NovelToon NovelToon

Oplas

Bab 1

Namaku Hiara Najwa berusia 25 tahun tinggi badan 160 dengan berat badan 120 kg, pekerjaan saya sebagai pencipta lagu dan penyanyi lipsync.

"Stop" teriak produser semuanya menarik nafas lega keluar dari ruangan masing-masing dan berkumpul menjadi satu.

Aku keluar dari ruangan sempit dengan cepat melangkah terburu-buru tapi masih sangat lambat karena tubuhku yang besar menghampiri produser yang bernama Feri Kurniawan dia laki-laki tampan, lembut, sutradara dan produser yang sangat di senangi oleh semua orang.

Yah dia adalah suamiku, aku yang terlahir miskin, jelek, gendut ini mempunyai keberuntungan 1% menikah dengan laki-laki idaman ini.

Tanpa sengaja aku menghadapi maut mendorong tubuhku yang besar ini menahan mobil yang ingin menabrak laki-laki tua yang pikun hendak menyeberang jalan, laki-laki itu sekarang adalah opa ku, melihat aku yang membantunya dia membalas budi kepada ku dengan cara menikahkan aku dengan cucunya.

Akhirnya kami menikah walaupun tidak mengenal satu sama lain, aku sangat menyayangi suamiku karena aku yakin dia pasti juga mencintai aku.

"Sayang" panggilku berjalan mendekati Feri yang sedang berkumpul, namun datang lah wanita langsung menggandeng tangan Feri.

Wanita itu Lidia Anggraini artis cantik, kaya raya, bertubuh seksi yang membeli suara ku untuk menjadi penyanyi terkenal.

"Hem" ucapku dari belakang sehingga Lidia menoleh dan melepaskan gandengannya.

"Istriku, suara dan lagu yang kamu nyanyi hari ini benar-benar luar biasa. Aku yakin penjualan album kali ini pasti akan naik lagi" puji Feri sambil memegang tanganku.

Aku yang sangat senang dia memujiku segera menggenggam tangannya, "iya sama-sama, aku akan melakukan apa pun untuk suamiku tercinta" Feri memeluk tubuhku walapun sangat susah di jangkau nafasnya seperti ke sakitan saat kami berpelukan.

"Oh iya, karena hari ini sukses aku akan traktir kalian semua" ucap Lidia, namun dering dari hp ku berbunyi ternyata dari ibu.

Aku segera mengangkat telpon itu agak menjauh sedikit dari mereka yang asik mengobrol "iya ibu, apa ayah sakit. Baik lah aku akan kesana" jawabku sambil menutup telpon.

Aku berjalan mendekati suamiku sambil berbisik, "Bagaimana aku tidak bisa menemani kamu karena aku adalah produser di sini jadi tidak mungkin meninggalkan acara" ucap Feri.

"Tidak apa-apa, aku sendirian yang akan ke rumah ibu. Mungkin aku tidak bisa pulang malam ini kalau ke adaan ayah parah, papa dan mama pergi ke rumah saudara dan opa sedang ada kegiatan memancing bersama temannya" ucapku sambil menatap wajah suamiku yang tampan itu.

"Oke, sudah selesai acara aku akan langsung pulang ke rumah. Kamu hati-hati di jalan" ucap Feri sambil mencium kening ku.

Aku bergegas keluar dan masuk ke dalam mobil dengan posisi yang pas pasan, saat sedang mengendarai mobil ternyata cuaca hujan sampai aku berhenti di rumah kecil, berdinding batako, lantai semen dan beratap seng.

Saat aku masuk ibu sibuk meletakkan ember karena pada saat hujan seng yang bolong kecil-kecil itu pun akan ke masukan air sehingga rumah akan basah kalau tidak di tangku.

"Kakak lama banget, ayah di dalam, ibu lagi sibuk beresin yang bocor sedangkan aku lapar belum makan karena ibu sibuk dan ayah sakit" celoteh adikku.

