“Dasar wanita murahan, tampang saja terlihat lugu !, tapi kelakuan nya lebih dari cewek nakal.”
“Kepala aja tertutup hijab , tapi rok nya gampang dibuka lebar ke atas, hahaha.”
“hmmm.....sok jaim tapi ternyata gampangan juga ya!.”
“Sok alim tapi ternyata lebih dari J***ng ya!hmm.”
“Emang nanti ada ya yang mau sama orang yang udah nggak suci seperti dia ?!!.”
“Menjijikkan sekali, ciiiih !!”
“Dasar cewek murahan!!.”
Kata-kata itulah yang sering di dengar oleh Emily saat ini .bahkan banyak lagi perkataan- perkataan yang bikin sesaka di dada.
Padahal orang-orang itu hanya mendengar dari kabar angin saja, tanpa tau fakta yang terjadi sebenarnya.
Semua hinaan dan cacian itu selalu terngiang-ngiang di telinga Emily. Emily merasa dirinya seakan begitu menjijikkan sekali untuk di pandang, apalagi untuk di dekati.
Orang-orang yang awalnya begitu menyukainya, dalam sekejap memalingkan wajah mereka, dan tidak ingin mengenalnya lagi
Mereka melihat Emily bagaikan melihat kotoran.
Setiap kali Emily keluar dari rumahnya, saat itu juga jalan itu dirasakan Emily bagaikan jalan yang di penuhi dengan duri tajam yang siap melukai kakinya saat di pijak.
Bahkan tidak segan, orang-orang itu menghina Emily secara terang-terangan dihadapannya.
Mendengar semua itu tentu saja hati Emily seperti dihunuskan pedang yang tepat mengenai jantungnya.
"Apa ini sebabnya papa tidak mengizinkan aku untuk keluar dari rumah, walaupun hanya sekedar ingin jalan-jalan sekitar rumah ? gumam Emily dalam hati."
...🍃🍃🍃...
Hari ini hati Emily merasa sangat bimbang untuk berangkat melangkahkan kakinya pergi ke sekolah.
Mau atau tidak dia harus tetap berangkat, karena hari itu awal dimulainya tahun ajaran semester II.
Emily yang sekarang sudah kelas XII harus lebih giat lagi belajar untuk menghadapi ujian akhir sekolah yang hanya sebulan lagi akan dilaksanakan.
"Huumph, mungkin teman-temanku sudah siap semua menghadapi ujian nanti. Aku harus bagaimana ya Allah..." lirih Emily.
Emily begitu merasa terpuruk sehingga ia sangat tidak percaya diri dengan dirinya sendiri.
Semua teman-temannya terlihat begitu antusias untuk menghadapi ujian, namun dirinya sendiri masih dalam trauma. Jiwanya terasa sangat kosong.
Semua cita-cita dan angan-angan yang selama ini ia susun rapi hancur lebur seketika, hanya karena seorang laki-laki brengsek yang telah merenggut sesuatu yang sangat berharga bagi semua wanita.
Yah, kesucian diri yang telah hilang,..
...🍃🍃🍃...
Jauh sebelum peristiwa ini, Emily selalu berangkat ke sekolah dengan motor kesayangannya. Namun tidak untuk hari ini dan mungkin untuk seterusnya ia harus diantarkan oleh sopir pribadi papanya.
Sepanjang perjalanan menuju sekolahnya, Emily melihat pemandangan melalui celah jendela kaca mobil dengan sorot mata yang kosong.
Hingga ia tak menyadari jika dirinya telah sampai di sekolah.
Emily turun dari mobil. Saat akan melangkah, entah mengapa pangkah ya terhenti tepat di depan gerbang sekolah. Kakinya terasa begitu lemah dan berat sekali untuk melangkah masuk ke dalam sekolah.
Perasaan takut di dalam dirinya muncul kembali. Dalam benaknya terbayang-bayang bagaimana jika nanti setelah dia masuk ke dalam kelas, semua temannya sudah mengetahui apa yang ia alami dan akan menghina dirinya seperti orang-orang yang telah mengetahui kasusnya itu.
Bahkan saudara- saudara nya pun ikut menghakimi dirinya, tanpa memberikannya sedikit kesempatan untuk membela dirinya.
Semua hak-hak buruk terbayang kembali di pikiran Emily.
Saat Emily terpaku dalam lamunannya, tanpa ia sadari ada seorang guru yang menyadari keberadaannya.
Guru tersebut berjalan menghampiri Emily.
“Emily kamu kenapa melamun di depan gerbang, Diam saja seperti orang yang lagi kesambet setan !, Jangan bilang kamu ada niatan mau bolos ya ? suara guru itu sontak membuat Emily terkejut dan membuyarkan lamunan nya.
Dengan senyum penuh kepalsuan Emily menjawab.
“Eh nggak lah pak, saya tadi merasa seperti ada yang ketinggalan aja pak, ternyata sudah lengkap semua.” Emily berbohong.
Emily kemudian berjalan masuk dan menghampiri semua guru untuk bersalaman.
Sejujurnya kakinya masih sangat berat sekali untuk melangkah, Kepalanya masih dipenuhi rasa ketakutan, sehingga membuat tubuhnya tiba-tiba terasa ringan.
