Pagi yang cerah, Rara yang saat ini masih berada di atas tempat tidur, membuka matanya melihat jam di meja kecil samping tempat tidurnya.
"Masih pagi" gumam Rara kembali menarik selimut dan tidur lagi.
Rara yang terkejut mengingat ini hari pertama nya masuk kerja
"Pagi.....oh tidak aku bisa terlambat" teriak Rara segera melemparkan selimut nya dan turun dari tempat tidur nya.
Rara berlari ke kamar mandi, segera mandi dan memilih pakain kerja terbaik nya, duduk di depan meja rias nya, mengaplikasikan make up di wajah nya yang membuat nya tambah cantik dan mempesona.
"Ma...pa...Rara berangkat dulu"
"Gak sarapan Ra...." ucap Bu Indah Mama nya Rara
"Gak sempat Ma, takut terlambat" ucap Rara mencium tangan Pak Dody dan Bu Indah
"Assalamualaikum" Pamit Rara sambil lari kecil membawa sepatu dan tas nya ke mobil
"Walikumsalam" Pak Dody dan Bu Indah yang kompak menjawab salam dan menggelengkan kepala melihat putri nya yang masih saja belum berubah
Rara yang baru saja pulang dari luar negeri, dan memutuskan untuk kembali ke indonesia karena hampir setiap hari Bu Indah memaksanya untuk pulang.
sebenarnya Rara berencana untuk tidak pulang ke indonesia karena takut bertemu dengan orang yang pernah ada dalam perjalanan cintanya.
***
Sampai di lantai bawah sebuah perusahanan dengan gedung yang menjulang tinggi.
Rara melirik jam yang ada di tangan nya
"Huh...Alhamdulillah belum terlambat" gumam Rara
Rara masuk ke perusahaan menuju ruan HRD bertemu dengan bu indri kepala HRD di sana dan menunjukan ruangan Rara.
"Siang Bu..." para karyawan memberi salam pada Bu Indri setiap berpapasan dan Rara berjalan di belakang Bu Indri
Sesampainya di lantai lima Bu Indri memperkenalkan pasa rekan - rekan kerjanya
*Perhatian sebentar, Ibu perkenalkan kalian dengan Kepala Devisi yang baru Bu Nara putri laksono namanya. Mulai sekarang Bu Nara akan menjadi kepala Devisi di sini" ucap Bu Indri
"Selamat pagi Bu Nara" ucap seluruh anggota staff
"Selamat pagi" jawab bu Nara sedikit membungkukan badannya.
Setelah berkenalan dengan staff di sana Rara menuju ruangannya , setelah membuka pintu Rara masuk dan melihat sekeliling ruanganya.
Ruangan yang cukup luas tertata denan rapi dan wangi. Rara mendudukan tubuh nya di kursi menghela nafas
"Hufff....hari pertama kerja langsung di suguhkan dengan pekerjaan sebanyak ini" gumam rara melihat map - map yang sudah tersusun rapi di meja kerja nya.
Dret...dret...
Suara pnggilan masuk dari bu Indah
"Assalamualaikum...Ra"
"Walaikumsalam Ma..."
"Udah makan belum?? "
"Gak sempat Ma, pekerjaan Rara banyak banget"
"Ini jam istirahat kan?? sempatkan makan dulu Ra, nanti sakit lho" gerutu bu indah
"Iya Ma..udah dulu ya Rara sibuk banget"
Rara menutup panggilan telphon nya dan kembali di sibukan dengan dokumen - dokumen yang harus segera dimintakan tanda tangan Presdir nya.
***
Tok...tok....
"Masuk"
Klek
Suara pintu di buka
Rara berjalan menuju meja presdir dan presdir yang masih tertunduk melihat dokumen - dokumen di meja nya.
"Maaf pak ini ada beberapa dokumen yang harus bapak tanda tangani" ucap Rara
Presdir yang merasa tidak asing dengan suara Rara terdiam sejenak dan mengalihkan pandangan nya menatap karyawannya itu.
"Rara....." ucap Fikri lirih
seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Fikri...." ucap Rara terkejut
Tapi kemudian tersadar kalau dirinya sedang bicara dengan Presdir.
