NovelToon NovelToon

Amelia

Episode 1

Seorang wanita cantik bernama Amelia Saraswati, dipanggil dengan nama Amelia.

Bekerja sebagai office girl di sebuah hotel bintang lima, yang cukup ternama di kota J. Anak dari pasangan Rahman hakim ( Pak Rahman ) dan Yuliana. Bukan anak seorang yang kaya, ayahnya hanyalah pensiunan pegawai kecil di kantor kecamatan. Namun sangat disegani oleh warga kampung di sana.

Amelia sudah memiliki tunangan bernama Arga Mahendra. Seorang manager di sebuah Perusahaan di kota J. Hubungan mereka terjalin selama 5 tahun, dan mereka memutuskan untuk menikah.

Arga Mahendra adalah anak dari pasangan Rasmono ( Pak Mono ) dan Dahlia. Juga bukan seorang yang kaya, ayah Arga bekerja serabutan, sedangkan ibunya hanyalah buruh tukang cuci. Arga memiliki dua adik perempuan bernama Meli dan Mila, mereka anak kembar dan sama-sama duduk di bangku sekolah menengah atas.

Untuk menjadi seorang manager tidak mudah bagi Arga, butuh perjuangan keras untuk meraih posisi tersebut. Ia harus kuliah lagi selama 2 tahun, dan tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Orang tua Arga yang pekerjaanya hanya serabutan, tidak mungkin bisa membiayai kuliah putranya. Ditambah orang tuanya masih harus membiayai kedua adik Arga yang masih sekolah, tidak memungkinkan seorang Arga untuk melanjutkan pendidikannya.

Namun karena keinginan dan tekad Arga yang bulat, membuat Amelia tidak tega. Yang akhirnya Amelia lah yang berusaha keras membiayai kuliah tunangannya sampai selesai hingga Arga diangkat menjadi seorang manager di Perusahaan yang cukup ternama.

**1 Bulan sebelum pernikahan**

Amelia keluar dari kamarnya menuju meja makan, siap dengan seragam office girl ditutupi dengan sweater panjang.

"Pagi, Yah! Pagi, Bun!" sapanya kepada ayah dan ibu yang sedang menikmati sarapan paginya.

"Pagi, Sayang!"

"Sepertinya anak ayah dan bunda ceria banget hari ini!" ucap ayah.

"Iya dong, Yah!"

"Kita memang harus ceria, biar pekerjaan yang kita kerjakan lancar dan rezeki mengalir deras!"

"He....He.....He!" jawab Amelia.

"Iya, iya, yang mau menikah? Auranya senang sekali!" ucap bundanya.

"Iya dong, Bun!"

"Sebentar lagi Amelia akan menjadi seorang istri dari Arga Mahendra! Siapa coba yang tidak senang?" ucap Amelia bangga.

"Sudah, sudah! Sekarang sebelum berangkat kerja, kamu harus sarapan dulu! Biar punya tenaga dan semangat bekerja!" ucap bunda.

"Baik, Bun!" Amelia menikmati sarapan pagi yang dibuat oleh bundanya yaitu nasi goreng dengan telor ceplok. Bagi Amelia itu sudah sangat istimewa.

Selesai menikmati sarapan, Amelia berpamitan kepada Ayah dan Bunda untuk berangkat bekerja. Tidak lupa Ayah dan ibu mengingatkan untuk fitting baju dan membeli cincin pernikahan.

"Baik, Bun!"

"Sepulang Amelia bekerja, nanti Amelia dan Mas Arga beli cincin sekalian fitting baju!" jawab Amelia sambil berlalu pergi.

Sampai di depan pintu, Arga sudah menunggu kekasihnya, duduk di dalam mobil.

"Mas?"

"Kok gak masuk sih?" tanya Amelia.

"Iya, Sayang! Aku terburu-buru!"

"Kamu sudah siapkan, Sayang?"

"Sudah, Mas!"

"Kalau gitu, kita langsung berangkat ya! Soalnya, Mas ada meeting penting hari ini!" jawab Arga .

