Jakarta, atau secara resmi bernama Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau Jakarta Raya adalah ibu kota negara dan kota terbesar di Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa. Kota metropolitan yang selalu sibuk dengan kemacetan setiap paginya tidak membuat sepasang adik kakak yang tinggal disebuah kontrakan kecil itu terlambat menjalankan aktivitas.
"Selamat pagi Pak," sapa gadis itu seraya sedikit menundukkan kepala pada satpam yang menjaga pintu gerbang. Senyum manis dan lebar senantiasa terpancar dari wajahnya.
"Selamat pagi juga Non! Anak baru ya Non?" Satpam itu pun dengan sopan menjawab sapaan dari gadis berhijab yang baru melangkah masuk ke halaman sekolah. Pasalnya, memang hanya beberapa anak saja yang memakai hijab di sekolah itu, jadi bisa dikenali dengan mudah.
Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada di tengah ibu kota Jakarta itu terlihat sangat luas dengan bangunan bertingkat tiga. SMAN BARTHOLIN JAYA adalah sekolah anak para pejabat atau anak seorang konglomerat dengan minoritas siswi yang memakai hijab.
Starla Moonata Putri, siswi berusia 17 tahun melangkahkan kakinya menuju ruang kepala sekolah. Setelah Starla mendapatkan arahan dari kepsek, Starla pun berjalan menuju kelasnya.
"Eh Bin, ada anak baru Bin, cakep tuh! seru Leo membangunkan Bintang yang sedang menempelkan kepalanya di atas meja. Namun hanya omelan yang didapat Leo.
"Berisik lu, bodo amat lah mau cakep juga, penting jangan ganggu gue!" jawab bintang dengan nada ketus dan Leo tak menanggapinya lagi.
Starla berdiri di depan kelas bersama dengan salah satu guru fisika, yaitu Buk Dona. "Perhatian anak-anak, kita kedatangan teman baru. Ibu harap kalian bisa berteman baik dengannya. Ayo perkenalkan nama kamu." kata Buk Dona.
"Assalamu'alaikum, perkenalkan nama saya Starla Monata Putri." Starla pun memperkenalkan diri, tetapi tidak ada yang menjawab salam Starla. Starla kikuk dan menahan nafas sambil memandang teman-temannya yang menatapnya dengan wajah datar.
"Wa'alaikumsalam," jawab Bintang mendongak sekian detik ke arah Starla lalu kembali tidur. Starla pun bernafas lega setelah ada salah satu teman sekelasnya yang menjawab salam.
"Kenapa cuma Bintang yang jawab salam dari Starla!" sentak Bu Dona menatap marah murid di kelasnya. Wajar saja jika banyak yang tidak menjawab salam, karna dari 25 siswa di kelas itu, sebagai besar tidak satu agama dengannya. Namun, setelah Bu Dona marah, semua murid menjawab salam Starla.
"Silahkan duduk ya Starla, kamu duduk di sebelah Amara, dibangku kosong itu." Buk Dona pun menunjukkan bangku kosong dibaris kedua didekat jendela. Starla pun berjalan menunduk menuju bangku yang dimaksud.
"Hai, boleh kenalan?" Starla mengulurkan tangannya.
"Udah tau kan nama gue?" jawab Amara sedikit ketus.
"Ah iya Amara, semoga kita bisa berteman baik ya." Starla pun mengeluarkan buku tulisnya dan mendengarkan pelajaran fisika dengan seksama. Sembilan puluh menit kemudian, jam istirahat pun tiba. Semua siswa di kelas itu berbondong-bondong menuju kantin sekolah. Amara, teman sebangku Starla juga demikian. Namun, Amara pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Starla.
"Woy bangun Bin, gue laper nih! seru menggoyangkan tubuh Bintang agar segera bangun, tapi nihil. Bintang masih setia dengan mimpinya.
"Tinggal aja deh," ucap Aries yang juga tak sabar karena merasa lapar. Starla pun bangkit dari tempat duduknya ingin mencoba menjelajahi sekolah barunya. Karena tidak mau juga dia berada di kelas bersama ketiga laki-laki yang belum dikenal.
