Ketika Vola pulang dari kuliahnya, ia melihat seorang pria beserta pengawalnya. Pria tersebut sedang menelpon seseorang dan ia memegang sebuah benda di tangannya. Setelah menelpon Pria itu memasukan ponsel tersebut di kantongnya tapi ia tidak menyadari jika ponsel tersebut jatuh. Ia dan para pengawalnya masuk ke mobil dan melaju pergi.
Vola memungut ponsel tersebut, ternyata ponsel limitid edisi, ia pun membuka menbolak balik ponsel tersebut.
"Wah ini ponsel paling mahal sejagat raya, ya sudahlah simpan dulu siapa tau penting, kalo ketemu orangnya baru di kembalikan" kata Vola memasukan ke dalam kantongnya.
Sesampai di rumah ia sempat melihat idi ponsel tersebut. Ia melihat sedikit datanya yaitu tentang rahasia proyek penting, karena Vola jurusan desain ia sedikit mengerti. Setelah itu Vola berganti pakaian untuk berangkat ke toko kue untuk berkerja.
"Hai," sapa Vola kepada teman-temannya yang sudah datang.
"Juga," jawab Fitri melambaikan tangannya kepada Vola.
"Rini mana?" tanya Vola melihat sekeliling.
"Kayaknya dia ngak dateng deh, 'kan kamu tau tadi malam dia bilang mau kencan sama kencan butanya" jelas Fitri.
"Iya juga, terus kamu ngak kencan juga biar hari ini aku kerja sendirian gitu," kata Vola menawarkan.
"Enggak lah Vola, kasian nanti kamu capek," kata Fitri mengantung manja di lengan Vola.
"Alah" ujar Vola melirik ke Fitri senyum.
"Oke saatnya beraksi" kata Fitri memegang kek untuk di hias dengan batter cream.
Vola dengan wajah manyunnya mengambil kue tart untuk di hias juga.
Sekitar jam 19:34 malam toko di datangi oleh pengawal.
"Tuan jika di lihat dari GPS ponsel itu terlihat di dalam toko ini," kata salah satu pengawal tersebut.
"Teruskan mencarinya," jawab sang Tuan itu.
Salah satu pengawal itu menemukan sesuatu yang mengarahkan ke tas Vola dan mengacak-acak tas tersebut. Akhirnya pengawal menemukan benda yang mereka cari.
"Tuan saya telah menemukannya," kata pengawal yang berbadan besar.
"Dimana kamu menemukannya?" Tanya Tuan itu.
"Di dalam tas ini Tuan," jawab pria berbadan besar itu sambil mengangkat tas milik Vola.
"Hey... kembalikan tasku," teriak Vola mencoba meraih tasnya.
"Bawa wanita itu," perintah Tuan tersebut.
"Baik Tuan," jawab pria besar itu mengangguk dan menarik tangan Vola.
"Hey... lepaskan, apa kalian menculik seseorang di tempat ramai seperti ini," teriak Vola meronta-ronta.
"Masukkan dia ke mobil," kata Tuan itu.
"Baik tuan," jawab pria besar itu melempar Vola ke dalam mobil tersebut.
"Dasar kurang ajar kalian, apa ngak bisa pelan sedikit dengan seorang perempuan, dasar sekelompok pria kasar," umpat Vola sambil memegang pinggangnya sakit.
Para pengawal pun masuk kemobil mendampingi Vola.
"Kalian lepaskan, aku akan telpon polisi," teriak Vola.
Pria besar itu langsung menyambar ponsel Vola dan menyimpan di saku jasnya.
"Hey... kembalikan kalian tidak punya hak mengambil hak orang lain," jerit Vola histeris.
"Hey… kembalikan," teriak Vola sambil mencoba mengapai ponselnya di saku jas pria itu.
"Jangan berisik," kata pria yang berbadan besar.
Pria itu mengikat tangan Vola, menutup matanya dan menutup mulutnya.
Vola hanya bisa meronta-Ronta dengan suara seadanya.
