarnya itu.
"Andai ada sebuah janin di dalam perut ini, pastinya aku tak perlu merasakan penghinaan menyakitkan itu,"ucapnya ditemani sebutir air yang jatuh dari matanya.
Hidupnya benar-benar kacau sekarang. Aib yang harusnya hanya dia dan keluarga yang tahu kini telah diketahui oleh semua orang. Bagaimana Rika akan menghadapi dunia ini sekarang?
Sebenarnya Rika tidak mandul sama sekali. Iya juga rutin melakukan check up tiap bulannya di rumah sakit. Dokter kandungan bahkan mengatakan bahwa kandungannya baik dan normal saja. Lalu apa? Kenapa sampai sekarang Rika belum hamil juga?
Ini karena memang yang maha kuasa saja yang belum memberinya izin untuk melahirkan dan menjadi wanita sempurna seperti di luar sana.
"Rik, Rika!"tegur Dion yang sudah berdiri di pintu kamar entah sedari kapan.
Rika tak menghiraukan panggilan suaminya. Sudah sangat jelas bahwa perlakuan suaminya tadi benar-benar membuatnya kecewa.
Rika Masi dengan posisi awalnya dimana iya menundukkan kepalanya dan hanya air matanya yang menjadi bentuk ungapan hatinya sekarang ini.
"Kamu gak papa?"tanyanya sembari duduk di samping wanita yang iya cintai pada pandangan pertama di masa kuliah dulu.
Bisa-bisanya mas Dion menanyakan pertanyaan konyol seperti itu. Sudah pasti hati istrinya terluka sekarang ini, lalu untuk apa pertanyaan memuakkan itu?
"Aku sudah mewakilkan mu minta maaf kepada mamaku,"ungkapnya meski tak dapat respon dari wanita di sebelahnya.
"Atas nama mamaku, aku juga minta maaf padamu. Kamu maukan maafkan kesalahan mama?" Tambahnya
"Rik, Rika,"panggilnya karena istrinya tak menyahutinya.
"Kamu dengar Mas, kan?"
"Mas! Sekarang ini aku ingin sendiri. Kamu tidak mengerti dengan apa yang kurasakan sekarang ini, keluarlah,"ucap Rika tanpa menatap ke arah suaminya.
"Sudahlah Rik, kenapa kamu harus semarah ini sih sama mama? Lagian yang dikatakan mamaku itu benar, kamu itu Mandul."
"MAS!!" Sentak Rika
" Aku itu enggak mandul!"Tegas Rika sembari berdiri mengotot pada mas Dion.
"Tega yah kamu ngomong begitu sama istri kamu sendiri!"
Dion dengan mantapnya juga bangkit dari duduknya.
Keduanya terlihat sedang berlawanan dengan sengitnya
"Sudah jelas-jelas kalau kamu itu Mandul! Kamu itu harus terima dengan kekurangan mu itu! Kalau Mandul yah terima saja!" Mas Dion sudah sangat yakin bahwa wanita yang sedang beradu argument di hadapannya itu seratus persen tidak akan bisa memberinya keturunan.
Rika hanya bisa menggeleng mendengar
perkataan suaminya yang masi terlihat muda dan tampan itu.
Air mata kemarahan serta kekecewaan bersatu padu membasahi wajahnya.
"Mas! Jaga ucapanmu! Aku tidak Mandul! kamu yang mandul!"
"Plakkk!" Dion melayangkan tamparan keras ke wajah istrinya yang terus ngotot padanya.
Seketika itu juga, Rika jatuh tersungkur ke tempat tidur dengan bercak darah di sudut bibirnya.
****
hy teman-teman yang gantengg cantik dan baik hati, ini karya baru aku yah please!! bantu dukungannya yah supaya aku gak patah semangat dalam berkarya dan melanjutkan cerita seruku ini.
please LIKE and VOTE
PLISSSSSSSSSS
Ini kah sosok lelaki yang selama ini Rika kasihi?Pria yang berhasil mencuri hatinya di masa kuliah beberapa tahun lalu itu. Tidak pernah terkirakan akan jadi seperti ini.
"Mas Dion menamparku? Apa aku mimpi?"batin Rika mencoba menyadarkan dirinya akan perlakuan suaminya barusan.
