Ini adalah novel pertama aku, di mana aku belum tau cara kepenulisan titik koma. Dialog aksi dan dialog tag.
Happy reading🥰
____________
Ciiiiit
Bruk
"Aaaaaaaa."
Seorang wanita dan anak kecil tiba-tiba terpental hebat, setelah sebuah Mobil menabraknya dengan sangat kencang.
Tap
Tap
Tap
"Suster, tolong selamatkan dua orang ini, mohon rawat mereka suster."
"Baik Tuan, baiknya Tuan tunggu di sini dulu."
Ruang operasi pun di tutup, Kenan tampak frustasi.
Tring tring tring
{assalamualaikum. Mi maaf aku terlambat pulang, aku keserempet orang Mi, sekarang ada di rumah sakit}
{Astagfirullah Pah? bagaimana keadaan pasien?}
{Sekarang koma Mi, ini masih di bawa ke ruang operasi}
{Astagfirullah pah, mudahan tidak apa-apa}
{Udah dulu Mi ya, Rado tidak usah di beri tahu dulu, nanti dia panik}
{Baik Pah}
{Assalamualaikum
{Wa alaikumussalam}
Ceklek
"Bagaimana sus?" tanya Kenan.
"Mereka baik-baik saja, cuma memar dan syok, sebentar lagi mereka pasti sadar."
"Syukurlah," ucapnya.
Kenan pun duduk di ruang tunggu.
Ceklek
Pasien pun di bawa ke ruang inap, Kenan pun mengikuti.
Kenan terpaksa tidur untuk menjaga mereka, karena tidak ada identitas, saat menelpon salah seorag teman kerjanya, mereka pun tidak tau asal usul keluarganya.
Pagi jam 08.00
"Davian....au, sakiit."
Wanita itu tampak sudah bangun, seorang gadis yang terlihat masih muda.
"Nona kau sudah bangun?"
"Siapa kau?"
"Maaf Nona, aku yang menyerempet kalian kemaren."
"Au sakit, Kakak, sakiiit."
"Davian...Oh kau terluka parah."
"Maaf Nona, siapa namamu?"
"Aku Laras, dan ini adikku Davian."
"Maaf kan aku, aku akan membiayai hidup kalian, sampai sembuh total, kalian istirahat saja di sini, sampai kalian di perbolehkan pulang."
Sejak saat itu Kenan pun bolak balik rumah sakit sampai 5 hari kemudian.
"Hari ini kalian boleh pulang, ayo bersiap, biar aku antar."
"Terimakasih Tuan,"
Mereka pun beres-beres dan bersiap untuk pulang.
Kediam Laras kontrakan mungil yang berada di dalam Gang kecil.
"Kalian diam di sini?
"Iya Tuan." Mereka pun masuk ke dalam dan ngobrol banyak, Kenan lun merasa simpati, mereka hanya hidup berdua, ibunya meninggal, sementara ayahnya menikah lagi dan tidak pernah lagi menemui mereka.
"Kalian tidak perlu khawatir, aku akan membiayai kalian, kalian jangan sungkan."
Sejak saat itu Kenan pun sering mampir ke tempat Laras tanpa sepengetahuan Istri dan anaknya.
"Laras, apa kau mau menemaniku jalan hari ini?"
"Ke mana Tuan?"
"Kalau tidak sibuk kau ikut saja ya!"
"Apa tidak di marahi keluarga Tuan?"
"Kita cuma jalan aja kok, nggak ngapa-ngapain."
"Baiklah Tuan."
"Jangan panggil Tuan, panggil saja Mas ya."
"Mm, apa tidak masalah?"
"Tidak apa-apa kok."
Sejak mereka sering jalan bersama lama-kelamaan benih cinta pun tumbuh, tak pandang usia. Kenan 45 th
sedang Laras baru berusia 22 tahun. Hingga akhirnya merek memutuskan untuk menikah Sirri.
Malam pertama 22.00
"Davian, malam ini kamu tinggal sama bi nuri ya, Kakak mau nemenin mas Kenan ke luar kota."
"Baiklah Kak, jangan lupa bawa oleh-oleh ya."
"Baik sayang."
Laras pun berjalan
menuju Gang, karena Kenan sudah menunggunya di sana.
"Gimana sayang apa Davian merajuk, karena tidak di bawa?"
"Nggak lah Mas, dia sudah terbiasa di tinggal, waktu aku kerja."
"Tunggu, aku harus menelpon istriku dulu."
Tring tring tring
{Mi, aku hari ini nggak pulang, ada urusan mendadak ke luar kota perbatasan, perusahaan kita di sana ada sedikit masalah}
{Wa alaikumussalam Baik lah Pah}
{Eh, lupa assalamualaikum}
{Hati-hati Pah ya, mudahan lancar}
{aamiin, iya Mi,udah ya asalamualaikum}
{Waalaikumsalam}
Laras pin tampak menyandarkan kepalanya di bahu Kenan manja.