Sesampainya di sebuah rumah, pria besar itu membuka ikat tangannya, cepat-cepat Vola membuka penutup mata dan penutup mulutnya. Vola melihat rumah yang sangat mewah.Vola ternganga melihat kemegahan rumah tersebut.
"Ayo masuk," kata sang pengawal tersebut menarik tangan Vola.
"Hey... lepaskan mau kalian bawa kemana?" Tanya Vola dengan berteriak.
"Ayo ikut kami," kata pria besar itu.
Vola mau tak mau mengikuti para pengawal itu masuk ke dalam rumah.
Sesampainya di ruang tamu. Vola di suruh duduk di sofa yang sangat empuk.
Vola hanya terdiam menundukan kepalanya.
"Apa kamu tau kenapa kamu bisa di sini?" Tanya pria yang ada di depannya.
Vola hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Kamu telah mencuri ponsel saya," kata pria itu membuat Vola kaget dan langsung mendonggakkan kepalanya memandang wajah pria tersebut.
Vola terpesona melihat wajah tampan pria di hadapannta itu.
"Apa yang kamu lihat, saya sedang bertanya?" Kata pria itu menyadarkan Vola dari terpesonanya.
"Hey, jangan sembarangan menuduh, aku tidak mencurinya," kata Vola membela diri.
"Terus kenapa ada denganmu?" Tanyanya lagi.
"Saya hanya menemukannya," jawab Vola sewot.
"Apa kamu melihat isi dalamnya?" Tanya pria itu mengintrogasi.
"Hanya lihat walpapernya," jawab Vola dengan wajah dongkol karena pertanyaan pria tersebut tak ada habisnya.
"Apa kamu melihat isi datanya?"
"Tidak."
"Jangan berbohong," tukas pria itu.
"Aku tidak melihatnya!" teriak Vola karena kesal.
"Saya tidak percaya jika kamu tidak penasaran isinya," ujarnya tak percaya
Pria tampan itu menatap Vola lekat-lekat membuat Vola ketakutan dan menundukkan kepala menghitung jari-jari tangannya, meskipun ia tau jari tangannya ada sepuluh.
"Katakan dengan jujur atau teman-teman terdekat mu jadi sasaran!" ancam Pria itu.
"Baiklah,saya akan berkata jujur bahwa saya telah melihat sedikit data rahasia itu," jawab Vola ketakutan.
"Bagus, kenapa kamu tidak jujur sejak awal? Jika begini tidak perlu pengawal saya repot-repot kesana dan melibatkan temanmu," kata pria itu lagi
"Saya mohon jangan sakiti mereka, mereka tidak tau apapun, biar saya menanggung atas kesalahan saya sendiri," kata Vola memohon.
"Baiklah, kurung dia," perintah Tuan itu.
Pengawal tersebut mengangguk dan menarik tangan Vola.
"Hey... lepaskan, kalian mau bawa aku kemana?" Jerit Vola dan berusaha melepaskan tangannya dari gengaman pria besar tersebut.
Mereka melempar Vola keruang kosong tersebut dan menutup pintunya.
"Hey... keluarkan aku dari sini dasar maniak, Tuan kalian juga maniak, semua keluarga kalian maniak," teriak Vola menendang-nendang pintu yang terkunci dari luar tersebut.
BERSAMBUNG
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DAN LIKE
Karena tak ada sahutan dari luar, Vola berhenti mengumpat, ia duduk disudut ruangan dengan berjongkok.
"Bodohnya aku, coba dari awal aku tidak peduli dengan isi kotak tersebut dan melihat isi datanya, mungkin takkan jadi seperti ini," kata Vola sambil memukul-mukul kepalanya menyesal.
"Semoga saja Fitri dan Rini juga tak terlibat masalah ini," ujarnya sambil mengengam tangannya.
Vola hanya termenung tanpa ia sadari ia tertidur bersender di dinding ruangan itu.
Cklek
Pintu ruang tersebut terbuka, para pelayan mengantarkan makanan dan sehelai selimut.
