Terdengar suara beberapa mobil berhenti didepan rumahku,,,
Aku tidak heran, karena itu pasti rombongan keluarga kak Dimas. Yah,,, malam ini Kak Dimas akan melamar ku.
Dimas Putra Dirdja, kakak tingkat ku waktu kami SMA dulu. Dia termasuk Cowok terpopuler di sekolah kami dulu, banyak gadis-gadis seusiaku yang begitu mengidolakannya, dannnnnn termasuk aku.
Siapa sangka, kami dipertemukan lagi saat dia datang ke cafe tempatku bekerja bersama teman-teman, dan disanalah, awal perjalanan cinta kami dimulai,,,,
3 bulan menjalin kasih dengan cinta manis mengalahkan manisnya gulali membuat aku dan kak Dimas memutuskan untuk melanjutkan kejenjang pernikahan. Kami merasa banyak kecocokan diantara kami berdua. Tentu kalian tau betapa bahagianya akan di persunting oleh pria pujaan hati kalian bukan? begitu lah perasaanku malam ini, meski kami baru mau lamaran, namun aku sudah sangattt bahagia.
Namaku Dinda Asmarani, panggil saja aku Dinda. Aku tumbuh di keluarga yang bahagia, ada bunda, ayah dan juga kak Irfan kakakku. Kami termasuk keluarga sejahtera, ayah dan kak Irfan bekerja di salah satu pabrik kertas, Ibuku menjual sarapan pagi bersamaku dan aku pun juga bekerja di salah satu cafe yang tak jauh dari komplek rumahku.
Sejak Lulus SMA, aku memutuskan untuk bekerja, karena saat itu perekonomian keluarga kami tidak kuat jika harus membiayai dua orang sekaligus untuk mengenyang pendidikan di perguruan tinggi, karena kak Irfan sudah lebih dulu yang kuliah, terpaksa aku yang mengalah dan memilih untuk bekerja dulu mengumpulkan uang dan nanti aku ingin kuliah di bidang yang aku inginkan, Aku ingin jadi Dokter Anak.
Aku yang kini tengah duduk di ruang keluarga bersama ibu ku Arini dan calon mertua ku Ibu Nadira. Aku dan calon mertua ku cukup akrab meski kami baru bertemu 3 kali. Alhamdulilah kelihatannya ibu Nadira menerima hubunganku dan kak Dimas.
Terdengar samar-samar perbincangan para bapak-bapak dan juga terdengar suara kak Dimas di ruangan depan sedang membahas tanggal pernikahan kami nanti. Sungguh jantungku berdetak begitu cepat, keringat dingin pun ku rasa sudah membanjiri kebaya yang aku pakai. Sangat gugup!
"Ibu gak sabar pengen cepet punya mantu lagi" ucap ibu Dira memegang tanganku dan aku tersenyum malu-malu
"Mudah-mudahan pernikahan mereka bisa langgeng sampai kakek nenek Ya bu" sahut ibuku dan di aamiin kan calon mertuaku.
"Jadi tanggal 5 Maret bulan depan ya pak acaranya"
"Iya betul"
"Baiklah kalau begitu kami sepakat"
Sepertinya di luar sudah ada kesepakatan tanggal pernikahan kami, lalu ayahku memanggilku, ibu dan juga ibu mertuaku untuk keluar. Disana aku melihat calon imam ku tersenyum manis kala tatapan kami bertemu tipis tipis. Aku juga melihat disamping kak Dimas ada seorang pria dewasa juga dan aku yakin itu adalah bang Dika, kakak nya calon suamiku. Dia terlihat ramah jika dilihat dari parasnya.
"Ayo Dimas, pasangkan cincin tunangannya untuk Dinda" perintah calon ayah mertuaku
Tidak menunggu lama, kak Dimas mendekat dengan membawa kotak beludru merah mendekat ke arahku. Lalu kak Dimas mengeluarkan cincin dari dalam kotak itu
"Kamu sangat cantik" Kak Dimas memasangkan cincin dijari manis ku
"Terimakasih kak" Mungkin aku terlihat sangat gugup bahkan menatap kak Dimas saja aku tidak sanggup.
Setelah mengabadikan momen tunangan kami, semua keluarga menikmati makan malam bersama sambil berbincang hangat.
Bahagia nya aku malam ini,,,,,,,,
.
.
.
.
^^^Ini kisah cintaku,^^^
^^^Dinda Asmarani^^^
"Cieeee yang baru di lamar "Seloroh Ninik teman kerjaku, saat aku baru saja sampai di Cafe.