“BRUUUUKKKK....”
Emily terjatuh tidak sadarkan diri.
Sontak saja semua orang yang melihat kejadian itu bergegas untuk menolongnya.
Emily kemudian langsung di gendong oleh pak farid salah satu guru olahraga, yang di susul oleh bu Sofi sebagai wali kelasnya Emily.
...🍃🍃🍃...
Vina dan Bella yang mendengar kabar jika Emily pingsan, langsung berlari menuju ruang UKS tempat dimana Emily dirawat.
Setibanya di ruang UKS, Mereka berdua melihat Emily yang terbaring lemah yang sedang ditemani bu Sofi yang sedang menunggu di sofa yang terletak di sebelah tempat Emily tidur.
“Assalamu’alaikum, permisi bu.Boleh kami melihat keadaan Emily bu ?”Tanya Vina dan Bella seraya sedikit membungkukkan badan sebagai salam hormat.
“Wa’alaikumsalam, tentu saja boleh! sini masuk, Justru ibu malah sangat senang ada kalian datang.”kata bu sofi.
“Senang ? kenapa bisa begitu bu !!." Tanya Vina yang merasa heran.
“Begini Vin, Bella. Ibu mau minta tolong sama kalian, boleh ? " Tanya Sofi.
Vina dan Bella saling menatap, lalu dengan kompak menjawab.
“Boleh Bu, memangnya ibu mau minta tolong apa ya bu sama kita ?."
“Kalian tunggu sebentar disini ya.” pinta Sofi , lalu ia berbalik badan berjalan menuju ke sofa.
Sofi tampak mengemas semua buku-buku nya dan memasukkan semua nya ke dalam tas miliknya, kemudian kembali menghampiri Vina dan Bella.
"Mumpung kalian udah ada disini, ibu minta tolong sama kalian berdua untuk menjaga Emily, sampai dia sadar dan merasa sudah lebih enakan!. Ibu mau masuk ke kelas dulu, karena ibu sekarang ada jam mengajar.” Ujar Sofi.
“Oh, kalo masalah itu nggak usah diminta bu kita pasti jagain Emily. Kita bertiga ini kan best friend forever bu.” celetuk Bella yang memang karakternya sangat cerewet.
“Bagus kalau begitu, terimakasih banyak ya." ucap Sofi.
"Oh ya satu lagi !, nanti akan ada dokter yang akan datang kesini untuk memeriksa Emily, tolong kalian yang sambut beliau ya. Dan Kalo ada apa-apa langsung kamu cari ibu ke kelas, ok !!!” kata bu sofi melanjutkan pesannya.
“oke, siap 45 bu !! Bella dengan sigap menjawab sambil mengangkat tangan kanannya seperti orang yang sedang memberikan tanda hormat kepada bendera merah putih.
“Hus kamu ini, memangnya mau upacara bendera.” Celetuk vina.
“Hehehehe.”Bella tersenyum cengengesan
Bu sofi hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku dua orang itu.
“Ya sudah kalo begitu, ibu pamit dulu ke kelas ya.” Sofi melangkah menuju keluar ruangan.
“Baik Bu,” Jawab Vina & Bella.
Mereka berdua melihat Bu Sofi berjalan menuju ruang kelas sampai bayangan gurunya itu menghilang dari pandangannya.
Setelah itu mereka kembali menghampiri Emily, dan berusaha membangunkan sahabat mereka yang masih tidak sadarkan diri.
“Ly, bangun dong. kamu kenapa sih sampai bisa kayak gini." Vina berusaha menyadarkan Emily dengan sesekali menciumkan aroma minyak kayu putih di hidungnya.
“Ayo dong bangun, Ly. Kita belajar di dalam kelas.”sambung Bella merengek.
Usaha mereka tidak sia-sia, beberapa saat kemudian jari-jari tangan Emily bergerak dan perlahan membuka matanya, lalu melihat sekitar ruangan sekelilingnya dan menemukan kedua sahabatnya yang sudah ada disana.
“ Vina, Bella !! Kalian kenapa bisa ada disini ?".Emily heran dan berusaha untuk duduk.
“Huuu dasar !! yang ada itu kita yang nanya sama kamu, say. Kenapa bisa sampai pingsan begini, kamu sakit atau belum sarapan, atau jangan-jangan kamu lagi ada masalah ?" Tanya Vina menyelidik.
Emily hanya tersenyum getir, "Aku nggak apa-apa, mungkin aku hanya sedikit lelah saja."Emily berbohong kepada dua sahabatnya itu.
Didalam hatinya sedikit ada rasa lega, karena ternyata belum ada yang tau apa yang sedang dialaminya sekarang.
“Ya sudah kalo begitu, sekarang kamu rebahan lagi, istirahat dulu sambil nungguin dokter ya.” Ucap vina.
Vina membantu Emily untuk kembali rebahan.
“Ly, kamu beneran sudah sarapan ? terus beneran nggak ada apa-apa juga !!. Kalau belum sarapan aku Cariin makan sekarang, terus juga kalau kamu ada apa-apa cerita ya sama kita. Jangan di pendam sendiri. Terus satu lagi, Kita juga akan nungguin kamu disini, sampai kamu merasa enakan." Bella benar-benar merasa khawatir.