"Kamu tenang, kakak akan masak nasi goreng ke sukaan kamu tapi sebelum itu kakak mau bertemu ayah" aku masuk ke kamar yang kecil itu melihat ayah yang sedang tertidur di keningnya di taruh kompresan.

"Ayah, kita ke rumah sakit saja" ucapku.

"Tidak usah, ayah hanya demam biasa dan nanti juga akan sembuh" jawabnya.

Ibu pun masuk ke kamar, "kamu lihat ayah kamu sakit karena kerja terlalu keras, kamu itu gimana sih menikah dengan orang kaya tapi hidup kita masih saja miskin dari lahir sampai sekarang" protesnya kesal.

"Ibu, usia pernikahanku 6 bulan. Apa ibu lihat aku hidup seperti orang kaya, lihat saja penampilanku sama saja seperti dulu sama saja seperti orang miskin, kalau aku orang kaya pasti ibu dan ayah sudah ku beli rumah mewah dan tidak akan tinggal di rumah bocor ini lagi" jawabku.

"Kakak" panggil adikku dari luar, mendengar itu aku keluar karena aku tau adikku kelaparan.

Segera aku ke dapur masak nasi goreng dan bubur untuk ayah, selesai masak mereka semua makan dan aku pun menyuapin ayah.

"Selesai ini kamu pulang yah nak, jangan pulang terlalu larut nanti suami dan mertua kamu cemas" ucap ayah sambil mengunyah makananya.

"Aku hari ini akan menginap di sini ayah, aku khawatir sama ayah. Lagian mertuaku pergi, opa memancing di rumah temannya dan suamiku lagi ada acara sebentar di luar" jelasku.

Ibu pun masuk ke kamar saat mendengar ucapan ku, "Kamu harus pulang, tidak baik kalau kamu meninggalkan suami kamu sendirian di rumah. Kamu itu beruntung 1% menikah dengan laki-laki tampan dan kaya tapi hidup kamu tetap 99% miskin."

"Ibu tidak perlu cemas, suamiku sangat mencintai aku walaupun tubuh dan wajahku seperti ini. Aku miskin kan karena lahir dari perut ibu" kesalku.

Ibu langsung memukul tanganku dengan tangannya "Dasar anak kulangajar, ibu juga tidak mau melahirkan anak raksasa seperti kamu ke dunia ini. Menikah dengan orang kaya tapi hidup masih miskin, apa kamu tidak pernah di beri uang sama suami" marah ibu yang membuat ayah bangun dari istirahatnya.

Sambil melihat kami berdua yang ada di dekatnya ayah berteriak "berhentilah berkelahi, aku ini perlu istirahat tapi masih saja mendengar ocehan kalian berdua. Lebih baik aku mati saja" kesalnya langsung berdiri.

"Ayah jangan" teriak aku dan ibu sambil memeganginya yang berdiri.

"Ayah walaupun aku dan ibu sering bertengkar tapi kami saling menyayangi" ucapku membuat ibu menganggukkan kepala.

Adikku yang melihat situasi itu mendekati "ayah usir saja kakak dan ibu, ayah cukup punya aku saja yang tidak pernah membuat ayah kesal" celotehnya.

Aku dan Ibu yang melihat itu langsung menangkapnya, "apa kamu bilang, berani sekali kamu bicara seperti itu" sambil menjewer telinga kanan.

Aku pun menjewer telinga kirinya sambil berceloteh "Hito kamu tau siapa yang paling di sayangi ayah di dunia ini aku jadi kamu tidak perlu menyuruh ayah membuangku."

Sambil kesakitan adikku pun berteriak "ayah tolong, mereka berdua benar-benar kejam" tangannya sambil meminta tolong.

Ayah pun tertawa mendekati kami "sudah, kasihan " sambil memeluknya, kami pun sekeluarga berpelukan bersama.

"Sekarang kamu pulang Hiara, ayah sudah sehat dan ayah juga akan di jaga oleh ibu dan adikmu."

"Baik ayah" aku pun bergegas mengambil tasku.

bab 2

Cuaca hujan pun sudah reda sehingga aku bisa cepat melajukan mobil untuk sampai di rumah.