Starla berjalan hendak melewati mereka dan sedikit menoleh ke luar jendela karena enggan menatap ketiga laki-laki itu. Sayangnya tali sepatu Starla lepas lalu terinjak dan membuat dirinya jatuh. Bukan jatuh di lantai, melainkan jatuh tepat di punggung Bintang. Starla terkejut bukan main, lalu memposisikan tubuhnya untuk berdiri tegak kembali.
"Ma-maaf, maaf aku nggak sengaja." Starla terus minta maaf sambil sesekali membungkuk. Beda halnya dengan Bintang yang merasa tidurnya diganggu, Bintang pun duduk tegak dan mendongak ke arah Starla. Mata mereka saling bertemu untuk beberapa detik, setelah itu Starla memejamkan matanya dengan sedikit menunduk dan kembali minta maaf. Aries dan Leo berdiri disisi kursi menunggu tanggapan sahabat mereka itu.
"Menurut lu dia bakal marah nggak?" bisik Leo pelan pada Aries.
"Lu tau kan kalau ada yang ganggu tidurnya dia kayak gimana, udah kayak induk singa kehilangan sang anak. Udah jangan bocot aja, diem." jawab Aries tak kalah pelan juga.
"Lu mau mati hah? Selama ini nggak ada yang berani ganggu gue tidur, dan elu, lu malah buat dada gue sakit gara-gara lu nindihin gue?"
Brak!
Bintang menggebrak meja di depannya. Starla sangat terkejut bahkan mundur satu langkah untuk menjauh. "Ya Allah aku pikir dia anak baik karena tadi jawab salam Starla, tapi lebih galak dari anjing deket rumah." batin Starla. "Aku bener-bener nggak sengaja, sumpah! Maaf aku bener-bener minta maaf." jawab Starla masih menunduk tak berani menatap Bintang bahkan meliriknya.
"Lu pikir maaf aja selesai? Enak banget hidup lu?" ucap Bintang lagi dan bangkit dari duduknya.
"Terus aku harus gimana biar kamu maafin aku?" tanya Starla sangat serius. Namun masih gugup karena takut dengan bentakan Bintang.
"Heh gue ada di sini bukan di lantai." Tinggi Starla memang cukup jauh dari Bintang. Jika mereka berdiri tegak maka Starla hanya sebahu Bintang, tetapi karena Starla terus menunduk untuk menjaga pandangannya, Bintang merasa diremehkan sebab Starla engga menatap wajah Bintang.
"Maaf, aku nggak bisa menatap lawan jenis lebih dari tiga detik. Aku mohon kali ini maafin aku. Aku janji kedepannya akan lebih hati-hati untuk nggak ganggu kamu lagi."
"Wah, lu pasti murid baru itu kan? Oh jadi lu belum tau gue ini siapa?" kata Bintang penuh penekanan diakhir katanya.
"Aku sangat tau kamu anak orang jahat." batin Starla.
"Heh lu punya kuping sama mulut nggak sih, di tanya diem aja?" lagi-lagi Bintang berteriak pada Starla.
"Aku, aku harus gimana supaya kamu mau maafin aku?" kata Starla ragu.
"Hm ... kamu ngomong apa sih Starla, kan kamu harus menghindari laki-laki bernama Virgo Bintang Bartholin." keluh Starla dalam hati.
"Wah menarik juga, hm ... bentar gue pengen, em gue pengen lu jadi kacung gue selama sebulan penuh. Lu harus nurut sama gue selama itu."
"Mati aku mati… selama itu harus nurutin dia? Kalau dia macem-macem gimana? Kalau Ka Galang tau gimana ini?" lagi-lagi Starla berkelit dengan pikiran sambil memainkan ujung hijabnya.
Brak!
"Heh! Lu punya telinga sama mulut nggak sih?" Starla kembali terkejut dengan gebrakan meja itu.