“Beneran, aku sudah sarapan tadi dirumah. Terus, aku juga serius nggak kenapa-kenapa, terimakasih banyak ya atas perhatiannya. Kalian berdua memang sahabat terbaik aku.”ucap Emily.
Mereka pun saling berpelukan seakan saling menguatkan satu sama lain.
"Akan ada hari yang tepat nanti ,aku akan bercerita yang sebenarnya pada kalian." bisik Emily dalam hatinya.
Rumah untuk saat ini merupakan tempat ternyaman bagi Emily. Walaupun aslinya tidak jarang ia merasa jenuh karena selalu berada di dalam rumah.
Selain dirinya merasa kesepian dan susah untuk berkomunikasi dengan teman-teman nya, saat ini ia juga tidak diperbolehkan lagi untuk memegang ponsel lagi. Padahal banyak sekali tugas yang harus ia cari untuk referensi tugas Bahasa Indonesia.
Bahkan sekarang jika dirinya ingin keluar rumah, harus ada izin dari papanya, itupun harus di anter sopir.
Berbeda dengan sebelumnya, ia bisa bebas pergi dengan sahabatnya kemana saja yang ia mau.Semua ini benar-benar membuatnya semakin stress.
“Keluar rumah salah, berdiam diri dirumah pun salah. Lalu apa yang harus gue lakukan”.Emily menggerutu dengan menarik-narik rambutnya dan menggaruk kepalanya itu.
Emily untuk saat ini memang benar-benar dilarang keras oleh papanya keluar rumah seorang diri, Karena sang ayah merasa sekarang dirinya sedang berada dalam incaran keluarga laki-laki brengsek itu.
Papanya takut ia akan diculik untuk paksa agar menikah dengan laki-laki tersebut.
Mungkin Bisa diakui laki-laki tersebut sangat mencintai Emily. Namun caranya untuk membuat orangtua Emily menyetujui hubungan dirinya dan Emily itu yang salah.
Devan, ya Devan adalah Laki-laki yang merenggut kesucian Emily. Entah bagaimana caranya ia melakukan ya, sampai Emily pun tak merasakan apapun kecuali rasa sakit yang dirasakan pada bagian intimnya.
...🍃🍃🍃...
Sore itu, Emily termenung mengingat pesan papanya.
"Nak, ingat ya pesan papa, kamu jangan lagi berhubungan dengan laki-laki itu, laki-laki itu tidak baik buat kamu nak. Papa tidak mau sesuatu yang buruk terjadi sama kamu." tutur papanya kala itu.
Namun saat itu Emily sangat keras kepala, ia tetap percaya pada pendiriannya. Dan pada akhirnya sekarang semua itu menjadi boomerang sendiri baginya.
Akhirnya di usianya yang sekarang masih 17tahun sudah harus berhadapan dengan yang namanya kasus hukum, untuk mengembalikan marwah dirinya.
Walaupun itu sulit, karena semua orang terlanjur memberikan nilai negatif kepada dirinya. Namun setidaknya hal itu memberikan hukuman kepada Devan yang telah gegabah sudah merusak kehormatan seorang gadis yang masih belia.
...🍃🍃🍃...
Saat ini orang-orang hanya mendengar sekilas cerita dari mulut ke mulut, dan tanpa mengetahui masalah yang sebenarnya. Hal itu tentu akan memberikan penilaian buruk terhadap Emily, mereka pasti mengira Emily melakukannya atas dasar suka sama suka, Atau hanya sengaja berpura-pura menjadi korban agar tak disalahkan banyak orang alias bersembunyi dibalik kesalahan.
Namun kenyataan nya berbeda, disini Emily lah yang sangat tertekan, Sungguh dia sangat bingung kenapa hal itu bisa terjadi, padahal jelas dia tidak merasakan apapun. Akan tetapi jika semua ini tidak terjadi, nyatanya dia telah kehilangan mahkotanya.
Flashback..
Hari dimana kejadian mengerikan itu terjadi. Emily pulang dengan langkah yang lesu, ia menyendiri sendiri an di dalam kamarnya. Dia benar-benar bingung dengan dirinya.
Ia pun pergi ke kamar mandi dan mengguyur dirinya dengan air .
Ia menangis sejadi-jadinya...
“Ada apa dengan diriku ini, jelas dari rumah aku sudah berpikir untuk memutuskan hubungan, tapi kenapa ketika bertemu aku malah dengan mudahnya berubah pikiran.” Tangis Emily pun pecah.
“Demi Allah aku tidak pernah menginginkan hal ini terjadi padaku, tidak ada sedikitpun dalam benakku untu melakukan hal tercela itu.tapi kenapa aku seakan-akan tidak mempunyai daya, aku dalam kondisi sadar tapi kenapa rasanya pikiranku tadi sangat kosong jauh menerawang. Bahkan jauh di alam sadarku aku bertanya tanya apa yang sedang aku lakukan ini. Keinginanku sangat kuat untuk menolak tapi tubuh ku saat itu merasa seperti terkunci, yang aku sendiri merasa tidak punya kekuatan untuk memberontak. Jika aku dalam keadaan sadar melakukan hal itu , Tapi kenapa aku tidak merasakan apapun dalam hubungan i***m itu. Katanya orang itu adalah hal ternikmat, surga dunia. Tapi sungguh aku tidak merasakan apapun. Tidak !!, Bukan karena aku ingin merasakannya. Tapi memang itu yang aku rasa, aku benar-benar mati rasa saat itu." Emily terus saja merasa kebingungan.