"Ini pasti mimpi, yah aku harap ini mimpi,"gumamnya dengan air mata yang sudah berlinang sedari tadi.
Dion panik melihat secercah darah yang keluar dari kedua cela bibir istrinya. Setelah sekian lama membina rumah tangga, akhirnya tindakan kekerasan pun terjadi. Dion telah melukai istrinya dengan tangannya sendiri. Kalaupun luka di bibirnya telah sembuh, namun luka di hati pasti akan terus ada bekasnya.
"Maafkan mas Rika, mas tidak sengaja,"ucapnya lirih sembari mendekati istrinya untuk melihat keadaannya.
Rika hanya duduk sembari memegang kedua pipinya yang sembap itu. Dua tamparan telah iya dapatkan dari sepasang ibu dan anak yang tak lain adalah suami dan ibu mertuanya sendiri.
****
Keesokan harinya, Rika bangun lebih awal dari biasanya. Bi Maya pelayan yang biasanya mengurus rumahnya, meminta cuti untuk menemani anaknya yang masuk rumah sakit kemarin sore. Setelah selesai menyiapkan makanan, Rika kembali ke kamar untuk mandi dan berdandan cantik seperti biasanya.
Di kamar mandi, Rika kembali mengompres kedua belah pipinya yang sudah agak membaik dari semalam. Tega sekali mas Dion menampar Rika.
"Aku hanya akan mencintaimu seumur hidupku tanpa berani menyentuhmu dengan tangan kasarku."kata-kata manis mas Dion sewaktu masi berstatus pacar dulu terus terngiang-ngiang di dalam pikiran Rika.
Iya hanya akan mencintai Rika tanpa berani bertindak kasar apalagi memukulnya.
Sudahlah,
Iya sendiri yang memilih Dion untuk menjadi pendamping hidupnya. Maka dari itu, iya juga harus bisa menerima sifat dan kelakuan suaminya itu. Rika berharap ini yang pertama dan terakhir Dion menyentuhnya dengan kasar selama sisa perkawinannya.
"Mas, ayo bangun,"ucapnya setelah keluar dari dalam kamar mandi.
Dion meregangkan otot-ototnya kemudian mulai bangun dari tidurnya. Sosok wanita berkulit putih dan bertubuh langsing sedang duduk di depan meja hias dengan handuk yang melilit di atas kepalanya. Langsung saja Dion berjalan mendekati sosok itu, istrinya.
"Tubuhmu harum. Rik," ujarnya sambil menikmati wangi farfum fanila yang telah melekat di tubuh sang istri.
Dion bersikap biasa saja. Semalam bagaikan tak terjadi apa-apa antara dirinya dan Rika.
"Mandilah, Mas. Kau harus ke kantor." Ucap Rika mencoba melepaskan pelukan suaminya.
"Aku menginginkan sesuatu yang hangat,"bisiknya sambil mulai menjalarkan jari-jemarinya mendaki sebuah gunung kembar yang ada di dalam sana.
"Tubuhmu tamba seksi saja, ini yang membuatku tak bisa lepas darimu,"rayunya.
"Mas, kau kan harus ke kantor." Kata Rika menolak halus.
"Aku pemilik perusahaan itu, terserah ku mau datang kapan dan pulang kapan." Ucapnya dengan angkuh.
"Loh kok gitu Mas? seharusnya, atasan itu memberi contoh yang baik buat bawahannya."
"Kalau tidak mau melayani suami, bilang saja!" Sentak mas Dion. Iya menyadari ketidak mauan istrinya.
"Bukan gitu Mas, yasudah ayo," ajak Rika.
Pagi ini iya harus melakukan kewajibannya untuk melayani suaminya. Menolak bermain dengan suami sendiri pasti akan berdosa.
"Sudahlah, lupakan saja kejadian semalam. Kalau ku ungkit lagi, pasti akan ribut kembali," batin Rika sembari beranjak dari duduknya menuju ranjang tempurnya dan mas Dion.
"Zzzzzz ...!!! Zzzzzz ...!! Zzzzzz ...!!!" Bunyi ponsel mas Dion menandakan adanya panggilan masuk.
Kedua insan yang tadinya sudah siap berperang di atas ranjang empuk itu terpaksa turun lagi.