"Hemmm, udah nggak sabar ya, ayo berangkat."
Sepanjang jalan mereka hanya bercanda dan bermesraan kaya penganten baru. Mereka pun sudah sampai di tempat tujuan Hotel di pinggir Kota.
Setelah memesan kamar mereka pun masuk.
"Sayang, ayo sini." Kenan pun merangkul istri mungilnya itu di pangkuannya.
"Apa kamu sudah siap hemm." Laras tampak malu dan hanya mengangguk.
"Ini hadiah untukmu."
"Apa ini Bang?"
"Buka dulu."
Kreeeek
"Ha....? apa ini? kok kaya sarang Hama Mas?"
"...." Kenan hanya tersenyum menyeringai.
"Baiklah, aku akan memakainya."
Setelah masuk kamar mandi dan membersihkan diri, Laras pun mandi dan mengganti bajunya.
Ceklek
"........!!!" Kenan termangu melihat pemandangan di depannya, bagaimana tidak, tubuh mungil yang putih bersih itu begitu mempesona di matanya.
"Mas, jangan gitu doong malu ah.
Akhirnya mereka pun terbuai oleh belaian kasih sayang pasangannya, sampai mereka benar-benar melupakan dampak dari semua itu kelak.
Kediaman Kenan.
"Ummi, papah mana, kok nggak makan malam?"
"Papah ada rapat dadakan Do, katanya ke luar kota ngurus perusahaan yang di perbatasan."
"Kok dadakan Mi?"
"Karena urusannya juga dadakan Do, ayo dimakan nanti keburu dingin."
Prang
"Au."
"Mi,,kenapa, kok bisa gini?"
Tanpa sengaja mamah Rado menjatuhkan gelas yang tersenggol oleh sikutnya sendiri.
"Bi tolong sapu ya, ummi tidak apa-apa?"
"Nggak papa kok Nak. kamu makan saja ya, ummi terasa pusing nih."
Mamah Rado pun berjalan menuju kamarnya, karena kepalanya tiba-tiba pusing.
Apa benar Papah rapat? Baiklah, aku kan menyelidikinya.
Tring tring tring
{Pak, apa perusahaan ada masalah?}
{Tidak ada Tuan muda, baik-baik saja kok}
{Kalau perusahaan yang di luar kota bagaimana?}
{Juga tidak ada masalah, pagi tadi kami sudah mencek ke sana untuk memeriksa penjualan dan lain-lain.}
{Baik Pak, terimakasih.}
Tuuuut
Oooh ternyata, Papah sudah berani main-main ya, pantas selama sebulan ini papah sering pulang malam, apa mungkin papah selingkuh?
Rado tampak gelisah
"Tuan Muda, kok nasinya tidak di makan?"
Tiba-tiba Bibi mengagetkan lamunannya.
*
*
*
Pagi menjelang.
Kenan mengeratkan pelukannya di tubuh istri mungilnya itu yang masih te****ng.
"Kita mandi yu Mas!
"Hemmm, males ah."
"Kok males?"
"Lagi dooong, hem."
"Mas, sakit tau."
Kenan benar-benar tidak mau melepaskan pelukannya, hingga hari itu mereka pun,hanya menghabiskan waktu di tempat tidur.
3hari sudah mereka di luar kota, saatnya pulang.
"Sayang sebenarnya aku tidak ingin berpisah darimu lho, tapi bagaimana lagi, semua ini harus tetap kita rahasiakan."
Ucap Kenan sambil memeluk tubuh mungil istrinya dari belakang saat ingin keluar dari hotel tersebut.
"Ayo, nanti Istri Mas malah curiga."
Akhirnya mereka pun meninggalkan kamar itu dengan saling bergandengan.
Deg
Itu kan ayah Rado, dengan siapa dia? apakah Rado punya seorang adik gadis, setahuku, dia kan anak tunggal?
Sepasang mata tampak heran melihat kemesraan Kenan dan Laras yang baru keluar dari Hotel tersebut.
Gawat ini, aku harus memberitahukan Rado.
Cekrek
lelaki itu pun memoto Kenan dan Laras yang sedang bergandengan erat, bagai penganten baru.
Klok
pesan terkirim. langsung centang biru.
Sementara Rado tampak mengepalkan genggamannya, gerahamnya pun berbunyi menahan amarah.
🌹🌹🌹
"Ummi, hari ini Rado ada kegiatan sama teman teman, kemungkinan akan nginap mi, bolehkan?" Rado yang saat itu berdiri di tangga, menunggu jawaban dari ummi nya yang sedang duduk santai di sofa, harap harap cemas.