"Sebenarnya aku sadar atau tidak saat itu.” Emily benar-benar dibuat kalut.
Pikirannya seakan berhenti tidak bisa berpikir jernih, hatinya bergejolak hebat.
"Ya allah, kenapa disaat aku jauh darinya aku begitu benci muak, dan bertekad kuat untuk putus denganya. Tapi ketika sudah bertemu dengannya dan ingin mengatakan semua itu entah kenapa pikiranku bisa berubah drastis. Aku merasa kalo itu bukan diriku. Kenapa Aku merasa seperti kerbau yang ditusuk hidungnya, yang menuruti semua apa perkataannya." Emily terisak.
Besar sekali keinginan hatinya untuk marah kepada laki-laki brengsek itu, namun saat ini ketakutan lain menghantui pikirannya.
Jika ia menyampaikan kepada papa nya, pasti papa nya akan marah besar dan akan membuang dirinya sebagai anak bahkan tak segan mengusir dirinya.
Kedua,ia sangat takut papanya terkena serangan jantung atau stroke karena mempunyai riwayat penyakit darah tinggi.
Lalu jika ia memutuskan hubungan begitu saja dengan Devan, tentu dia juga takut jika laki-laki brengsek itu menyebar fitnah yang bukan-bukan tentang dirinya. Dan merasa takut juga tidak ada laki-laki yang mau menerimanya jika tau keadaan dirinya yang sebenarnya.
"Apa aku diam saja, dan menuruti nya bahkan melanjutkan semua ini sampai menikah dengannya ? Ahhh !!! tapi sebenarnya aku sudah jijik dan benar-benar muak dengannya. Tapi, jika aku memutuskan Devan, dengan keadaan ku seperti ini, apakah ada nanti yang mau menerimaku dan percaya dengan ceritaku, Apakah masih ada masa depan yang cerah bagiku ?.”semua pertanyaan itu spontan memenuhi isi kepalanya.
“AAAAAAAarrrrgggghhhhhhhhh.”
Emily menjerit sekuat mungkin di dalam bak air agar tidak terdengar oleh siapa pun.
“ Ya allah,sungguh aku tidak ada semangat lagi aku untuk hidup, badan ini sudah kotor. Apa lebih baik aku mati saja ?" Air matanya tumpah tak terbendung lagi.
Malam pun semakin larut, Emily yang sedari tadi mengguyur badannya itu pun basah kuyup. Dan saat ini sudah tidak sanggup merasakan kedinginan.
Ia segera membersihkan dirinya kemudian memakai handuk kimononya berjalan keluar dari kamar mandi.
Emily mengganti pakaiannya dengan menggunakan piyama. Lalu naik ke atas kasurnya untuk beristirahat, Matanya begitu susah untuk di pejamkan.
“Musnah sudah rasanya segala impian yang ingin aku capai,akan jadi apa aku nantinya. Pastinya papa dan mama kecewa berat kepadaku. Ya Allah, bagaimana caraku menyampaikan semua ini kepada papa dan mama."
Semua pertanyaan-pertanyaan itu terus saja berkecamuk dalam emosi jiwa Emily hingga membawa nya terlelap ke alam mimpi.
Flasback off....
...🍃🍃🍃...
“ Ting nong....ting nong !!
suara bell membuyarkan lamunan Emily.
Bi Mira sang asisten rumah tangga segera menghampiri pintu dan membuka nya.
Emily yang menyusul di belakang melihat siapa yang datang. Dan ternyata yang datang adalah kedua sahabatnya, Emily merasa sangat senang dengan kedatangan dua orang itu.
“Vina, Bella.” Kata Emily yang langsung berlari dan mendekap hangat kedua sahabatnya.
“Gimana keadaan kamu sekarang, Ly ?sudah lebih enakan belom, kangen banget kita sama kamu tau." Ujar Bella.
“Ah masak sih, jangan-jangan kalian seneng lagi aku nggak masuk-masuk ke sekolah ya !!,” Emily menyangkal omongan Bella dengan nada bercanda.
“Eh beneran, nggak percaya amat sih, Ly.”Bella memanyunkan bibirnya.
“Nggak Bel, aku bercanda. Ayo masuk langsung ke kamar yuk.” Ajak Emily kepada teman-temannya.
Emily mengajak mereka masuk, dan naik ke atas menuju kamar Emily, tak lupa Emily meminta bantuan kepada bi Mira untuk dibuatkan air, sekaligus membawakan camilan kecil untuk mereka.
“Kalian mau minum apa?” tanya Emily.
" Apa aja Ly, kita kesini kan mau jenguk kamu."Ucap Vina.
" Iya Ly, udah nggak usah repot-repot." Sambung Bella.
“Ya sudah kalau begitu, Bi tolong buatkan teh manis dua ya dan segelas air putih wadahin botol gede untuk saya ya bi." Ucap Emily
" Baik Non." itu saja non. Tanya Mira.
