TRIIIING
Suara alarm terdengar sangat nyaring di kamar Alena, saat ini ia dan dua temannya Bella dan Vanya sedang menginap di rumah mewah milik orang tua Alena.. Mereka berteman sudah sejak TK dan menginap di salah satu rumah mereka sudah menjadi hal yang lumrah dan sering terjadi... Mereka masuk di sekolah yang sama dan kelas yang sama.. Untuk kecerdasan memang Alena juaranya, sebenarnya ia tak peduli untuk sekolah dimana namun papanya memaksanya untuk masuk sekolah internasional favorit dimana kedua sahabatnya sebenarnya tak bisa masuk karena nilainya yang di bawah rata-rata... Alena hanya akan memasuki sekolah itu jika saja kedua sahabatnya juga bisa masuk kesana.. Keras kepala bukan? Itulah Alena, gadis yang tak pernah tega pada orang-orang terdekatnya... Tentu saja dengan kekuatan dari papa Alena, kedua sahabat Alena bisa masuk tanpa seleksi.. Mungkin ini yang dinamakan hak istimewa orang-orang kaya...
Ketiga gadis cantik itu seperti kebakaran jenggot karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.45... Hari ini mereka menjalani masa orientasi hari pertama dan apakah ini? Mereka tampaknya akan menjadi siswi terkenal pagi ini...
"Astaga bagaimana ini??? Kita terlambat" ucap Vanya panik...
"Lagian kalian sih ngajakin gue berkhayal kakak kelas di sana ganteng-ganteng.. Ga kelar-kelar kan obrolan kita sampe subuh... Mana gue masih ngantuk lagi..." celoteh Alena..
"Udah ayooo buruan, kita telaaat banget gaes...." teriak Bella yang sudah selesai mandi lebih dulu dan disusul Vanya untuk segera masuk kamar mandi.. Sedangkan Alena?? Tentu saja dia sibuk mengunyah makanannya, perutnya lebih berharga daripada sekedar mandi pagi...
Begitu Vanya selesai mandi, kini giliran Alena yang mandi.. Ia mungkin gadis tomboy tapi dia tak pernah melupakan jika ia menyukai aroma tubuh yang wangi... Ia tak banyak berdandan seperti kedua temannya yang memoleskan bedak sedikit tebal.. Ia lebih suka tampil apa adanya namun wanginya bisa dicium dari ujung jalan.., Tanpa berdandan pun sebenarnya ia gadis yang cantik natural, percayalah tanpa liptint bibirnya sudah merah alami seperti buah Chery apalagi jika tersenyum, dia semakin cantik dengan lesung pipinya...
"Ayo berangkat" Bella sangat panik melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.30... Mereka pergi diantarkan oleh supir Alena yang dipaksa mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata demi sampai di sekolah dengan segera...
Ciiiiiittt
Suara ban mobil yang beradu dengan aspal berhasil mendarat dengan selamat di depan gedung sekolah elite.. Ketiga gadis itu bergegas turun dan berlari masuk namun kedatangannya sudah di hadang oleh satpam..
"Pak kita udah telat nih... please pak izinin kita masuk sekali ini aja, besok-besok kita janji ga bakal telat lagi..." Bella mencoba memohon kepada satpam yang sedang bertugas..
"Maaf non, saya hanya menjalankan tugas.. Saya tanyakan ke panitia dulu ya non apa boleh masuk atau tidak.."
"Baiklah pak.. usaha ya pak sampai boleh pokoknya... Semangat bapaaakk!!!!" teriak Vanya yang memberi semangat...
Berbeda dengan Alena yang masih saja terus menguap karena baru dua jam tidur, sebenarnya ia juga gadis yang cerewet tapi tidak untuk pagi ini.. Dia sangat mengantuk... Alena memilih untuk bersandar di tembok sembari memejamkan matanya hingga tak lama kemudian satpam tadi kembali dengan lima orang siswa yang sepertinya adalah senior mereka.. Untuk sekilas Bella dan Vanya membulatkan mata dan mulutnya menganga saat melihat empat pria dengan ketampanan di atas rata-rata itu berjalan mendekati mereka...
"Bella, apa ini yang dinamakan pangeran di dunia nyata" tanya Vanya...