Mas Dion segera meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Kedua matanya sedikit melotot setelah melihat nama dari sang penelepon.
Segera saja iya menjauh dari Rika kemudian mulai berbicara terhadap sosok suara dari ponsel miliknya.
"Siapa yang menelepon sepagi ini? Kenapa mas Dion harus menjauh seperti itu dariku?"batin Rika. Tubuhnya masi berbaring siap siaga di atas tempat tidur. Tak jauh darinya, suaminya sudah berjalan mendekat ke arahnya.
"Siapa Mas?"tanya Rika penasaran
"Asistenku. Aku harus ke kantor sekarang," Ucapnya singkat sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi.
Mas Dion melupakan adegan panas yang baru saja hampir iya lakukan bersama istrinya.
****
Beberapa menit kemudian, Rika telah siap bersama sarapan pagi yang sudah tertata rapi dan nikmat di meja makan. Masakannya juga lumayan enak dan sedap rasanya. Tak lupa juga Rika menyiapkan secangkir kopi untuk suami tercintanya.
"Mas, kopimu." Ucapnya dengan senyum di bibirnya. Menurut Rika, senyum di wajah juga merupakan bentuk wajib pelayanan kita terhadap sang suami.
Dion duduk di kursi makan lalu menyeruput kopi buatan Rika.
Istrinya itu, kemudian mengambil piring lalu menuangkan nasi ke dalamnya. Tak lupa juga lauk pauk berupa ayam goreng, ikan bakar, sup karrie dan beberapa sayuran iya tambahakan untuk menemani nasi hangat untuk suaminya itu. Dion dengan nikmat mulai menyantap makanan enak itu di rumah besar kediaman nya.
"Mas, aku akan ke butik bajuku hari ini." kata Rika memulai obrolan.
Rika memiliki sebuah butik pakaian yang terletak di kawasan elit perkotaan. Butik itu juga sudah lumayan di kenal oleh orang-orang dari kalangan atas.
"Terserah,"ucap mas Dion acuh
"Aku juga akan makan siang bersama teman-temanku."tambah Rika meminta izin.
"Terserah."
"Setelahnya, aku akan mampir ke rumah ayah."
"Uhhhuuukk ... Uhhhuuukkkk ... Uhhhuukk ...." Dion tiba-tiba tersedak dengan makanan yang iya makan. Perkataan Rika barusan, sepertinya membuatnya kaget. Spontan Rika mendekati suaminya untuk memberikan segelas air.
"Mas tidak apa-apa?"tanya Rika sedikit panik.
"Tidak!! Kau tidak boleh ke rumah ayahmu!" Hardik Dion dengan marahnya.
Rika tentu saja heran melihat reaksi suaminya yang tiba-tiba seperti itu. Mengapa iya tak boleh menjenguk ayahnya yang sakit.
"Loh kenapa?"
Ekspresi marah mas Dion seketika berubah menjadi gugup melihat wajah istrinya yang keheranan.
"Emm ... Maksudku emm ... Kamu tidak boleh ke sana tanpa aku, emm ... Apa yang akan di pikirkan ayah dan mamamu jika aku tidak ikut menjenguk?"
"Tapi kan Mas, aku hanya singgah sebentar. Lagian, Mas Dion kan ada rapat sore ini,"
"Pokoknya tidak yah tidak! Kalau mau ke sana, Mas harus ikut! Ngerti kamu!" Kekeh mas Dion dengan nada sedikit tinggi
"Yah sudah mas " Ucap Rika tanpa berani berkutit lagi. Lagian, jika suaminya ikut pasti ayah dan mamanya tidak akan berfikir jelek tentang suaminya.
"Mas, berangkat dulu," pamit mas Dion sembari meraih tas kantornya. Rika lalu mencium pundak tangan suaminya sebagai tanda perpisahan.
Mobil mas Dion Pun mulai melaju ke jalan raya dan bersatu bersama padanya kendaraan lain.
...... happy reading......
like and vote nya mana? temanku yang baik hati? ayo vote and like nya mana
Setelah mengurus pekerjaan rumah yang memiliki dua lantai itu, Rika langsung melajukan mobilnya menuju butik bajunya yang ada di pusat kota.
Rika adalah sosok wanita pekerja keras. Meskipun iya sudah memiliki segalanya namun iya tetap menyibukkan diri beraktivitas di luar rumah.