"Dan juga tolong sekalian bawakan camilan yang ada di kulkas ya bi.“ pinta Emily ke bi Mira.
“Baik non, nanti akan bibi bawakan ke atas.” Jawab Mira.
Setelah sampai di atas, Bella dan Vina saling mengerdipkan mata satu sama lain, Sebenarnya tujuan mereka ingin bertanya sesuatu mengenai pribadi Emily. Tapi mereka bingung mau mulai dari mana agar Emily mau bercerita.
"Widiih, nyaman banget kasur ni ly, lama banget aku nggak kesini. Oh iya, kemarin pas liburan maunya aku sama vina mau ngajak kamu liburan ke Jogja dirumah kakeknya Vina. Tapi sayangnya nomor kamu nggak aktif, terus aku telpon ke nomor rumah katanya kamu lagi liburan kerumah pamanmu di Bandung. Emang beneran kamu liburan kesana, Ly ?." selidik Bella sembari rebahan di tempat tidur Emily yang begitu nyaman.
“Iya Ly, tumben banget tau nggak nomormu itu nggak aktif !, biasanya juga kalo kamu liburan tu selalu update story di IG. Kamu beneran liburan apa pindah untuk hibernasi disana, Ly ?" Vina juga ikut menimpali pertanyaan.
“Apaan sih kalian itu, curiga aja sama aku. Aku itu hanya ingin menikmati liburan bersama keluarga disana, lagi pula disana susah signal bestie." Senyum Emily penuh kepalsuan .
Emily tetap belum bisa bercerita terus terang dengan kedua sahabatnya itu. Emily benar-benar tidak ingin sahabat nya susah hati karena dirinya.
“Hmmmm, ternyata seperti itu toh ceritanya.” Sahut Vina yang kembali saling melempar lirikan dengan Bella.
Bisa dikatakan sebenarnya Vina dan Bella merasakan ada hal yang aneh yang dengan sengaja di sembunyikan Emily. Tapi mereka harus menghargai privasi, mungkin saja Emily belom siap untuk bercerita dan membagi kisahnya dengan mereka.
Berita mengenai perihal Emily akhirnya sampai juga ke telinga kepala sekolah.
Bukan karena banyak yang menyebarkan beritanya, Namun karena salah satu anggota keluarga Devan nekat menghadap beliau, dengan tujuan agar Emily dipecat dan dikeluarkan dari sekolah.
Dan hal itu diharapkan akan membuat Emily dan keluarga membatalkan laporan tersebut dan akan bersedia menikahkan Emily dengan Devan.
Setelah menerima berita itu, Kepala sekolah langsung memanggil wali kelas Emily untuk menghadap.
Sementara itu di ruang guru, tampak Sofi terlihat begitu sibuk, banyak tugas deadline yang harus ia kerjakan.
Sofi yang sedang asyik berkutat dengan laptopnya, dicari oleh salah satu staff TU dan memberitahu nya kalau dirinya panggil oleh kepala sekolah dan segera menghadap.
" Selamat pagi Bu, maaf bu Sofi di panggil oleh kepala sekolah serta disuruh menghadap beliau dengan segera." Ucap staff itu.
Sofi termenung sebentar mendengar kalimat itu, dia berpikir apa mungkin ada kesalahan yang sudah dilakukan dirinya.
Kenapa tiba-tiba saja ia dipanggil untuk menemui kepala sekolah.
Sofi menggelengkan kepalanya, dan membuang jauh-jauh pikiran buruknya itu, mungkin saja ia di panggil untuk urusan lain.
Sofi menghela nafas panjang." Baik bu terimakasih, saya akan segera menemui beliau."
Saat Sofi bergegas berjalan menuju ruang kepala sekolah. Dari kejauhan ia melihat Emily yang tampak gelisah, berjalan bolak-balik di depan kelas seperti orang yang lagi kebingungan.
"Emily kenapa ya, dia seperti orang yang lagi kebingungan".Sofi bertanya dalam hatinya.
Ingin sekali ia menghampiri anak didiknya itu, Namun sayangnya Sofi sedang terburu-buru, maklumlah kalau sudah bos besar yang memanggil harus disegerakan.
Langsung ia urungkan niatnya dan segera menuju ke ruang kepala sekolah.
" Tok..tok..tok ". Suara ketukan pintu.
"Masuk," terdengar suara yang menyahut dari dalam.
"Permisi pak, maaf tadi ada salah satu staff memberitahu saya katanya bapak meminta saya untuk keruangan bapak. Maaf pak, ada yang bisa saya bantu ?". Dengan sopan Sofi menuturkan maksudnya itu.
Kepala sekolah mempersilahkan Sofi untuk duduk dulu, baru kemudian menceritakan semua yang ia dengar dari pihak Devan dan menjelaskan maksudnya memanggil Sofi keruangan nya. Dan kepala sekolah mengatakan hal itu mungkin sangat berat untuk siswa seumuran anak yang dimaksudkan.
Setelah panjang lebar menjelaskan semuanya, Kepala sekolah meminta sedikit pendapat Sofi mengenai hal itu.Kala itu Sofi benar-benar terkejut mendengar cerita itu. Dia sungguh tidak percaya, dia sangat hafal tingkah laku dan sifat anak didik yang dimaksudkan itu. Jadi rasanya sangat mustahil baginya, anak tersebut melakukan hal itu.