"Alhamdulillah,,," jawabku dengan tersenyum
"Jadi hari ini kamu kesini cuma mau pamit ke kita-kita? sepi Din gak ada kamu" tanya Ninik
"Maaf yah,, aku udah janji sama kak Dimas, aku akan berhenti kerja saat akan nikah. Pernikahan kami sebentar lagi, banyak yang harus di persiapkan"
Semua teman yang bekerja di cafe berkumpul dan aku berpamitan kepada semuanya
"Terimakasih yah semuanya, selama setahun lebih ini sudah mau membantu ku selama aku bekerja disini. Maafkan jika aku ada salah dengan kalian"
"Kamu udah pamitan dengan pak Bara?"tanya Ninik
"Udah semalem. Baiklah,,, aku pulang yaaa, assalamualaikum" kataku melambaikan tangan dan mulai pergi meninggalkan cafe
"Wa'alaikumsalam" jawab teman-teman ku.
Saat aku keluar, motor kak Dimas baru saja sampai di cafe itu. Aku menyapanya dan kami pun akan pergi ke butik untuk memilih gaun pengantin yang akan kami pakai nanti.
"Pegangan ya,, nanti jatuh" ucapnya
Aku menurut dan berpegangan di jaket yang dia pakai saat ini.
"Dipeluk dong Din,,, oleng loh nanti motor nya karena aku gak fokus"
Aku terkekeh lalu memukul punggungnya ringan
"Modus ih!" dan kak Dimas terkekeh
Motor besar kak Dimas terus membelah jalanan hingga kami sampai di butik yang di pilihkan mama kak Dimas. Disana kami memilih dua pasang gaun beserta couplenya yang tentu dengan selera orang kaya. Jelas harus begitu, calon Ayah mertuaku adalah seorang Pak Camat, dan kak Dimas sendiri bekerja di perusahaan, tentu mereka memiliki selera yang tinggi. Setelah selesai kami pun memilih baju untuk konsep prewedding, undangan dan juga WO untuk mengurus keperluan acara nanti.
Sebelum pulang Kak Dimas mengajakku makan malam di sebuah restoran untuk mengisi tenaga kami yang terkuras karena mempersiapkan pernikahan kami nanti.
"Dimas?"
kami menoleh ke samping dan melihat seorang pria memanggil kak Dimas, pria itu bersama wanita cantik dengan pakaian berkelas.
"Endrew! kamu disini juga?!" Dimas berdiri dan memeluk Endrew
"Iya! aku baru mau makan juga disini. Ini siapa?!" tanya Endrew
"Ohh kenalin dia Dinda, calon. Makan bareng aja disini " aku tersenyum saja pada kak Endrew dan berjabatan tangan dengan mba sisi istrinya. Lalu kak Endrew dan istrinya satu meja bersama kami
"En, Gimana kabarmu?! makin makmur aja sekarang"
"Baik,,, kamu?"
"Baik juga lah. Oh iya kata Dio kamu naik jabatan, wihhh mantep"
"Alhamdulillah, dan Alhamdulillah nya lagi Sisi keterima di kementrian keuangan. Kalau Dinda kerja dimana?"
"Ah,,dia ,,, udah gak kerja lagi. kemarin pernah kerja di,, cafe" terdengar jawaban Dimas sedikit berat.
Aku mengatup bibirku saat mendengar perbincangan kak Dimas dan temannya. Sungguh aku merasa terkucil, mereka semua akan bertitle sarjana dan mereka bekerja di perusahaan besar dengan gaji yang besar. Apalah aku yang hanya lulusan SMA dan bekerja di cafe sebagai pelayan. Sungguh disaat itu aku merasa insecure.
Aku sudah tidak berselera makan lagi, namun aku masih memakan makanan yang kami pesan, demi menghargai mereka yang ada di meja itu. Setelah selsai makan, kami pun pamit pulang lebih dulu dan kak Dimas mengantarku sampai di rumah.
"Makasih ya untuk hari ini" kak Dimas melepas helmku dan tersenyum manis
"Sama-sama" jawabku dengan juga tersenyum
"Besok, aku jemput, kita pemotretan pagi jam 8"
"Iya kak, Dinda inget kok"
"Ya sudah aku pulang ya,, assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Motor kak Dimas melaju meninggalkan ku yang masih berdiri di depan teras rumah. Lalu aku masuk kedalam dan ingin segera mandi karena badanku terasa begitu lengket.
.
