Pria sederhana, berwajah tampan namun terkesan manis, dengan lesung pipi disalah satu pipinya, terlihat begitu gagah saat memasuki gedung pernikahan.
Langkahnya begitu yakin kala banyak orang yang menantikan kehadirannya. Karena apa bila dia tidak hadir, pesta pernikahan mewah ini tidak akan terlaksana.
Dialah tamu agung yang sangat dinanti oleh sepasang calon pengantin baru, yang akan mengucapkan ikrar suci pernikahan hari ini.
Pria itu adalah ALKAN ARTHAMA SYARIEF, penghulu tampan berlesung pipi, yang bisa membuat calon pengantin wanita membatalkan pernikahannya sendiri, demi dinikahi olehnya.
Semoga kali ini, tidak ada kejadian yang bisa membuatnya sport jantung. Alkan sempat demam selama satu minggu karena kejadian itu, sang Penghulu begitu shock dengan kejadian yang tidak pernah terduga olehnya.
Sang calon pengantin wanita, tiba tiba histeris meminta dia yang menikahinya, bukan si calon suami. Alhasil, selepas pulang dari acara itu Alkan langsung demam, walaupun dia akhirnya berhasil membuat keduanya bersatu, dengan sedikit drama. Statusnya yang masih single, membuat Alkan menjadi incaran banyak gadis. Selain berwajah tampan bak malaikat, sikap serta sifatnya pun begitu memikat, real no hoak hoak.
Banyak pula yang bertanya, kenapa dia lebih memilih menjadi penghulu, dibandingkan pekerjaan lain. Padahal Alkan bisa menyelesaikan S2 Sarjana Hukumnya dengan cukup cepat, di usia 22 tahun walaupun lewat jalur beasiswa. Alkan terkenal pintar, jadi sekali pun hidup dari keluarga sederhana, dia tidak sulit untuk mendapatkan pendidikan yang di inginkan.
Dan inj jawaban yang Alkan berikan , dia ingin menyatukan sepasang kekasih, yang begitu saling mencintai satu sama lain. Mungkin kalau filosofi di Yunani, Alkan bergelar sebagai dewa cinta. Namun ini Indonesia, gelar Alkan adalah seorang Bapak Penghulu.
Hidup berdua dengan sang Ibu, membuat Alkan lebih banyak berinteraksi dirumah dari pada diluar. Alkan tidak terlalu suka berkeliaran setelah dia pulang bekerja, maka dari itu, dekat dengan wanita saja bisa di hitung oleh jari. Hidup dengan didikan agama yang mumpuni dari Almarhum sang Ayah, membuat Alkan sedikit menjauh dari makhluk yang bernama wanita. Dia takut akan kebablasan bila menjalin ikatan tanpa kepastian, jadi akan lebih baik mencari jodoh dalam diam.
Padahal Marwah Sang Ibu, selalu bertanya kapan Alkan menikah? diusianya yang sudah menginjak 25 tahun, bukankah usia itu sudah cukup untuk menikah.
Tapi jawaban apa yang didapat oleh wanita paruh baya itu? Alkan hanya berkata, kalau Tuhan sudah menakdirkan dia untuk segera menikah, jodohnya akan datang sendiri.
Jawaban Alkan membuat Marwah tidak bisa berkata lagi, padahal ingin sekali Marwah berucap ' kalau tidak dicari, mana bisa datang sendiri.'
"Pak Penghulu, apa kita bisa mulai acaranya?" seru seseorang dari sisi tubuhnya, membuat Alkan yang tengah flashback terlihat sedikit tersentak, namun dengan cepat dia menutupinya dengan senyuman ramah.
"Bisa, silahkan panggil kedua calon pengantinnya." ucap Alkan tenang, siap menjalankan tugasnya.
🕊
🕊
🕊
Disisi lain, seorang wanita cantik tengah menatap potret seorang pria di akun instragram.