"Pasti ada yang tidak beres ini". Sofi berbisik di dalam hatinya.
"Bagaimana menurut ibu ?"Tanya kepala sekolah. Sofi yang ditanya seperti itu sedikit terkejut dan langsung menjawabnya ,walaupun agak sedikit gugup.
" Begini saja pak, nanti setelah ini saya yang akan bicara dari hati ke hati dengan anak tersebut, mungkin dengan sesama perempuan dia lebih leluasa untuk bercerita." jelas Bu Sofi
"Baiklah jika seperti itu, saya serahkan sepenuhnya kepada Bu Sofi untuk mengatasi kasus ini, saya sungguh berharap ada jalan keluar yang terbaik, karena ini benar-benar menyangkut nama baik sekolah juga."pinta Kepala sekolah, terlihat jelas wajah beliau sedikit menampakkan kekhawatiran.
"Baik pak, insya Allah saya akan usahakan agar kasus ini teratasi" Tegas Sofi.
Kemudian Sofi pamit dari ruangan, dan langsung akan memanggil anak didik yang dimaksudkan tersebut yang tak lain adalah Emily.
...***...
Di sisi lain Emily yang tadi terlihat cemas, mondar-mandir di depan kelasnya itu sangat kebingungan.Dia mendapat kabar jika salah satu perwakilan keluarga Devan akan ke sekolahnya dan akan membuat dirinya dikeluarkan dari sekolah jika dirinya dan keluarganya tidak mencabut gugatan mereka di kantor polisi.
Namun sebelum berangkat ke sekolah tadi, mamanya berjanji semua hal itu tidak akan terjadi, mamanya sudah meminta papanya untuk mendahului menelpon kepala sekolah, Agar kepala sekolah juga mendengarkan cerita dari sisi dirinya.
Tapi entah mengapa kecemasan itu tetap tak bisa dihilangkan dari hatinya sebelum ia benar-benar mendapatkan kepastian.
" Tapi bagaimana caranya aku bisa dapat kepastian, kalau aku sendiri nggak tau caranya." gerutu Emily dengan sangat gelisah.
" Doaaaaaar..." Bella dan Vina membuat dirinya terkejut bukan kepalang, karena dari tadi ia hanya asyik bergelut dengan pemikiran nya, tanpa menyadari dari tadi tingkah lakunya diperhatikan oleh sahabatnya itu.
"Kalian membuat gue kaget aja tau nggak !!! bisa nggak sih nggak bikin kaget kayak gitu !!!" gertak Emily yang tidak sadar meninggikan suaranya.
"Yah maaf Ly , kita kan cuma bercanda. segitu banget sih marahnya." Ucap Vina lirih.
" Iya Ly, kita minta maaf. Habisnya lo dari tadi kita liat mondar-mandir udah kayak setrikaan aja. Ada apa ?"
sambung Bella sembari memeluk lengan Emily.
"Nggak apa-apa, gue mikirin ulangan Ekonomi nanti. Gue sama sekali belom belajar, kemarin gue ketiduran." lagi-lagi Emily berbohong.
" Yaelah Ly, sejak kapan sih Lo bingung kalau mau ada ulangan Ekonomi, bukannya Lo itu tanpa belajar pun otaknya sudah encer ?."
Bella menyela perkataan Emily.
" Elo itu kan jago Ekonomi, kenapa harus pusing. Kita aja yang nggak jago tenang-tenang Bae. Bener nggak Bel ?". kata Vina yang menyenggol lengan Bella dengan cepat.
Emily terdiam sejenak, Terbesit kebingungan dalam hatinya. Bagaimana jika nanti kedua sahabatnya tersebut curiga dengannya, dan memaksa dirinya untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Apa mungkin ini sudah waktunya aku menceritakan semuanya. Dan berbagi sedikit kegelisan hatiku karena aku sudab tidak kuat menampung nya sendirian."monolog Emily.
"Udahlah jujur aja, sebenarnya ada apa ?. Kenapa harus main rahasia-rahasiaan terus sama kita. Kalo elo masih nganggep kita ini sahabat lo, terus terang dong sama kita nggak seperti ini, Emily!!!." Bella mulai sedikit kesal dengan Emily, karena mereka benar-benar merasa bahwa Emily menyembunyikan sesuatu dari mereka.
Emily memeluk Bella dan Vina seerat mungkin, sambil menangis sesenggukan."Sebenarnya gue..-," belum lanjut berbicara, tiba-tiba terdengar suara seseorang berdehem pelan memotong ucapan yang ingin Emily katakan.
"Owh pak Lana," ucap Bella tersipu malu. Sedangkan Emily yang baru saja menangis segera menghapus air matanya dengan cepat.
"Sedang apa kalian di luar kelas, ini kan masih jam pelajaran !!." Bentak Lana
"Iya pak ,kami sedang menunggu Bu Sofi. Sekarang itu jam pelajaran beliau pak, tapi kenapa belom datang juga makanya kami keluar pak untuk melihat beliau." jawab Vina.
"Emm, ok baiklah. Bu Sofi sekarang masih ada di ruang kepala Sekolah. Kalian tunggu di dalam kelas saja."
