...~Happy Reading~...
Sosok gadis cantik berperawakan tinggi langsing, rambut hitam lurus tergerai indah, dan jangan lupakan warna bola matanya yang hitam legam, seolah-olah menghipnotis siapa saja yang melihat.
Ia adalah Ririn Putri Cantika, sang Ratu di sekolah. Gadis itu di gadang-gadang sebagai pasangan yang cocok bersanding dengan sang Pangeran sekolah.
Ririn dan teman-temannya Mei, Bella, Puput berjalan menyelusuri lorong sekolah dengan percaya diri. Bella mengibaskan rambut, saat melihat siluet gadis berpakaian norak sedang berjalan menuju kelas.
"Guys, sepertinya enak nih kalau kita kerjain dia pagi-pagi begini!" tunjuk Bella dengan dagunya.
Ririn dan kawan-kawan ikut melihat ke arah yang ditunjukan oleh Bella. Seringai licik tercetak jelas di bibir mereka. Tanpa dikomando, Mei, Bella, Puput mengikuti pemimpin mereka yang sudah berjalan di depan. Saking cepatnya langkah Ririn dan kawan-kawan, membuat gadis yang menjadi objek mereka tidak sadar dalam marabahaya.
Sreet
"Akh!" Ringisan keluar dari bibir gadis berkaca mata tebal itu. Tarikan kuat pada rambut, membuatnya tidak sengaja ikut mencengkram tangan yang menarik rambutnya.
"Gue udah bilang berkali-kali sama lo, yah, Hantu! Kalau lo itu cuma sampah di sini, jadi lo mending pergi jauh-jauh dari Bayu!"
"Akh, ini sakit! Tolong lepaskan!" Hanna merintih pelan. Rambutnya seperti akan lepas, karena Ririn menarik dengan begitu keras. Dia yakin pasti sekarang mereka jadi tontonan gratis lagi.
Rihanna nama gadis yang sedang di rundung oleh Ririn cs, adalah gadis cupu dan punya Maslaah dengan bau badan atau ketiaknya. Setiap gadis itu lewat, semua orang pasti akan menutup hidung mereka karena kebauan.
Sedangkan Bayu Atmaja adalah sang Pangeran sekolah. Pria tampan yang baru saja pindah saat ia kelas 10 semester kedua. Dia juga anak dari seorang kolongmerat di negaranya.
"Lepasin? Hah! Jangan harap lo bisa lari dari gue! Lo tahu, kenapa? Karena elo udah melakukan kesalahan besar, hingga membuat gue ingin bunuh lo sekarang juga."
Warga sekolah sangat menikmati tontonan gratis di hadapan mereka semua. Justru mereka sangat menyukai wajah kesakitan Hanna.
"Lo denger sendiri, kalau lo itu nggak diterima di sekolah ini. Asal lo tau, yah, lo itu merusak pemandangan di sini! Jadi selama kita-kita masih sabar ngelihat lo, jangan caper, deh sama Bayu dan pangeran lain. Karena kita semua nggak suka. Iya, nggak teman-teman?" tanya Ririn kepada yang lain.
"Betul itu."
"Bener banget."
"Dasar lo, Hantu! Udah Lo gentayangan di got aja, jangan di sini! Karena lo bukan level kita."
Hantu adalah sebutan para murid lain untuk Rihanna. Karena menurut mereka, bau busuk dari tubuh Hanna selalu bergentayangan kemanapun mereka berada.
Ririn mendorong kepala Hanna dengan keras, sampai membuat Hanna jatuh terjerembab ke tong sampah kelas 11A.
Mereka semua tertawa melihat Hanna yang jatuh. Bukannya menolong, mereka malah melempari Hanna dengan makanan yang dibawa.
Hanna hanya bisa menangis saat lagi-lagi dirinya didera oleh teman-temannya. Seakan-akan, mereka tidak pernah puas menyakiti. Ada saja ide mereka untuk merundung.
Hanna membetulkan letak kacamatanya yang melorot ke bawah. Seragam dia kini kotor terkena makanan dan air, membuatnya malu jika harus belajar menggunakan seragam itu.
"Dan ini adalah tempat yang tepat buat orang kaya, lo. Lo itu cocoknya di sini. Sama-sama ... bau busuk."
"Bella. Ambilin hand sanitizer buat gue! Gue takut, tangan gue kena virus gara-gara habis nyentuh tubuh dia."