"Temen yang mana Do?" ummi nya menoleh ke arah Rado.
"Yang biasa mi ada Alfi, Jihad juga Zidan mi, bolehkan?" Tanya Rado sekali lagi
"Coba telpon papamu dulu, boleh nggak?" usul ummi lagi.
"Ah, ummi, kalau papa kan slalu boleh, malah yang sering nggak ngizinin itu dari ummi kan?" Tambah Rado lagi.
"Berapa hari do? sehari aja kan?" Tanya ummi lagi. sambil mengernyitkan dahi tanpa menoleh.
"iya mi, kayaknya sehari aja deh" Jawab Rado lagi.
"ya sudahlah, tapi hati hati ya, dijaga kesopanan, kalau sampai ke rumah temen, atau pun dimana pun kamu berada, jangan bikin malu ummi dan papa ya!?" Nasehat ummi.
"iya mi, terimakasih, Rado mau siap siap dulu." Rado pun melangkah menuju kamarnya. Setelah memasukan sajadah, baju bersih dan keperluan lainnya ke ransel nya, dia pun turun kembali.
"mi, Rado berangkat ya." Rado pun salim dan cipika cipiki sama ummi nya.
"Hati-hati ya, jangan bawa gadis, bahaya" Ucap ummi lagi.
"Iya mi pasti, assalamualaikum." Rado pun melangkah keluar menuju garasi.
"Wa alaikumussalam." Ummi pun mengantar sampai muka pintu.
"Papa sudah pulang?" ketika mengantar Rado ke depan, ternyata papa Rado juga tiba dari kerjanya.
"Iya mi, papa ada kerjaan keluar kota beberapa hari, tolong sediakan baju dan keperluan lainnya ya mi! papa mau mandi dulu!" papa melangkah menuju belakang. Keliatannya menuju dapur mungkin mau minum dulu kali ya.
"Ko mendadak pa? Rado juga baru saja keluar, ummi sendirian dong pa?"
"Kan ada bibi mi, paman kebun juga satpam ada di rumah belakang, tak usah takut!" Papa terdengar sedikit berteriak dari dapur.
"Kalau jadi begini, tadi Rado nggak usah aja pergi sama teman temannya." gumam ummi sambil membereskan baju papa dan keperluan lainnya.
"Mi, nanti ngga usah hubungi papa ya, kecuali papa yang nelpon duluan, takutnya papa lagi meeting." Titah papa pada ummi yang masih sibuk beres beres.
"Iya pa, tapi nggak meeting sama cewek kaaaan?" ummi melirik ke arah papa sambil sedikit tersenyum.
"Ummi bisa aja, hanya ummi yang paling cantik di mata papa, nggak ada yang lain, jangan khawatir!" Papa memeluk ummi dari belakang, terlihat walau pun tidak muda lagi, tapi mereka terlihat sangat harmonis.
"Ah Papa, ini, sudah beres! " ummi pun menderek koper keruang tamu, di ikuti papa dari belakang.
setelah cipika cipiki papa pun berangkat.
"Hati-hati pa ya! kenapa nggak pakai sopir kantor sih pa? masa harus nyetir sendiri?" tanya ummi heran.
"Nggak mi, sopir istrinya lagi sakit, kasian anaknya yang kecil klo ditinggal malam, udah ya assalamualaikum."
"Wa alaikumussalam warahmatullah." ummi pun melambaikan tangan, dan memandang mobil papa sampai hilang ditikungan pagar, ummi pun masuk ke rumah dan kembali santai diruang tamu.
"Bi...malam ini nggak usah masak, kita pesan makanan diluar saja, Rado dan papa nginep diluar soalnya!" Suara ummi sedikit meninggi agar bibi yang ada di dapur mendengar.
"Iya Nya, mau makanan apa Nya, biar bibi beli kedepan, banyak tu Nya yang enak di warung depan." Bibi mendekati ummi.
"Ayam bakar madu ada nggak?"
"Mmm seperti apa itu Nyonya? bibi belum pernah dengar." Jawab Bibi bingung
ummi hanya tersenyum.
"Ini aku pesan dulu ya, nanti tungguin didepan, aku mau mandi dulu , ini sudah jam 4 mau sholat ashar dulu " setelah memesan lewat online.Ummi pun berangkat dari duduknya dan menuju kamarnya untuk mandi dan sholat ashar.
"Iya Nyonya." Bibi pun berpaling menuju dapur untuk merapikan sisa bekas makan siang tadi.
Ting tong
"Paket." Suara wanita terdengar dari depan
"Tunggu mbak." Bibi terlihat tergopoh-gopoh menuju depan rumah.
"Masuk dulu mbak, sebentar, saya panggil Nyonya?" Bibi pun segera menuju kamar ummi, sebelum Bibi mengetuk pintu ternyata ummi duluan yang buka pintu.