"Ka-kalau aku nggak mau gimana?"
"Lu tau nggak gue anak dari pemilik sekolah ini. Jadi, kalau lu nggak mau, jangan harap besok lu bisa menginjakkan kaki disini lagi heh? Lu tinggal pilih aja tetep sekolah atau get out."
...##################...
🌹 HAI SELAMAT MEMBACA YA 😊
JANGAN LUPA TINGGALKAN LIKE DAN KOMENTARNYA SUPAYA KARYA INI BISA LEBIH BAIK 😊
🌹 KARYA INI SEDANG IKUT LOMBA YMYB (YANG MUDA YANG BERCINTA) MOHON DUKUNGAN 😘
Starla tentu saja terkejut dengan ancaman orang yang harus dia hindari itu. Starla punya cita-cita dan dia sekolah hanya mengandalkan beasiswa. Jika di keluarkan karena kekuasaan Bintang, maka Starla bisa saja tidak akan mampu sekolah lagi karena keadaan sang Kakak.
"Apa?" Starla terkejut dan mendongak menatap Bintang. "Ya nggak bisa gitu dong, kan aku udah minta maaf, aku juga nggak sengaja tadi. Memang dengan kekuasaan kamu itu bisa dengan mudahnya kamu mengeluarkan murid dari sekolah ini? Jangan mentang-mentang anak pemilik sekolah, terus kamu semena-mena begitu. Kalau ada yang minta maaf, ya dimaafin karena Allah saja Maha Pemaaf." Starla bicara sambil menoleh kesana-kemari meluapkan emosinya.
Bintang cukup terpesona dengan kecantikan Starla. Hijab segiempat warna putih yang menjuntai hingga bawah dada, dan wajah imut dengan bola mata indah dan hidung yang pesek, begitulah gambaran yang dilukis di mata Bintang, padahal tadi dia terlihat ketakutan, tetapi tiba-tiba marah-marah membuat Bintang sedikit gemas karena tak pantas wajah itu untuk marah-marah. Bintang terdiam mendengarkan dengan seksama ocehan gadis di depannya itu sambil terus menatap wajahnya.
"Ck lu tau nggak gue udah ngeluarin sepuluh murid dalam sebulan ini?" Dirasa serius dengan ucapannya, Starla terdiam dan kembali menunduk.
"Hari pertama kok sial gini sih, astaghfirullah Ya Allah Starla harus bagaimana ini?" batin Starla.
______________
Starla pindah ke sekolah SMAN BARTHOLIN JAYA karena suatu hal yang tidak pernah dia inginkan. Starla harus terpaksa pindah karena sekolahnya dulu mengalami kebakaran yang cukup fatal dan bangunannya hampir roboh semua. Semua siswa dan siswi di sekolah itu dipindahkan merata ke sekolah yang ada di ibukota. Sialnya, Starla dipindahkan ke sekolah ini karena nilainya yang cukup tinggi dan hanya SMAN BARTHOLIN JAYA inilah yang bisa menerima Starla sebagai murid sesuai dengan jenjang beasiswanya.
Sebenarnya, ada dua puluh siswa yang di pindahkan, namun tidak satu pun yang Starla kenal, selain karena Starla bukan orang yang pandai bergaul, mereka yang dipindahkan bersama Starla adalah murid kelas X dan XI. Jadi hanya dia satu-satunya yang duduk di kelas XII. Galang, tau sekali bahwa sekolah Starla ini adalah sekolah milik keluarga yang harus dihindari dan juga sekolah elit yang hanya orang kaya yang sekolah disana. Namun, Galang tidak bisa berbuat banyak, demi cita-cita sang adik sebagai seorang Dokter anak, Galang harus merelakan sang adik untuk bersekolah disana karena keterbatasan biaya.