Vola terbangun mendengar suara dentingan piring tersebut.
"Nona sudah bangun, ayo di makan," ujar pelayan setengah baya itu.
"Terima kasih Bibi," kata Vola melahap makannya karena ia sangat lapar.
"Pelan-pelan Nona nanti tersedak," kata bibi pelayan itu.
"Bi, ini udah jam berapa?" Tanya Vola dengan nasi yang masih di mulutnya.
"sudah pukul 00:30 menit," jawab pelayan itu.
"Oh baiklah, aku akan cari cara untuk keluar dari sini," kata Vola dalam hati.
Vola menghabiskan makanannya dan melirik kearah luar pintu, ternyata ada 2 orang pengawal yang berbadan besar.
"Bagaimana cara aku keluar jika pengawalnya di sini?" Tanya Vola dalam hati.
"Ya sudah saya pergi dulu ya," kata bibi pelayan itu.
"Terima kasih Bi," ujar Vola.
"Bagaimana aku keluar?" Tanya Vola kebingungan.
"Pengawal aku mau ke kamar mandi," teriak Vola.
"Di dalam sana ada kamar mandi," kata pengawal tersebut.
"Ha?" Vola kebingungan di sini sama sekali tidak ada pintu.
"Dimana?" Teriak Vola kebingungan. Karena yang ia lihat hanya dinding berwarna coklat.
"Coba dekati dinding yang berwarna coklat dan dan lihat di sana ada tombol," jelas pengawal itu.
Vola mencoba mendekatinya, ternyata benar disana ada tombol berwarna hitam. Ia pun memencet tombol tersebut, ternyata benar pintu terbuka dari balik tembok coklat itu.
"Sungguh rumah yang mewah, ruang kosong saja toiletnya canggih," kata Vola sambil menganguk- angguk.
Ia pun masuk toilet tersebut dan melihat-lihat, kira-kira ada sebuah jendela kecil untuk di lewatinya. Yang di lihat hanya lubang pentelasi, hanya tikus yang muat di sana.
Akhirnya Vola kembali ke tempat semula untunglah ada selimut yang kasih tadi. Vola membalutnya dengan selimut tersebut. Ia berusaha tidur meski dingin terasa.
Tok... tok...
Cklek.
"Nona ayo bangun," panggil bibi pelayan.
"Hoaaaam... Kenapa Bibi sudah datang?" Tanya Vola yang masih mengantuk.
"Iya saya sedang mengantarkan sarapan," ujar Bibi pelayan.
"Emangnya sudah jam berapa Bi?" Tanya Vola mengucek-ngucek matanya.
"Jam 09:00 pagi," kata Bibi itu lagi.
"Apaaaa...! Saya harus kuliah Bik," kata Vola berdiri hendak pergi keluar.
"Maaf Nona, Tuan bilang Anda tidak boleh kemana-mana," ujar bibi.
"Apa dia gila! Mengurung seseorangan itu sebuah kejahatan, apa dia tak pernah sekolah, sehingga tidak mengerti hukum," omel Vola.
"Sssstttt... jangan kencang-kencang bicaranya, jika Tuan dengar, habislah Nona" kata bibi menutup mulut Vola.
"Apa dia sekejam itu?" Tanya Vola mengangkat alisnya.
"Dia tidak kejam, cuma dia tidak suka sama seseorang yang menantangnya," kata bibi lagi.
"Tapi bagaimana denganku, aku tak boleh bolos kuliah," kata Vola.
"Maafkan Bibi juga tak bisa apa-apa," ujar bibi. "Ya sudah Bibi kedapur dulu," sambungnya lagi.
"Ya Bi terima kasih," ucap Vola. Melihat makanan enak Vola tak bisa menahannya, ia langsung melahap makanan itu sampai habis.
"Saya pikir kamu akan mogok makan dan merengek ingin keluar, sepertinya kamu baik-baik saja, jika begitu tinggallah di sini lebih lama lagi," ujar Bilow melipat tangannya sambil bersender di pintu.