Dimas telah sampai dirumah,,,
Setelah memarkirkan motor kesayangannya di garasi, berjejer dengan deretan mobil miliknya dan juga keluarga, Dimas berjalan masuk kerumah dengan lenggang saja, terlihat rumah itu sedikit sepi.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam,,, baru pulang kamu dim, darimana saja?" tanya Ibu Dira
"Sesuai jadwal ma, mumpung aku libur jadi aku Dateng kesana sini buat persiapin keperluan acara resepsi nanti"
"Kamu beneran mau nikahin gadis itu?!"
"Ma,,, udah dong! mama jangan tanya itu terus! aku udah yakin sama pilihanku" Dimas mulai kesal dengan mamanya,
"Mama hanya meyakinkan niat kamu saja! mama tuh kenal banget sama kamu dim! meski mama suka sama anak itu tapi mama rasa ini terlalu cepat! "
"Udah mama, Dimas capek! mau ke kamar"
Mama Dimas mematung saja Melihat Dimas yang pergi ke kamar.
"Semoga kamu tidak menyesal sudah memutuskan untuk menikah lebih cepat!" batin ibu Nadira
"Berantem lagi sama Dimas?" tanya pak Dirdja
"Ya, apalagi?!" sungut Bu Nadira
"Sudahlah ma,, anakmu sudah besar, dia mampu memutuskan mana yang terbaik untuk dirinya"
"Papa belain anak terus! apa papa lupa, Dika cerai dengan istrinya karena apa? mereka memutuskan menikah terlalu muda! mama gak pengen itu terjadi sama Dimas! Mama setuju saja Dimas sama Dinda, tapi menurut mama ini terlalu cepat! mereka belum saling kenal!"
"Sikap mama begini bukan karena setelah lamaran kemarin mama lihat kondisi mereka kan?!"
"Gak lah! bukan itu"
"Dimas itu kelakuan nya sangat manja pa! usianya saja baru 23tahun, ini masih terlalu muda untuk menikah! dan juga dia masih kuliah sambil kerja! mama cuma pengen dia fokus dulu selesaiin kuliahnya baru nikah!"
"Kalau anaknya mau gimana? daripada dia berbuat dosa dengan Dinda?! mama bisa apa?"
"Menyebalkan! semuanya menyebalkan!" Ibu Nadira berlalu ke kamar karena kesal.
Sementara itu, Dimas berendam didalam bathub dan menenangkan pikirannya yang jadi kacau karena mamanya.
"Sabar pa,,,,, jaga kesehatan papa" Dika datang menghampiri papanya dengan menggendong seorang anak laki-laki berusia 2,5 tahun yang begitu mirip dengan mamanya dulu
"Iya iya,,, tensi darah papa selalu naik jika berhadapan dengan mama dan adikmu. Sini Fatih sama eyang" Pak Dirdja mengambil Al Fatih dan memangkunya
"Dika,,,, gimana, sudah selesai renovasi?" tanya pak Dirdja
"Sudah pa, mungkin lusa Dika bawa Fatih pindah kesana"
"Aduh,,, jangan,,, Fatih tinggal saja, nanti kalau tensi darah papa naik gak ada hiburan papa. Ngadepin mama dan adik kamu itu bikin kepala papa mau pecah!"
"Tapi pa,,,"
"Kamu kan ngajar di kampus, sibuk juga pasti. Mama juga sekarang-sekarang dirumah terus karena belum ada kegiatan lagi. Biar mamamu punya kesibukan jadi gak ngomel-ngomel terus! kecuali kamu menikah lagi baru boleh bawa Fatih pergi dari rumah ini"
"Paaaa,,,,,"
"Pikirkan, Fatih masih sangat butuh sosok seorang ibu! dia butuh kasih sayang dalam masa seperti sekarang ini. Lupakan wanita itu dan segera cari pengganti!"
"Aku sudah tidak memikirkannya lagi pa, tapi untuk pengganti, tidak semudah itu mendapatkan nya. Dika harus lebih extra karena saat ini bukan hanya Dika tapi juga ada Fatih "
"Papa ngerti, tapi baiknya kamu coba membuka hatimu. Di kampus kan banyak yang cantik, masak gak ada yang nyangkut sih?! percuma dong tampang ganteng mu yang nurun papa itu kalau gak bisa dapetin pengganti wanita itu!" kekeh pak Dirdja
Seiring obrolan mereka, Fatih mengantuk, lalu Dika membawanya ke kamar mereka untuk beristirahat. Dika sedikit trauma dengan pernikahan setelah perpisahan yang terjadi dengan mamanya al-Fatih. Cukup berat Dika bangkit melupakan cinta pertamanya itu, Sierra yang ntah kemana.
.
.
.