Ririn dan kawan-kawan pergi meninggalkan Hanna, yang sedang menangis di samping tong sampah. Tidak ada seorang pun yang mau menolongnya, membuat Hanna berinisiatif untuk bangun sendiri. Dia menghapus air mata, kemudian membersihkan bekas makanan yang mengotori seragamnya.
Sementara itu, Bayu yang berada tidak jauh dari kelas 11A hanya menatap datar Hanna yang didera oleh anak-anak lain. Tak ada tanggapan sama sekali dari Bayu. Dia justru bersikap acuh dan berbelok ke arah kelas 11B, tempat temannya berada.
Saat langkahnya sudah masuki pintu kelas, dia menoleh ke arah belakang karena mendengar bunyi barang jatuh. Lelaki itu mengepalkan kedua tangan erat, saat melihat betapa keterlaluan anak-anak sekolah merisak Hanna. Namun, dia membuang wajah tidak peduli, dan berjalan kembali untuk masuk ke dalam kelas.
Dia jelas mendengar namanya di sebut-sebut sebagai alasan mereka merisak Hanna. Jadi dia cukup merasa bersalah kepada gadis itu. Akan tetapi, dia juga tidak mau menolong gadis itu karena sudah pasti mereka akan tambah membenci gadis itu.
Dia diamanatkan oleh ayah gadis itu, untuk menjaganya di sekolah. Dan sebagai anak yang baik dan berbakti kepada kedua orang tua, Bayu menyetujui saja amanat dari Malik.
Namun, jika kejadiannya seperti ini terus, Bayu juga tidak bisa melakukan apa-apa. Yang bisa Bayu lakukan hanya menemui Hanna, ketika jam istirahat di loteng sekolah. Hanna selalu berada di sana jika sedang merasa sedih. Dia yang akan menemaninya, hingga jam istirahat berakhir dan mereka akan berpisah kembali menuju kelas.
Walaupun mereka sekelas, Bayu tidak mau membuat orang lain curiga dengan kedekatan mereka.
Apalagi gara-gara dia, Hanna dirisak.
Bayu tidak mau, walaupun Bayu tidak suka dengan Hanna, tetapi tetap saja dia tidak mau melukai hati gadis itu.
Sudah cukup penderitaannya, dirisak oleh anak-anak lain. Dia tidak mau membuat Hanna makin terkucilkan karenanya.
------
"Seragam kamu di mana? Kamu tidak tahukah, kalau sekarang harus memakai seragam OSIS?" tegur sang guru saat menemukan murid didiknya memakai seragam olahraga, padahal mereka tidak sedang jam olahraga.
Hanna menggigit bibirnya tak berani mengadu.
Sedangkan Lia dan murid lain hanya menertawakannya. Membuat suasana menjadi gaduh. Sang guru yang bertugas langsung memukul meja dengan penggaris panjang agar para muridnya berhenti tertawa.
Seketika murid-murid di kelas langsung terdiam melihat Pak Yusuf marah.
"Apa kalian tidak bisa tenang sebentar? Lalu, untuk kamu, Hanna!" Tunjuk pak Yusuf.
"Kali ini Bapak maafkan kesalahan kamu. Lain kali kalau sampai kamu berbuat kesalahan lagi, Bapak tidak segan-segan memberikan hukuman untuk kamu. Mengerti?"
"Baik, Pak." Hanna berterima kasih kepada Pak Yusuf yang tidak mengeluarkannya dari kelas karena biasanya, guru lain tidak akan menolerir kesalahan Hanna sekecil apa pun.
"Baiklah kembali lagi ke buku pelajaran kita. Buka LKS kalian dan kerjakan halaman 38 bagian evaluasi sampai bagian 3. Kalian tidak boleh saling mencontek karena Bapak akan mengawasi kalian semua dari sini. Kalian mengerti?"
"Mengerti, Pak," jawab murid serempak dengan lesu. Mereka sangat malas jika harus mengerjakan soal-soal seperti sekarang apalagi Pak Yusuf tidak memperbolehkan mereka untuk mencotek. Alamat bakal jeblok nilai mereka.
Hanna, Bayu serta Lia hanya mengangguk patuh karena mereka sudah biasa menghadapi soal-soal seperti ini. Meskipun Hanna tidak sepintar Lia, tapi setidaknya Hanna tidaklah bodoh-bodoh amat. Nilainya masih di atas KKM.