"Sejak kapan dia datang?" Tanya Vola dalam hati.
"Aku ngak mau mati dengan sia-sia di sini, aku harus punya energi untuk melarikan diri, ups...," Vola keceplosan dan langsung menutup mulutnya.
"Astaga, apa yang aku ucapkan, aku telah membocorkan rahasianya," kata Vola pelan memandang kesamping kirinya.
"Percuma rasanya kamu kuliah, tapi otakmu bodoh!" Ujar Bilow menusuk jantung hati Vola. Vola langsung memegang dadanya, ngak di tusuk kok sakit ya?
"Kamu...," Vola tak bisa berkata-kata sambil mengengam erat tangannya.
"Tutup kembali pintunya," perintah Bilow.
"Baik Tuan," ujar pengawal itu.
"Hey... kalian tau 'kan menyiksa seseorang itu sebuah kejahatan, Kalian akan di hukum, lihat saja jika aku keluar nanti, aku akan lapor Polisi," teriak Vola sambil menendang-nendang pintu tersebut.
"Dia masih saja bodoh," ujar Bilow tersenyum.
"Kalian jika tidak mengeluarkanku, keluargaku akan datang dan menghukum kalian, jika waktu itu sampai, kalian terimalah akibatnya," teriak Vola memukul- mukul pintu itu lagi.
"Tuan apa baik-baik saja jika mengurungnya, bagaimana jika yang dia bicarakan benar, jika sampai keluarganya akan menuntut kita," kata Bibi pelayan khawatir. Bibi Asih adalah kepala pelayan di rumah Bilow, dia yang mengurus segala sesuatu tentang rumah itu, namun ia sangat baik hati.
"Tenang saja, dia hanya mengertak, dia punya keluarga tapi dia tak di sayang, dia hanya tinggal di sebuah kontrakan kecil, lebih kecil dari ruang kosong itu" jelas Bilow.
"Sungguh anak yang malang," ujar Bibi Asih. "Kalau begitu saya permisi dulu Tuan" sambungnya lagi sambil menundukan kepalanya.
"Bi, tolong perhatikan pola makannya" ucap Bilow.
"Baik Tuan" kata bibi dan pergi.
***
"Arrghhhhh... sampai kapan aku akan dikurung, membosankan!" Teriak Vola. Ia melihat keluar jendela, ia berusaha mengetuk jendelanya, ternyata sangat kuat.
"Huh, membosankan! Ponsel juga ngak ada, mau ngapain juga," gerutu Vola. Akhirnya Vola memilih tidur. karena hanya di beri selimut, ia bergulung di selimutnya.
Pintu terbuka.
Bilow menatap Vola yang tidur sangat jelek, membuat bilow tersenyum.
"Wanita satu ini, tingkat kewaspadaanya sangat rendah, dia malah tidur nyenyak di rumah musuh," kata Bilow menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang sempat di tendang Vola tadi.
"Jhoni, bawakan kasur ke sini," ujar Bilow.
"Baik Tuan," kata pengawal itu langsung pergi.
Datanglah Jhoni membawa tempat tidur untuk Vola. Bilow mengangkat Vola ke atasnya. Setelah merasa sudah selesai Bilow pergi dan kembali menutup pintunya.
Tak berapa lama.
Bruuk.
"Aduuh!" Teriak Vola kesakitan. Ia jatuh dari tempat tidur.
"Ha? Sejak kapan ada tempat tidur di sini, apa aku bermimpi? tapi kenapa rasa sakitnya terasa sekali," ujarnya kebingungan.
Ia melirik tempat tidur yang ia sekarang duduki. Sangat empuk dan mewah. Beda sekali dengan tempat tidur di kontrakan kecilnya, loncat-loncat aja ngak ada mantul, keras banget, udah gitu tipis malah kayak seperti tidur di lantai.
"Ya... ya... setidaknya ia punya hati sedikitlah," ujar Vola mengangguk-angguk.
BERSAMBUNG.
JANGAN LUPA LIKE DAN SARAN.