Galang hanya bekerja di sebuah cafe sebagai pelayan. Gajinya hanya cukup untuk kehidupan mereka sehari-hari. Dapat perkejaan itu saja sudah sangat untung karena Galang hanya lulusan SMP. Sejak orang tua Galang dan Starla dinyatakan meninggal, Galang yang baru lulus sekolah menengah pertama itu harus banting tulang untuk menjaga sang adik dan membiayai sekolahnya. Syukurlah, sang adik begitu cerdas, jadi sejak masuk sekolah menengah pertama, Starla sudah mendapatkan beasiswa full bahkan setiap satu tahun sekali, Starla akan mendapatkan uang tunjangan dari sekolah pihak sekolah.
______________
"Heh! jawab!"
"I-iya, iya. Tapi aku minta jangan pernah sentuh aku,"
"Siapa juga yang mau pegang-pegang lu. Kita tu nggak level. Gue cuma butuh kacung aja. Itu juga buat nebus kesalahan lu." jawab Bintang dengan wajah datar dan menatap ujung kepala Starla yang sedang menunduk.
"Terima kasih," kata Starla lembut.
"Mulai besok, lu harus berangkat pagi-pagi dan tungguin gue di depan gerbang. Saat jam istirahat, lu juga harus ikut gue kemana pun. Dan saat pulang sekolah, lu juga nggak boleh pulang duluan sebelum lu pastiin gue pulang. Satu lagi, lu juga harus kerjain semua tugas yang guru kasih, sebelum pulang gue bakal kasih buku tugasnya ke elu. Ngerti nggak?" masih dengan mode wajah datar Bintang kembali mengintimidasi Starla.
"Iya, aku ngerti." jawab Starla pelan. "Ampun orang ini, kalau nggak inget cita-cita masa bodo banget keluar dari sini." batin Starla.
"Udah sana kalau lu mau pergi, gue bebasin lu hari ini." Secepat kilat Starla membalikkan badan dan berjalan keluar dari kelas yang pengap itu.
"Lu nyiksa anak orang Bin," kata Aries sambil menepuk bahu Bintang.
"Bacot lu kambing, diem aja." Bintang mulai melangkah kakinya.
"Dari pada lu Vir…" Leo hendak menyangkal tapi dengan cepat Bintang memotong.
"Singa Betina nggak usah banyak bacot juga, gue tonjok tu mulut sampe bilang Virgo bencong," Bintang yang tadi menoleh pada Leo kini kembali berjalan lurus ke depan.
"Gue sumpahin lu bucin sama tu cewek baru tau rasa lu," kata Leo.
"Ih ... amit-amit deh, penampilan begitu terus gue bucin sama dia. Big no ...! seru Bintang.
Ketiganya pun pergi menuju kantin. Mereka selalu jadi bahan perbincangan di sekolah. Bahkan ada yang memberi julukan kalau mereka itu THE MOST RASI BINTANG. Tentu bukan tanpa alasan gelar itu tersirat, karena nyatanya nama mereka itu adalah nama zodiak. Virgo Bintang Bartholin, Aries Pramudita Brayen. Leo Dirgantara Brilian. Hanya saja Bintang enggan dipanggil dengan nama Virgo, tentu saja karena Virgo itu melambangkan seorang wanita, bukan seperti Aries dan Leo.
Entah apa yang ada dibenak orang tua mereka karena memberikan mereka nama yang cukup unik karena orang tua dari ketiga laki-laki itu adalah sahabat juga sejak di sekolah. Persahabatan itu diteruskan oleh anak mereka. Ya, ketiga orang laki-laki itu adalah anak dari pengusaha sukses dan ternama di Indonesia, bahkan Papa Bintang mempunyai banyak bidang bisnis di penjuru ibu kota ini.
"Hai Bin, mau ke kantin ya?" sapa seorang gadis cantik dengan rambut terurai hitam lurus melewati bahunya.
"Hm," jawab Bintang singkat.
"Bareng ya, aku juga mau ke kantin." kata gadis itu sambil meraih lengan Bintang. Bintang menghentikan langkahnya. Pandangannya masih menatap lurus ke depan dan satu tangannya berada di saku celana.