"Astaga Van, mereka ganteng-ganteng bener mana milkshake lagi..." Bella menanggapi kata-kata Vanya lalu melirik Alena yang bisa-bisanya tidur sambil berdiri... Bella segera menarik Alena agar turut melihat keindahan ciptaan Tuhan di hadapannya saat ini...
"Apaan sih tarik-tarik..." gerutu Alena yang belum sepenuhnya membuka matanya...
"Milkshake al.. Milkshake...." bisik Bella..
"Hoooaahhhmmm..." Alena meregangkan badannya dan mulai menggosok matanya... Ketiga gadis itu menatap keempat laki-laki yang berjalan ala model itu dengan tatapan memuja... Mungkin jika di film kartun kedua mata para gadis itu sudah berbentuk hati...
"Astagaaaaa... beneran gantengnya ngalahin bokap sama kakak gue tuh..." kini Alena menyadari apa yang sedang dibicarakan oleh kedua temannya.. Pesona dari empat pria yang sedang berjalan mendekat itu membuat mereka seperti orang bodoh saat ini..
"Jadi kalian yang hari pertama orientasi sudah terlambat!!" Sinis seorang wanita yang datang dengan gerombolan F4 membuat Alena, Bela dan Vanya menutup mulutnya...
"Iya kak.. maafin kami" Bella mencoba memohon dengan kepala tertunduk...
"Kalau ga siap sekolah itu jangan sekolah.. Pulang sana terus minta dikawinin sama orang tua kalian.. Mau jadi apa kalian masa masuk sekolah aja telat..." Kakak kelas itu terus saja memarahi ketiga siswi itu... Alena memutar bola matanya jengah mendengar perkataan kakak kelasnya.. Melihat ekspresi Alena yang terlihat seperti menyepelekan, ia segera mengangkat tangannya hendak menampar Alena namun dengan sigap Alena menangkap tangannya..
"Wow.. apa ini yang dinamakan sekolah favorit?? Yang menasehati muridnya dengan kata-kata yang tidak pantas lalu mengangkat tangannya untuk berbuat kasar.. Maaf kakak, aku tak selemah itu.." sinis Alena dengan tatapan tajam...
"Jika begitu pergilah dan cari sekolah yang lain sana...." wanita itu jelas mengusir Alena dan teman-temannya dengan alasan yang tidak masuk akal..
"Cih! Bersekolah di sini juga bukan keinginanku..." Alena mendecih kesal, bagaimana sekolah sebagus itu bisa memiliki murid yang tidak memiliki etika dalam berbicara... Apakah hanya kemampuan kognitif saja yang diperhitungkan dan tentunya kekayaan orang tua untuk bisa masuk sekolah paling bergengsi itu...
Alena berbalik badan dan mengajak kedua temannya untuk pergi dari sana namun dihalangi oleh salah satu seniornya... Tubuh Alena menabrak dada bidang senior pria yang lebih tinggi darinya itu...
"Kenapa??" Alena mendongak dan menatap seniornya..
"Alena Wijaya... Masuk lah.." ujar pria itu yang membuat Alena membulatkan matanya, setahunya ia tak pernah memperkenalkan dirinya...
"Axton!!! Kenapa kau membiarkan gadis kurang ajar ini masuk" teriak wanita yang tadi mengusir mereka...
"Sudahlah Tania, biarkan mereka masuk.." Axton segera berlalu dan berjalan meninggalkan ketiga gadis yang merasa menang karena diizinkan masuk... Alena meledek Tania yang sekarang sedang menahan amarahnya...
"Ups.. maaf kakak ini semua bukan keinginanku..." ejek Alena pada Tania...
Ketiga gadis itu berjalan di belakang F4 yang tampannya belum ada tandingannya bagi mereka, kemudian mereka dipersilahkan masuk untuk bergabung bersama dengan teman-temannya yang lain... Ketiganya cukup menyita perhatian karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya merupakan impian semua wanita dan harapan para pria...
"Aku beruntung memiliki teman sepertimu Al..." bisik Bella..
"Hemm..." jawab Alena singkat yang mampu membuat Bella dan Vanya tertawa cekikikan... Alena melirik pada Axton yang bersikap dingin bagai gunung es itu... Harus di akui Axton memang tampan di mata Alena...
Di aula yang penuh dengan siswa yang sedang orientasi itu, Tania mencoba untuk menarik perhatian semua orang.. Mungkin Axton sudah membiarkan ketiga gadis yang kurang ajar tadi masuk tapi lihatlah, Tania akan sering mengincarnya..