"Emm...maaf pak ini ada beberapa dokumen yang harus segera bapak tanda tangani" Rara menyodorkan dokumen yang di bawanya ke Fikri.
Fikri menerimanya dan Rara segera bergegas keluar. dada ny serasa sesak bergemuruh entah apa yang dia rasakan.
"Rara...tunggu!" suara Fikri menghentikan langkah Rara.
"Iya gimana pak?" Rara kembali
"Apa tidak ada yang ingin kamu katakan padaku Ra??
"Maaf semua sudah saya sampaikan, bapak tinggal tanda tangan nanti jika ada yang tidak sesuai, bapak bisa menghubungi saya sebagai kepala devisi. sekarang saya yang bertanggung jawab dengan proyek ini."
"Bukan itu maksud saya, saya tidak membahas masalah pekerjaan." suara Fikri meninggi
"Jika masalah pekerjaan sudah saya permisi pak" ucap Rara sedikit membungkukkan badannya.
Rara berjalan menuju ruangan nya penuh dengan perasaan campur aduk
"Apa yang harus saya lakukan?kenapa saya harus bertemu dengan nya lagi? dan kenapa dia harus jadi atasanku?" batin Rara
Tanpa Rara sadari matanya meneteskan air mata.
Sesampai ruangan Rara menyandarkan kepala di kursi
"Apa sebaiknya saya risegn saja? tapi tidak mungkin. saya sudah menandatangani kontrak perjanjian tiga tahun." gumam Rara
"Kalau saya bayar finalty pemutusan kontrak kerja, habis tabunganku selama ini, tapi bertahan kerja di sini, apa saya sanggup" gumam Rara lagi
"Hufff...." Rara menarik nafas dalam, tidak tau harus bagaimana mengambil keputusan untuk dirinya saat ini.
Kenangan masa lalu antara dirinya dan boss nya itu kini kembali muncul.
***
"Apa maksudnya setelah sepuluh tahun menghilang, sekarang dia muncul di hadapanku, bekerja di perusahaanku tanpa merasa berslah sama sekali" gumam Fikri menggedorkan meja nya
"Maaf pak apa ada masalah" Dika sekertaris Pak Fikri masuk mendengar boss nya menggedor meja nya
"Tolong Bu Indri suruh kemari" perintah Fikri
"Baik Pak" Dika sedikit membungkuk dan pergi meninggalkan ruangan presdir
***
Tok...tok...
suara Bu Indri mengetuk pintu
"Masuk...."
"Bapak memanggil saya?" tanya Bu Indri
"Tolong bawakan saya semua dokumen dan informasi yang terkait dengan karyawan kita yang baru"
"Maksud Bapak?? Kepala Devisi yang baru??? " Bu Indri ragu
"Iya "
"Baik pak, segera saya siapkan"
Bu Indri mengangguk dan berpamitan. ada rasa heran biasanya atasan nya ini tidak pernah tertarik dengan data karyawan nya.
tapi karena perintah pimpinan Bu Indri juga tidak berani bertanya alasan nya. semua karyawan di perusahaan ini tidak ada yang berani bertanya sama presdir, semua hanya siap laksanakan.
Fikri adalah presdir yang terkenal dingin ,cuek dan selalu berwajah datar bahkan tidak prrnah tersenyum dengan karyawannya.
Tapi semua karyawan di sini sangat mengagumi Pak Fikri karena di usianya yang baru 31 tahun tapi berhasil mendirikan perusahaan furniture yang cabang nya ada di mana - mana. bahkan sampai luar negeri.
Tok...tok....
"Masuk.."
"Ini berkas - berkas yang bapak minta tadi"
Fikri mengambil berkasnya dan Bu Indri meninggalkan ruangan.
Di buka nya berkas - berkas Rara karena Fikri sangat penasaran kemana selama ini dia pergi
"London..." ucap Fikri lirih
"Jadi selama ini kamu di London...pantas aku mencari - cari kamu tidak ketemu, apa yang ada di pikiranmu hingga kamu harus pergi sejauh ini tanpa merasa bersalah meninggalkan aku.
Fikri mengambil telphone kantornya dan menyambungkan ke ruangan kepala direksi.
"Iya ada yang bisa saya bantu pak??" jawab Rara mengangkat telphone
"Masuk ke ruangan saya...."