Entah kenapa, selama hampir satu bulan ini dia berperan sebagai stalker. Memfollow semua akun pria itu, dari Instagram, Facebook, hingga berusaha meretas WhatsApp juga, bermodalkan nomor ponsel yang dia dapatkan dari sepupunya. Namun ternyata, nomor ponsel yang diberikan Berliana, bukan nomor pribadi. Melainkan nomor kantor KUA setempat, dan itu membuatnya berguling dilantai.
"Kenapa kamu membuat aku jadi seperti ini, Pak Penghulu?" monolognya
Kedua mata terpejam, sembari memeluk erat ponsel mahal miliknya. Senyum dikedua sudut bibirnya terus saja terpatri.
Dia membayangkan saat Bapak Penghulu itu menikahinya, walaupun baru angan angan, namun wanita cantik itu tidak peduli. Yang terpenting saat ini, dia akan melakukan pendekatan seintens mungkin, mulai sekarang.
Bila perlu dia akan datang kesetiap acara pernikahan yang ada di kota ini, demi bertemu dengan Bapak Penghulu tampan yang membuatnya seperti orang tidak waras.
PAK PENGHULU GANTENG, BERLESUNG PIPI DATANG MENYAPA KALIAN
**HALLOOOO GUYSSS
SELAMAT DATANG DI DUNIA PER ALKAN AN, SIAP SIAP DI BUAT TERJUNGKAL, TERTAMPAR, TERSENTAK, TERJUNGKIR, TERPELESET OLEH CERITA INI
JANGAN LUPA DUKUNGANNYA YA GUYS
LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORINYA
BILA PERLU REKOMDASIIN KESETIAP TEMEN KALIAN, SEE YOU NEXT PART MUUUAAACCHHH**
Grecia Vyga, gadis cantik berusia 20 tahun, terlihat tengah menatap cermin lebar yang ada kamarnya. Hari ini Cia berencana menghadiri pernikahan seseorang, hanya karena ingin bertemu dengan penghulu yang akan menikahkan kedua calon pengantin. Cia sampai harus ikut bersama rombongan pengantin pria, agar tidak terlalu malu.
"Pak Penghulu, calon istrimu datang." ucapnya penuh percaya diri, senyuman lebar dibibir tipisnya terus saja terpatri.
Tanpa dia sadari, kalau sedari tadi Gala sudah memperhatikan gerak geriknya dari ambang pintu. Kedua mata abu abunya, menatap heran pada adik semata wayangnya. Penamlilan Cia terlihat seperti hendak menghadiri suatu acara.
"Mau kemana, kamu?" tanya Gala, suara pria berwajah judes itu membuat Cia terkejut bukan main.
Namun dengan pintar, Cia menyembunyikan raut wajah. Perlahan kedua sudut bibirnya melengkung, membentuk senyuman manis pada sang Abang. Dengan langkah perlahan, Cia melangkah mendekat pada Galaska.
"Cici mau kondongan dulu," ujar Cia tenang, padahal didalam hatinya saat ini, Cia berteriak menyuruh Gala pergi. Namun Cia masih waras untuk tidak mengusir sang Abang kesayangan yang tampan rupawan, namun begitu menyebalkan.
"Kamu pikir Abang bodoh, jam 7 pagi mau kondangan kemana? yang punya hajatnya aja masih molor!" sarkas Gala pada sang adik.
Cia memegangi dadanya dramatis, sentakan sang Abang sudah biasa dia dengar setiap saat. Karena Galaska memang sudah begitu sikapnya, jadi Cia sudah tidak terkejut lagi.
"Abang, Cia mau nganter manten. Gak mungkin lah kalau yang punya hajatnya masih tidur, udah ah Cia telat nih. Keke udah nunggu dirumahnya." ucap Cia cepat, dia tidak mau kalau Galaska akan banyak bertanya lagi.
"Kamu pergi nganter manten, pakai baju kurang bahan kayak gitu?" ucapan Gala membuat langkah Cia kembali terhenti.
Gadis berkulit putih mulus tanpa noda itu, menunduk untuk melihat penampilannya saat ini. Cia memakai gaun dibawah lutut, masih terlihat sopan, walaupun tanpa lengan. Hingga menampilkan lengan kecil mungil nan mulusnya.