"Priscillia Anandita Gautama, apa mungkin lu mau gue keluarin dari sekolah ini?" Sadar akan hal yang membuat Bintang marah, Priscillia yang kerap dipanggil Sisil itu langsung melepaskan tangannya. Tentu saja dia tak mau cari masalah.
"Lu tu ya nggak berubah sama sekali. Aku tu suka sama kamu sejak sekolah smp, tapi kamu selalu saja cuek. Kamu tuh punya hati nggak sih? Atau bener yang di bilang Aries kalau kamu itu pohon pisang, yang punya jantung doang tapi nggak punya hati?" gerutu Sisil.
"Eits itu kata Leo Sil bukan gue," sahut Aries.
"Bodolah kalian sama aja." jawab Sisil.
"Dasar…" belum selesai Aries bicara, lagi-lagi Bintang memotongnya.
"Cabut cepet, gue udah laper." kata Bintang menoleh pada sahabatnya Aries. Sungguh, ocehan Sisil tak dihiraukan oleh Bintang, dia pun kembali melanjutkan langkah kakinya.
"VIRGO BINTANG BARTHOLIN …." Sisil berteriak dan menghentak-hentak kan kakinya beberapa kali karena kesal di tinggal begitu saja oleh sang pujaan hati. Sedangkan Aries dan Leo hanya tertawa dengan tangan masing-masing ada di bahu Bintang. The most rasi bintang itu hampir sampai di kantin, tinggal belok ke kanan maka tibalah mereka di kantin.
Namun, saat Aries dan Leo asik bicara sambil menoleh sesekali pada Bintang, seorang gadis kembali menabrakkan tubuhnya di dada bidang Bintang. Gadis yang selalu menundukkan kepalanya itu mendongak dan matanya membelalak sempurna ketika melihat siapa yang sudah dia tabrak.
"Lu lagi?" Ya, gadis itu adalah Starla. Dengan berbekal es marimas rasa stroberi dengan bungkus plastik yang dia genggam di tangan, tetapi, kini sudah tumpah dan meninggalkan noda merah di baju Bintang.
"Lu tu ya, bener-bener .…"Bintang menyatukan giginya atas dan bawah, menahan rasa marah dan geram pada gadis itu.
"Ma-maaf, aku, aku itu aku nggak sengaja."
...##################...
Antara marah dan terpesona, entah sikap mana yang mendominasi Bintang, tetapi karena sikap jailnya, tentu saja Bintang ingin menguji murid baru tersebut.
"Awas lu ya, pulang sekolah tunggu gue." Bintang pergi begitu saja di ikuti kedua sahabatnya. Bisik-bisik terdengar jelas di telinga Starla.
"Eh siapa sih dia cari gara-gara sama idola kita,"
"Tau tuh, penampilan kampungan, nggak modis mau cari mati kali,"
"Anak baru carper banget sih,"
"Cari simpatik pasti dia,"
"Eh denger-denger emang banyak anak baru yang di pindah tau, dan kalian tau kenapa?"
"Karena mereka itu pengemis hahaha,"
"Maksud lu?"
"Ya mereka yang pindah itu karena dapet beasiswa full dari sekolah, artinya mereka yang pindah ke sini itu orang miskin euh nggak level banget kan?"
"Astaga, males banget deket-deket mereka."
Tak tahan dengan bisikan itu, Starla berjalan mencari toilet, karena jilbab dia juga sedikit terkena es marimas tadi. Starla mengunci pintu toiletnya dan menyalakan keran. Cukup lama Starla di dalam, dan saat membuka pintu, sudah ada dua gadis yang menunggunya di depan pintu. Starla pikir ketiga gadis itu sedang antri untuk masuk, tetapi saat Starla akan beranjak pergi, salah satu dari mereka menarik jilbab bagian belakangnya.
"Aw aw … kenapa kalian narik jilbab aku?" Starla berbalik badan dan menatap mereka.
"Lu anak baru kan?" tanya Sisil.