"Kuliner yang kita pesan ya bi?"
Bibi mengangguk dan mereka menuju ruang tamu bersama sama.
"Berapa mbak?" terlihat wanita itu sepantaran dengan ummi kisaran umur 40-45
"30 ribu bu, uang pas aja."
ummi mengeluarkan uang 100 ribuan.
"Nggak usah di kembali in, buat mbak aja." ummi memang baik, dermawan, bahkan ni ya dia sering bagi bagi uang atau hanya nasi bungkus buat panti asuhan yang dihuni santri santri pondokan. Mungkin kedermawanannya itu maka rezeki Pa Kenan meningkat, tak pernah tu ada kata krisis dalam perusahaannya. Perusahaan Kenan di bidang konveksi sangat maju, bahkan mempunyai karyawan ratusan.
"Ayo bi kita makan." Bibi pun membawa kotak ayam ke dapur. Dan menghidangkannya dimeja makan. Mereka pun makan bersama. Karena ummi tak pernah membedakan Bibi, dia sudah menganggap seperti keluarga sendiri.
🌹🌹🌹
Diperjalanan menuju gunung air terjun, Rado dan teman teman terlihat happy, karena dia berangkat jam 3 siang mereka pun kemalaman diperjalanan, sehingga harus menginap di perkampungan.
"Ada nggak disini penginapan? apa kita pasang tenda aja ya?" ucap Zidan sambil asyik makan cemilan.
"Kita tanya aja sama bapa bapa di sana, udah hampir magrib juga, kalau nggak ada, kita tidur di mesjid aja? nggak papa juga, lagian kampung nggak kaya kota, paling paling ada anjing." Tambah Jihad lagi
"Baiklah." Rado pun turun dan menghampiri bapa bapa.
"Pa maaf, apa disini ada penginapan?" Tanya Rado.
"Hadang hululah(tunggu dulu)." bahasa kalimantan selatan neng. ☺
"Din oo din, ada ah ujar kaguringan gasan ni kakanakan ada batakun? "
( din, ada penginapan nggak? ini ada anak remaja nanya).
"Hadang bah lah, lun takuniakan."
(tunggu dulu yah,aku tanyain)
"Halo, bam, ada ah lagi nang kosong panginapan banyu panas ti? ada urang batakun nih."
(helo, bam, apa masih ada penginapan? ada yang nyari nih)
yang di panggil udin mengangguk angguk sambil sesekali berucap oo.
"Maaf banar, katanya nggak ada mas."
bahasa si udin belepotan, maklum terbiasa bahasa melayu.
"Ooh gitu ya mas? kira kira ada tempat yang bisa kami tiduri nggak malam ini? kami mau kepegunungan, tapi ini sudah mulai malam, nggak sempat."
"Amun hakun disini ai bamalam."ucap sang ayah
(kalau mau, disini aja nginap)
" Iih kawa aj mas."kata udin menimpali
(iya bisa ko mas)
"Boleh ya pa? kami nginap disini,nggak papa seadanya."
Mereka pun akhirnya nginep ditempat Udin. Mereka sangat baik dan bahkan dijamu makan malam oleh mama Udin. Rumah kayu sederhana,tak ada kulkas atau televisi, sajian iwak kering dan telor dadar, makan bersama terasa nikmat. Saat duduk duduk di pelataran rumah.
"Maukah bajalanan ke atas kebanyu panas,ada kolam renangnya, biar malam gen tatap panas banyunya"
(Apa mau jalan jalan ke atas,ke air panas?disana ada kolam renangnya lo,walau malam airnya tetap panas)
"Benarkah?ayo!" zidan tampak antusias.
karena tempat yang dimaksud tidak terlalu jauh hanya berjarak 100 meter mereka pun hanya berjalan kaki. Sesampainya di sana.
Baru sampai depan gerbang air panas.
"Aduh, perutku sakit, aduh." Rado tampak meringis menahan sakit diperutnya. Dia pun terduduk tak berdaya.
"Rado ada apa ini, apa yang terjadi?" Jihad sedikit panik dan mendekati Rado yang duluan sampai.
"Perutku sakit, ayo kita balik aja, aku tidak kuat nih."
"baiklah, tapi apa kami ambil mobil dulu?" tanya Zidan
"Tidak usah, aku kuat ko, begini saja."
Rado pun merentangkan tangannya ke pundak jihad dan zidan, sementara Udin memegang senter, maklum lampu jalanan yang redup remang remang.
"Ai, kada jadi ah, maka satumat banar?"
(apa nggak jadi ke sana?ko sebentar sekali?)
"Anu ma ai, inya sakit parut jar."
(anu ma, dia sakit perut)
" Ooh, kasai minyak kayu putih kalo masuk angin, kalayapan malam malam, makanya am sakit parut kalo."