"Baiklah! Ayo!"

Arga melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ya, setelah Arga diangkat menjadi seorang manager, kehidupannya berubah drastis. Ia langsung membeli rumah untuk kedua orang tuanya, dan membeli mobil untuk dirinya sendiri. Ia malu, kalau seorang manager tidak memiliki sebuah mobil. Amelia sih oke-oke saja, yang penting tidak melebihi batas kewajaran saja.

Mobil sampai di area parkir, namun kali ini Arga tidak berhenti. Setelah berpamitan dengan calon istrinya, Arga langsung melanjutkan perjalanannya menuju kantor tempat ia bekerja.

Arga Mahendra bekerja di sebuah Perusahaan yang cukup ternama di kalangan pembisnis, yaitu Perusahaan AM Group. Dengan tergesa-gesa Arga masuk ke kantor, hingga tidak sengaja ia menabrak tubuh seorang wanita hingga jatuh.

BRUGGH......

"Eh, Maaf Nona! Saya tidak sengaja!" ucap Arga sambil mengulurkan tangannya. Wanita tersebut menerima uluran tangan Arga, dan berusaha untuk berdiri.

"Terima kasih, Pak!" jawabnya, hingga pandangan mereka bertemu.

Dan Arga mengagumi kecantikan wanita yang ada di hadapannya, juga sebaliknya wanita tersebut mengagumi ketampanan seorang Arga.

"Saya minta maaf, Nona tidak apa-apa kan?" tanya Arga.

"Iya, Pak! Saya tidak apa-apa!"

"Terima kasih atas bantuannya!" ucap Wanita itu.

"Oya, maaf saya terburu-buru karena ada meeting penting hari ini!"

"Oh, Silahkan, Pak!" wanita tersebut mempersilahkan Arga untuk pergi.

Arga pun meninggalkan wanita tersebut yang masih terpaku mengagumi ketampanan pria yang barusan menabraknya.

"Tampan sekali!"

"Dilihat pakaiannya, sepertinya dia seorang yang sangat penting di Perusahaan ini!"

"Aku harus mendapatkannya!" ucapnya dengan tersenyum licik.

Jam kerja telah selesai, Amelia menunggu kedatangan calon suaminya di halte bus dekat dengan hotel tempatnya bekerja. Hingga datanglah mobil sedan warna hitam, itu adalah mobil kekasihnya.

"Maaf Sayang, Aku agak terlambat!" ucap Arga.

"Gak apa-apa, Mas!"

"Jadikan kita mencari cincin hari ini?" tanya Amelia.

"Iya dong, Sayang!"

Mobil yang mereka tumpangi pun melaju ke sebuah Mall ternama di Kota J. Mereka turun dari mobil, dan memasuki pintu masuk mall.

Banyak mata memandang ke arah mereka, karena melihat penampilan Amelia yang biasa saja, berjalan beriringan dengan seorang pemuda tampan. Banyak yang nyinyir dan bergunjing tidak jelas, Arga yang dipandang seperti itu merasa malu dan risih. Ia lepaskan pegangan tangan calon istrinya, berjalan agak cepat ke toko perhiasan.

Amelia mencari dan memilih cincin untuk pasangan yang model dan bentuknya serupa.

Matanya tertuju pada cincin tanpa mata, modelnya juga biasa. Setelah bertanya harganya, cincin tersebut adalah cincin paling murah di toko tersebut. Tentu saja membuat Arga sangat malu dan jengkel.

"Sayang?"

"Kenapa pilihan mu sangat norak dan kampungan sih? Aku ini seorang manager! Masa, kau memilih cincin yang sangat murah?" sewot Arga.

"Apakah kau pikir aku tidak sanggup membelinya?"

"Kau tidak perlu khawatir, karena uangku masih banyak!" hardik Arga emosi.

"Tapi Mas, cincin ini juga bagus!"

"Menurutku, walaupun cincinnya murah, yang terpenting adalah kesakralan pernikahannya!"