Tidak punya anak juga merupakan salah satu alasannya untuk mencari kesibukan agar dirinya tidak terus bersedih melihat kebanyakan wanita seusianya yang sudah memomong anak.
Ada dua impian besar yang diinginkan Rika sedari kecil. Kedua impian itu tentunya sudah berhasil iya dapatkan.
Pertama menjadi desainer, meskipun iya belum cukup terkenal namun butik pakaiannya itu sudah lumayan sangat terkenal di kalangan atas.
Kedua menikahi pria yang menjadi cinta pertamanya, Rika bertemu dengan mas Dion suaminya pada saat kuliah dulu.
Keduanya sudah saling jatuh hati pada pandangan pertama. Dion bukanlah anak yang mampu di bidang ekonomi.
Namun berkat cintanya yang tulus dan besar, akhirnya tuan Huda merestui hubungan mereka berdua.
Setelah menyaksikan S1 masing-masing, keduanya langsung melakukan resepsi pernikahan yang sangat besar.
Rika anak tunggal dari keluarga Huda, tentu saja tuan Huda tidak akan membiarkan anaknya hidup susah di luar sana. Rumah yang menjadi tempat tinggalnya sekarang dan dua yunit mobil mewah merupakan kado pernikahan dari ayahnya tuan Huda dan ibunya Rossalinda.
"Pagi Bu,"sapa semua karyawan yang bekerja di butik Rika termasuk Lia orang kepercayaan Rika.
"Pagi,"balas Rika dengan senyum manisnya.
"Aku langsung ke ruangan ku, Lia tolong bawakan gaun malam yang sudah hampir selesai itu."pinta Rika.
Gaun malam itu didesain Rika sendiri untuk iya pakai di acar ulang tahun pernikahannya yang ke 5 tahun dengan mas Dion.
"Maaf Bu, gaun yang ibu maksud sudah di bawa pergi oleh ibunya pak Dion tadi pagi." Rika yang mendengar itu kaget.
Untuk apa ibu mertuanya mengambil gaun itu? Untuk di pakainya? Tentu saja tak cocok dengannya.
"Yasudah, gaun yang satunya aja."pintanya.
"Maaf Bu, gaun itu juga sudah di ambil ibunya pak Dion tadi pagi."
"Hah diambil juga? Terus apa lagi yang diambil?"tanya Rika kaget.
"Hinghels dan tas branded yang ibu pesan dari Amerika juga diambilnya." Jelas Lia.
Rika jelas saja tambah kaget mendengar pernyataan orang kepercayaan nya itu.
Mengapa ibu mertuanya mengambil semua itu di butiknya? Sudah jelas-jelas bahwa tak ada yang cocok dengannya.
Terus bagaimana sekarang? Apa yang akan iya pakai di acara pesta ulang tahun pernikahannya nanti?
Rika dengan sedikit kesalnya melangkah keluar dari butiknya. Iya segera masuk ke mobilnya kemudian melaju ke jalan raya.
"Tingg ...," Bunyi pesan WhatsApp dari ponsel Rika.
Segera iya membuka dan membacanya.
Acara kumpul-kumpul nya besok aja yah, soalnya Vina dan Azka gak bisa sore ini. Itulah bunyi pesan grup yang dikirim oleh syila.
"Yasudah. Kalau begitu, lebih baik aku ke kantor mas Dion."ujarnya setelah membaca pesan singkat tersebut.
Di tengah perjalanan, Rika melewati toko aksesoris pria dan wanita.
Iya pun menghentikan mobil yang dikemudikannya itu.
Segera setelahnya, iya pun turun dan langsung masuk ke dalam toko yang terlihat ramai akan pengunjung.
Rika hendak membelikan ayah dan ibunya kado mengingat iya dan suaminya akan berkunjung sore nanti.
"Kubeli sekarang saja, dari pada nanti ada mas Dion. Jika kubeli ketika ada dia, dia pasti akan marah, sukur-sukur jika tidak meninggalkanku di tengah jalan."gumam Rika.
Dion memang suka marah-marah jika istrinya meminta berhenti sejenak untuk membeli sesuatu. Baginya semua itu tak penting dan hanya membuang-buang waktu dan uang saja.