(olesin minyak kayu putih, mungkin saja masuk angin, kelayapan malam malam, jadi masuk angin deh)😃
🌹🌹🌹
Ke esokan harinya, mereka pun melanjutkan perjalanan menuju gunung air terjun yang di tuju. Melewati air panas mata Rado pun mencari cari sesuatu. Sampai-sampai dia duduk dibelakang agar teman temannya tidak melihat apa yang sedang diperhatikannya. Sepertinya, sakit perut tadi malam hanya alasan saja, ada rahasia di sana.
"Ummi, assalamualaikum, Rado pulang Mi?" Rado masuk dan menghempaskan ranselnya di sofa ruang tamu.
"Waalaikumussalam, eh tuan muda, sudah datang, Ummi di belakang lagi menyiram kebun rempah." Ucap bibi
Rado pun kebelakang mencari ummi nya, Rado anak yang sangat sopan, orang yang pertama kali di cari setiap kali masuk rumah adalah ummi, baru papa. Seperti hadits ummun, ummun, ummun?
"Ummi." Rado pun menarik tangan ummi nya dan menciumi punggung tangan dan juga tapak tangan ummi nya penuh takzim.
"Ooh anak Ummi sudah pulang?"
"Mi, Rado mau bicarakan masalah yang pernah papa tawarkan dulu, tentang perusahaan, Rado mau ko mi mulai kerja di kantor papa! lagian sekarang Rado sudah selesai, tinggal nunggu. wisuda, Rado bosen hanya kelayapan kemana mana tanpa arah" Rado duduk di kursi belakang ummi.
"Lo? ko mendadak mau? kemaren menolak."
"Iya Mi, lagian Rado juga sudah selesai kuliah Mi, dari pada bengong nggak ada kerjaan, lebih baik terima tawaran Papa."
"Baiklah, nanti kalau ayah datang kita bicarakan dulu, mandi dulu sana! kita makan setelah ini, lagian kalo makan saat malam kurang baik untuk kesehatan kita! " Ummi pun menyudahi kegiatan mama di dibelakang. Berjalan menuju dapur.
"Bi, siapkan makanan, kita makan sekarang ya, Rado jangan lama lama mandinya."
"Iya Mi."
"Baik Nyonya." Bibi pun sibuk menyiapkan lauk pauk untuk makan sore.
Tap
Tap
Tap
Suara seseorang menuruni tangga terdengar tergesak-gesak. Ternyata Rado sudah selesai mandi, karena hanya kamarnya yang ada di atas. Sementara kamar papa dan ummi juga bibi dibawah, ummi males naik turun tangga jadi mereka memilih bikin kamar dibawah saja.
Tring tring.
Suara telpon diruang tamu berdering
bibi pun segera mengangkat.
"Hello, keluarga Tuan Mubarak...
ooh iya." Belum sempat bibi bersuara keluarga tuan bayu disini, suara di sebrang bibi sudang mengenalnya.
"Lagi makan Tuan, apa perlu saya panggilkan?"
"Iya iya baik tuan."
Klik.
"Siapa Bi?"
"Tuan Nyonya, beliau berpesan mungkin 2 hari lagi baru pulang." Ummi hanya mengangguk anggukan kepala.
"Ummi, sebenarnya ayah tugas kemana sih Mi?"
Rado penasaran.
"Keluar kota, katanya ada yang mau pesen baju dalam jumlah banyak, dan mereka mau papa yang ke sana, Biar sekalian melihat desain baju yang mereka inginkan." Ummi menjelaskan.
"Kenapa nggak sekretarisnya aja sih Mi?kenapa harus papa sendiri, apa ummi sangat percaya papa?" Selidik Rado pada ummi nya.
"Rado, kami ini sudah berkeluarga 26th, ummi sudah hapal tabiat papamu, dia sangat baik dan perhatian, ya pastilah setia."
Rado terlihat sedikit memonyongkan bibirnya se akan akan dia berpikir sesuatu.
"Baiklah Mi, aku kekamar dulu."
###
{ Zidan,apa kau sibuk? }
{ Tidak, ada apa? }
{Sebentar....}
Klok.
{Itu aku kirimkan foto.Tolong selidiki dimana tinggalnya, dan juga pekerjaannya }
{ Siapa dia? }
{ Aku juga kurang tau, aku baru melihatnya hari ini, tolong cari tau, tidak usah banyak tanya kau kerjakan saja tugasmu, nanti aku transfer sisanya}
Zidan adalah sahabat Rado yang paling setia. Dia juga anak baik, sholeh, panatik dengan agama, kalau jihad walau namanya berbau agama agamaan, dia sering mempermainkan wanita dan memberi harapan, tapi hanya sebatas wajar aja siih. Mungkin karena Zidan anak kurang beruntung di bidang ekonomi, saat kuliah dia sering cari pekerjaan serabutan seperti antar paket teman temannya atau kadang mengantar teman teman sesama kuliah yang pengen ojek mendadak. tapi setelah kenal dengan rado hidupnya berubah, ummi memberi jatah bulanan buat Zidan cukup untuk belanja dan kebutuhan dia saat kuliah. Karna itulah zidan anak yang sangat giat dalam belajar.