"Iya, memang kenapa?" jawab Starla. Sisil, Lilian dan Bella tersenyum sinis mendengar pertanyaan Starla. Bella melepaskan jilbab Starla yang dia tarik tadi dan mendorong tubuh Starla ke tembok. Ketiganya menatap Starla tajam, mata mereka seolah menyimpan sebuah dendam kusuma.
"Kalian itu siapa? Dan kenapa kalian bersikap begini?" Starla hendak berlari pergi, tetapi tentu saja tak bisa karena Lilian dan Bella saat ini sedang memegang kedua tangan Starla agar dia tak pergi bahkan untuk berontak saja tak bisa.
"Gue denger lu cari masalah sama Bintang ya? Punya nyali lu ya? Inget ya, Bintang itu pacar gue, dan apapun yang berurusan dengan Bintang bakal berurusan juga sama gue, ngerti gak lu?" Sisil memegang pipi Starla dan menekannya hingga Starla kesakitan.
"Awas lu sampe macem-macem. Wajah kampungan kayak lu gak pantes buat deket-deket sama the most di sekolah ini." Sisil melepaskan cengkraman tangannya dan pergi bersama kedua sahabatnya.
"Ya Allah, lapang kan lah kesabaran hamba agar hamba tetap bisa menggapai cita-cita hamba. Jangan biarkan orang-orang jahat mendekati hamba Mu yang lemah ini ya Allah Aamiin." Starla memperbaiki hijabnya lalu mencuci tangan dan wajahnya dan memutuskan kembali ke kelas.
"Kamu baik-baik aja?" Starla menghentikan langkahnya dan berbalik untuk mencari sumber suara yang dia pikir telah menyapanya. Starla mendongak sejenak dan kembali menunduk.
"Aku baik-baik aja, memangnya kenapa nanya begitu?" Starla bingung harus panggil kakak atau adik, karena dia tak tau laki-laki di depannya itu siapa, walaupun tinggi badannya sangat melebihi dirinya.
"Nama ku Alvin. Aku kelas XII A dan ketua OSIS. Tadi aku lihat Sisil seluar kamar mandi dengan terbahak-bahak, aku pikir dia nyakitin kamu."
"Baru kali ini ada yang perhatian sama aku ya Allah." batin Starla. "Em ... terima kasih perhatiannya Kak, tapi ahamdulillah aku nggak pa-pa."
"Kamu anak baru ya?"
"Iya Kak, ini hari pertama aku masuk."
"Siapa nama mu?"
"Aku Starla Moonata Putri. Kakak bisa panggil aku Starla."
"Baiklah Starla, sebentar lagi jam istirahat selesai, kalau ada yang mengganggu mu, bilang ya." Alvin mengelus ujung kepala Starla yang sedang menunduk. Starla langsung membulatkan matanya. Starla mendongak dan menatap wajah tampan tanpa noda hitam bahkan jerawat satu pun. Hanya Galang yang yang selalu begitu pada Starla selama ini. Melihat expresi Starla, Alvin langsung tersenyum lebar.
"Maaf Kak Alvin, aku nggak suka dipegang sembarangan walaupun berlapiskan kain." Ucapan Starla tak membuat Alvin kaget ataupun merasa bersalah. Alvin langsung berlalu tanpa minta maaf. "Apa maksud Kak Alvin begitu?" Starla yang tak mau terlambat masuk kelas, tak lantas membuatnya berpikir keras. Starla pun berjalan sambil melihat sekeliling namun masih terlihat sekali raut wajah yang sedih saat ini.
Tiba di kelas, Starla duduk lalu mengeluarkan buku tulisnya. Amara melihat ada yang beda dengan raut wajah Starla, karena tadi pagi saat pertama masuk Starla terlihat sangat semangat untuk belajar. Amara akhirnya membuka percakapan.
"Lu kenapa?" tanya Amara yang membuat Starla sedikit terkejut. Tak langsung menjawab, Starla malah celingukan mencari siapa yang diajak bicara oleh Amara. Namun tak ada orang lain disisi Starla.
"Amara ngomong sama aku?" Starla malah balik bertanya.