"Ba...Baik...pak." jawab mereka dengan kompak dan bergegas masuk ke dalam kelas.
...***...
Jam istirahat pun tiba, semua siswa-siswi berhambur keluar ruangan. Ada yang mencari makanan favorit ke kantin, ada yang punya tujuan mencari doi nya masing-masing di kelas lain. Ada yang hanya sekedar bersenda gurau di bungalo ( meja bunda dengan beberapa kursi ,tempat nongkrong favorit para siswa-siswi). Termasuk pula Emily dengan soulmatenya itu. Mereka duduk di tempat Favorit dibawah pohon mangga di pojok sebelah kanan perpustakaan.
Emily makan Snack potato kesukaan nya itu, sedangkan Bella dan Vina menikmati lezatnya mie ayam pak lek Karso. Mie ayam legend di SMA 4 KARYA BANGSA.
Sofi yang telah keluar dari ruang kepala sekolah, dan tanpa sengaja melihat mereka bertiga itu langsung menghampirinya.
"Emily, kamu ikut ibu sebentar ke kantor ya nak, ada yang ibu mau bicarakan berdua sama kamu."
"Baik bu." jawab Emily
"Sebentar Bu, kita boleh ikut nggak." kata Bella yang langsung berdiri dan memohon kepada gurunya yang akan pergi bersama Emily.
"Boleh ya Bu,. lagian kan Emily ini sahabat kita, jadi nggak ada yang perlu dirahasiakan Bu." pinta Vina.
"Gimana Emily kamu mau mengajak mereka ?" tanya Sofi yang tatapannya seakan bernegosiasi dengannya.
Emily yang paham maksud gurunya itu langsung menjawab."Iya Bu, nggak apa-apa kok mereka ikut, lagi pula tidak ada yang perlu di tutupin dari mereka Bu."
"Baiklah ayo kita pergi ke ruang privasi saja agar tidak ada yang mendengarkan pembicaraan kita."
Mereka bertiga mengikuti Bu Sofi ke salah satu ruangan yang jauh dari keramaian. Dan kemudian mengajak mereka masuk lalu mengunci pintu.
Deg..
Perasaan Vina dan Bella tidak karuan, mereka bingung apa yang sebenarnya terjadi pada Emily. Dan hal apa yang mau dibicarakan bu Sofi pada Emily sampai harus se privasi ini.
" Langsung saja ya ibu bicaranya. Ibu harap kepada Bella dan Vina bisa menjaga rahasia dari apa yang mau ibu bicarakan dengan Emily nanti." kata Sofi memperingatkan keduanya dan mereka hanya mengangguk pelan.
" Dan kamu Emily coba kamu ceritakan ada apa sebenarnya yang terjadi kepadamu nak ?" tatap Sofi sendu.
" Saa ..saa..saya tidak apa-apa Bu." Emily berbohong, Emily masih berusaha menutupinya.
"Nak, ibu tadi menghadap kepala sekolah. Dan pastinya sudah tau semua ceritanya nak, ibu hanya ingin mendengar kan langsung cerita itu dari bibir kamu sendiri nak, Versi kamu.Ayo cerita !!."Mata Sofi mulai tampak berkaca-kaca membendung air mata.
Bella dan Vina ikut merasakan kesenduan diantara guru dan sahabat mereka, tapi mereka masih heran karens belum tau apa yang sebenarnya dibicarakan.
"Sebenarnya Lily sedang dalam masalah berat Bu, Lily sendiri bingung mau cerita nya seperti apa. Lily takut Bu." Air mata Emily tumpah dan sudah tak terbendung lagi.
Vina dan Bella terkejut mendengar ucapan Emily. Dan mereka langsung memeluk Emily dengan sangat erat.
"Memangnya ada masalah apa Ly, ayo cerita ke kita."Ujar Vina
"Ceritanya berawal dari kekurang hati-hati an Lily mengendarai motor Bu, sampai Lily mengalami kecelakaan dan menyebabkan Lily masuk ke dalam jurang yang tidak begitu dalam waktu itu Bu, itu karena Lily mengendarai motor dengan melamun Bu. Lily masih terpukul sekali diputuskan secara sepihak oleh pacar Lily yang sudah kurang lebih 3th nan kita menjalin suatu hubungan dan bahkan sudah akrab dengan keluarga Lily Bu.
"Terus.-" Bu Sofi semakin penasaran.
"Lalu pada saat kecelakaan itu ,ada yang menolong Lily, paman Arshan namanya. Nah paman Arshan ini mempunyai anak yang namanya Devan. Selama Lily belum sembuh total Lily dirawat dengan sangat baik oleh pak Arshan. Dan tanpa Lily sadari sebulan kemudian Devan ini menyukai Lily, dan menyatakan perasaan cintanya sama Lily. Lily tentu saja merasa tidak enak jika harus menolak cintanya, Karena ayahnya begitu baik sama Lily. Lily ingin berbalas Budi atas semua itu, Padahal jauh di lubuk hati Lily sebenarnya masih sangat mencintai kekasih Lily terdahulu. Tapi Lily berusaha menghapusnya, dan berpikir bahwa Devan itu lebih dewasa dan mungkin dia bisa lebih perhatian sama Lily, bisa melindungi Lily, bahkan bisa akrab juga dengan papa."