#
1 bulan kemudian
{ Rado, aku ingin bertemu di cafe mawar ya, jam 10 pagi ini }
{ Baiklah }
Cafe mawar.
"Kau baru sampai?" tanya Zidan pada Rado.
"Tadi ngantar ummi dulu ketemu teman sekolahnya, sekarang mereka lagi ada acara masak masakan sama teman teman mondok nya, ada apa?apa ada yang penting?"
"Kemaren tanpa sengaja aku melihat wanita ini keluar dari minimarket, lalu aku pun mengikutinya, ternyata dia tinggal disebuah kontrakan kecil bersama adiknya yang masih kecil, kira kira berusia 11 tahun, adiknya seorang perempuan"
"Baiklah, oh ya kemaren sudah aku transfer 5 juta ya, nanti kalau kurang kabari aku, terimakasih banyak,ini rahasia kita berdua oke." Zidan pun mengangguk.
###
"Papa mau keman? ini kan hari jum'at pa,biasanya papa libur?" Tanya ummi pada papa saat diruang tamu.
"Banyak pekerjaan Mi, aku tidak bisa libur hari ini, banyak laporan yang harus aku tanda tangani." Sahut pa Kenan.
"Oh ya pa,bagaimana dengan Rado,apa papa sudah memikirkan posisinya jadi apa? dia sudah beberapa kali mendesak supaya bisa bekerja di pabrik, jangan sampai dia berubah pikiran pa?" Tanya ummi lagi.
"Iya nanti aku pikir dulu Mi, aku berangkat dulu, assalamualaikum."
setelah bersalaman dan ummi mengantarkan papa keluar, Ummi pun masuk.Tampak dari kejauhan sorot mata Rado menatap tajam kepergian papanya.
"Papa mau kemana Mi?"
"Katanya kekantor, mau...et et Rado mau kemana kamu? Immi belum selesai ngomong."
"Bentar Mi, sakit perut ini, maaf Mi." Rado cepat cepat menuju kamarnya.
(Hello...Zidan, kamu sekarang dimana?)
( Lagi makan, ada apa?)
( Cepat cepat, sekarang kamu berangkat! kamu ke gang yang kemaren, kamu intip dari jarak jauh ya?)
(Heeeeiii aku lagi makan, tanggung, bentar dulu ah..).
(Tidak! aku maunya sekarang! awas klo nanti nggak sempet membuntutin, cepeten!)
( Iya...iya. ya Allah punya temen tega bener ih, ini aku keluar.)
klik.
Dasar ni orang,emangnya siapa wanita itu? gerutu zidan dalam hati.
"Mi, aku berangkat bentar ya, ada keperluan mendadak
.
"Lho, kok pergi, katanya sakit perut?"
"Udah mendingan Mi, salim dulu, assalamualaikum."
"Waalaikumussalam,orang orang rumah ini pada aneh ya, pada mendadak pergi, ya sudahlah, nasib punya anak tunggal ya begini ni."
gerutu ummi sambil berjalan menuju kamarnya. Keseharian ummi merawat tanaman obat, dan juga tadarus setiap hari, ummi sungguh wanita sempurna bagi penghuni rumah.
###
Ya tuhaaan, apa aku tidak salah lihat?gumam Zidan dalam hati,
terlihat laki-laki itu merangkul seorang gadis, yang umurnya jauh di bawah lelaki itu. Sia pun cepat cepat menghidupkan kendaraannya, dan mengikuti mobil yang berada tak begitu jauh dari hadapannya.
Et tunggu, gimana kalau om mengenali ku, oh iya aku ada kacamata mudahan saja dia tidak memperhatikanku.
Batin Zidan lagi.
("Helo, Rado, aku sekarang ada di jalan KM 7, aku sedang mengikuti seseorang, nanti aku kabari.")
("Baiklah, cepat ya")
Sambungan telpon terputus. Rado bingung harus menuju kearah mana. Akhirnya dia pun berhenti di kedai es nyiur dipinggir jalan.
(Sekarang aku berada di warung makan la tansa, kamu kesini ya! aku takut kamu tidak percaya dengan apa yang ku lihat!)
Klok terkirim
langsung centang biru.
#
"Zidan!"
"Rado, syukurlah, lihatlah!" Zidan menunjuk ke arah warung makan LA TANSA yang ada diseberang jalan,mereka pun sengaja tak melepas kaca mata ataupun masker. Rado sudah siap dengan apa yang nakal dia lihat.