"Ya iyalah, masak sama hantu." jawab Amara sinis tapi justru Starla sangat senang karena tempat sebangkunya mau mengajaknya bicara.
"Engga kok, aku gak pa-pa. Makasi ya Amara udah perhatian sama aku." Amara terteguk. Wajah Starla terlihat tulus. Gigi gingsul satu menambah kesan manis untuk senyumannya. Bahkan Amara belum pernah mendapatkan teman yang sebegitu antusias hanya karena ditanya dengan dua kata saja.
"Lu geer banget," Amara kembali menatap lurus ke depan.
"Aku seneng karena Amara mau ngomong sama aku. Apa Amara mau jadi sahabat aku?" Tatapan Starla sangat teduh. Wajahnya benar-benar tulus. Selama ini yang berteman dengan Amara hanya karena Amara kaya. Amara tak pernah melihat bola mata yang tulus pada teman-teman yang mendekatinya.
"Tentu."
"Alhamdulillah, ahirnya Starla punya sahabat juga."
"Lu jangan teriak, lihat semua orang pada noleh." Starla menoleh, menyapu seluruh ruang kelasnya, dan benar saja murid yang berada di kelas semua melirik padanya. Starla hanya membalas dengan sebuah senyuman manis.
"Maaf ya Amara, aku terlalu seneng." Tak lama kemudian the most pun masuk kelas, semua mata yang tadinya tertuju pada Starla, kini teralihkan. Hanya ada yang beda dari salah satu murid terpopuler di sekolah itu. Bintang, dia tengah memakai sweater berwarna merah berpadu dengan hitam. Tatapannya tak teralihkan dari wajah Starla yang juga sedang menatapnya. Menyadari kalau dirinya sedang di lihat oleh Bintang, Starla langsung menunduk. Starla tau kalau Bintang sedang menyalahkannya. Apalagi peraturan di sekolah harus memakai seragam lengkap.
"Kamu takut sama Bintang?" tanya Amara.
"Em iya, sedikit. Tadi aku numpahin es marimas ke baju dia." jawab Starla lirih.
"Pantes dia pake sweater. Gak pa-pa, sebenarnya dia memang terkenal dingin sama semua cewek di sekolah ini. Semoga dia nggak ngapa-ngapain lu." Amarah malah meledek.
"Amara… kamu nakutin aku." Starla meremas ujung jilbabnya.
"Kalau ada yang macem-macem, bilang aja sama gue."
"Sungguh?"
Amara mengangguk.
"Tadi Ka Alvin yang bilang begitu. Sekarang Amara. Di sekolah ini pasti aku bisa punya banyak teman." bathinnya. Tak lama kemudian guru pelajaran tematik pun masuk. Namanya Pak Sobri. Sesuai dengan namanya yang berarti sabar, guru satu ini tak pernah mempermasalahkan penampilan anak dari pemilik tempat dia mengajar.
___________
Jam pulang sekolah pun tiba. Sesuai janjinya, Starla tidak langsung keluar kelas karena harus bertemu dengan Bintang dan menuruti apa maunya.
"Lu kok duduk aja? Nggak pulang?" tanya Amara.
"Em, aku mau ke perpus dulu. Kamu duluan."
"Oh, oke."
Amara pun pulang. Setelah semua buku dan peralatan menulisnya dimasukkan ke dalam tas, Starla menghampiri Bintang.
"Sekarang, aku harus gimana?" Bintang yang sedang duduk langsung mendongak dan tersenyum tipis melihat wajah Starla.
"Eh ... Bintang senyum sama cewek itu, lu liat nggak?" bisik Leo pada Aries.
"Lu harus bersyukur supaya dia nggak jomblo lagi. Udah kita tinggal aja mereka." jawab Aries dan meraih tas punggungnya lalu pergi. Setelah itu tidak ada basa-basi lagi dari mereka.
"Nih, bawain tas gue," titah Bintang pada seraya melemparkan tasnya.
"HAH?"
...################...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!