Untuk beberapa saat, suasana kelas mendadak sepi karena para murid fokus mengerjakan tugasnya. Akan tetapi, selang sepuluh menit suara mulai terdengar dari para murid yang merasa otak mereka mengebul karena tidak tahu jawaban dari soal-soal di hadapannya.
Pak Yusuf yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa murid-murid menyerah dalam sekejap,? Padahal jelas terlihat kalau jawaban mereka ada di LKS semua. Mereka hanya terlalu malas untuk mencari, hingga membuat mereka terlihat bodoh sekarang.
"Waktu kalian tinggal 10 menit lagi. Selesai tidak selesai harus dikumpulkan. Ingat! Nilai ini akan masuk ke dalam nilai harian kalian dan bisa mempengaruhi Raport kalian. Mengerti?"
"Mengerti, Pak!"
Para murid lain langsung bergegas menjawab soal itu dengan asal. Mereka mencoba peruntungan dengan asal menebak jawaban, siapa tahu mereka sedang mujur hingga jawaban asal mereka benar semua.
Hanna melirik sebentar punggung tegap cowok di depannya, kemudian fokus kembali dengan soal-soal di LKS. Biarlah dia menderita sekarang yang terpenting, ada cowok di depannya yang selalu menemani ia di sini.
Senyum manis terukir di bibir Hanna saat memikirkan kejadian tadi di loteng. Meskipun Bayu tidak berbuat banyak, tetapi dengan kehadirannya di situ sudah membuktikan bahwa dia tidak sendiri.
'Makasih, Bayu.'
Tbc
Visual utama:
Rihanna
Bayu Atmaja
...~Happy Reading~...
Di sebuah rumah sederhana bergaya minimalis, tinggallah seorang gadis bersama dengan ayah, ibu tiri serta adik tirinya. Gadis berusia enam belas tahun itu kini sedang sibuk membersihkan lantai rumahnya yang kotor. Sementara ibu dan adik tirinya sibuk menonton TV, sambil membuang sampah bekas kulit kacang yang mereka makan ke lantai yang baru saja dia bersihkan.
Hanna memandang sendu lantai keramik yang kotor kembali karena ulah mereka. Hanna menghela napas lelah padahal pekerjaannya belum selesai, tetapi terus diganggu oleh ibu dan adik tirinya. Rambutnya yang ikal dia ikat asal kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Apa lo lihat-lihat? Lo mau marah sama gue, gitu." Gertak Lia, adik tirinya.
Lia langsung menutup hidungnya, saat lagi-lagi bau tidak sedap tercium olehnya.
"YA! Lo udah mandi apa belum, sih? Bau banget, sih?"
"Ya ampun, sayang. Kaya lo nggak tahu dia ,aja? Tuh, hantu mau mandi nggak mandi bakalan tetep bau. kkkkk," sindir Masayu dengan kejam.
"Tapi jijik banget baunya, Mah? Bikin eneg, tahu nggak sih?" sarkas Lia sambil menatap tajam Hanna yang sedang menunduk.
Lia Anastasia, gadis cantik berusia lima belas tahun itu mendelik tajam ke arahnya. Namun, Hanna tidak menanggapi ucapan adik tirinya itu. Sedangkan ibu tirinya, Masayu Anastasia keasyikan menonton sinetron yang ditayangkan di televisi. Ayah kandung Hanna, Malik Al Buchori belum juga pulang ke rumah.
Wajah ibu dan adik tirinya memang cantik, tetapi hati mereka seperti bunglon yang bisa berubah-ubah tempat. Di depan Malik, Masayu akan berubah seperti ibu yang baik dan menyayangi Hanna, tetapi di belakangnya, Hanna selalu disuruh ini dan itu.
Terkadang, Hanna juga muak dan ingin mengadu kepada ayahnya, tetapi tidak bisa.
Pernah suatu hari, Hanna berniat mengadukan kelakuan mereka kepada ayahnya, tetapi di hentikan langsung oleh mereka. Setelah mengetahui rencana Hanna, Masayu serta Lia langsung menyeret Hanna ke kamar mandi. Masayu langsung mendorong tubuh kecil Hanna ke tembok lalu menceburkan tubuh Hanna di bak mandi.
"Dasar bocah nggak tahu diuntung! Udah capek-capek gue urusin lo malah mau ngaduin gue sama bapak lo itu. Lo punya otak apa tidak, hah?" bentak Masayu sambil memukul tubuh Hanna dengan rotan yang dibawanya.