Bersambung,,,,,,,,
Please like sebelum membaca yah di novel baru ini 👍 Setelah membaca, tinggalkan jejak kalian yah 😘
Happy reading
________________________________
Semua persiapan pernikahan sudah siap, dirumah calon pengantin wanita pun sudah berdiri tenda biru dengan tatanan khas pernikahan untuk menyambut kedatangan pengantin pria, karena akad akan dilangsungkan jam 9 nanti.
Keluarga ku juga sudah berpakaian rapi kompak dan serasi sesuai dengan konsep yang kami usung di akad nikah ini. Tak lupa hidangan terlezat yang akan menjamu semua tamu-tamu yang akan menghadiri akad juga sudah siap di tempatnya.
Belum lagi gedung, dan persiapan resepsi nanti malam juga sudah disiapkan untuk pargelaran pesta juga sudah disiapkan 100%. Aku pun yang sudah terlihat bak ratu sehari dengan kebaya putih dan riasan pengantin Sunda membuat ku terlihat begitu cantik kata ibu, ponakan, dan keluarga lainnya yang sudah menemui ku. Sungguh, aku sangat gugup dan deg deg an pagi ini menunggu hari bahagia, berganti status dengan menjadi istri kak Dimas.
"Dinda deg deg an Bu"
"Dulu ibu juga gitu,, pas mau akad sama bapakmu, deg deg an gak karuan. Banyak-banyak zikir saja Din biar gak gugup"
"Iya,,,, bu"
Sementara itu dirumah keluarga Pak Dirdja,,,,,,,
Semua keluarga dan kerabat yang akan ikut berangkat menuju ke rumah Dinda pun sudah siap. Tinggal menunggu pengantin pria yang masih berada di kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 dan mereka harus segera berangkat.
Tok
Tok
Tok
"Dimas,,, cepat keluar, kita akan segera berangkat! akad mu jam 9, nanti telat" ucap ibu Nadira
"Iya ma,, "
Dimas membuka pintu kamarnya dan melihat mamanya masih berdiri didepan pintu
"Kalian duluan saja, aku akan menyusul menggunakan mobilku" jawab Dimas
"Mana bisa begitu, namanya pengantin ya di arak! jangan macem-macem kamu!" ucap ibu Nadira yang sudah menggunakan kebayak mewah seperti ibu-ibu negara.
"Ada yang harus Dimas kerjakan sedikit lagi ma,,,, pokoknya gak lama kok. Takutnya mereka menunggu" rayu Dimas
"Yang di tunggu itu kamu! kamu yang mau nikah!" sungut mama
"Ma,, gak ada waktu buat berantem sama aku. Please"
"Ya sudah cepetan ya! awas kalau kamu macem-macem!" kemudian Ibu Nadira pergi meninggalkan Dimas di kamar dan mengajak rombongan untuk berangkat lebih dulu
"Loh mana bisa gitu ma? Yang mau nikah kan Dimas, masak kita duluan?! sudah tunggu saja! anak itu bikin naik darah aja pagi-pagi!" sarkas papa
"Gak papa pa, dia ada kerjaan sedikit katanya, tapi nanti nyusulin kita. Gak enak sama calon besan kalau kita telat pa. Mending kita duluan, nanti biar Dimas nyusul" jawab mama
"Ya sudah terserah mama!"
Kemudian pak Dirdja menginstruksikan semua rombongan untuk berangkat lebih dulu. Mahardika bersama al-Fatih pun juga sudah masuk kedalam mobil bersama eyangnya dan mereka bergerak lebih dulu menuju ke rumah keluarga Dinda.
"Dimas mana pa? ma?" tanya Dika sambil menyetir
"Katanya masih ada kerjaan" jawab mama
"Kerjaan?! kerjaan apa?! bukannya dia lagi cuti?!" ucap Dika
"Ntahlah, katanya nanti nyusulin kita" jawab mama
"Awas saja kalau dia macem-macem! papa babat habis anak itu!" sarkas papa
"Mama rasa Dimas gak bakal macem-macem deh pa!"
Rombongan calon pengantin pria sudah sampai di depan rumah keluarga Dinda. Mereka di sambut dengan hangat dan keluarga pak Dirdja di persilahkan untuk masuk ke dalam rumah, sementara rombongan keluarga lainnya duduk di tenda biru yang sudah di siapkan bersama tamu undangan lainnya.
"Nak Dimas dimana pak?" tanya pak Jaka
"Dia akan segera sampai pak, tadi ada kerjaan sedikit dari kantornya" jawab pak Dirdja
"Ohh begitu,,, baiklah, kita tunggu saja"
Mereka berbincang-bincang sembari menunggu kedatangan Dimas yang belum juga muncul batang hidungnya. Mama Nadira begitu cemas karena berkali-kali menelfon Tapi nomer Dimas tidak diangkat.