Singkat cerita nya Lily menjalin hubungan, dan lambat laun hubungan ini di dengar oleh papa. Dan papa tidak menyetujui hubungan kita, LiLy menceritakan semua itu sama Devan dengan maksud supaya dirinya bisa berhasil meraih hati papa, lalu Devan berjanji akan mencari cara agar papa setuju dengan hubungan kita. Tapi bodohnya Lily tidak tau dengan cara apa dia mau menakhlukkan hati papa. Lily terus berpikir positif tentang dirinya. Hingga suatu hari Devan mengajak Lily ke suatu tempat Bu, dan Devan mau mengajak melakukan hubungan terlarang itu, tapi Lily selalu menolak Bu, Entah kenapa pada suatu waktu itu Lily seperti terhipnotis Bu Lily menurut begitu saja dengan apa yang dia ucapkan. Padahal jauh dalam benak Lily berpikir tidak mau, dan bahkan saat melakukan itu Emily berpikir sedang apa laki-laki ini di atasku. Setelah Lily menyadari semuanya itu, Lily langsung paham kalau diri ini udah nggak suci tapi jelas sekali pikiran masih linglung. Demi Allah Bu Lily tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan Lily, Lily tidak pernah menginginkan ini semua Bu, sulit sekali bagi Lily untuk menjelaskan semuanya."
Sofi, Bella, dan Vina tercengang luar biasa mendengar cerita itu, tidak terasa mereka meneteskan air mata dan langsung memeluk Emily yang saat itu terlihat depresi dan tidak bisa mengontrol dirinya.
"Waktu itu Lily benar-benar takut untuk berbicara kepada siapapun. Kalau Lily mau bicara tidak sadar waktu itu Lily takut memfitnah walaupun kenyataannya Lily tidak pernah merasakan bagaimana rasanya berhubungan badan walau badan ini sudah ternodai Bu."Lily terjatuh dari tempat duduknya dan sesenggukan persis seperti orang yang lagi depresi berat.
" Waktu itu Lily mau cerita ,Lily hanya takut tidak ada yang percaya dengan Lily. Lily takut malah Lily yang disalahkan sama semuanya Bu. Terlebih papa, papa yang hanya ingin tahu anaknya baik-baik saja tanpa ingin tahu keluh kesah anaknya Bu. Papa yang selalu marah jika Lily salah tanpa memberi sedikit celah untuk membela diri Bu. Jangankan untuk cerita, bahkan sebelum kejadian itu papa sendiri mengancam akan menceraikan mama jika sampai Lily nekat dengan Devan, tanpa memberi solusi bagaimana caranya agar lepas. Waktu itu Lily hanya meyakini dia adalah orang baik-baik yang akan menjaga marwah Emily, yang ternyata Devan begitu nekat Bu, dirinya sangat terobsesi dengan Lily. menurutnya mungkin dengan cara seperti itu dia bisa memiliki Lily. Tanpa memikirkan bagaimana nasib Lily ke depannya.
Saat ini saja ketika Lily ingin menjelaskan semuanya namun papa seperti nya enggan berbicara dengan Lily Bu. Beliau tidak mau mendengar kan Lily Bu ?".
" Lily, sini nak...liat ibu nak...kamu jangan takut nak, Jangan berpikir buruk dulu nak tentang papa mu. Yang terpenting sekarang papamu sudah melaporkan semua kejadian ini ke polisi itu berarti papamu percaya sama kamu nak. Cara papamu menyayangimu berbeda nak, percayalah.." Bu Sofi berusaha menenangkan Emily.
" Ly, Lo tenang dong Ly...kita semua disini ada untuk Lo." Vina dan Bella tambah memeluk erat sahabatnya lagi dan berusaha menenangkan nya.
"Emily ,ibu percaya sama kamu. kita semua disini percaya sama kamu. kamu nggak boleh lemah nak, kamu harus buktikan ke semua orang nak. kamu tidak seperti yang mereka pikirkan. tetap lah menjadi Emily yang periang, pintar, dan buktikan kamu adalah sosok kuat dan hebat nak." Sofi berusaha memberikannya kekuatan.
"Iya Ly, kita berdua akan selalu ada untuk Lo,kita akan bantu Lo untuk bangkit kembali. Lo nggak sendiri." tegas Vina.
Emily yang mendengar semua itu langsung merasa hatinya sedikit lega, ketakutannya perlahan sirna...
Semua yang ada disitu memeluk Emily dengan erat.
" Terimakasih Bu Sofi, terimakasih sahabat-sahabatku," kata Emily
" Sama-sama nak, semangat ya. kamu buktikan kepada papamu kamu tetap anak yang bisa dibanggakan. Tetap semangat belajar agar besok nilai ujian mu tinggi nggak boleh jelek nak." kata Bu Sofi memotivasi nya
" Semangat Lily, kami semua sayang kamu. makanya jangan terlalu baik jadi orang biar nggak dimanfaatin". Vina sedikit meledek Emily agar suasana sedikit mencair
" Iya kayak Lo kan Vin, " kata Bella seraya memukul pelan Vina.
Suasana tegang itu pun mecair seketika. Emily merasakan banyak kelegaan di dalam hatinya setah mengeluarkan semua uneg-uneg, nya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!