"Mohon perhatiannya sebentar, karena ada tiga rekan kalian yang datang terlambat.. Bagaimana jika kita memberi mereka hukuman dengan bernyanyi... Apa kalian setuju??" lontar Tania..
"Setuju" ucap seisi ruangan sembari menatap tiga wanita cantik yang masih berdiri di barisan paling belakang... Mau tidak mau ketiganya harus maju ke depan dan bersiap untuk menyanyi.. Kini mereka harus menunggu lagu apa yang akan mereka nyanyikan dan mereka sudah bisa menduga jika Tania akan berencana membuat ketiganya malu... Dan benar saja, lagu dangdut yang sedang viral di tiktok harus mereka nyanyikan di depan semua orang... Hal ini membuat Tania tertawa puas, ia mengira dapat mempermalukan ketiga gadis itu dengan menyuruhnya menyanyikan lagu dangdut koplo..
Alena mengambil alih mic nya dan sedikit berbicara "Hai semua.. Senang sekali saya dan teman saya disuruh untuk bernyanyi... Ku rasa ini bukan hal yang berat bagi kami, berhubung urat malu kami sudah putus maka mari kita bersenang-senang.....Ohh iyaa satu lagi, aku tak menyangka bahwa di sekolah internasional seperti ini kakak Tania merupakan salah satu penikmat musik dangdut..." Kata-kata Alena barusan memang sengaja ditujukan untuk Tania, secara terang-terangan Alena menyindirnya membuat Tania sebagai bahan tertawaan seisi aula....
Benar saja, ketiganya menyanyikan lagu dengan sangat bagus.. Harus diakui ketiganya memiliki suara yang bagus.. Semua pun ikut bergoyang, acara orientasi yang tadinya tegang tiba-tiba berubah menjadi menyenangkan.. Axton hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alena dan dua temannya itu., sedangkan tiga sahabatnya ikut bergoyang menikmati alunan musik yang ada...
"Ax... Kau tidak tertarik pada salah satu gadis itu???" tanya Fadly salah seorang sahabat Axton namun Axton hanya menggidikkan bahunya...
Selesai menjalani hukumannya, Alena dan temannya di persilakan untuk duduk.. Kini tiba waktunya bagi sekolah untuk mengenalkan lingkungan sekolah beserta para gurunya... Mereka mendengarkan dengan seksama hingga waktu istirahat tiba... Saat istirahat, mereka digiring untuk makan siang di kantin yang sudah seperti restaurant di hotel bintang 5... Semua siswa mendapatkan tempat duduknya masing-masing kecuali tiga siswa yang tadi terlambat.. Lagi-lagi ini adalah ulah dari Tania yang dengan sengaja menghapus nama mereka dari daftar siswa yang mengikuti orientasi... Itu artinya apa? Mereka tak mendapat jatah makan siang..
Alena menarik kursi untuk Bella dan juga Vanya agar bisa makan siang walaupun mendapatkan tatapan tajam dari Tania.. Alena tak peduli..
"Kalian tak ada dalam daftar jadi maaf tak ada jatah tempat duduk untuk kalian!" sentak Tania..
"Kalau kedua temanku sampai pingsan, aku pastikan Nama anda akan menjadi viral seketika kakak Tania..." sinis Alena membuat seisi ruang makan menahan tawanya karena keberanian Alena melawan seniornya yang semena-mena itu...
Alena pergi meninggalkan ruang makan itu, Axton tak bisa melepaskan pandangannya dari Alena.. Diam-diam ia mengikuti kemana Alena pergi, ternyata ia pergi ke rooftop sekolah... Alena berdiri di sana memandang jauh ke depan hingga sebuah tangan terulur memberikan sebotol air mineral... Alena segera menoleh dan mendapati Axton yang memberikannya, Alena meraihnya dan mengucapkan Terima kasih...
"Apa kau sedang mencoba kabur??"
"Tidak, untuk apa kabur? Aku hanya malas berada di sana.. Lebih baik aku di sini daripada aku harus emosi melihat teman wanitamu itu.." ucap Alena seraya meneguk minumannya, percayalah wanita terlihat seksi jika sedang meneguk minuman dari botol...