Rado mengepalkan tangannya kuat kuat.
"Rado, sabarlah." Zidan coba menenangkan sahabatnya itu.
"Ternyata benar dugaanku." Ucap Rado
"Dugaan apa?" Tanya Zidan penasaran
"Apa kau ingat! waktu kita ke gunung waktu itu? waktu malam malam kita kelayapan menuju air panas, aku melihat mobil papa parkir di sana, aku pun pura pura sakit perut supaya kita gagal kesana."
"Maksudmu? kau sudah lama mencurigai papamu selingkuh?" Rado hanya mengangguk.
###
BERSAMBUNG....
Tit..
Rado sengaja membunyikan klakson mobil sekali, agar ummi nya tau bahwa Rado sudah datang, karena tadi ummi nya sudah bilang kalau acaranya sudah selesai, bukankah tidak pantas seorang anak membunyikan klakson kalau acara belum selsai.
"Eh nak Rado, sini nak mampir dulu." Ucap ibu ibu yang nongol di depan pintu, mungkin ummi nya lagi salam salaman biasalah ebo ebo☺
Rado pun turun dari mobil dan menyedekapkan kedua tangannya tanda bersalaman.
" Iya bu disini aja nunggu ummi."jawab Rado sopan.Benar saja beberapa ibu ibu pun ikut keluar mengantar ummi kedepan rumah.
"Waaah itu anak mu ya shen, jamil jiddan deeeh." Ucap ibu ibu berbaju biru.
"Ah ukhty Ririn bisa aja deh, bintuki juga jamilah jiddan ko!" suara ummi memuji anak sahabatnya.
Deg
Ketika pandangan Rado beradu pandang dengan seorang gadis berbaju biru malam, dia terkesima, hatinya cenat-cenot sangat terpesona.wanita mungil putih, hidung mancung dan terlihat sangat menawan.
Cantiknya...
Gumamnya dalam hati.
"Rado ayo!" ajak mama tiba tiba saja sudah berada didalam mobil entah kapan dia berada disana.Rado pun salah tingkah dan segera masuk keruang kemudi.
"Emangnya kamu sedang ngeliat apa sih?sampai ummi panggil berapa kali nggak denger?" ucap ummi lagi
"Enggak mi, Rado kira ummi masih didalam."
Ummi hanya tersenyum,sebenarnya ummi juga tau kalau sebenarnya rado lagi ngeliatin Nahla anak ummi nya Ririn.
"Masa ummi didalam, sedang teman teman ummi sudah keluar semua, Rado suka sama Nahla ya?" goda ummi pada anak kesayangannya itu.
"Ah ummi ada ada aja he he." oh Nahla, nama yang unik, ucap Rado dalam hati
Mobil pun beranjak melewati toko toko yang berbaris dipinggir jalan,melewati pedagang dan
Deg
"Eh eh Rado pelan pelan dong, masa langsung berhenti di belokan?" Ummi kaget. Sebenarnya Rado hanya ingin menyelamatkan mata ummi dari pemandangan yang tidak mengenakan, ya, Papa Rado sedang bersama wanita itu didalam mobil, wanita itu begitu mesra bersandar di bahu papa yang sedang menyetir.
"Maaf mi, aku tadi lupa, Bibi minta belikan bubur itu tu yang ada di sebrang." untung aja ada pedagang bubur di sebrang sana. jadi bisa beralasan.
###
Sepanjang jalan rado hanya diam, sesekali memindah gigi mobilnya.sedang ummi terlihat menyandar di samping rado, sesekali ummi memejamkan mata dan terbangun.
"Mi sudah sampai." Rado pun menyentuh pundak ummi nya
"Oh, sudah sampai?" ummi terlihat masih setengah sadar.
"Bi, ini bubur pesanan Bibi." Rado pura pura setengah berteriak menuju dapur.
"Sssst, Bibi pura-pura aja pesan ini bubur." Titah Rado pada bibi.
Ummi tak langsung ke kamar, dia terlihat mengotak atik HPnya. Sambil senyum senyum.
"Rado, sini! lihat nih ank ummi Ririn, cantik kan? gimana, kamu suka nggak?" Ummi memperlihatkan foto Nahla, untung saja tadi mereka sempat foto foto sebelum pulang.
"Ah ummi bisa aja, siapa yang menolak gadis secantik itu, udah ya Mi, mau mandi dulu nih." Rado pun menaiki tangga,belum sempat sampai kamar Rado berhenti. Karena mendengar suara papa.
"Assalamualaikum." Terdengar suara papa juga baru sampai tepat jam 5 sore, oh iya Zidan dan Rado sholat jum'at dekat kontrakan Zidan lo,setelah mengikuti papanya jam 12 siang.