Namun saat sampai di rumah aku melihat mobil seseorang yang aku kenal ada di parkiran rumahku.

Aku pun membuka pintu rumah secara berlahan memanggil suamiku tapi tidak ada jawaban, aku melihat di ruang tamu sepatu wanita ada di dalam rumah berserakan beserta sepatu, jaket, baju kaos suamiku.

"Apa ini, kenapa berantakan. Apa sudah terjadi sesuatu dengan suamiku" dengan cepat aku mencari suamiku di setiap ruangan yang ku buka kosong, hingga akhirnya aku ke lantai atas menuju kamar.

Aku mendengar suara yang tidak asing dari dalam kamar sehingga secara pelan-pelan aku mendekati pintu kamar dan menempelkan telingaku untuk mendengarkan percakapan itu.

"Sayang, bagaimana kamu puaskan."

"Sangat puas, tapi kamu nekat sekali kita harus melakukan ini di dalam rumah."

"Tadi aku mendengar apa yang istri kamu katakan bahwa di rumah ini tidak ada orang, lagian kamu kenapa tidak menceraikan wanita jelek dan gendut itu" kesalnya.

"Wanita jelek dan gendut seperti gajah itu tidak bisa aku ceraikan, kamu tau sendiri kalau opa memberikan semua harta warisan kepada wanita itu saat opa sudah tiada. Kalau aku menceraikannya bagaimana dengan keluargaku, bisnisku dan apalagi lagu ciptaannya serta suaranya itu sangat indah jadi aku tidak mau menghilangkan aset ini."

"Tapi aku kan juga orang kaya sayang walaupun tidak sebanyak opa, kamu tau aku sudah muak harus menahan rasa cemburuku saat kamu seolah memperhatikan dia."

"Sudah lah kamu harus bisa bersandiwara karena tidak salah aku membuat kamu bermain akting dan penyanyi terkenal" ucapnya sambil mengelus wajah wanita itu.

"Oke aku akan sabar sampai kamu menceraikannya, wanita jelek itu merasa keberuntungannya ada pada hal dia tidak tau kalau semua orang hanya bersandiwara di depannya."

Mendengar ucapan itu aku yang berada di depan pintu pun menangis dan berlahan membuka pintu kamar dengan tubuh yang gemetar karena rasanya belum siap menyaksikan apa yang akan terjadi saat aku memergoki mereka.

Aku masuk ke kamar melihat suamiku dan Lidia berpelukan mesra di atas ranjang kamarku tanpa berbusana apa pun, hanya di tutupi selimut tubuh mereka.

Aku tanpa sadar mundur berlahan brukkk vas bunga hiasan yang menempel di dinding kamar terjatuh, mereka kaget dan menoleh melihat aku yang menangis.

Suamiku segera melepaskan pelukannya dan berdiri, aku melihat suamiku yang tidak menggunakan baju berjalan ke arahku "sayang kamu mulai kapan ada di sini" tanyanya sambil memegang pundak ku, aku pun melepaskan tangannya dari pundakku sambil menggigit bibirku untuk bisa menghentikan air mata yang mengalir di wajahku.

Lidia menggunakan selimut berjalan mendekati aku "bagus deh kamu sudah lihat, kamu lihat kan malam ini aku bercinta dengan suamimu. Apa kamu mau lihat secara langsung tubuhku yang indah biar kamu bisa bercermin melihat perbedaan kita" ucapnya sombong sambil memegang tangan suamiku.

Feri pun sadar tubuhnya tidak menggunakan apa pun sehingga berjalan mencari pakaiannya dan menggunakan dengan cepat, aku yang mematung tidak bisa berkata-kata pun hanya diam menyaksikan saat Lidia membuka selimutnya memamerkan tubuh langsingnya di hadapanku.

"Lidia, hentikan. Gunakan pakaianmu" teriak Feri.

"Sayang, kamu jangan dengarkan ucapan Lidia. Kamu harus percaya padaku kalau aku hilaf" ucap Feri dengan wajah berpura-pura sedih berlutut di bawahku.