"Lagipula Mas, setelah kita menikah, banyak pengeluaran-pengeluaran lainnya! Kita harus bisa berhemat, Mas!" ucap Amelia membuat kepala Arga pusing.

"Terserah kau sajalah!" Arga melenggang pergi, keluar dari toko itu.

Setelah cincin sudah dibeli, mereka pun fitting baju ke perancang busana terkenal. Mereka memilih baju kebaya warna putih, dipadukan dengan stelan jas warna putih juga.

Untuk acara resepsi, mereka memilih gaun pengantin warna hijau muda dan biru laut.

Karena rencananya, acara resepsi pernikahan mereka akan diadakan tiga hari tiga malam dengan menyewa biduan dangdut .

Sekarang mereka mencari barang-barang untuk seserahan pernikahan. Banyak sekali yang mereka pesan, agar pengantarannya tidak terlalu mepet dengan hari-H pernikahan.

Dari baju , sepatu, sandal, makeup,dan barang-barang lainnya.

to be continued......

Episode 2

Semua persiapan sudah siap, kartu undangan pun sudah disebar. Hotel untuk acara pernikahan pun sudah disewa untuk tiga hari kedepannya. Arga tidak mau teman-teman sekantornya memandang rendah dirinya, makanya Arga memilih hotel bintang lima sebagai tempat pernikahannya nanti.

**Empat hari sebelum hari Pernikahan**

Amelia bersiap-siap untuk pulang, ia mengganti seragam kerjanya dengan pakaian biasa.

"Mel?" panggil Sari, teman satu kerjanya.

"Iya, Sar! Ada apa?"

"Mel, aku mau minta tolong!" ucap Sari dengan wajah memelas.

"Mau minta tolong apa, Sari?" tanya Amelia.

"Besok, aku ada shift malam, tapi ayahku lagi dirawat di Rumah Sakit! nggak ada yang nungguin di sana! Aku minta tolong, kita change shift ya?"

"Tolong banget, Mel!" ucap Sari memelas.

"Ehm, gimana ya?"

"Soalnya, besok hari terakhirku bekerja!"

"Please, Mel!"

"Untuk yang terakhir kalinya!"

"Setelah ini kamu kan gak kerja lagi! mau ya Mel!"

"Oke deh! aku mau!"

"Tapi kamu janji datang ke pernikahanku!""

"Tenang saja, Mel!"

"Pasti aku datang, numpang makan di tempat kamu!"

"He....he....he!"

"Ish, kamu ini mintanya gratisan!" goda Amelia.

Mereka pun berpisah di pintu keluar hotel ini. Amelia berjalan melangkahkan kakinya, seperti biasa menunggu calon suaminya di tempat biasa. Namun sebuah notifikasi masuk, bahwa calon suaminya hari ini tidak bisa menjemputnya karena ada kerja lembur hari ini. Amelia pun pulang dengan menaiki bus.

Rasa lelah dan letih menggelayut di tubuhnya.

Memang kalau belum mandi dan bersih-bersih, rasa capek itu tidak akan cepat hilang. Ia pun memutuskan untuk mandi.

Selesai mandi Amelia menggunakan daster selutut, terlihat cantik dan segar. Sedikit ia memoles wajahnya, karena sejak lahir ia memang memiliki wajah yang sangat cantik seperti bundanya. Amelia keluar kamar, ia melihat bunda sedang sibuk mengolah makanan untuk makan malam keluarga ini.

"Sedang apa, Bun?" tanya Amelia sambil memeluk bundanya dari belakang.

"Amelia! Bunda kaget," ucap bundanya.

He...He....He

"Maaf, Bun!"

"Yok, bantuin Bunda!"

Amelia yang selalu membantu bundanya memasak, membuat tangannya mahir di urusan dapur. Amelia sangat lihai mengolah bahan-bahan yang ada di depannya.

Amelia langsung hafal, bundanya akan memasak apa. Sayur Sop, ayam crispy, tempe dan tahu goreng serta sambel kecapnya.

Bagi keluarga mereka makanan seperti itu adalah makanan yang sangat istimewa.