"Dia bukan teman wanitaku..." sahut Axton..
"Ahh intinya temanmu... Kau sendiri sedang apa di sini? Kau mengikutiku wahai kakak yang tampaannn???" Alena mengedipkan matanya genit..
"Tidak.. aku hanya takut kau melompat dari sini dan sekolah ini menjadi viral karnamu..." ucap Axton dengan tenang dan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celananya...
"Astaga, aku tidak seburuk itu ferguso...Hahaha.. Dosa-dosaku masih banyak kakak, aku juga belum pacaran dan menikah.. Sayang sekali jika aku harus bunuh diri dengan melewatkan hal itu..."
Axton tergelak dengan jawaban Alena yang memang apa adanya tanpa di tutup-tutupi.. Ia menyerahkan kotak makannya pada Alena "Makanlah, kau butuh kekuatan untuk menghadapi Tania"
"Ini untukku????" Mata Alena membulat tak percaya dan Axton hanya mengangguk..
"Dengan senang hati jika begitu..." Alena mengambil tanpa sungkan-sungkan lalu mendaratkan bokongnya di lantai, membuka kotak bekal milik Axton yang baunya menggugah sekali...
"Hmmm ini enak sepertinya... Kenapa kau tak memakannya???" tanya Alena penasaran...
"Tidak, kau lebih membutuhkannya..."
"Aku bukan fakir miskin kakak.." sengit Alena, ia menarik tangan Axton untuk duduk bersamanya dan Axton menurutinya...
"Ohh yaaa.. sebelumnya aku ingin bilang jika aku tak memiliki penyakit rabies... Jadi kau tak masalah bukan jika berbagi sendok denganku.." Alena melahap satu sendok dan mengambil satu sendok untuk Axton.. Axton menggeleng namun Alena terus memaksanya bahkan gadis itu menekan pipi Axton agar membuka mulutnya.. Berhasil, untuk pertama kalinya Axton berbagi sendok dengan seorang gadis... Alena melakukannya hingga makanannya habis... Melihat Alena makan dan menyuapinya membuat jantung Axton ingin melompat keluar tapi bagaimana bisa gadis di hadapannya bersikap biasa-biasa saja...
"Apa kakak kenyang??" tanya Alena dengan polosnya..
"Hmm.. dan kau??"
"Tidak ini terlalu sedikit untukku... Tapi Terima kasih untuk makan siangnya, lain kali aku akan menggantinya dengan makan siang istimewa.."
"Aku tak percaya kau bisa makan dengan banyak, ku rasa semua gadis sangat memperhatikan pola makannya agar memperoleh berat ideal..."
"Itu tak berlaku untukku!! Aku akan kurus jika kurang makan dan aku akan semakin sexy jika banyak makan" cicit Alena
Axton kembali tergelak dengan kepolosan gadis di hadapannya... Namun ada sepasang mata yang memandang tak suka dengan interaksi keduanya... Ini merupakan tanda bahaya bagi Alena.. Namun bukan Alena namanya jika ia takut, maju tak gentar jika memang dia di posisi yang benar...
"Aku harus kembali ke aula, sebentar lagi penutupan orientasi hari pertama dan kakak adalah orang pertama yang ku kenal di sini... Terima kasih sudah banyak membantuku hari ini...Sampai jumpa kembali kakak..." Alena melambaikan tangannya dan berlari menuju lift untuk segera turun ke bawah....
Setelah kepergian Alena, Axton tersenyum sendiri dan berkali-kali mengusap bibirnya membayangkan bagaimana tadi Alena menyuapinya... Namun sebuah suara mengejutkannya..
"Axton.." panggil seorang gadis dengan nada marah, Axton berbalik mendapati gadis itu hampir saja menumpahkan air mata kekesalannya.. Axton berlari mendekati gadis yang duduk di kursi roda itu dan berjongkok di hadapannya...
"Kau mencariku?? Maaf aku..." Belum sempat Axton menjelaskan namun gadis itu menyela..
"Aku tahu.. kau sudah mulai melupakanku axton..."
"Bukan begitu Lucy..."
"Jauhi dia..." perintah gadis yang dipanggil Lucy oleh Axton..
Axton hanya bisa tertunduk lesu, kebahagian yang baru saja ia rasakan harus menguap begitu saja....