"Dika, coba kamu hubungi adikmu! kenapa belum juga sampai! telfon mama gak di angkat!"
"Baik ma" jawab Dika yang kemudian keluar dari rumah Dinda dan menelfon adiknya.
Berkali-kali Dika menelfon namun tidak diangkat, Dan setelah panggilan ke 10, nomer Dimas tidak bisa di hubungi. Lalu Dika mengirimkan pesan WhatsApp kepada adiknya
📨Dimas
Dek, kamu dimana?! acara sudah mau di mulai.
Tidak ada balasan dan hanya centang satu. Dika teramat cemas, lalu ia menelfon rumah dan ART yang mengangkat telfon mengatakan jika Dimas sudah keluar dengan mobilnya.
Suasana di dalam rumah maupun di bawah tenda tampah riuh bisik-bisik karena mempelai pria tak kunjung tiba dan acara belum juga dimulai. Terdengar sangat menggeramkan juga membuat tegang untuk pihak keluarga pak Dirdja
📨Dimas
Ma,, maafkan Dimas. Benar kata mama, aku memutuskan terlalu cepat untuk menikah. Aku belum siap sepenuhnya ma. Aku takut, dan aku baru menyadarinya. Maaf sudah membuat malu papa dan mama, tapi aku gak bisa meneruskan pernikahan ini. Aku pergi sebentar untuk menenangkan diriku yang terguncang. Sampaikan maaf ku pada keluarga Dinda, aku belum benar-benar mencintainya.
Deg!
Jantung ibu Nadira terpacu sangat cepat ketika membaca pesan yang dikirimkan Dimas putranya. Wajahnya terlihat langsung pucat dan bingung akan mengatakan apa pada semua orang
"Ada apa ma?" tanya pak Dirdja
Mama tidak sanggup menjawab dan hanya menyodorkan ponselnya. Pak Dirdja membaca pesan dari Dimas dan langsung mengeras rahangnya menampakan kemarahan yang akan meluap-luap
"Pa,, ma,, kata Bik Tari, Dimas udah keluar dari rumah. Mungkin sebentar lagi dia akan sampai. Kita tunggu saja" ucap Dika yang baru saja menghampiri orang tuanya
"Dia tidak mungkin datang!" ucap Pak Dirdja menahan amarah
"Maksud papa?"
Pak Dirdja memberi tahu pesan dari Dimas, dan sungguh membuatnya tercengang.
"Ada apa pak? kenapa dengan nak Dimas?!" tanya pak Jaka
Deg!
Suasana bertambah tegang karena samar-samar pihak keluarga Dinda mendengarkan percakapan pak Dirdja, ibu Nadira dan Mahardika.
"Pak Jaka,,,, kami,,, benar-benar minta maaf atas segala yang terjadi. Sepertinya pernikahan ini tidak bisa di lanjutkan,,,"
"Kenapa pak? dimana Dimas?!" pak Jaka sudah meninggi
"Dimas memutuskan untuk pergi dan membatalkan pernikahan ini " jawab Pak Dirdja merasa malu, kesal, tidak enak dan semua rasa yang tidak dia sangka akan terjadi seperti ini.
"Apa?!"
Syok, pak Jaka, ibu arini dan keluarga lainnya
"Bagaimana bisa pak?! kenapa harus di saat seperti ini? kami sangat malu dengan semua keluarga dan juga tamu undangan jika pernikahan ini gagal! dan apa kata orang nanti,,, harusnya kalau belum yakin, Dimas tidak usah senekad ini! saya benar-benar kecewa!" ucap pak Jaka
Pak Dirdja diam sesaat
"Iya pak, kami pun tidak menyangka semua akan seperti ini, Dimas yang menginginkan pernikahan ini, tapi dia juga yang memutuskannya tiba-tiba. Andai kami tau sejak awal, tentu kami akan mencegah nya. Kami benar-benar minta maaf pak" ucap pak Dirdja
Sementara itu, dikamar pengantin aku menangis sendiri. Aku mendengar semua yang mereka katakan. Kak Dimas tidak datang di akad nikah kami. Dia pergi meninggalkan ku dalam keadaan seperti ini. Hatiku hancur, sangat kecewa kenapa tidak dari awal saja jika memang dia belum siap. Aku sangat malu dengan semua orang!
"Pak, Bu, Bolehkah saya saja yang menikahi Dinda?!"
Semua orang terdiam dan menatap kearah Mahardika.
.
.
.
.
To be continue
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!