NOTE: alur maju.
...🍂🍂🍂...
Dua mobil terus melaju dengan kencang hingga ke jalanan sepi untuk menghindari keramaian.
Deru mobil yang saling kejar itu meriuhkan jalanan sepi yang dilaluinya.
Mobil yang dikendarai oleh Tyson Ricardo dan Herlina istrinya, terus berusaha menghindari kejaran mobil yang terus mengikutinya.
Perusahaannya nya yang berkembang pesat itu, membuat Richardo group memiliki banyak saingan bisnis dan tak jarang kebanyakan dari saingan bisnis itu berniat menghancurkannya bahkan mencelakainya.
Termasuk seperti sekarang ini, mobil yang dikendarai Tyson terus dikejar oleh musuhnya untuk mencelakakannya.
Tyson tak memberikan kesempatan pada mobil musuh yang mengejarnya sampai melewatinya. Tyson terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga sampai di persimpangan jalan terlihat ada sebuah mobil angkutan umum yang terparkir di pinggir jalan.
Tiba-tiba saja mobil angkutan umum itu menghadang mobil musuh yang mengejar Tyson saat Tyson melewati mobil angkutan umum itu.
Brukkkk.... Seketika mobil angkutan umum itu terguling dijalanan karena tertabrak oleh mobil musuh yang mengejar Tyson, begitu pun dengan mobil yang menabrak angkutan umum itu juga mengalami kerusakan parah.
Tyson yang melihat kejadian itu melalui kaca spion mobilnya, langsung mengentikan mobilnya lalu memutar arah ke tempat kejadian.
Tyson turun dari mobilnya untuk memeriksa tragedi tabrakan itu, dia mendengar rintihan dari dalam mobil angkutan umum dan langsung mendekat untuk memeriksanya.
Seketika Tyson membelalakkan matanya melihat Hermawan temannya semasa menduduki bangku sekolah menengah atas dan Melinda istri Hermawan berlumuran darah didalam mobil angkutan umum itu, dan seorang putri kecil yang sudah tak sadarkan diri dibangku penumpang.
Tyson terus mengguncang tubuh kedua temannya itu, barangkali mereka masih hidup.
"Hermawan? Melinda? Bangunlah!"
Tyson terus mengguncang tubuh kedua temannya itu dengan raut wajah yang pucat. Sungguh kedua temannya itu telah mempertaruhkan nyawanya demi Tyson.
Hingga beberapa saat kemudian, terdengar suara rintihan Hermawan yang menyebut nama putrinya.
"Alya..."
Tyson senang karena temannya itu masih hidup.
"Hermawan, syukur lah kau masih hidup."
Hermawan mengerjapkan matanya dan terus menyebutkan nama putrinya, lalu tatapannya beralih menatap Tyson yang terus mengguncang tubuhnya.
"Tyson... selamatkan putriku, to-long se-lamatkan pu-tri ku. Berjanji lah Tyson kau akan merawat putriku seperti anak mu sendiri, ber-jan-ji lah ty-son" Dan Hermawan pun kehilangan kesadarannya setelah berpesan pada Tyson untuk merawat putrinya.
"Hermawan bangunlah!! Hermawan!!!"
Dan Hermawan pun tidak merespon lagi. Hermawan telah meninggal dunia bersama Melinda istrinya dan meninggalkan putri kecilnya.
Setelah memastikan kedua temannya itu sudah meninggal, Tyson menghubungi ambulance untuk membawa jenazah Hermawan dan Melinda kerumah. Sementara Tyson sendiri membawa putri kecil Hermawan menuju mobilnya dan akan membawanya ke rumah sakit karena terdapat banyak luka ditubuh mungil itu.
"Tyson... Anak siapa ini?" Herlina keheranan karena Tyson membawa anak kecil yang tak sadarkan diri masuk kedalam mobilnya dan membaringkannya di kursi penumpang.
"Ini putrinya Hermawan, apa kau masih ingat Hermawan dan Melinda?''
Herlina mengangguk, lalu menatap putri Hermawan yang tak sadarkan diri itu penuh banyak luka ditubuhnya.
"Ternyata mobil angkutan umum yang menghadang musuh kita itu adalah mobil Hermawan, dia dan Melinda sudah mempertaruhkan nyawanya untuk kita." Tyson menghela nafasnya sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Hermawan dan Melinda sudah meninggal dunia dan berpesan agar kita merawat putrinya"
Herlina menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya dari suaminya, tatapannya menatap sedih pada putri Hermawan dan Melinda yang tak sadarkan diri itu.
Tyson pun memberi tahu Herlina tentang pesan Hermawan yang memintanya untuk merawat putrinya seperti anak sendiri, Herlina senang karena akan memiliki seorang putri.
Tyson dan Herlina hanya memiliki satu orang anak, dan itupun seorang putra.
◼
◼
20 Tahun kemudian...
"Apa???" papa ingin menikahkan aku dengan Alya gadis gendut itu?" David sontak berdiri dari kursi kebesarannya saat mendengar ucapan papa nya yang ingin menikahkannya dengan Alya anak angkat papa nya.
"Iya. kenapa? apa ada masalah" Tyson menatap nyalang putranya.
"Yah jelas masalah lah pa! apa tidak ada wanita lain dimuka bumi ini selain Alya? bahkan berdekatan dengannya saja aku merasa jijik!" David bergidik ngeri membayangkan tubuh Alya yang gendut dan terdapat beberapa bekas luka di tubuh dan wajahnya.