"Sudah lah, aku sudah muak kamu harus berpura-pura baik pada wanita jelek ini. Dia itu harus sadar diri kalau dia itu tidak pantas untuk kamu" teriak Lidia.

Aku pun menarik nafas panjang dan membuka suara "kalian berdua orang jahat dan licik, aku akan melaporkan ini semua kepada opa, papa dan mama. Kamu wanita pelakor aku akan mengutuk kamu karena sudah menggoda suamiku" teriakku sambil memutar tubuh dan berlari keluar.

Feri pun mengejar ku, "Sayang tunggu" teriaknya sambil mengambil bajunya untuk di gunakan.

Mendengar suara mesin mobil dia pun ke atas lagi mencari kunci mobil, "mana kunci mobil, aku harus mengejarnya" ucap Feri.

"Aku ikut" ucap Lidia terburu-buru mengenakan bajunya.

Mereka pun berlari kebawah mengejar menggunakan mobil Lidia yang terparkir di teras rumah, aku yang menangis menancapkan gas yang begitu kencang sehingga kecepatan pun di luar batas.

"Jahat, ternyata tidak ada keberuntungan untukku. Hidupku sangat menyedihkan, aku dari lahir hidup miskin sampai menikah, aku selalu di bully, di hina, di caci karena wajah dan tubuhku yang gemuk ini" celotehku sambil menghapus air mata yang mengalir di wajahku.

Tanpa tersadar mobil yang di kendarai oleh Feri dan Lidia persis di sebelahku, aku yang melihat pun secepatnya menginjak gas lagi sehingga mereka tidak bisa menyusul ku.

"Lidia apa yang kamu lakukan" teriak Feri saat Lidia mengambil stir mobil mendekatinya ke arah Hiara.

"Aku sudah bilang sama kamu sayang, kalau aku sudah muak dengan wanita jelek ini" teriak Lidia.

"Kamu jangan menghancurkan rencanaku, aku tidak mau Hiara terjadi apa-apa karena dia adalah asetku" teriak Feri lebih besar lagi.

Melihat Feri yang berteriak seperti itu Lidia pun kesal dan berkata "injak gasnya sayang" sehingga Feri menginjak gas dengan cepat menyusul mobilku.

Saat mobil itu mendekati mobil yang aku kendarai tiba-tiba mobil Feri stirnya ke arah mobil yang aku kendarai sampai lecet, aku yang panik melihat mobilnya dengan sengaja mendekati ke arahku segera membanting stir mobil sampai mobilnya hilang kendali dan menabrak pembatas jalan ke arah pantai yang penuh dengan batu karang sampai mobilnya meledak.

Mobil Feri pun berhenti "Hiara" teriak Feri melihat kejadian mobil di sampingnya terjatuh dan meledak. Feri dan Lidia segera turun dari mobil "apa yang kamu lakukan, andai kamu tidak mengambil kendali stir maka tidak akan terjadi yang seperti ini" teriak Feri ke Lidia.

serombongan warga pun keluar mendengar suara ledakan, "ayo kita pergi" tarik Lidia membuat Feri terdiam.

"Ayo kita pergi, warga akan datang sebentar lagi. Kita bisa di penjara kalau ada yang lihat" teriak Lidia.

Mendengar perkataan yang di ucapkan Lidia segera Feri berjalan masuk ke dalam mobil dan mereka bergegas pergi.

Di perjalanan pun Lidia berkata "kejadian ini harus kita rahasiakan sampai kapan pun, aku tidak mau kita masuk penjara gara-gara ini."

"Tapi, kenapa kamu tega membanting stir ke arah mobilnya" ucap Feri.

"Sudah lah sayang kita tidak usah bahas ini lagi, kalau Hiara itu mati maka warisan akan jatuh ke tangan kamu langsung" ucapan Lidia.

Feri pun tersenyum puas, "kamu benar, aku harus bisa membuat opa percaya pada ku."

bab 3

Malam yang gelap dengan tubuh penuh luka aku berjalan di pesisir pantai dan melihat satu rumah di sana sehingga memutuskan berjalan ke arah rumah tersebut.