Hanna sudah meminta maaf hingga meminta untuk tidak memukulinya lagi, tetapi seakan tuli, Masayu tetap memukulinya tanpa ampun. Hanna yang sudah tidak tahan lagi, akhirnya hanya bisa menangis.
Setelah kejadian itu, Hanna tidak berani mengucapkan apa pun kepada ayahnya. Masayu sudah mengancam akan melukainya lagi jika dia mengadu kepada orang lain. Hanna Hanya bisa menurut dan diam saat diperlakukan tidak adil oleh Masayu serta Lia.
Sore harinya, Malik pulang dari kantor dan melihat cara jalan Hanna yang terpincang-pincang. Dia kemudian bertanya kepada anaknya itu. "Kenapa dengan kaki kamu sayang?"
"Oh, ini ... terpeleset di kamar mandi tadi."
"Kenapa kamu tadi nggak bilang sama Ayah? Ya, udah sekarang kita ke rumah sakit," kata Malik. Masayu yang melihatnya langsung panik.
"Udah tadi kok, Pa. Iya, kan, Hanna?" Masayu menatap Hanna dengan tajam hingga membuat Hanna ketakutan.
"Benar itu, Hanna?"
"Emm, benar Ayah," jawab Hanna sambil meremas bajunya.
"Syukurlah kalau begitu! Ayah lega dengernya. Makasih, yah, Sayang?"
"Itu udah jadi tugas saya sebagai ibu yang baik untuk anak-anak. Jadi Papa tidak perlu sungkan."
Ayahnya percaya akan semua sandiwara yang dilakonkan oleh Masayu membuat hati Hanna meronta-ronta ingin menangis.
"Kalau nyapu yang bener dong, Hantu! Lihat, tuh, masih kotor! Bisa kerja nggak, sih?" Lamunan Hanna langsung buyar saat mendengar sindiran Lia.
Hanna hanya mendengus pelan, saat Lia dengan semena-mena membuang sampah di lantai yang jelas sudah bersih tadi.
"Apa? Lo berani sama gue?" tanya Lia sengit.
"Nggak."
"Cih, dasar gembel!"
Sejak itulah awal mula neraka buat Rihanna. Lia selalu menghasut teman-teman sekelasnya untuk mengerjai Hanna. Tidak jarang, Hanna pulang sekolah dalam keadaan kotor, hingga membuat Masayu tertawa, dan mengguyur tubuh Hanna dengan seember air di teras rumah mereka.
Suatu hari, ada kejadian yang tidak bisa Hanna lupakan.
Saat itu Bayu sedang berjalan bersama dengan teman satu gengnya. Sama-sama orang ganteng dan tajir. Mereka melihat dirinya yang sedang dianiaya oleh murid lain di halaman belakang sekolah.
Bak di drama-drama Korea yang biasa orang tonton, dia datang mengusir semua murid-murid tadi dan membuat mereka semua langsung lari terbirit-birit karena takut berurusan dengan seorang Bayu Atmaja.
"Nama lo siapa?" tanya Bayu padanya, sambil memberikan sapu tangannya yang bersih.
Hanna yang melihatnya langsung terpanah. Ia menatap kagum laki-laki di depannya. Jantungnya langsung berdetak tak beraturan, saat bisa mencium wangi tubuh lelaki itu.
Tidak seperti dirinya yang bau ketek, ia sempat mundur saat jarak mereka terlalu dekat.
"Gue harap, lo nggak nyium bau ketek gue." batin Hanna lirih.
Jarak mereka yang begitu dekat, membuat Hanna bisa mencium bau nikotin dari hembusan napas laki-laki itu.
"Rihanna," jawabnya malu-malu.
"Gue, Bayu. Bayu Atmaja." Bayu mengulurkan tangan ke depan wajah Hanna. Gadis itu langsung mengusap-usap tangannya ke bagian rok panjangnya. Setelah dirasa bersih, Hanna menyambut uluran tangan Bayu.
"Bay, jadi nyebat nggak, nih, kita?" tanya salah satu anggota geng cowok tampan di sekolah SMA Pusaka, Zyan namanya.
Mereka adalah geng paling terkenal seantero sekolah, bahkan mereka disebut-sebut sebagai Pangeran di sekolahnya.