Orang tua Amelia tidak pernah mengajarkan anaknya untuk bersifat boros. Karena menurut ayah Amelia, Sifat boros adalah salah satu sifat yang tidak baik.

Setelah makan malam selesai, keluarga kecil itu sedikit berbincang-bincang dengan putrinya, yang sebentar lagi akan menjadi milik suaminya. Ayah dan bunda memberikan nasehat-nasehat bijak mengenai sebuah ikatan suci. Amelia mendengarkan dengan seksama, dan menganggukkan kepalanya jika ia mengerti, namun jika Amelia tidak mengerti ia akan langsung bertanya kepada ayahnya.

Mata Amelia merasa berat, badannya juga sudah terlalu lelah bekerja. Bunda menyuruh Amelia beristirahat. Dia pun menurut perkataan bunda dan Ayah. Amelia merebahkan tubuhnya di kasur yang tidak terlalu empuk, kamarnya kecil namun sangat rapi dan bersih.

Tidak terasa matanya sudah tertutup dan berada di alam mimpi.

Ia bermimpi menjadi seorang pengantin yang bahagia, calon suaminya menyematkan cincin di jari manisnya, ia sangat bahagia.

Di sisi lain, Arga masih sibuk dengan pekerjaannya. Ia lembur sampai larut malam, karena selama 10 hari ia akan mengambil cuti.

Pekerjaan telah selesai, dia pun memutuskan untuk pulang. Badannya sudah terlalu capek dan lelah.

Ia menyalakan mesin mobilnya, melaju meninggalkan area parkir Perusahaan tempatnya bekerja.

Di pintu keluar, dia melihat seorang wanita cantik sedang berdiri menunggu dan mengamati sekelilingnya.

Arga menghampirinya, mobilnya berhenti tepat di depan wanita cantik itu.

"Permisi?" sapa Arga, sambil menurunkan kaca jendela mobilnya.

"Ehm, iya!" jawab wanita itu dengan ramah.

"Nona sedang menunggu siapa? Ini sudah malam! Tidak baik seorang wanita cantik masih berada diluar rumah!" ucapnya.

"Saya sedang menunggu taksi, Pak!"ucapnya.

"Taksi jam segini sudah tidak ada yang lewat!" ujarnya lagi.

"Aduh, bagaimana ya?" wanita tersebut nampak kebingungan.

"Naiklah, saya akan mengantarkan kamu pulang!" tawar Arga.

"Bapak tidak keberatan?"

"Tidak masalah! Naiklah!" wanita tersebut pun naik ke mobil Arga.

"Di mana alamat mu?" tanya Arga.

"Ehm, di Jalan Sudirman, Pak !"

"Turunkan saya di depan gang saja!" ujarnya.

"Baiklah!" jawab Arga, Arga pun menjalankan mobilnya ke Jalan Sudirman terlebih dahulu, kebetulan jalannya searah dengan Apartemen miliknya.

"Siapa namamu?"

"Tadi pagi kita juga sempat bertemu, tapi saya tidak tahu nama kamu!"

"Oh, iya! Perkenalkan nama saya Ratih Wulandari, Pak!"

"Panggil saja Ratih!"

"Saya karyawan baru!"

"Oh!"

"Maaf, saya boleh tahu nama bapak?" tanya Ratih.

"Arga Mahendra! Seorang Manager pemasaran!" sahut Arga penuh penekanan.

"Wah, ternyata dia seorang Manager!"

"Ehm, boleh juga!" batin Ratih.

"Itu ,Pak! Gangnya sudah terlihat! Saya berhenti di sini saja!"

Arga pun memberhentikan mobilnya tepat di gang, Ratih turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih. Setelah mobil Arga sudah tidak terlihat lagi, Ratih masuk ke gang. Karena memang rumah Ratih, harus melewati gang yang berkelok-kelok terlebih dahulu.

Sampai rumah Ratih harus diperlihatkan dengan pertengkaran kedua orang tuanya.

Ratih langsung memasuki kamarnya, dibanting pintu kamarnya.