"David!!! Jaga bicaramu" Seru Tyson pada putranya.
"Tubuh Alya yang katamu gendut itu bisa kembali seperti semula jika dirawat dengan baik, dan apa alasanmu tidak mau menikahi Alya? bukankah kau juga tidak memiliki kekasih kan? jadi tidak ada alasan kau menolak menikahi Alya!"
Tentu saja David sudah memiliki kekasih, dan tidak mungkin dia memberi tahu papa nya kalau dia memacari Sekertaris nya sendiri bisa rusak reputasinya.
David terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan papanya.
"Heh! Keputusan papa sudah bulat dan kau harus menikahi Alya! Anggap saja ini adalah balasan untuk pengorbanan orangtua Alya yang sudah mengorbankan nyawanya demi papa dan mama" Tyson menyilang kedua tangannya didada dan membelakangi putranya.
"Tapi tidak dengan cara menikahi Alya juga dong pa, masih banyak cara lain untuk membalas jasa orangtua Alya. Bukankah selama ini papa juga sudah membiayai seluruh kebutuhan Alya, ku rasa itu sudah lebih dari cukup pa"
"Tidak David! Menikahi Alya adalah cara yang paling tepat untuk membalas jasa orangtua Alya yang sudah menyelamatkan papa dan mama dari kejaran musuh"
"Dengan mengorbankan aku, begitu pa? papa benar-benar egois!" David tersulut emosi karena papa nya terus mendesaknya.
"Keputusan papa sudah bulat! jika kau membantah, bersiaplah untuk melepas jabatan mu ini" Tyson menyentuh papan nama yang berada di atas meja kerja putranya yang bertuliskan CEO.
"Papa keterlaluan! egois!" David mengepalkan kedua tangannya lalu keluar dari ruangan nya.
Brukkkk... David membanting pintu ruangannya dengan kasar.
◼
◼
Disisi lain...
Alya begitu senangnya saat Tyson memberitahunya kalau akan menikahkannya dengan David, pria yang sudah sejak lama diam-diam Alya cintai.
Namun ketika melihat tubuhnya dari pantulan cermin Alya menjadi tidak percaya diri, dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah David juga mencintainya.
Dulu disaat usia nya masih berumur 17 tahun, David begitu perhatian pada Alya dan selalu membelikan makanan kesukaan Alya setiap sepulang sekolah.
Namun semenjak perubahan tubuhnya yang menjadi gendut akibat dirinya yang menjadi doyan makan, membuat David menjauhinya tidak lagi perhatian padanya.
Mengingat hal itu membuat Alya menjadi bingung antara menerima atau menolak keputusan Tyson yang akan menikahkannya dengan David, mengingat David yang tidak lagi perhatian padanya bahkan secara terang-terangan menjauhinya. Namum disisi lain Alya begitu mencintai David.
Dilema pun melanda hati Alya saat itu.
...☘☘☘...
Setelah keluar dari ruangannya, dengan langkah cepat David berjalan menuju parkiran dan terus menggerutu dalam hatinya menyumpah serapahi wanita yang sudah diputuskan oleh Tyson Richardo ayahnya, akan menjadi istrinya.
Sampai di dalam mobilnya pun David terus mengumpat, kesal? itulah yang dirasakannya sekarang.
"Jangan marah-marah dong sayang, nanti tampan nya hilang loh" Lestari yang sudah menunggu di mobil kekasih yang juga adalah bos nya, terus tersenyum melihat tingkah kekasihnya yang sedang kesal. Entah apa yang membuat kekasih tampan nya itu kesal? Lestari tidak tau.
Tangan nakal Lestari yang terus menggerayangi tubuh David, seketika meredamkan amarah sang kekasih. Senyum penuh makna terukir di bibir seksi Lestari yang sedang menggoda kekasihnya itu.
Dan David yang mengerti dari arti senyuman kekasihnya itu langsung melajukan mobilnya menuju sebuah apartemen elite milik David yang sering dia datangi bersama Lestari, kekasihnya.
•
•
•
Dirumah yang mewah milik keluarga besar Richardo, Alya tak hentinya terus mengintip dari balik tirai kamarnya ke arah pagar besi berwarna hitam yang menjulang tinggi.
Biasanya, jam segini mobil sport mewah milik David sudah membunyikan klakson nya agar dibuka kan pagar untuknya. Tapi, bahkan lewat dari waktu yang seharusnya mobil sport mewah itu belum juga menampakkan tanda-tanda keberadaannya.
Yah, Alya tahu betul kapan waktu David pulang kerumah.
Alya menjadi khawatir, tidak biasanya David pulang terlambat seperti ini. Takut terjadi sesuatu pada David, Alya pun berinisiatif menemui Tyson untuk menanyakan keberadaan David. Karena Alya tahu, tadi siang Tyson pergi ke perusahaan David.
Gadis bertubuh gemuk itu pun dengan langkah tergesa-gesa menghampiri Tyson yang sedang berada di ruang tamu, sedang menikmati kopi nya yang dibuatkan oleh Herlina, istrinya.
Melihat Alya yang berjalan kearah nya, Tyson dan Herlina tersenyum. Entah apa dari arti senyumannya itu?