***
Tok tok
"Masuk"
"Ada yang bapak butuhkan? ucap Rara
"Jadi selama ini kamu di London?
"Maaf pak kalau masalah pribadi sebaik nya saya permisi"
Rara hendak meninggalkan ruangan
"Mau sampai kapan kamu menghindar" ucap Fikri meninggi
Ucapan Fikri menghentikan langkah Rara
"Maaf pak saya tidak pernah mennghindari siapa pun" jelas Rara berusaha tenang walau sebenarnya hati nya juga hancur, rasa itu masih ada
"Kenapa kamu pergi? tatapan Fikri tajam ke Rara
"Saya permisi" jawab Rara singkat meninggalkan ruangan
"Aaaaggg" Fikri mengepakan tangan nya kali ini terasa meu meledak hati nya dingan sikap dingin Rara
Dirungan rara memegangi dada nya menguatakan hatinya jangan sampai rapuh lagi
"Tidak, aku harus kuat, aku tidak boleh lemah...." gumam Rara
Rara meraih hape nya dan menghubungi Adi
"Di kamu dimana?"
"Di kantor gimna?"
"Lagi sibuk gak ?"
"Gak kok gimana? tanya Adi
"Jemput aku bisa? kita ke luar yuk, aku lagi kalut banget" ucap Rara
"Kamu kenapa Ra?
"Nanti aja aku ceritain "
"Okay...tunggu ya aku kesana sekarang"
Adi adalah teman Rara mereka dulu satu SMA begitu juga dengan Fikri
Adi sebenarnya sudah lama naksir Rara, tapi Adi tau hati Rara cuma untuk Fikri, walaupun meraka sudah terpisah bertahun - tahun tapi Adi tau Rara masih mencintai Fikri
Dret....dret....
Panggilan masuk dari Adi
"Aku udah di luar Ra"
"Okay...aku turun" Rara bergegas turun di bawah sampai tidak sadar kalau ada Fikri di belakangnya yang kebetulan mau keluar juga.
"Jadi mereka masih bersama" gumam Fikri mengepalkan jari - jarinya melihat Rara menghampiri Adi di loby.
"Hai...Ra...." membuka tangan nya mau memeluk tapi Rara mencubit nya
"Aawww....sakit Ra...." Adi kesakitan pinggang nya di cubit Rara
"Hahahaha....." Rara tertawa melihat teman nya kesakitan
Fikri yang melihat pemandangan itu seakan naik pitam.
"Apa maksud mereka pamer kemesraan disini?? apa belum puas mereka bermesraan di rumah" gumam Fikri di makan api cemburu
Rara dan Adi terlihat melangkah keluar kantor
"Rara....."
Panggilan Fikri menghentikan langakah Rara dan Adi
"Fikri...." ucap Adi lirih dan Fikri hanya sedikit melirik ke arah Adi
"Mau kemana kamu meninggalkan kantor??" pandangan Fikri tajam melihat Rara
"Maaf pak, jam kerja saya sudah habis 15 menit yang lalu" jawab Rara
Fikri yang melihat jam nya dan menyadari kalau jam kantor memang sudah selesai
"Kamu anak baru disini walaupun jam kerja selesai kalau pekerjaan belum selesai belum boleh minggalkan kantor sampe pekerjaan selesai"
Dika yang tampak keheranan sejak kapan ada peraturan kantor yang seprti itu
"Maaf pak Fikri, tapi pekerjaan saya juga sudah selesai. kalau sudah tidak ada yang perlu di bicarakan saya permisi" Rara sedikit membungkukan badannya dan melangkah keluar menggandeng tangan Adi
"Kurang ajar sekali mereka" Fikri yang emosi
Sekertarisnya yang tidak tau dengan kisah boss nya dan Rara kepala devisi yang baru hanya menggelengkan kepalanya dan sedikit menarik nafas.
***
Dimobil Rara mulai menceritakan pertemuan nya dengan Fikri
"Jadi maksud kamu, sekarang Fikri boss kamu?? ucap Adi
"Iya Di...aku harus gimana? aku takut gak bisa nahan perasaanku"
"Kamu masih suka ya Ra sama Fikri?"