Berbeda ketika masi berstatus pacaran dulu. Dion tidak akan berani bertamu ke rumah Rika tanpa membawakannya sesuatu.
"Mba, tolong kemas jam tangan itu dan kalung antik ini."pinta Rika setelah yakin dengan pilihannya. Istri tuan Huda yang bernama rossa sangat suka dengan barang-barang antik makanya Rika sebagai anaknya menghadiahkan itu untuknya.
"Baik, mba."kata pelayan tokoh dengan senyum ramah di wajahnya.
"Semuanya ... ? Jadi 40 juta, Bu."
"Gesek kartu suami saya," ucap Rika sembari menjulurkan kartu ATM mas Dion. Untuk pertama kalinya Rika menggunakan kartu suaminya. Selama ini, setiap pengeluaran yang iya lakukan, pasti menggunakan uang pribadi yang iya dapatkan dari butik bajunya.
Butik bajunya bisa dibilang sudah mulai berjalan menuju kejayaan. Pendapatan setiap satu tahunnya kisaran empat sampai lima ratus juta bahkan kadang lebih. Maka dari itu, Rika lebih memilih menabung uang suaminya dari pada membelanjakannya. Uangnya pasti akan terpakai juga jika nanti mereka berdua dianugerahkan seorang anak.
"Maaf Bu, saldo di kartu ini kosong."
"Hahh ... Kosong? Coba di cek lagi mba." Pinta Rika
"Maaf bu, saldonya memang kosong. Saya sudah mengeceknya berulang-ulang."
Rika tampak heran mendengar perkataan pelayanan toko yang sudah mengecek kartu suaminya. Kemarin Rika baru saja mengecek saldo di ATM itu dan saldonya kisaran hampir sembilan ratus juta. Lalu, kenapa sekarang kosong?"
"Mba, coba yang ini," kata Rika sembari
memberikan kartu mas Dion yang satunya lagi. Empat hari yang lalu, saldo di kartu itu mencapai tuju ratus juta.
"Maaf Bu, saldonya juga kosong."
"Haahhhhh ...! Kosong juga!"kaget Rika. Apa saja yang dibeli suaminya Dion? Kok bisa kartu ATM nya kosong dalam beberapa hari.
Membelanjakan istrinya? Ini bahkan hari pertama Rika hendak menggunakan uang suaminya itu.
"Yasudah, pakai kartu saya aja mba,"kata Rika sembari menjulurkan kartu ATM miliknya.
"Terima kasih, Bu. Silahkan datang kembali,"ucap pelayan toko setelah Rika berhasil melakukan transaksi dengannya.
Rika hanya membalas senyum dengan ekspresi keheranan di wajahnya. Bagaimana tak heran dua-duanya kartu ATM suaminya kosong melontong. Iya juga sedikit malu di toko tadi, pasti orang-orang yang ada di sana berfikir bahwa iya tak mampu membayar. Terbukti dari cara mereka memandangnya tadi. Rika membawa mobil yang terlihat mewah, namun netizen masih berfikir bahwa iya tak bisa bayar.
Rika kembali melajukan mobilnya menuju kantor suaminya. Mobil sudah iya parkir, langsung saja iya turun dan masuk ke dalam gedung perusahaan yang dulu adalah milik ayahnya.
"Pagi Bu,"sapa resepsionis.
"Pagi,"balas Rika tersenyum.
Iya berjalan menuju lift yang akan membawanya ke ruangan suaminya.
"Dia kan wanita yang diteriaki Mandul, kemarin."
"Husss ...! Pelankan suaramu."
"Dia istri direktur kita."
"Jika dia melapor pada suaminya, kita akan kehilangan pekerjaan."
Bisik beberapa karyawan yang melihat Rika. Rika hanya bisa mengelus dadanya dengan sabar. Sekarang ini, iya hanya bisa bermuka tebal dan berpura-pura tak mendengarkan apapun yang dikatakan orang-orang tentangnya.
"Mas! Kenapa saldo ATM kmau isinya kosong?"kata Rika setelah membuka pintu ruangan suaminya.
Iya mendapati ibu mertuanya bersama seorang wanita cantik sedang asyik berbincang dengan suaminya.
Vote and like nya yah teman. Episode selanjutnya dijamin lebih u
Uuuhhhhh greget dong!!!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!