Tyson dan Herlina pun sebenarnya menyayangkan perubahan bentuk tubuh Alya yang menjadi gemuk, padahal sebelumnya Alya adalah seorang gadis cantik yang bertubuh ramping.
Namun itu semua tidak mengurangi kasih sayang Tyson dan Herlina pada Alya, karena sifatnya yang ramah dan penurut. Hanya David yang berubah pada nya, semenjak perubahan bentuk tubuhnya yang menjadi gemuk.
"Ada apa kamu tergesa-gesa seperti itu?" Tyson menyeruput kopi nya lalu menatap tanya pada Alya.
Alya ragu untuk mengutarakan pertanyaan karena ini pertama kalinya ia akan menanyakan David, takut di bilang apalah Alya pun membungkam mulutnya dari pertanyaan yang akan ditanyakan pada pria paruh baya yang ia tau adalah penyelamatan nya dari kecelakaan 22 tahun silam.
"Apa ada yang ingin kamu tanyakan, nak?" tanya Tyson lagi karena Alya hanya diam saja.
"Em... itu pa, kok kak David belum pulang juga ya? biasanya jam segini, kak David sudah pulang. Apa papa tau dimana kak David? tadi siang papa datang ke perusahaan kan? " Alya meremas kedua tangannya saat menanyakan beberapa pertanyaan pada papa angkatnya itu.
Sungguh Alya deg-degan karena ini yang pertama kalinya ia menanyakan lelaki yang sudah lama diam-diam ia cintai.
Tyson dan Herlina terkekeh.
"Lihat pa, ada yang sedang belajar mengkhawatirkan calon suaminya" Herlina menatap suaminya, tapi kata-katanya tertuju pada Alya.
Alya semakin gugup mendapatkan sindiran halus dari mama angkatnya yang sebentar lagi akan menjadi mama mertuanya.
"Mama ini, seperti mama tidak seperti itu saja dulu." Tyson tersenyum jail pada istrinya, lalu beralih menatap Alya yang terlihat tegang.
"Iya, tadi siang papa memang datang ke perusahaan. Tapi papa tidak tau dimana David sekarang" Tyson menyeruput kopi nya lagi, lalu menatap Alya lagi.
Mendengar jawaban papa angkatnya, Alya semakin mengkhawatirkan David. Dimana sebenarnya lelaki itu?
"Iya ya pa, tumben David jam segini belum pulang." Herlina menatap bingung suaminya.
"Coba papa telpon David" Sambungnya, menyuruh suaminya menelpon putra semata wayangnya itu.
Tyson pun menelepon putranya, namun sampai terdengar suara operator putranya itu tidak juga mengangkat teleponnya.
Nomor yang anda tuju sedang sibuk, silahkan hubungi beberapa saat lagi...
"Gak di angkat ma"
"Coba lagi pa"
Sudah puluhan kali Tyson menelpon putranya, namun selalu berakhir dengan suara operator.
Tyson dan Herlina pun jadi khawatir dengan putranya yang tidak biasanya begitu, terutama Alya seribu pertanyaan sudah berkecamuk di dalam hatinya.
Sementara lelaki yang sedang dikhawatirkan dan di tunggu kepulangannya sedang asyik berduaan dengan kekasihnya didalam kamar mewah di sebuah apartemen elite, tepatnya di ranjang king size milik David.
Entah sudah berapa kali ranjang king size itu menjadi saksi hubungan terlarang David dan juga Lestari.
•
•
•
Satu bulan kemudian...
Tiba lah hari pernikahan Alya dan David. Pernikahan yang selalu diimpikan setiap orang, namun tidak dengan David.
David yang terpaksa mengenakan baju pengantinnya terus saja mengumpat, Kesal.
"Jika kau menolak, jabatan mu taruhannya"
Ancaman itulah yang membuat David sampai pada titik ini, dimana ijab qobul nya beberapa menit lagi akan dimulai.
David mengepalkan tangannya, ia semakin membenci Alya karena harus menikahinya.
Sementara Alya, yang juga baru selesai dirias oleh para MUA yang dipesan khusus oleh Tyson, ia menatap dirinya dari pantulan cermin berukuran besar didalam kamarnya.
Sebenarnya Alya juga ragu pada hari pernikahan nya ini, takut kalau David tidak menginginkannya karena selama satu bulan ini David tidak menunjukkan reaksinya setuju nya. Namun apa boleh buat, Alya sudah sampai pada hari itu dan Alya juga sangat mencintai David.
Hingga tibalah saatnya akad nikah akan dimulai. Penghulu, saksi dan para tamu undangan sudah ramai memenuhi ruangan dimana sebentar lagi akan dilangsungkan ijab qobul.
Alya begitu takjub melihat dekorasi ruangan itu, impiannya menjadi ratu sehari benar-benar akan terjadi dengan lelaki yang begitu di cintai nya.
Lalu apapa kabar dengan David yang tidak menginginkan pernikahan itu?
David berharap yang berada di sampingnya sekarang adalah Lestari, dan bukan nya Alya yang ia benci dan semakin benci karena harus menikahinya.
Sampai pada waktunya mengucapkan ijab qobul, David begitu muak harus menyebutkan nama Alya. Dalam hatinya, seharusnya ia menyebut nama Lestari dan bukan nama Alya wanita gendut yang begitu ia benci.