"Aku sudah berusaha menghapus semua tentang Fikri Di, tapi sampai saat ini aku akui memang aku belum bisa melupakan Fikri"
"Kalau masih cintai kenapa harus menghindar?"ucap Adi
"Aku gak menghindar tapi aku memilih pergi demi kebahagian nya." tegas Rara
"Apa sekarang dia bahagia? tanya Adi
"Entahlah, aku juga belum tau bagaimana hubungan nya dengan Dela. mungkin sekarang mereka sudah punya anak." Rara membayangkan dan tanpa di sadari air matanya menetes di pipinya
Adi memberikan Tisu
" Ra...apa gak sebaiknya kamu risegn saja?"
"Itu juga yang aku pikirkan tadi Di...tapi gak mungkin aku udah tanda tangan kontrak kerja
tiga tahun" jelas Rara
"Tapi apa kamu bisa menyiksa perasaan kamu seperti ini? kamu sanggup melihat orang yang kamu cintai bersama wanita lain" suara Adi meninggi
Rara tidak menjawab dan hanya menangis
"Ra ....sudah ya janagan nangis, aku tidak bisa melihat kamu seprti ini" Adi mengusap kepala Rara lembut
Di tempat lain Fikri yang saat ini sudah dirumah
"Fikri...." panggil bu Lina mama Fikri
"Iya ma...." kamu tumben jam segini sudah dirumah?
"Fikri lagi banyak pikiran ma, mau istirahat" jawab Fikri
"Fikri sini sebentar, duduk..." ucap Bu Lina
Fikri tidak menjawab dan langsung duduk di depan blBu Lina
"Cerita sama mama" Fikri yang selama ini tidak pernah bisa menyimpan rahasia dari Bu Lina
Fikri anak yang sangat berbakti apa pun pasti akan di ceritakan sama ibu nya.
"Fikri ketemu Rara ma, dia kerja di perusahaan Fikri" ucap Fikri sendu
"Rara...gadis yang meninggalkan kamu itu dan membuat kamu terpuruk?? Bu Lina tampak
Emosi
"Rara gak seperti itu ma, Fikri yakin dia punya alasan." terang Fikri
"Apa maksud kamu Fik? Mama peringatkan kamu, jauhi wanita itu. pecat dia! tegas Bu Lina
"Ma"
"Mama bilang segera pecat dia"
" perusahaan ada aturan nya ma, gak bisa asal pecat karyawan." jelas Fikri
"Itu perusahaan kamu, kamu berhak mau memperkerjakan atau memberhentikan siapa saja yang kamu mau" Bu Lina dengan suara meninggi
Fikri hanya diam dan kembali ke kamar
"Kurang ajar, berani sekali dia muncul di hadapan Fikri" gumam Bu Lina marah
****
"Ma...pa...."
"Hai.... anak mama sudah pulang, sini sayang" ucap Bu Indah
"Kok anak Papa terlihat lesu gini pulang kerja, apa hari pertama langsung banyak kerjaan??? tanya Pak Dody
"Iya pa, hari pertama langsung di suguhi pekerjaan segunung" keluh Rara
"Kasian anak papa, ya sudah sana mandi dulu segera makan setelah mandi. mana sudah menyiapkan makanan buat kamu"
"Iya Pa, Pa terimakasih ya. Rara ke kamar dulu" ucap Rara
Aampai kamar Rara merebahkan tubuhnya di kasur menatap langit - langit kamar nya tanpa di sadari air mata nya menetes lagi
Sepuluh tahun berlalu, tapi Rara belum bisa melupakan cintanya untuk Fikri.
*Flashback
"Ra nanti pulang sekolah bareng ya" ajak Fikri
"Iya, kebetulan aku gak bawa sepeda. kamu boncengin ya nanti." jawab Rara yang nampak ceria dengan rambut di ikat kuda
"Siap..."Fikri senyum sumringah
Rara yang sudah keluar kelas lebih dulu menunggu Fikri di gerbang sekolah.
"Kita ketaman dulu mau gak? sekalian kerjakan tugas disana" ajak Fikri yang saat itu masih mengenakan seragam abu - abu nya
Fikri dan Rara ketaman mengejakan tugas, selesai mengerjakan tugas Fikri memainkan gitar dan Rara yang menyayi. mereka nampak bahagia. kebahagian sepasang muda mudi yang lagi jatuh cinta
* Flashback off
"Huff ini salah, ini tidak benar, aku harus bisa melupakan Fikri" Rara mengeleng - gelengkan kepalanya dan mengacak - acak rambut nya
"Rara....." panggil bu Lina
"Tante........ " ucap Rara lirih
Plak.....