"Kenapa? perasaan biasa aja nih gaun?" sahut Cia sedikit sewot, Gala memang suka sekali mengulur waktunya.
"Terserah! yang penting kalau ada yang berani nyolek nyolek kamu nanti, tendang saja kantong kemirinya. Soalnya Melody gak bisa ngantar kamu, dia lagi dihukum sama Om Luan." pesan Gala, pria itu berbalik meningalkan kamar sang adik.
Cia hanya bisa menghela napas kasar, hidupnya yang tidak jauh dari pengawalan, membuat langkah Cia sedikit terbatas. Walaupun Gara dan Gala sedikit lebih membebaskannya sekarang, tapi Cia tidak akan sebebas orang orang lain diluar sana, banyak mata dan telinga Galaska dimana mana.
Cia mengedikan bahunya tak acuh, semua itu tidak akan memundurkan langkahnya, Cia akan tetap maju kedepan apa pun yang akan terjadi, demi Bapak Penghulu.
🕊
🕊
🕊
Senyum Cia mengembang kala dia dan temannya yang bernama Keila, atau lebih sering disapa Keke, sudah berada didalam rombongan pengantin pria. Kebetulan yang menikah saat ini adalah Kakak sepupu Keke, jadi Cia sedikit lega, tidak terlalu malu maksudnya.
Cia semakin berbinar kala melihat orang yang dia cari, tengah duduk dikursi khusus untuknya.
"Ternyata bener, dia ada disini." gumam pelan Cia
Entah kebetulan atau memang takdir, Bapak Penghulu itu ikut mengalihkan pandangannya kearah rombongan calon pengantin pria, dimana ada seorang wanita yang selalu nemikirnya setiap saat.
Cia yang belum siap untuk melihat wajah tampan Penghulu secara face to face saat ini, namun mau tidak mau, Cia terpaksa harus melihatnya kali ini. Tubuh Cia terus saja berjalan, namun pandangan kedua matanya, terus saja menatap tak berkedip pada Bapak Penghulu yang tengah memasang senyuman ramah, pada setiap orang yang melewatinya.
Termasuk Cia sendiri, bahkan lesung pipi pria itu terlihat. Menambah kesan manis dan tampan secara bersamaan, ingin rasanya Cia berteriak pada para gadis dan ibu muda yang menatap kagum dan menginginkan pada Penghulu pujaannya.
TUKANG STALKER BAPAK PENGHULU
"Penghulunya ganteng ya, senyumannya itu loh kayak ngajak ijab kobul." ucap Keke yang duduk disebelah Cia, yang tengah menikmati makanan ringan, namun kedua matanya selalu tertuju pada Bapak Penghulu, yang tengah mengantri untuk menikmati santap siang.
'Bukan cuma ngajak ijab kobul, tapi juga kayak ngajar kekamar.' sahut Cia didalam hati, mulutnya seakan terkunci rapat untuk mengatakan hal itu.
"Ke, aku mau nambah dulu ya, diem disini jangan kemana mana!" titah mutlak Cia tidak bisa diganggu gugat.
Keke hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan, kedua matanya masih jelatatan menatap para pria tampan, yang hadir dipesta pernikahan sepupunya.
"Beh bener bener gak ada produk gagal, cowok disini." gumamnya pelan.
Sedangkan Cia, gadis bergaun toska itu semakin mendekat kearah stand makanan, targetnya bukan itu, tapi orang yang saat ini tengah mengambil makanannya.
Cia berpura pura mengambil piring yang berada tepat disisi target, hingga tangan mulus Cia hampir saja bersentuhan dengan lengan berurat milik sang target, siapa lagi kalau bukan Alkan si Bapak Penghulu.
"Astaghfirullah!" ucap Alkan, pria itu sedikit terkejut karena tiba tiba ada sebuah tangan putih mulus, hampir saja dia sentuh.