Akhirnya, ketiga kalinya setelah dua kali gagal karena selalu berhenti ditengah-tengah. David pun begitu muak karena benar-benar menyebutkan nama Alya dalam ijab qobul nya.
David menatap wanita yang berada di sampingnya yang sudah menjadi istrinya, dengan tatapan penuh kebencian.
Sementara Alya mengucapkan syukur berpuluh-puluh kali dalam hatinya, karena pernikahannya dengan lelaki yang dicintainya telah terlaksana sesuai keinginannya.
Alya tidak tahu... bahwa inilah sebenarnya awal dari penderitaannya menjadi istri seorang David Richardo, menjadi istri yang tak dianggap.
...🍂🍂🍂...
Alya adalah wanita dengan berat badan berlebih yang merasa sangat bahagia ketika Tyson, papa angkatnya mengatakan bahwa akan menikahkan nya dengan David, seorang laki-laki tampan yang juga sudah sejak lama ia cintai yang tak lain adalah putra dari Tyson sendiri.
Akan tetapi David sendiri hanya terpaksa menikahi Alya agar jabatan nya yang bergelar CEO itu tidak diturunkan oleh Tyson, papa nya dari perusahaannya Richardo group. David sama sekali tidak menyukai Alya, bahkan sangat membencinya karena harus menikahinya agar jabatan nya tetap aman. Bagi David, Alya hanyalah gadis gendut yang tidak berhak mendapatkan cinta siapapun termasuk dirinya.
Nasib berkata lain, pernikahan yang selalu di impikan Alya tidak sesuai dengan harapannya.
Alya yang sekarang tinggal satu rumah hanya berdua dengan David dirumah yang diberikan oleh Tyson sebagai hadiah pernikahannya. Dirumah itu, Alya setiap hari mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari David, suaminya.
Seperti hari ini, Alya terus mengerjakan tugas yang diberikan oleh David. Ada saja akal David untuk menyusahkan Alya. Bukan hanya menyuruh Alya ini dan itu, bahkan David juga kerap kali menghina dan mencacinya.
"Dasar wanita gendut! kerjamu lambat sekali. Lihat ini, disini masih banyak debunya, disitu juga. Cepat selesaikan, dasar gendut!''
"Pokoknya, setelah aku pulang nanti semua ini harus sudah beres dan rumah ini harus sudah bersih. Dan satu lagi, jangan pernah ikut campur dengan urusan ku. Kau itu hanya istri pilihan papa yang sama sekali tidak pernah aku anggap sebagai istri dan bagiku kau itu tak lebih dari seorang babu dirumah ini, jadi jangan pernah berharap lebih dari ku karena kau tidak akan pernah mendapatkan apapun dari ku. Paham!"
Alya hanya mengangguk, bahkan menjawab iya dan tidak saja Alya tidak berani melakukannya.
Begitulah lah yang dirasakan Alya semenjak menjadi istri David, bukannya bahagia karena menikah dengan lelaki yang dicintainya. Tapi Alya malah diperlakukan seperti babu dan sama sekali tidak dianggap sebagai seorang istri. Bahkan cacian dan hinaan pun selalu dia dapat dari suaminya.
Walaupun setiap hari mendapatkan perlakuan yang tidak baik, Alya tetap berusaha meyakinkan dirinya bahwa suatu hari nanti suaminya itu akan berubah dan bisa mencintainya seperti ia mencintai suaminya, David.
Tidak pernah Alya benci ataupun dendam dengan semua perlakuan suaminya tehadap nya, yang Alya tau ia mencintai suaminya.
Keyakinan bahwa suami akan berubah yang selalu ia tanamkan dalam hatinya.
Setelah semua pekerjaan yang diberikan oleh suaminya selesai, Alya pun pergi ke kamarnya untuk beristirahat sebentar. Yah, Alya dan David tidur dikamar yang berbeda.
Didalam kamar, setiap selesai mengerjakan semua tugas yang diberikan suaminya Alya selalu duduk di lantai dengan berselonjoran kaki. Karena tubuh nya yang gemuk Alya menjadi mudah kelelahan, namun walaupun begitu ia tetap menyelesaikannya. Karena baginya, itu juga adalah bentuk kecintaan dan kepatuhannya terhadap suaminya.
"Kak David, kenapa sekarang kak David berubah sama aku? dulu kak David tidak seperti ini, apa karena aku jadi gendut kak David gak suka sama aku."
Alya pun bertekad untuk menurunkan berat badannya, dengan cara diet. Alya akan berusaha sebisanya untuk tidak menuruti keinginannya yang selalu mudah lapar.
"Yah, pokoknya aku harus diet.!
•
•
•
Di perusahaan Richardo group. David baru saja tiba dikantornya, dan dilobi sudah ada Lestari yang menunggunya.
Lestari pun mengikuti David ke ruangannya, Lestari sebisa mungkin menunjukkan pada orang-orang bahwa ia hanyalah sekertaris nya David. Yah, tidak ada satu orangpun yang mengetahui tentang hubungan David dan Lestari.
Sesampainya didalam ruangannya. David melepas jas nya dan memberikan nya pada Lestari.
"Ada apa sayang? kenapa kamu murung begitu? apa istrimu itu tidak melayani mu hah, apa dia tidak memberikan jatahmu sampai kau terlihat murung begini." Lestari duduk dipangkuan David dan terus merabah wajah kekasihnya dengan jari-jari lentiknya.