Mereka Adalah Zyan, Radit, Alam, dan terakhir Bayu. Mereka semua adalah anak yang terlahir dari sendok emas. Perusahaan orang tua mereka begitu banyak dan tersebar di Indonesia, bahkan ada yang sampai manca negara.
"Jadi," jawabnya.
Bayu melihat lagi Gadis di depannya dengan datar. Tanpa berkata apa-apa, Bayu dan teman-temannya pergi meninggalkan Hanna yang masih terdiam, menatap punggung mereka yang mulai menghilang dibelokkan sebuah gedung tak terpakai.
Sejak saat itu, Hanna langsung jatuh cinta kepada Bayu pada pandangan pertama.
Rihanna merasa takdir sedang berpihak padanya, karena ternyata orang tua mereka bersahabat baik. Hingga membuat ia dan Bayu semakin dekat.
Pernah suatu waktu, Malik mengajak mereka pergi bersilahturahmi ke rumah sang sahabat, yang ternyata adalah sebuah mansion di lahan yang begitu luas.
Hanna sampai lupa menutup mulutnya sendiri saat melihat betapa megahnya mansion orang tua Bayu. Bayu sendiri hanya menyunggingkan senyum tipis saat melihat kedatangan mereka di mansionnya.
"Tutup mulut lo! Jangan bikin malu." Sindir Lia pelan. Membuat gadis itu langsung menutup mulutnya sendiri.
"Selamat datang di rumah kami! Ini ... kenalkan anak saya, Bayu." Sambut sang pemilik rumah.
"Udah gede juga, yah, kamu sekarang, Bay? Padahal dulu terakhir Om lihat kamu masih kecil, loh. Ha-ha-ha!" Pelukan antara sahabat yang sudah lama tidak bertemu di lakukan oleh Malik dan Ayah Bayu.
"Iya, Om. Kenalkan nama saya Bayu Atmaja. Saya juga satu sekolah dengan anak Om." Tunjuk Bayu kepada Hanna dengan senyum kecil.
"Oh, iya? Kamu, kok nggak bilang, sih, Sayang?" tanya Malik, sambil menatap anaknya.
"Kami juga baru kenal tadi siang, kok, Om." Elak Hanna sambil menunduk.
Hanna tadi sudah menyempatkan mandi dan memakai bedak MBK, supaya bau keteknya tidak tercium oleh keluarga lelaki di depannya.
"Syukurlah kalau kalian sudah saling kenal. Ini pasti istri dan anak kamu juga, ya, Mal?" tanya Ridho, ayah dari Bayu sambil menunjuk Masayu dan Lia.
"Iya, kenalkan ini Masayu istri saya dan ini Rihanna anak pertama saya dan si bungsu Lia. Ayo, anak-anak, salim dulu sama temen Ayah!"
Rihanna dan Lia mengikuti instruksi ayahnya. Mereka mencium punggung tangan Ridho. Ridho yang melihatnya tersenyum bahkan tangannya mengusap kepala Lia. Tanpa disadari, Hanna melihatnya dan menganggap bahwa dia tidak diterima di keluarga Bayu, tetapi segera dibuang jauh-jauh pemikiran itu oleh Hanna.
Pertemuan keluarganya dengan keluarga Bayu sangat menyenangkan. Orang tua Bayu menerima dengan hangat kedatangan mereka. Ayah bercerita bagaimana awal mula mereka bertemu hingga sampai menjadi sahabat, membuat suasana makin terasa hangat. Ibu tirinya serta Lia ikut nimbrung dalam pembicaraan orang tuanya.
Lia jelas memiliki ketertarikan dengan Bayu, karena sedari tadi, dia berkali-kali salah tingkah saat tanpa sengaja Bayu melihatnya. Sementara Bayu sendiri, hanya acuh kepada Lia. Bayu lebih sering mengajak Hanna bicara daripada Lia, membuat Lia terbakar api cemburu.
'Awas lo, Hantu! Gue bakal buat perhitungan sama lo, di rumah.'
TBC
...~Happy Reading~...
"Apa lo nggak punya kaca, hah?" bentak seorang laki-laki kepada gadis berambut ikal.
"Berani-beraninya lo suka sama gue!" cemoohnya.
Mereka kini sedang berada di atas tanah lapang, yang biasanya digunakan untuk bermain sepak bola dan sejenisnya.
Dua orang anak berseragam sekolah, kini sedang saling menatap. Namun, bukan tatapan penuh cinta kasih sayang, melainkan tatapan membunuh dari sang laki-laki kepada gadis di hadapannya.