Tamparan mendarat di pipi Rara yang berada di pintu masuk bawah gedung perusaan Fikri.
semua karyawan melihat ke arah Rara, karena memang jam masuk kerja karyawan jadi lumayan bayak karyawan yang melihat kejadian itu.
"Untuk apa kamu kemari? tanya Bu Lina dengan nada Tinggi
Rara hanya diam memegangi pipi nya yang terasa panas karena tamparan mama nya Fikri
"Kamu sengaja kan mau menggoda Fikri lagi?" tuduh Bu Lina
"Apa Tante kira saya sengaja kerja di sini? Andai saya tau ini perusahaan Fikri. saya tidak akan pernah mau menginjakan kaki saya sini" ucap Rara
"Sekarang kamu sudah tau kan? sekarang kamu tinggalkan perusahaan ini, jauhi Fikri!"
"Maaf tapi itu tidak mungkin. saya tidak mungkin pergi sekarang karena saya terikat kontrak kerja" jelas Rara
"Apa masalahnya kalau terikat kontrak? kamu bisa membayar uang finalty pemutusan kontrak kan? kalau kamu tidak sanggup membayar nya ini cek ada sejumlah uang yang saya rasa lebih dari cukup untuk kamu memutus kobtrak."
"Maaf saya tidak bisa menerima nya, sebaiknya bawa kembali cek anda"ucap Rara
"Begitu sombong kamu sekarang rupanya, kalau kamu masih tidak mau pergi dari hidup Fikri berarti benar kamu sengaja mau menggoda Fikri lagi, ternyata benar kamu wanita penggoda, kamu lupa kalau kamu kembali lagi di kehidupan Fikri itu sama halnya kamu menyakiti Dela. apa memang itu yang kamu harapkan?"
"Tidak Tante saya bukan wanita seperti yang Tante katakan, saya tidak akan pernah lagi mengganggu hubungan Fikri dan Dela. hubungan saya dan Fikri hanya sebatas rekan kerja antara bos dan bawahan. hanya itu tante" ucap Rara terisak tangis
Sekarang semua karyawan perusahan disana menggosipkan kalau Rara kerja di sana untuk mendekati Boss mereka.
Semua karyawan memandang dengan tatapan sinis ke arah Rara tapi Rara hanya berlalu tanpa merespon mereka.
"Gak nyangka ya ternyata dia wanita penggoda" ucap beberapa karyawan saat Rara melewati mereka.
Sesampai di ruangan Rara menangis sejadi - jadi di balik pintu ruangan.
Dika sekertaris Fikri sekaligus orang kepercayan Fikri mendengar kejadian di lantai bawah tadi pagi segera melaporkan pada atasan nya.
Tok..tok..
"Masuk.."
"Emm.....maaf pak ada yang mau saya sampaikan" Dika sebenarnya ragu karena Dika tau Fikri sangat menyayangi ibu nya tapi mendengar perkataan dari beberapa karyawan dan melihat sikap Fikri yang beda pada kepala Devisi yang baru, membuat Dika berfikir ada hubungan di antara boss dan kepala Devisi yang baru.
"Sebenarnya apa yang mau kamu bicarakan kenapa malah bengong?" ucap Fikri
"Tadi saya mendengar dari beberapa karyawan disini kalau Bu Lina..Bu Lina...." Dika ragu mengatakan nya
"Mama kenapa? Fikri panik
"Bu Lina menampar Bu Rara kepala Devisi yang baru di depan kantor" ucap Dika
"Kenapa Mama bisa sampai menampar Rara?" tanya Fikri kaget
"Kalau itu saya kurang yakin tapi dari beberapa karyawan yang mendengar perdebatan Bu Lina dan bu Rara mereka mengatakan kalau Bu Rara sengaja kerja di sini buat menggoda boss Fikri" ucap Dika
Fikri memijit pelipisnya bingung dengan sikap Mama nya
"Dan...." Dika tidak melanjutkan
"Dan apa?" tatap Fikri pada dika
"Nyonya besar melempar cek agar bu Rara meninggalkan bos" ucap Dika
"Apa...?kenapa mama bisa melakukan hal sejauh itu" Fikri berdiri menggebrak meja di depan ny memngambil nafas dengan perasaan kesal kemudian kembali duduk dan menyandarkan kepalanya di kursi kerjanya.