"Sudah lah Lestari, jangan mengejekku seperti itu" David menangkap jari-jari Lestari yang merabah wajahnya. "Bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak sekamar dengan nya, dan aku hanya terpaksa menikahinya agar papa tidak mencopot jabatan ku ini"
"Yah, aku tau itu. Maaf sayang, aku hanya bercanda. Aku tau, kau tidak akan pernah menyentuhnya kan?"
"Cih.. bahkan berdekatan dengannya saja aku sudah merasa jijik"
"Ckckck, jangan seperti itu sayang. Bagaimana kalau suatu hari nanti dia menjadi langsing dan bahkan lebih cantik dari ku, apa kau tidak akan menyesal? bukankah dulu dia tidak gendut?"
"Heh, itu tidak akan pernah terjadi sayang. Bagaimana dia akan langsing kalau cara makan nya saja ihhh... ckckck, kau tidak lihat saja sayang sebanyak apa porsi makannya" David bergidik negeri mengingat porsi makan Alya yang banyak dalam sekali makan.
"Dan walaupun dia menjadi langsing, aku tidak akan pernah menyesal. Asal kau tau, hanya kau satu-satunya wanita dalam hatiku"
"Oh ya? gombal! kalau begitu kapan kau akan mengumumkan bahwa aku adalah kekasih mu"
"Sabar dong sayang, kita tunggu tunggu waktu yang tepat. Kau tau sendiri kan, papa ku pasti akan langsung mencopot jabatan ku kalau aku sampai berani mengkhianati Alya" David mengepalkan tangannya saat menyebut nama Alya.
"Baiklah sayang, aku pegang semua kata-kata mu" Lestari pun turun dari pangkuan David dan beralih memeluk David dari belakang.
"Kata-kata ku seratus persen bisa dipercaya, seorang David Richardo tidak akan menjilat ludahnya sendiri"
"Kau terlalu percaya diri sekali, tidak salah aku menjadi kekasihmu"
•
•
•
Sore hari pun tiba.
Alya yang tak sengaja ketiduran, tersentak kaget.
"Aduh aku kok bisa ketiduran sih, wah ini sudah jam 4 sebentar lagi pasti kak David pulang. Aku harus segera menyiapkan makanan, atau kalau tidak nanti kak David akan marah lagi"
Alya pun bergegas menuju dapur untuk memasak makanan untuk suaminya.
Alya dengan cekatan memasak makanan kesukaan David walau Alya tau David tidak akan pernah mau memakan masakannya, tapi Alya tetap memasak untuk suaminya sebagai baktinya seorang istri pada suaminya.
Dan benar saja, tidak lama kemudian setelah Alya menghidangkan masakannya dimeja makan. David pun akhirnya pulang, dan Alya begitu antusiasnya menyambut suaminya itu walau Alya tau ia hanya akan mendapatkan ocehan dari suaminya namun Alya tetap melakukannya.
"Sudah ku bilang, kau itu tidak perlu sok-sokan menjadi istri yang baik. Aku tidak perlu itu semua, kau hanya perlu mengerjakan apa yang aku suruh!"
David pun melangkah masuk dan meninggalkan Alya dibelakangnya.
"Apa lagi ini? aku kan juga sudah berapa kali bilang pada mu, tidak perlu memasak untukku karena aku tidak akan pernah sudi memakan masakan mu"
Prang... pyaar.... David membanting semua makanan yang sudah di dimasak oleh Alya untuknya yang berada diatas meja makan ke lantai.
Seketika makanan itu pun berserakan di lantai, dan Alya hanya bisa diam karena itulah yang dilakukan David setiap kali dia memasak untuk suaminya itu.
...☘☘☘...
Keesokan harinya di perusahaan Richardo group.
David sedang berbicara serius dengan Lestari di ruangannya.
"Kamu yakin dengan rencana mu itu?" tanya Lestari memicingkan matanya.
"Aku yakin, dan itu pasti berhasil" jawab David tegas.
"Bagaimana kalau papa mu tahu, jabatan mu adalah taruhan nya"
"Tenang saja, aku akan membuat semua orang percaya kalau dia kabur bersama pria lain" David tersenyum menatap Lestari.
"Ckckck, semoga saja berhasil"
•
•
•
Sore hari pun tiba, David dan Lestari akan memulai rencananya.
Alya yang sudah dihubungin David sebelumnya sangat senang suaminya itu memintanya untuk datang ke sebuah cafe yang tak jauh dari perusahaannya, Alya pun berangkat ke cafe yang diberitahu suaminya dengan ojek online.
Awalnya tukang ojek itu keberatan karena melihat tubuh Alya yang gendut, namun tidak ada yang bisa menolak jika uang sudah berbicara. Tukang ojek online itu pun langsung setuju karena Alya akan membayarnya tiga kali lipat dari tarifnya.
Tak lama Alya pun sampai didepan cafe yang disebut suaminya, namun saat Alya akan melangkah masuk kedalam cafe tiba-tiba seorang pria menabraknya dan tubuh Alya pun oleng seketika pria yang menabraknya itu langsung memeluknya menangkap tubuh Alya yang akan jatuh.
Tak jauh dari situ ada dua pasang mata yang tersenyum lebar karena awal rencananya berjalan sesuai keinginannya.
"Eh, maaf maaf aku tidak sengaja." ucap pria yang menabrak Alya, pria itupun melepas pelukannya.