Gadis itu menatap sendu sang laki-laki.
"Tapi-aku ...," sanggah sang gadis.
Gadis berkacamata tebal itu tergagap ketika berbicara. Tangannya hendak menggapai lengan cowok itu, tetapi ditepis langsung dengan kasar olehnya.
"Jangan sentuh gue! Gue nggak mau, tangan kotor lo itu nyentuh tubuh gue. Jauh-jauh dari gue, jijik gue lihat muka lo di sini!" hardik cowok itu.
Gadis itu tertegun, mendengar ucapan cowok itu.
Padahal selama ini, ia mengganggap cowok di depannya adalah seorang malaikat. Karena dia yang selalu menemaninya, saat ia bersedih.
"Tapi ...," gagap sang gadis.
"Lo budeg apa dungu, hah?" bentak cowok itu.
Gadis berpenampilan cupu itu, adalah Rihanna.
Gadis yang selalu dirundung oleh anak-anak di sekolahnya, karena penampilan dia yang sangat norak dan bau badan.
Wajahnya ditumbuhi begitu banyak jerawat, yang memenuhi pipi, dahi, dan juga dagunya. Hingga membuat mereka merasa jijik.
Hanna meremas bajunya erat. Hatinya sakit seperti diiris sembilu, mendengar hinaan demi hinaan yang terucap dari bibir laki-laki di depannya.
Bukan dia tidak tahu, kalau selama ini, orang-orang selalu memandang rendah penampilan ia, yang seperti itik buruk rupa itu.
Wajahnya memang tidak semulus perempuan lain.
Kulitnya juga tidak sesehat dan segar seperti anak dari Pak Kades, yang hobinya perawatan di salon.
Rambutnya yang ikal dan tak terurus, makin membuat penampilannya di pandang sebelah mata, oleh para lelaki.
Ia juga mempunyai masalah dengan bau badan, sehingga membuat orang yang berada di dekatnya ke bauan. Apalagi kedua matanya juga minus, membuatnya harus menggunakan kaca mata.
Laki-laki yang berada di depannya sekarang adalah Bayu Atmaja.
Bola mata hitamnya, menatap tajam gadis di depannya. Tangannya menunjuk wajah Hanna, seolah-olah ia sudah muak melihat wajah tersebut.
Bibirnya berdesis, ketika Hanna yang ketakutan melihatnya.
"Ah, cepat pergi dari sini! Jangan sampai gue pakai kekerasan buat ngusir lo!"
Hanna terperanjat mendengar suara Bayu yang cukup keras, hingga membuat kakinya mundur.
Bayu menyeringai.
Ia mencodongkan tubuhnya mendekati Hanna. Telunjuk tangannya dia gunakan untuk mendorong pelan bahu Hanna berkali-kali, sampai pada akhirnya, ia mendorong tubuh Hanna dengan keras.
Brugh!
Hanna merintih kesakitan, karena pantatnya jatuh mendarat tepat di atas jalan yang berbatu. Tangannya juga ikut terluka, karena di gunakan untuk menahan bobot tubuhnya tadi. Seakan tak bisa dicegah, setetes demi setetes air matanya turun membasahi pipi.
Bayu menyeringai menatap Hanna yang jatuh. Tanpa merasa bersalah, dia melipat kedua tangan di dada. Matanya menatap Hanna yang menangis dengan wajah tak berdosa, seakan-akan itu adalah hal yang pantas didapatkan oleh gadis tidak tahu diri seperti Hanna.
Bayu memposisikan wajahnya hingga sejajar dengan wajah Hanna, kemudian mencengkram dagunya dengar keras.
Rintihan jelas keluar dari bibir pucatnya, membuat seringai Bayu makin melebar.
"Sebelum lo jatuh cinta sama gue, lo seharusnya ngaca dulu. Tampang kaya gembel gitu aja berani deketin gue, cih!"
Hanna menatap cowok di depannya dengan pandangan tidak percaya.
"Nggak usah sok dramatis gitu. Gue kasih tahu sama lo, yah? Gue nggak mempan sama air mata buaya lo. Sekali lagi gue peringatkan sama lo! Jangan pernah bicara sama gue, atau negor gue lagi di tempat umum, karena gue malu! Kalau sampai ada orang yang tau kalau gue kenal sama lo,"
Hati Hanna terasa diremas, ditusuk dengan belati tajam hingga membuat air matanya tak berhenti mengalir. Perkataan Bayu begitu melukai hatinya.