Cia yang mendengar si Bapak Penghulu beristigfar, terlihat mengerenyitkan dahi. Bahkan Cia segera menarik lengannya, padahal piring saja belum dia raih.
"Maaf, saya tidak sengaja," ujar Alkan merasa tidak enak.
Pria itu sedikit menundukkan kepalanya pada Cia, membuat gadis itu semakin menahan senyuman masam. Ternyata masih cukup jauh jarak yang membentang diantara mereka, apa lagi saat Alkan terus saja menjaga pandangannya.
Pria itu bahkan lebih memilih menatap kearah lain, dari pada menatap pada gadis cantik yang ada dihadapannya saat ini. Padahal Cia sendiri, hampir meneteskan air mata dan air liurnya secara bersamaan, kala melihat wajah teduh penghulu sang pujaan.
Munafik? tidak! Alkan tidak munafik, dia hanya menghormati wanita, menjaga pandangan adalah salah satunya.
"Silahkan, kamu saja dulu." ucap pelan Alkan pada Cia, membuat wanita itu menganggukkan kepalanya pelan.
Cia masih bisa melihat Alkan dari sudut matanya, pria itu terlihat menghela napas berkali kali, kala melihat begitu banyak wanita yang menatap tak berkedip padanya.
Namun pria berlesung pipi itu, terlihat tenang dan berusaha tidak terganggu. Saat Cia menggeser tubuhnya, Alkan langsung menempatinya.
Cia mengulum senyum sebisa mungkin, saat ini dia dan Alkan terlihat seperti pasangan yang tengah antri untuk mengambil makanan.
'Berasa jadi istrinya, kalau gini mah.' kekeh Cia didalam hati.
Diam diam si gadis cantik, meletakan beberapa potong daging kedalam piring Alkan, kala pria itu mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Buat calon suami." gumam pelan Cia, setelah selesai dia segera menjauh dari sang penghulu.
Bahkan Cia menahan tawanya, kala melihat wajah bingung Alkan saat ini. Pria itu memandang horor pada piring yang tengah dia pegang.
"Kenapa daging rendangnya ada enam potong? waduh bisa bangkrut ini yang punya hajat. Mau dibalikin gak sopan, dimakan kebanyakan. Bisa kolesterol aku nanti, tapi kenapa jadi enam, perasaan tadi ngambilnya cuma dua." Alkan terus saja bermonolog sendiri.
Tanpa Alkan sadari, seorang gadis tengah terkikik geli melihat raut wajah bingungnya, setidaknya walaupun dia tidak berinteraksi banyak dengan bapak penghulu pujaannya. Cia merasa bahagia hari ini, karena sudah berhasil lebih dekat, bahkan mengambilkan sesuatu untuk pria yang dia suka.
Walaupun, Pria itu belum menyadari, entah sampai kapan Alkan akan menyadari kehadiran dia, menyadari tatapan memuja penuh cinta, menyadari kalau seorang Grecia begitu menginginkannya.
'Bolehkah aku berharap?' lirih Cia dalam hati, ternyata mencintai dalam diam memang sangat sulit. Ingin mengungkapkan tapi belum siap ditolak, tapi kalau tidak diungkapkan sangat menyiksa hati dan jiwa.
Lalu Cia harus apa? maju pantang mundur! atau mundur alon alon?
Senyuman tipis gadis itu kembali hadir, kala melihat Alkan makan dengan tenang. Bahkan pandangan nakal Cia malah tertuju pada jakun pria itu, yang naik turun saat menelan makanannya. Membuat gadis itu, menahan napas sekuat mungkin.
Ingin menyentuhnya, tapi takut dilempar piring. Tapi kalau tidak disentuh, pasti membuatnya penasaran, bahkan insomnia nanti malam. Cia hanya mengigit bibir bawahnya gemas, bahkan makanan yang ada dimulutnya dia telan susah payah.
'Astaga dragon ball, Mami anakmu sudah tidak waras gara gara Pak Penghulu!' jerit hati Cia
ASTAGA DRAGON BALL😭😭😭😭😍😍😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!