"Iya gak apa-apa, aku juga tadi buru-buru dan gak lihat kamu" ucap Alya tersenyum.
Setelah pria yang menabraknya itu pergi, Alya pun melanjutkan langkahnya masuk kedalam cafe. Namun saat sudah didalam cafe Alya tidak menemukan keberadaan suaminya, Alya pun menelepon David.
"Kak David kamu dimana? aku sudah dicafe" ucap Alya saat sambungan teleponnya tersambung dengan suaminya.
"Oh maaf Alya, aku balik kekantor tadi ada meeting mendadak. Kamu pulang saja, lain kali saja ya kita ke cafe nya"
"Oh gitu ya kak ya udah aku pulang ya kak, kak David nanti mau dimasakin apa?"
"Terserah kamu saja aku tutup dulu ya telponnya meeting sudah mau dimulai, maaf banget udah buat kamu repot"
Alya tersenyum, tidak biasanya suaminya itu berbicara lembut dan terdengar tulus. "Gak apa-apa kak"
Setelah sambungan teleponnya terputus, Alya pun keluar dari cafe dan akan langsung pulang.
Tak jauh dari cafe, ada sebuah mobil hitam yang terparkir dipinggir jalan sedang mengintai Alya.
Saat Alya berdiri dipinggir jalan sedang menunggu ojek online pesanan, tiba-tiba ada wanita paruh baya yang membawa banyak belanjaan dan menghampiri Alya agar membantunya membawakan barang belanjaannya menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari tempatnya.
Alya pun membantu wanita paruh baya itu membawakan barang belanjaannya.
"Nak terima kasih ya sudah bantu ibu" ucap wanita paruh baya itu.
Alya tersenyum. "Sama-sama Bu"
Alya dan wanita paruh baya itupun sudah sampai di mobil yang ditunjukkan oleh wanita paruh baya yang meminta tolong agar dibantu membawakan barang belanjaannya.
"Nak, ibu sekalian minta tolong barang belanjaannya ibu dimasukin kedalam mobil ya"
"Iya Bu"
Alya pun membuka pintu mobil, dan terkejut melihat dua pria berpakaian serba hitam dan penutup wajah didalam mobil tersebut. Alya hendak pergi namun tiba-tiba seseorang memukul kepalanya dari belakang dan membuatnya kehilangan kesadaran.
"Hahaha" tawa David menggema saat berhasil membuat Alya pingsan, senyum smirk dari kedua bibirnya namun tidak terlihat karena ia menggunakan penutup wajah.
Kedua pria yang berpakaian hitam didalam mobil itupun segera membawa Alya masuk kedalam mobil, dan wanita paruh baya yang meminta bantuan pada Alya pergi setelah menerima bayarannya.
"Bawa dia keluar dari kota ini, dan buang ketempat yang jauh. Pastikan dia tidak akan bisa pulang lagi!" perintah David pada anak buahnya.
Kedua pria berpakaian hitam itu menggangguk dan segera pergi menyelesaikan tugasnya.
•
•
•
5 jam berlalu...
Alya membuka matanya, samar-samar ia melihat ke sekelilingnya tempatnya berada sekarang. Hutan belantara yang jauh dari pedesaan disitulah ia dibuang.
Alya berlari berusaha keluar dari hutan itu, dan Alya pun berhasil sampai dipinggir jalan dan segera mencari pertolongan.
Alya berjalan gontai menyusuri jalanan sepi dipinggir hutan, dan dari kejauhan terlihat sorot lampu mobil Alya pun segera menghampirinya. Kevin yang tidak melihat Alya dijalan karena sedang menelpon hampir saja menabraknya.
Ciiiiiittttt...
Kevin mengerem mendadak mobilnya lalu segera turun dari mobilnya. Alya yang sudah duduk menelungkup karena terkejut tambah terkejut saat Kevin menepuk pundaknya.
"Maaf, aku tadi tidak melihat mu"
Dan itulah awal mula pertemuan Alya dan Kevin, Kevin yang merasa iba pun membawa Alya kerumahnya.
Alya pun menceritakan kepada Kevin kejadian sebelum ia bisa sampai di hutan tersebut.
Keesokkan harinya...
Kevin mengantarkan Alya pulang ke kota asalnya, dan langsung menuju kerumahnya tempat ia tinggal sedari kecil. Namun saat sampai dirumahnya, Alya mendengar percakapan suaminya yang sedang berdiri diteras rumahnya dengan seseorang disambungan teleponnya yang sedang membicarakan dirinya.
"Lestari, kamu tenang saja sayang wanita gendut itu sudah aku singkirkan dan aku buang jauh-jauh"
Deg... hati Alya hancur seketika mendengar pengakuan suaminya yang secara tidak langsung itu. Dan Kevin yang masih menemani Alya pun ikut tersentak mendengarnya. Hati Alya hancur, kata lembut suaminya tempo hari ternyata hanya rencana untuk menyingkirkannya. Alya pun menarik tangan Kevin dan segera pergi dari tempat itu.
"Aku bisa membantu mu kalau kau mau" ucap Kevin saat sudah berada didalam mobilnya.
Alya yang sedang menangis, menyeka air matanya lalu menatap Kevin. "Apa maksudmu?"
"Sekarang ikut aku ke sesuatu tempat, nanti disana aku jelaskan" Kevin pun melajukan mobilnya kembali bersama Alya menuju tempat yang dimaksud oleh Kevin.