BRAKK....(kira-kira begitu ya )

Ratih duduk sambil memegang lututnya, ia menangis tersedu-sedu. Pertengkaran orang tuanya, masih terdengar jelas. Terdengar suara barang-barang dibanting dan terakhir suara pukulan dan tamparan yang dilayangkan ayahnya kepada ibunya, membuat ibunya menjerit dan menangis.

Ratih merasa tidak tahan mendengarnya, ia pun keluar dari kamar untuk menolong ibunya.

"Ibu?"

"Sudah cukup, Yah!"

"Kenapa ayah terus memukuli ibu?"

"Kasihan ibu,Yah?" ucap Ratih.

"Hiks.....hiks.....hiks!" tangis Ratih.

"Kamu jangan ikut-ikutan, Ratih!"

"Kamu jangan membela wanita ini!"

"Kalau kau masih ikut-ikutan! Kamu juga akan ku pukul!" ancam Ayahnya.

"Pergilah ke kamar mu, Nak!" pinta ibunya.

"Hiks....hiks.....hiks!"

"Emang apa kesalahan ibu, Yah?"

"Kesalahan ibu mu banyak! Karena dia tidak bisa memberikan ayahmu uang!" teriak ayah Ratih.

"Ayah mau uang! Ini akan kuberikan uang!" Ratih mengeluarkan semua uangnya di dalam dompet, ia berikan kepada ayahnya.

"Sekarang pergilah! Jangan sakiti ibu lagi!" ucap Ratih seraya memeluk ibunya erat.

"Hiks....hiks....hiks!"

"Bagus! Bagus! Ini aku suka!" pria itu pun pergi meninggalkan rumah.

"Ibu tidak apa-apa?" tanya Ratih.

"Tidak apa-apa, Sayang!"

"Bibir ibu terluka! Biar Ratih obatin!" Ratih mengambil kotak P3K, dengan telaten mengobati luka ibunya, dan memberikan salep ke tubuh ibunya yang lebam-lebam.

Setelah mengobati ibunya, Ratih ke dapur untuk memasak. Hari ini Ratih memasak nasi goreng dengan telor ceplok saja. Memang karena bahan yang tersedia hanya nasi dan telor.

Ratih karyawan baru, makanya ia belum menerima gaji pertamanya.

to be continued.....

Episode 3

Pukul 23.00

Sebelum jam sebelas malam Amelia sudah berada ditempatnya bekerja. Memang di hotel ini, jam kerjanya menggunakan tiga shift. Shift pagi, shift siang dan shift malam.

Amelia membawa peralatan kebersihan, berjalan menyusuri lorong-lorong hotel.

Sekarang dia berada di lantai 5, ruangan VIP hotel ini. Dari ujung lorong ia mengepel sampai ujung lainnya.

Ting .....

Pintu lift di ujung terbuka, keluar seorang pria berjalan sempoyongan.

Tap .... tap .... tap

Seorang laki-laki membuka sebuah kamar dengan nomor 001 bertuliskan VIP. Amelia tahu betul bahwa ruangan itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang kaya kalangan atas.

BRAKK.....

BRUGG...

Suara benda terjatuh.

Amelia yang kebetulan mendengar suara gaduh tersebut, mencoba untuk mencari tahu. Ia berjalan pelan, berdiri di kamar laki-laki itu.

"Auw!" ucap laki-laki itu dari dalam, Amelia panik dan memberanikan diri untuk mencari tahu apa yang terjadi.

"Tuan! Anda tidak apa-apa?" tanya Amelia.

Ruangan kamarnya gelap, Aulia tidak bisa melihat apapun. Ia berusaha meraba-raba mencari letak sakelar lampu, saat ia menemukan dan hendak menyalakan lampunya, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang. Amelia di dorong sampai terjerembab ke kasur. Laki-laki tersebut menutup pintu kamar, Amelia merasa ketakutan.

"Tuan?"

"Tolong! Jangan bercanda! Kenapa pintunya ditutup?" tanya Amelia bangkit dari tempat tidur dan berlari ke arah pintu, namun lagi-lagi tangannya di tarik dengan kasar hingga dirinya jatuh kembali.