Aku mengetuk pintu depan tapi tidak di buka sama sekali, akhirnya aku memaksakan tubuh ini berjalan mengelilingi bangunan rumah. Aku melihat jendela yang lampunya masih menyala, aku menempelkan wajahku ke jendela itu dan mengetuk jendela "tolong" ucapku sambil terbata-bata.

Laki-laki di dalam itu pun membuka jendelanya "Hantu" teriaknya, melihat jendela yang terbuka tanganku masuk ke dalam jendela itu beserta separuh tubuhku tapi tidak muat.

Dengan wajah takut laki-laki itu berlari ke dapur mengambil satu buah panci, aku yang berusaha untuk masuk pun tersangkut di dalam jendela.

Laki-laki itu dengan takut memukul kepalaku dengan panci hingga aku pingsan.

Ya itu lah pertemuan pertamaku dengan Dokter Nando Ferari Kusuma Wijaya, Sp. BP.

"Kenapa hantu ini pingsan, seperti manusia saja" ucap Nando sambil berpikir "Jangan-jangan ini manusia" sambil menggoyangkan tubuhku yang pingsan.

"Aduh gimana ini, kalau mati gimana. Bawa masuk tapi dia nyangkut karena terlalu besar, aku harus lewat pintu depan" sambil mendorong tubuhku keluar sampai terjatuh ke tanah dan dia pun keluar menarik kedua tanganku masuk ke dalam rumah.

Keesokan paginya aku membuka mata, aku melihat sekeliling ruangan seperti ruangan rumah sakit sehingga membuat tubuhku berlahan bangun.

Aku berjalan mendekati foto yang ada di sana, aku juga melihat jas dokter berwarna putih dengan nama Nando Ferari KW Sp. BP.

"Dokter bedah plastik" batinku.

Namun tiba-tiba Nando masuk, "Ngapain" ketusnya.

"Anda dokter" ucapku berjalan mendekati dia.

"I, i, iya."

"Tolong aku" langsung duduk bersujud di kakinya.

"Hey apa ini" teriaknya.

"Aku tidak akan berdiri kalau dokter tidak menjawab iya" ucapku sehingga membuat dokter itu pun duduk melihat ke arahku.

"Kamu itu maunya apa, kamu datang dengan wajah seram dan penuh luka ke rumah. Aku pun akhirnya menolong kamu sambil membersihkan semua luka mu."

Aku menangis tiada henti mendengar ucapan dokter itu, "dokter menghinaku dengan mengatakan wajahku seram, pada hal semalam aku ingat kalau dokter memukuli aku dengan panci."

Sontak Nando kaget "aduh gimana, aku bilang seram kan memang kenyataan dan juga dia bisa ingat dengan panci juga" ucap Nando dalam hati.

"Okey, aku akan dengarkan apa yang kamu mau. Sekarang bangun?"

Aku pun bangun duduk di sebelahnya menceritakan kejadian perselingkuhan suamiku sebelum terdampar ke tempat ini, aku yang sakit hati atas semua perselingkuhan dan penghinaan dari semua orang yang memandang fisikku.

"Aku melihat kalau anda seorang dokter Bedah plastik, aku mohon dokter bantu aku lakukan operasi plastik pada wajahku."

"Tapi."

"Aku akan bayar semuanya dokter, ubah lah hidupku ini" sambil memegang tangannya. Dokter Nando pun mengangguk.

1 tahun kemudian

Di depan mall wanita berambut panjang, cantik, seksi turun dari taksi dengan semua mata terpana melihatnya. Dengan sekali senyum mata lelaki tidak berkedip saat dia lewat, dengan santai wanita itu masuk ke mall dan saat berjalan dia berhenti di depan cermin melihat dari ujung kaki sampai kepalanya.

"Wah, pantas saja mata mereka tidak berkedip ternyata mereka melihat bidadari Hiara lewat" ucapku dalam hati sambil tersenyum dan membenarkan rambut.