•
•
•
"Ini tempat apa?" tanya Alya saat mobil Kevin sudah terparkir didepan gedung berlantai.
"Ini perusahaan ku"
Kevin pun menjelaskan pada Alya bahwa perusahaannya itu memproduksi produk kecantikan dan juga beberapa produk herbal penurun berat badan.
"Apa kau tertarik mencoba produk ku?"
Alya terdiam ia menundukkan kepalanya, tentu ia mau tapi bukankah semuanya pasti membutuhkan biaya?
"Kamu tenang saja, semuanya gratis dan kamu tidak perlu bayar"
Sontak membuat Alya langsung menatap Kevin.
"Aku serius, tapi tidak cukup dengan hanya menggunakan produk penurun berat badan saja. Tapi juga harus diikuti dengan olahraga yang teratur dan menjaga pola makan agar hasilnya cepat dan maksimal. Dan semua kegiatan mu akan aku pantau, aku sungguh-sungguh ingin membantumu karena aku tidak suka melihat wanita ditindas"
Alya senang karena Kevin sungguh-sungguh ingin membantunya, Alya pun tersenyum dan mengangguk.
...🍂🍂🍂...
Pagi yang cerah, disebuah taman yang tak jauh dari rumah Kevin disitulah sekarang Alya dan Kevin berada.
Hari ini adalah hari pertama Alya memulai misi menurunkan berat badannya yang sudah di jadwalkan oleh Kevin, jogging dan tentu saja ditemani oleh Kevin sesuai dengan kata nya kemarin yang akan memantau semua kegiatan Alya.
"Udah dulu ya, istirahat dulu sebentar aku capek banget" Alya mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena kelelahan.
"Ya ampun, baru 5 menit udah capek aja gimana sih, lanjutkan kan terus sampai 30 menit!" perintah Kevin.
"Nanti lagi ya, aku lemes banget mana belum sarapan tadi kamu cuma kasih 2 gelas air putih dan gak bolehin aku makan" keluh Alya dengan wajah memelas nya.
Kevin berdecak menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ckckck. Ya emang gitu kalau mau cepat turun berat badannya, jangan sarapan minum air putih saja sudah cukup dan kalau mau makan pun makan roti saja jangan nasi. Ini ambil" Kevin memberikan shake minuman ke Alya.
"Ini apa?" tanya Alya memperhatikan botol shake yang diberikan oleh Kevin.
"Itu produk yang aku bilang, itu bisa membuatmu kenyang lebih lama. Minum sekarang dan kita lanjutkan lagi olahraganya" perintah Kevin.
Alya pun meminumnya, dan kemudian melanjutkan kembali olahraganya dan tentunya terus dipantau oleh Kevin.
Meski sangat melelahkan dan begitu menguras tenaganya, Alya tetap bersemangat melanjutkan olahraganya demi bisa menurunkan berat badannya. Dan Alya lebih bersemangat lagi karena ada Kevin yang terus mensupport nya.
Begitupun diwaktu siang, Kevin membatasi jatah makan dan memberi jatah makan siang Alya tiga kali lebih sedikit dari porsi biasanya yang Alya makan. Tentunya dengan lauk pauk yang sehat bergizi rendah lemak dan kalori.
"Apa ini? nasi nya cuma secuil lauk nya juga sayur-sayuran, mana kenyang" Alya menatap nanar makanan yang diberikan oleh Kevin. "Tambah dong nasi nya, lauk nya juga kasi ayam goreng kek, steak kek, masa ini sayuran semua dan telur rebus.
"No Alya! Jangan membantah, turuti saja dan makan itu kalau mau cepat turun berat badannya." Kevin menatap tajam Alya, dan Alya yang mendapatkan tatapan tajam dari Kevin langsung mendudukkan kepalanya dan langsung memakan makanannya tidak lagi membantah.
Disore hari, Kevin hanya memberi roti dan dua gelas air putih pada Alya.
"Roti? aku minta nasi, sedikit saja please!" Alya menatap Kevin dengan penuh permohonan.
"No Alya! Jangan membantah, makan saja itu kalau mau cepat turun berat badannya." Alya hanya bisa menghembuskannya nafasnya dan langsung memakan rotinya serta dua gelas air putih, percuma membantah toh Kevin tidak akan menurutinya, tapi Alya tahu itu semua demi kebaikannya sendiri.
Dan saat malam, Alya tidak boleh memakan nasi dan hanya boleh mengkonsumsi produk yang diberikan oleh Kevin serta dua gelas air putih.
"Apa boleh makan nasi? sedikit saja" Alya memohon pada Kevin.
"No Alya! Jangan membantah, kalau mau cepat turun berat badannya. Minum saja produk yang aku berikan itu, itu bisa membuatmu kenyang dan lama-lama kau akan terbiasa." Dan seperti sebelumnya, Alya menurut saja apa kata Kevin.
"Ingat! setelah ini langsung tidur agar kau tak kelaparan"
•
•
•
Dirumah besar keluarga Richardo.
Tyson terus memaki putranya yang tidak mau mencari Istrinya dengan alasan Istrinya itu kabur bersama pria lain.
"Pa, untuk apa mencarinya? Alya sudah berkhianat dan pergi bersama pria lain"
"Papa tidak percaya, pokoknya kau harus mencari Alya sampai ketemu!" ucap Tyson berapi-api menunjuk putranya tepat diwajahnya.