"Lo kira air mata lo bisa bikin gue luluh sama lo? Nggak usah mimpi, deh lo!"
Bayu menggeram marah saat melihat gadis di depannya hanya menangis, dan diam tak bereaksi apa-apa.
Sreet
Bayu bangun dari jongkoknya. Kemudian menepuk-nepuk tangannya, seolah-olah dia telah memegang sesuatu yang menjijikan. Bahkan tangannya sengaja disemprot, dengan hand sanitizer di hadapan Hanna.
Sreet
Hanna meringis, saat lagi-lagi tubuhnya di hempaskan ke jalan yang berbatu. Dia tidak memedulikan lagi sakit di tangan atau pantatnya, karena sakitnya tidak seberapa di banding hatinya.
Setitik harapan bahwa ini hanyalah _prank_ dari Bayu, tetapi, tak ada perubahan dari mimik wajah cowok itu. Bayu seolah menegaskan bahwa ini bukan lelucon apalagi rekayasa belaka, membuat hati Hanna makin terluka.
"Inget kata-kata gue! Jangan pernah bermimpi untuk bisa bersanding sama gue, karena lo itu bagai itik buruk rupa yang bermimpi menjadi Angsa! Sampai kapan pun, lo itu nggak bakalan bisa selevel sama gue. Camkan itu!"
"Ah ... satu lagi. Bau badan lo itu sangat, menjijikkan," eja Bayu dengan sadis.
Setelah berkata demikian, Bayu melangkah pergi meninggalkan Hanna yang kini mencengkeram erat baju bagian atasnya. Tiba-tiba hujan mulai turun dengan deras membasahi bumi seolah alam tahu dengan suasana hatinya. Kilat dan guntur terdengar saling bersahutan membuat suasana sore itu semakin mencekam.
Hanna tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya. Tak dipedulikan lagi tubuhnya yang menggigil akibat bermandikan air hujan. Suasana lapangan yang lengang membuat Hanna semakin merasa sendirian di dunia ini.
"Sebenarnya apa salahku, ya, Allah, hingga Engkau menyiksaku seperti ini? Orang yang aku kira malaikat, ternyata sama saja dengan orang lain yang selama ini merisakku. Dia yang aku pikir baik, ternyata sama saja. Aku harus bagaimana, ya, Allah? Aku udah nggak tahan lagi. Aku udah nggak kuat lagi, ya, Allah."
Hanna menangis tersedu-sedu di bawah guyuran air hujan yang begitu deras. Dia menyembunyikan wajahnya yang basah oleh air mata di antara kedua lututnya.
Ia tidak bisa membayangkan hari-harinya nanti, jika dia harus menjauhi Bayu. Selama ini, Bayu yang selalu membantunya saat dia sedang sedih atau sendirian.
Ia juga tidak punya teman selain dia, karena ia tidak percaya diri dengan penampilannya. Lagi pula, mana ada orang yang mau berteman dengan gadis gembel seperti dirinya?
Bayu mau menjadi temannya juga karena merasa kasihan, melihatnya dirisak terus oleh teman sekolahnya. Mungkin kalau orang tua Bayu bukan sahabat baik orang tuanya, mana mau dia jadi temannya.
Tapi kejadian hari ini sangat mengejutkan bagi dirinya. Selama dekat dengannya, Bayu tidak pernah membentak atau berbicara kasar padanya. Bayu adalah tipikal cowok yang baik dan lemah lembut kepada wanita. Akan tetapi, bagaimana bisa Bayu melakukan ini semua padanya?
Luka yang ditorehkan oleh Bayu begitu membekas di hatinya. Sangat-sangat melukainya. Hanna mendongakkan menatap langit gelap sore itu. Dia membiarkan wajahnya terkena air hujan. Sakit di wajahnya yang terkena rintikan hujan tidak sebanding dengan luka di hatinya.
Matanya menatap tajam tanah kosong di depan. Tangannya mengepal erat saat kilasan kejadian tadi menari-nari di atas kepala. Rasa cintanya yang begitu dalam kini ikut luruh terbawa air hujan, yang tersisa kini hanya rasa benci dan dendam.
'Sekarang kalian bisa menghinaku sepuas kalian. Tapi, lihat dan tunggu saja pembalasan dari ku!'
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!