Hari ini adalah hari kedua orientasi di sekolah Alena, kedua temannya tidak menginap karena takut bila kesiangan lagi.. Alena bisa bangun subuh karena ia mendapatkan tidur yang berkualitas semalaman, dia segera pergi ke dapur membantu para asistennya membuat sarapan... Alena memperlakukan semua pegawainya seperti keluarga, ia tak segan-segan membantu pekerjaan rumah hingga para pekerjanya merasa sungkan...
Selesai menyiapkan sarapannya, Alena bersiap sarapan.. Ia sarapan sendirian karena kedua orang tuanya sedang mengurus bisnisnya di Korea.. Kakak pertamanya bernama Raditya, ia berprofesi sebagai dokter dan pagi ini ia belum pulang jaga dari rumah sakit.. Kakak keduanya bernama Monita, kini ia sedang menempuh pendidikan di Paris.. Ia ingin sekali mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang designer makanya ia memutuskan untuk sekolah di Paris...
"Bibiii..." panggil Alena
"Ya nona.. ada yang bisa bibi bantu??"
"Kemarilah panggil semua pelayan di sini, duduk dan temani aku sarapan..."
"Tapi non.."
"Tak ada bantahan bi, atau aku akan marah..." ancam Alena..
"Baik nona"
Semua pelayan duduk di kursi yang sama dengan Alena, mereka dengan antusias mendengarkan cerita Alena tentang orientasi hari pertamanya kemarin.. Alih-alih prihatin, mereka justru terbahak-bahak mendengar kisahnya...
"Sudah cukup hiburan pagi ini, aku akan bersiap.. Hari ini suasana hatiku sedang senang makanya aku tak akan membuat masalah hari ini...Kalian harus menghabiskan semua yang ada di meja makan ini okay??" ucap Alena sembari berjalan ke kamarnya untuk mandi...
"Nona Alena memang sangat baik hati ya..." ucap salah seorang pelayan..
"Iya benar, hatinya benar-benar tulus.. Itulah mengapa aku enggan mencari pekerjaan lain, hubungan kita dengan nona Alena sudah sangat dekat.. Ia bahkan memperlakukan kita layaknya saudara.. Ia membagi makanan yang ia makan kepada kita tanpa membeda-bedakan.. Ia selalu memberi kita hadiah saat kita berulang tahun, membawakan oleh-oleh setelah pulang liburan bahkan kadang ia mengajak kita liburan bersama..." Bi Sum membicarakan bagaimana baiknya Alena selama ini walaupun usianya masih sangat muda..
"Iya benar" semua setuju dengan pendapat bi Sum..
Mereka segera menghabiskan sarapan mereka dan kembali ke pekerjaan mereka masing-masing.. Alena sudah siap untuk berangkat ke sekolah pagi ini, seperti biasa ia akan berangkat bersama supir pribadinya... Di tengah perjalanan supir Alena mengerem mendadak karena menghindari seorang nenek-nenek di depannya.. Alena terkejut karena badannya ikut terbanting ke depan, beruntung ia memakai Seatbelt sehingga ia hanya terkejut saja..
Alena segera turun membantu nenek-nenek tadi untuk berdiri.. "Maaf oma kami kurang berhati-hati, apa ada yang terluka?? Mari kita ke dokter..." Alena mengucapkannya dengan tulus..
"Nak, oma baru saja di rampok dan di tas oma ada berkas penting..." Oma itu terlihat panik dan nafasnya tidak beraturan seperti habis lari maraton..
"Whaaaattt???" Alena segera berbalik melihat dua pria yang sedang berlari membawa kabur tas oma..
"Oh mama maafkan Alena kali ini..." Alena berlari ke dalam mobil mengambil pistolnya lalu menembak kaki dua orang perampok itu... Alena berlari untuk mengambil tas oma namun masih ada perlawanan dari dua perampok itu... Bukan masalah besar, berkat dari TK papanya memasukkan Alena ke kelas bela diri maka Alena menghajar mereka.. Setelah berhasil melumpuhkan kedua perampok itu, Alena menelpon kantor polisi agar dua perampok itu bisa ditangkap... Alena berlari membawa tas milik oma dan menyerahkannya...
"Oma ini tas anda..Silakan di periksa apakah isinya masih utuh" Alena mengulurkan tas itu pada oma itu dan segera diperiksa isinya.. Oma itu bisa menghembuskan nafas lega saat mengetahui bahwa dokumen pentingnya masih ada di sana...