"Papa tidak percaya? ini, lihat ini pa." David menunjukkan pada Tyson beberapa lembar foto yang terdapat gambar Alya dipeluk oleh seorang pria. "Ini adalah bukti kalau Alya sudah berkhianat, dan pria itu pasti adalah selingkuhan nya dan Alya pergi bersama pria itu" David terus mengeluarkan kata-katanya untuk menghasut Tyson agar percaya kalau Alya benar-benar pergi dengan pria lain dan sudah mengkhianatinya.
Tyson merampas foto-foto itu dari tangan David dan menatapnya seksama, sorot matanya memicing.
David yang melihat sorot mata Papa nya itu tersenyum, ia yakin kalau papa nya itu percaya dengan kata-katanya bahwa Alya memang pergi bersama pria lain dengan bukti foto yang ditunjukkan nya. Namun senyuman itu hilang dari bibir David saat melihat tindakan papa nya yang malah merobek-robek foto yang dijadikannya bukti.
Srek... srek.... srek...
"Bahkan dengan foto-foto ini pun papa sama sekali tidak percaya" Tyson melemparkan robekan foto itu ke udara.
"Papa...." David mengepalkan kedua tangannya, ia Kesal karena tidak berhasil menghasut Papa nya.
Tyson yang melihat kedua tangan putranya yang mengepal seakan menantangnya, semakin berapi-api.
"Apa? kenapa?" Tyson mendekati putranya itu memegang sebelah bahunya dan berbisik ditelinga putranya. "Asal kamu tau walaupun seluruh dunia percaya dengan ucapanmu, tapi aku, Tyson Richardo sama sekali tidak akan pernah percaya dengan itu semua!" Tyson pun mendorong bahu putranya itu.
"Kalau kamu tidak mau mencari Alya, biar aku yang akan mencarinya" Tyson pun melangkah melewati putranya dan diikuti oleh Herlina Istrinya dibelakangnya, yang sedari tadi hanya menyaksikan perdebatan suami dan putranya dan tidak berani ikut campur. Ia tahu kalau suaminya itu tidak suka dibantah.
•
•
•
Keesokkan harinya....
Sama seperti hari kemarin, pagi ini Alya kembali berolahraga tentu saja dalam pengawasan Kevin. Serta jadwal makan Alya pun semua diatur oleh Kevin.
Hingga, tak terasa 6 bulan sudah berlalu... Misi Alya untuk mengubah takdir nya pun sudah berhasil. Takdir yang membuatnya dibenci dan selalu dihina oleh suaminya sendiri.
Alya mematut dirinya didepan cermin berukuran besar didalam kamarnya, ia menatap takjub pantulan dirinya di cermin. Ia tak menyangka bahwa akan sampai pada tahap dimana ia benar-benar berhasil merubah penampilannya. Yang dulunya gendut dan, sekarang telah berubah dan tubuhnya menjadi langsing . Tentu saja itu semua berkat Kevin yang membantunya dan suka rela memberikan beberapa produk nya untuk Alya, walaupun tubuh Alya yang gendut sudah menjadi langsing namun bekas-bekas luka diwajahnya masih belum hilang.
"Bagaimana Kevin, Apa tubuhku sekarang sudah ideal? Alya tak hentinya menatap dirinya dari pantulan cermin. "Apa masih perlu diturunkan lagi berat badanku?" Tanyanya lagi.
"Tidak Alya, aku rasa ini sudah cukup. Tapi kau harus ingat untuk selalu menjaga pola makan mu, jangan mentang-mentang sekarang sudah langsing dan malah seenaknya untuk makan apa saja yang kau mau" ucap Kevin memperingati.
"Baiklah Kevin, kalau begitu apa aku boleh pulang sekarang?"
"Pulang?" Kevin menatap lekat Alya mempertanyakan kata pulang yang diucapkan Alya.
"Iya pulang, badanku sekarang kan sudah tidak gendut lagi jadi sekarang aku harus pulang dan menunjukkan ke kak David, pasti dia senang" Alya berharap David senang dengan perubahan tubuhnya.
"Kau yakin Alya ingin pulang?" Kevin memastikan lagi keinginan Alya untuk pulang.
"Iya, aku juga sudah kangen sama Papa Tyson, pasti dia mencari ku selama 6 bulan ini" Alya yakin bahwa Tyson mencarinya.
"Baiklah kalau begitu aku akan mengantarmu pulang, dan tugasku sudah selesai"
•
•
•
Keesokkan harinya Kevin mengantarkan Alya pulang ke kota nya, Kevin masih ingat betul 6 bulan lalu saat ia mengantar Alya pulang ia juga mendengar percakapan David dengan seseorang di telepon yang ternyata adalah orang yang dengan sengaja membuang Alya.
Tyson sangat senang akhirnya bertemu Alya, selama 6 bulan ini ia terus berusaha mencari Alya namun hasilnya selalu saja nihil. Tapi hari ini ia begitu senang Alya pulang tanpa kurang apapun bahkan tubuhnya tidak lagi gendut, namun saat melihat wajah Alya yang terdapat bekas-bekas luka membuat Tyson teringat pada kejadian 22 tahun lalu saat orangtua Alya menyelamatkannya dari kejaran musuh.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!