Amelia berusaha untuk berdiri, laki-laki tersebut menggendongnya seperti karung beras. Amelia memberontak dan mencakar punggung laki-laki tersebut. Dilemparnya tubuh Amelia ke kasur .

"Auw!"

"Hiks.....hiks.....hiks!"

"Tolong jangan, Tuan!" ucap Amelia memelas.

"Tolong jangan! Aku mohon!"

Laki-laki itu tidak menggubris perkataan Amelia, ia terus mendekat dan menindih tubuh Amelia. Laki-laki itu mencuri ciuman pertama Amelia. Selama berpacaran dengan Arga, Amelia selalu menjaga dirinya dengan sangat baik, bahkan tidak pernah terlintas untuk melakukan lebih dengan tunangannya. Amelia tidak bisa menghindari ciuman dan ******* laki-laki itu, tenaga Amelia terkuras habis.

Laki-laki itu terus memaksakan kehendaknya, ia melucuti pakaian Amelia. Amelia menangis dan semakin memberontak, namun pria itu dengan beringas merenggut mahkotanya, berulang kali Amelia harus melayani nafsu bejat laki-laki itu.

Hingga laki-laki itu merasa kelelahan, akhirnya tubuhnya ambruk tidak sadarkan diri.

Amelia menangis, tubuh dan hatinya sakit.

Matanya menoleh ke arah jam dinding, ternyata sudah subuh. Ia memunguti semua pakaiannya, dan pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih.

Ia merasakan perih di bagian intinya, berjalan sambil tertatih masuk ke kamar mandi.

Setelah memakai pakaiannya kembali, ia keluar dari kamar itu menuju locker. Amelia mengambil tasnya dan memakai jaket untuk menutupi kaos seragamnya yang sedikit robek.

Kemudian ia memesan ojek online, agar ia bisa pulang lebih cepat.

Sampai di rumah, bunda yang membukakan pintu. Amelia terlihat pucat dan sembab, tentu saja bunda merasa khawatir.

"Nak, kok sudah pulang?"

"Ini kan baru jam setengah enam?" tanya bunda.

"Iya, Bun!"

"Ini kan hari terakhir Amel kerja!" jawabnya, namun sang bunda tidak mencurigai apapun.

"Oh, begitu!"

"Sepertinya kamu sangat capek, lebih baik kamu beristirahat!"

"Baik, Bun! Terima kasih!" jawab Amelia.

Bunda tidak berani bertanya, karena Amelia terlihat sangat lelah. Bunda membiarkan putri semata wayangnya, untuk beristirahat.

Sedangkan bunda sendiri, seperti biasa setiap pagi membersihkan rumah dan membuat sarapan untuk keluarga kecilnya.

Di dalam kamar Amelia menangis tersedu-sedu, ia bangkit menuju kamar mandi.

Seluruh badannya ia siram dengan air, tanpa melepaskan bajunya.

Ia menangis meratapi nasibnya sendiri. Agar suara tangisnya tidak terdengar, ia menyalakan air kran. Selama satu jam, Amelia berada di kamar mandi.

Ia pun keluar dari kamar mandi, memunguti semua baju yang basah itu, membungkusnya dan membuangnya di sampah.

Amelia berdiri di depan cermin, matanya terlalu sembab. Jika keluar dari kamar, ia yakin Bunda pasti khawatir.

Tok.....tok......tok

"Amelia?"

"Nak sarapan dulu!"

"Nanti saja, Bun!"

"Amel ngantuk banget!" ucap Amelia, Amelia kembali menangis meratapi nasibnya. Bunda merasa heran terhadap putri semata wayangnya, karena tidak biasa-biasanya Amelia bersikap seperti itu.

"Ada apa dengan Amelia?" batin Bunda.

"Hiks.....hiks .....hiks!" Amelia masih menangis.

"Apa yang harus kulakukan? Sedangkan pernikahan ku tinggal sebentar lagi!"

"Rasanya aku ingin mati saja!"