"Sekarang gimana keadaan Rara?" tanya Fikri
"Sepertinya Bu Rara cukup terkejut sampai sekarang belum keluar dari ruangan nya"
Sebenarnya Fikri ingin sekali marah sama Mamanya, tapi di sisi lain Mama nya berbuat seperti itu pasti ada sebabnya.
karena di mata Fikri Mama nya orang yang baik tidak mungkin melakukan hal sekeji itu kalau tidak ada alasan.
"Boss..maaf jika saya lancang bertanya tapai apa sebenarnya apa Bu Rara ini perempuan yang meninggalkan bos sepuluh tahun yang lalu?" tanya Dika setengah takut
"Hemmm...iya, dan sampai saat ini saya masih belum tau alasan dia pergi. saya selalu berfikir mungkin suatu saat nanti jika dia kembali dia akan minta maaf sama saya, tapi saya salah. saat dia bertemu saya justru saya merasa seperti dia yang marah sama saya" Fikri bercerita
"Apa mungkin saat itu Bu Rara pergi karena boss melakukan kesalahan?" tanya Dika
"Kesalahan..? saya melakukan kesalahan? Fikri mencoba mengingat - ingat kejadian sepuluh tahun yang lalu
*Flashback
Hari terakir sebelum Rara pergi
"Fik...kok kamu masih disini? apa kamu tidak tau hari ini Rara mau pergi ke luar negeri" ucap ratih sahabat Rara yang melihat Fikri sedang main gitar di kantin
"Apa maksud kamu? Fikri terkejut mendengar Rara mau pindah ke luar negri
"Jadi kamu benar - benar tidak tau?"
"Tadi pagi Rara dan orang tuanya sudah mengurus surat - surat pindah nya. dan tadi Rara sempat bilang penerbangannya siang Ini." ucao Ratih
"Kamu tau Rara mau pergi kemana?" tanya Fikri panik
"Kalau itu aku gak tau, dia gak mau bilang waktu aku tanyai" jawab Ratih
Mendengar itu Fikri langsung lari mengambil sepedanya mengayuh sekuat tenaganya sampai di dekat rumah Fikri melihat Rara di gandeng Adi naik ke sebuah mobil.
Dan ternyata di saat itu juga kebetulan Adi juga pindah sekolah.
seketika Fikri menyimpulkan mereaka pergi bersama.
Adi adalah anak pengusaha sukses yang wajar jika di gandrungi para kaum hawa.
Mulai saat itu Fikri berjanji akan menjadi orang sukses melebihi keluarga Adi.
*Flashback off
"Sambungkan saya dengan Rara, suruh dia keruangan saya" perintah Fikri pada Dika.
Dika segera mengambil telphon nya
"Iya hallo..." jawab Rara saat telphon tersambung
"Bu Rara di tunggu pak Fikri di ruangannya sekarang" ucap Dika
"Baik saya kesana" ucap Rara dan menutup telphon nya
"Huufff...." Rara menarik nafas memasang senyum seolah tidak ada apa - apa
Sepanjang menuju ruangan presdir tentu saja Rara jadi bajan cibiran karyawan yang lain semua mata tertuju pada Rara seolah melihat makluk yang mengerikan
Tok...tok...
Rara mengetuk pintu presdir
"Masuk..."
"Bapak mencari saya?" ucap Rara tenang seolah dirinya baik - baik saja
"Duduk..." ucap Fikri
Rara duduk dan Fikri memandangi wajah Rara untuk sesaat
"Ada yang bapak butuhkan?" ucap Rara
"Bagaimana keadaan kamu?" Fikri memandang Rara
Rara tersenyum
"Seperti yang bapak lihat saya baik - baik saja"
"Jangan bohong" ucap Fikri
"Maaf tidak ada alasan untuk saya bohong dengan bapak" ucap Rara datar
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!