"Ohh oma, maafkan aku... Ikutlah denganku dan supirku akan mengantar oma ke rumah sakit.. Aku akan menghubungi kakakku, ia adalah seorang dokter... Ku mohon jangan menolak permintaanku oma... Aku merasa bersalah karena hampir saja menabrak oma.. Jika oma tak mau menuruti kata-kataku, aku bisa mimpi buruk selama tujuh hari tujuh malam...Pleaaasee..." Alena mengatupkan kedua tangannya di dada sebagai bentuk permohonan..
Oma itu tertawa mendengar penuturan gadis muda di hadapannya itu.. Ia memperhatikan seragam sekolah yang dipakai oleh Alena dan dengan senang hati sang oma menuruti kata-kata Alena... Kini keduanya sudah berada di dalam mobil Alena..
"Ini sudah pukul 7 nak, apa kau tidak akan terlambat pergi ke sekolah..." tanya oma..
"Iya terlambat, tapi tidak apa-apa.. Yang penting aku harus memastikan oma dalam kondisi yang baik-baik saja..." Alena tersenyum tulus..
"Bagaimana jika kau di hukum nak??"
"Hmm.. itu sudah pasti oma.. Oma tak perlu memikirkan hal itu, aku bisa menanggung semuanya bahkan jika sekolah mengeluarkanku karena aku tidak tertib maka dengan senang hati aku akan mencari sekolah lain.. Oma tak perlu khawatir berlebihan.. Ada banyak sekolah namun hanya ada satu oma seperti anda bukan..." Alena mengerling jenaka..
"Kau anak yang luar biasa.. Aku menyukai pola pikir dan caramu memperlakukan orang lain.. Orang tuamu sudah berhasil mendidikmu dengan baik..." Oma itu tersenyum hangat..
"Oh oma, aku terharu karna tak ada orang yang menyanjungku sebaik oma..." Tanpa ragu-ragu Alena memeluk sang oma layaknya omanya sendiri..
15 menit perjalanan sampailah Alena dan oma di rumah sakit tempat Radit praktek.. Radit sedari tadi sudah mondar-mandir di depan untuk memastikan korban yang ditabrak Alena dalam kondisi yang baik-baik saja... Ia adalah kakak tertua dan harus bertanggung jawab saat kedua orang tuanya sedang pergi.. Begitu melihat mobil Alena, Radit segera mendekat dan memeriksa kondisi Alena dan Oma..
"Apa kau baik-baik saja??" tanya Radit khawatir..
"Ya aku baik-baik saja, tolong lakukan pemeriksaan secara menyeluruh pada Oma dan pastikan semua baik-baik saja..." ucap Alena cemas..
"Tenanglah semua akan baik-baik saja" Radit mengacak rambut adiknya lalu membawa sang oma untuk melakukan pemeriksaan.. Satu jam berlalu dan semua hasil pemeriksaan baik-baik saja.. Alena bisa bernafas lega kali ini, ia membawa oma kembali ke mobil..
"Oma.. katakanlah dimana rumah oma.. Kami akan mengantar oma.." ucap Alena dengan sopan..
"Ke sekolahmu saja dulu, kau sudah sangat terlambat bukan Alena??"
"Apa tidak apa seperti itu oma??" Alena tampak ragu, rasanya tak sopan jika ia tak mengantarnya hingga ke rumah..
"Kau sudah mendengar dari kakakmu jika hasil pemeriksaan oma semuanya baik.. Lalu apalagi??"
Alena menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu mengangguk atas jawaban dari pertanyaan oma.. Supir Alena melajukan mobilnya menuju sekolah Alena.. Setibanya di sana Alena meraih tangan oma dan menciumnya "Aku pamit oma, semoga kita bisa bertemu lagi.. Jaga kesehatan oma dan tetap hati-hati karna sekarang banyak orang jahat... Sampai jumpa oma.."
Setelah berpamitan Alena turun dari mobil mengabaikan Axton yang melihatnya datang terlambat... Axton tak mencegahnya masuk malah ia mendekat ke mobil Alena.. Bagi Alena ini kesempatan baik dan Alena segera masuk ke sekolah..
Sialnya Tania sudah siap untuk menghukum Alena karena terlambat lagi di hari keduanya...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!