"Aku tidak sanggup jika harus menahan malu!"

"Apa reaksi Ayah dan bunda jika tahu?"

"Hiks ..... hiks ..... hiks!" Amelia kembali menangis.

Seharian ini Amelia tidak keluar kamar, membuat Ayah dan bunda cemas. Pesan dan panggilan dari calon suaminya juga diabaikan.

Membuat Arga harus menelfon orang tua Amelia.

"Assalamualaikum, Bun?"

"Walaikumsalam, Nak Arga!"

"Tumben Nak Arga telfon bunda! Biasanya Nak Arga langsung telfon Amelia?"

"Justru itu, Bun!"

"Amelia tidak mengangkat telfon dari Arga!"

"Tidak membalas pesan Arga! Apakah Arga punya salah, Bun!"

"Masa sih?"

"Ehm,ya sudah, nanti biar bunda yang bicara dengan Amelia!" ucap Bunda.

Tiga hari sebelum pernikahan, kedua mempelai memang sudah tidak diperbolehkan bertemu. Mereka akan dikurung di rumah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Bunda mendatangi kamar Amelia,dan membuka pintu kamarnya. Amelia sedang tidur telungkup , menutupi wajahnya dengan bantal.

Bunda hanya geleng-geleng kepala saja.

Bunda mengambil bantal yang menutupi wajah putrinya, ternyata Amelia sedang menangis.

Sontak bunda terkejut dan hatinya dipenuhi dengan pertanyaan.

"Amelia, ada apa?" tanya Bunda.

"Hiks.....hiks......hiks!"

"Bunda?" Amelia duduk dan memeluk bundanya, ia yakin hanya bundanya yang bisa menenangkan hatinya untuk saat ini.

"Ada apa, Nak?"

"Ceritakan?"

"Apakah kau ada masalah dengan Arga?" tanya Bunda.

"Tidak, Bun!"

"Amelia tidak memiliki masalah dengan Mas Arga!"

"Tapi?" tenggorokannya terasa tercekat tidak bisa menceritakan kejadian yang memilukan tersebut.

"Tapi? Apa Nak?" tanya Bunda penasaran.

"Amelia ingin membatalkan pernikahan ini, Bun!" jawabnya, membuat bunda sangat syok.

Bagaimana tidak? pernikahan yang hanya dihitung tinggal tiga hari saja, Amelia ingin membatalkannya.

"Kenapa?"

"Kenapa harus dibatalkan?"

"Hiks.....hiks ....hiks!" Amelia kembali menangis.

"Ceritakan, Nak!"

"Kenapa kau ingin membatalkan pernikahan ini?"

Ayah yang kebetulan lewat di depan kamar Amelia, mendengar dengan jelas kalau Amelia ingin membatalkan pernikahan ini, tentu saja ikut terkejut.

BRAKK

"Apa?"

"Katakan sekali lagi?"

"Kenapa kau ingin membatalkan pernikahan ini?" bentak Ayah.

"Hiks ..... hiks .... hiks!" Amelia kembali menangis.

"Katakan sama Ayah! Ada apa?"

"Apakah kau sedang bertengkar dengan Arga?"

"Apakah Arga melakukan kesalahan?"

"Katakan Amelia? Jangan diam saja!" cerca Ayahnya dengan banyak pertanyaan.

"Bukan, Yah, bukan itu! Amel hanya tidak pantas saja bersanding dengan Mas Arga!"

"Tidak pantas bagaimana?"

"Kau jangan mengacau Nak! Pernikahan bukanlah main-main! Jangan pernah berpikiran seperti itu!"

"Hiks ..... hiks ..... hiks!"

"Tapi Yah?"

"Amelia melakukan hal itu karena Amelia memiliki alasan yang kuat!"

"Alasan? Alasan apa?" kesal Ayahnya.

"Amel!"

"Eh.....eh....itu, Amel!"

"Amel sudah tidak suci lagi, Yah!"

"Hiks.....hiks.....hiks!"

JEDERR.....................⚡⚡⚡⚡⚡⚡

to be continued.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!