Aku pun berjalan dengan cepat memasuki toko baju "bagus-bagus banget, wah harganya mahal. Aku cocok ngak yah pakai begini" celoteh ku sehingga di kejutkan oleh pelayan toko dari belakang.

"Ada yang bisa saya bantu kak" tanyanya sopan.

"I, i, iya aku mau membeli baju tapi ada ngak yah ukuran xxxxxl karena ini tidak pas untuk tubuhku."

Pelayan toko itu pun tertawa "kakak pandai bercanda yah, baju ini saja sudah pas dengan kakak yang cantik ini. Ayo kak di coba, aku akan bantu kakak untuk pilih-pilih" sambil memegang tanganku dan mencari baju yang akan aku gunakan.

"Ayo kak masuk" pintanya membuat kakiku melangkah masuk ke kamar ganti.

"Ya ampun aku lupa kalau aku sekarang langsing bukan langsung lagi jadi pantas saja dia tertawa, kalau gitu aku akan menggunakan satu persatu baju ini" dengan sigap mengganti baju satu persatu dan di foto oleh pelayan toko itu.

"Wah kakak cantik banget, semua baju yang di gunakan cocok. Lihat kak aku menfotoi semua baju yang kakak gunakan" ucapnya membuat aku tersenyum senang.

Tiba-tiba datang lah wanita separuh baya yang cantik dan modis menghampiri kami, "eh ibu, perkenalkan kak ini ibu Dian pemilik toko ini."

Wanita itu mengulurkan tangannya dan membuat aku berjabat tangan "Hiara" jawabku.

"Saya sudah melihat dari CCTV semua yang anda kenakan cocok dan cantik, apa anda mau menjadi model baju online di toko kami untuk hari ini. Saya akan memberikan separuh harga dari semua baju yang ingin anda miliki dan baju model baru yang keluar dari toko kami akan kami berikan secara gratis" ucap wanita itu membuat jantungku berdetak kencang.

"Model, aku" ucapku agak ragu "Baik mau."

Aku menggunakan semua baju dan berpose seperti model, walaupun belum berpengalaman tapi aku sering melihat artis-artis cantik yang berfose selama aku bekerja sebagai lipsync di dunia artis.

"Okey terimakasih" ucap wanita itu, "Sama-sama, kalau gitu aku pulang" jawabku sambil membawakan jinjingan belanja yang begitu banyak keluar dari toko tersebut.

"Wah dengan mudah aku mendapatkan ini semua gratis dan hanya bayar separuh harga, aku yakin nasib ku akan berubah 99% beruntung" celotehku sambil tersenyum berjalan.

Karena terlalu girang aku menabrak seseorang berjalan dan sepatu hak yang aku gunakan membuat aku tidak bisa menahan tubuhku dan terjatuh "ini sial 1% ku" ucapku dalam hati sambil memejamkan mata.

Saat aku membuka mata aku melihat sosok laki-laki yang aku kenal sehingga aku kaget dan memaksa untuk melepaskan pelukannya yang memopong tubuhku yang hampir jatuh tadi.

"Feri" ucapku dalam hati sambil berdebar kencang ketakutan, aku pun berlari meninggalkan Feri dengan langkah kaki yang cepat.

"Hei" teriak Feri dari belakang yang membuat aku terburu-buru keluar dari mall dan bersembunyi.

"Sayang" panggil Lidia yang membuat Feri berhenti untuk melangkah.

"Kamu dari mana saja, aku lihat kamu mengejar sesuatu. Siapa?"

"Ngak ada apa-apa kok sayang, ya udah ayo kita pergi" sambil merangkul Lidia.

"Untung saja, tapi kenapa aku harus bersembunyi yah. Aku sudah berubah seperti ini jadi aku harus mempersiapkan hati untuk membalas dendam kepada mereka" suara hp pun bergetar dari tasku, saat aku melihat "Ya tuhan aku harus pulang, dia pasti sangat marah pada ku sekarang" segera mencari taksi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!