Rado berhenti di tangga terakhir sebelum sampai ke atas, matanya memerah menahan emosi sambil menoleh ke arah papanya,dia belum tau apa yang harus dia lakukan.belum saatnya.
"Ma,lagi ngapain?"
"Kami juga baru sampai ko Pa, tadi kami kan lagi kumpul temen temen pesantren dulu, kaya reuni kecil-kecilan."
"ooh,nggak ada cowoknya kan Mi?" papa menggoda.
Ciih, munafik.
Gerutu Rado dalam hati.
"Rado, kamu masih disitu?" Ucap ummi saat melihat Rado masih terpana di tangga atas.
tanpa menjawab pertanyaan ummi dia pun berjalan menuju kamarnya. Tiba tiba ada butiran bening mengalir disudut matanya.
"ummiiiii." gumamnya lirih saat sudah tiba di kamarnya, dia memegang dadanya yang terasa sesak, dia pun terduduk bersimpuh di lantai. Perasaannya tak bisa di gambarkan seperti apa hancur hatinya. Ummi nya yang begitu setia menemani papa dari nol sampai berhasil kini berkhianat. Bahkan ummi lah yang menyetrika baju papa,agar papa terlihat rapi dan wangi. Sungguh terasa tidak adil bagi ummi yang begitu baik.
"Rado, Nak, apa kau didalam?" ummi memanggil rado karena belum keluar untuk makan malam.
"Rado? apa yang terjadi? mengapa kau tidur disini?" Ummi pun segera mengangkat wajah Rado yang tergeletak mencium lantai begitu saja.
Rado kaget karena merasa ada yang menyentuhnya
"Ummi." Rado memeluk ummi nya. ketika butiran kecil jatuh di pundak ummi. Rado pun segera mengusap usap pundak ummi agar air itu tak meresap ke kulit ummi.
"lho, Rado ada apa?" ummi bertanya, karena merasa aneh dengan ulah anaknya itu.
"Nggak papa mi, aku ketiduran, jam berapa mi?ya Allah mi jam 7 lewat, aku belum sholat magrib mi." Rado pun bergegas masuk kamar mandi untuk mengambil wudhu.
"Tidur ko semaunya gitu, ada masalah apa sih nak?" Ummi berdiri memandang rado yang masuk kamar mandi
"Tak ada Mi, capek aja."
"Nanti makan kebawah ya, jangan lama lama!"
"Ya mi!"
Ummi pun meninggalkan kamar rado, menuju dapur.
"Rado kenapa mi?" papa pun penasaran.
"Ketiduran dilantai pa, entahlah apa yang dipikirkan anak itu, oh ya pa, apa mungkin dia kepikiran ank ummi Ririn yang cantik itu ya?soalnya tadi siang waktu ummi kumpul teman teman ummi, dia ngeliatin anak ummi Ririn tanpa berkedip, apa kita jodohkan saja ya pa?"
tanya ummi serius.
"Sekarang bukan zaman siti nurbaya Mi, tapi kalau ummi mau, coba aja tanyain orangnya!"
"Ummi."
cup
entah angin dari mana Rado tiba tiba datang dan mengecup kening ummi nya, mungkin dia ingin mengatakan, bahwa sekarang pelindung ummi nya itu bukan lagi papa, tapi dirinya.
"Lho ada ada aja Rado ini." celoteh ummi merasa aneh,sementara papanya tidak menanggapi apa apa.
"Pa,besok aku mau ikut kekantor, aku akan belajar untuk jadi penerus papa." tanpa memandang muka papanya dia terlihat mulai mengunyah makanan.
"Apa kamu yakin?" ucap papa
"Ya yakinlah pa, lagian kalau papa udah nggak ada, aku yang bekalan jadi pelindung ummi, jadi tulang punggung ummi juga!"
"Hust,nggak baik ngomong gitu sama papa!" nasehat ummi nya.
"Kamu ada apa sih Do?doain papa mati ya? aneh gitu!" tambah papa. Rado hanya diam tanpa memperdulikan papanya. Selesai makan dia langsung ke kamar.
Rado mengambil,HP nya dan chat dengan Zidan
(Zidan, apa yang kita lihat siang tadi, tolong rahasiakan ya, aku akan mencari cara agar bisa membalasnya)
Klok. Terkirim langsung centang biru.
(Iya, aku jamin ini hanya rahasia kita berdua, aku turut prihatin, eh tapi apa ummi benar benar tak pernah curiga?)
Klok.
(Ummi kayaknya cinta buta sama papa, apalagi umi percaya, kesuksesan papa ini karena ummi, karena mereka membina dari nol, ummi sempat jualan baju juga dulu sampai akhirnya bisa bikin konveksi kaya sekarang.)
🌹🌹🌹
BERSAMBUNG...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!