Vola loncat-loncat di atas kasur tersebut sambil tertawa.
"Hahaha... ini sangat menyenangkan," ujar Vola tertawa.
Cklek...
Pintu terbuka, Bilow masuk kekamar Vola, sedangkan vola masih meloncat-loncat.
"Hey... kamu pikir ini taman bermain?" Tanya Bilow. Vola langsung berhenti menloncat.
"Tuan yang baik hati, kapan saya akan keluar?" Tanya Vola memelas.
"Jika di lihat, kamu sepertinya betah di sini, jadi tinggallah di sini untuk selama-lamanya," kata Bilow menutup kembali pintu kamarnya.
"Dasar Tuan yang menyebalkan, rugi rasanya tadi aku mengatakan jika dia baik, manusia yang menjengkelkan seperti dia ingin rasanya kutendang ke planet merkurius biar gosong dia, tidak ada yang jahat lagi di muka bumi ini," Teriak Vola sambil loncat-loncat di kasur tersebut.
"Gadis ini, dia memakiku sambil loncat-loncat di kasur pemberianku itu," ujar Bilow yang menguping di balik pintu.
Bibi pelayan datang mengantar makanan untuk sarapan Vola.
"Tuan," sapa Bibi menundukan kepala tanda hormat.
"Bawa pulang kedapur makanan ini, tidak ada sarapan untuknya hari ini," ujar Bilow memberi perintah.
"Eh, baik Tuan," kata bibi itu menerima perintah, meskipun dia binggung.
"Hey... Tuan yang busuk, aku lapar... aku mau makan, biasanya jam segini sudah datang sarapannya, kenapa pagi ini belum datang juga," teriak Vola yang masih loncat-loncat.
"Pantesan Tuan tidak memberinya makan, ternyata Nona sudah memaki Tuan," kata Bibi itu, belum sempat beranjak dari situ terdengar Vola berteriak lagi.
"Jika 2 jam lagi tidak datang sarapannya, aku akan memanggilmu Tuan pelit, lihat saja nanti," teriak Vola lagi. Bibi menggelengkan kepalanya dan pergi ke dapur kembali sambil membawa makan tersebut kembali.
2 jam kemudian.
"Aaaaaaaaa... mana makanannya, aku benar-benar lapar sekarang," kata Vola memegang perutnya. "Ternyata dia benar-benar pelit," sambungnya lagi.
3 jam...
4 jam...
5 jam...
Sore harinya...
Krucuk... krucuk...
Perut Vola terdengar nyaring, cacing di perutnya kelaparan.
"Bahkan dia tidak memberi makan siang untukku, jika malam nanti dia juga tidak memberi makan lagi, keesokan harinya aku pasti sudah jadi arwah," kata Vola menghempaskan tubuhnya di kasur.
Cklek...
Bibi mengantarkan makanan untuk Vola yang di ikuti Bilow.
"Ternyata kamu sudah kelaparan, saya kira kamu kenyang dengan ocehanmu itu," ujar Bilow membuat Vola muntah darah.
"Ayo di makan Nona," kata Bibi itu.
Vola langsung mengambil makanan yang di sediakan di piring. Vola melahapnya tanpa malu-malu.
"Saya seperti memelihara Harimau di rumah ini. Makanlah kenyang-kenyang agar kamu punya tenaga untuk mengoceh lagi," kata Bilow meninggalkan kamar Vola. sungguh menusuk hati.
"Bibi, apa mulut Tuan kalian setajam pisau?" Tanya Vola memegang dadanya.
"Tidak Nona, Tuan sangat baik," kata Bibi membela.
"Bahkan Bibi tidak membelaku padahal kita sama-sama perempuan," kata Vola merasa sakit hati.
"Ya itulah kenyataanya Nona," kata Bibi lagi.
"Ini Bi, aku tak selera lagi untuk makan, setelah aku di katai Tuan Anda Bi," kata Vola mengembalikan piring kosong.
"Jika kamu tak selera makan, kalau begitu tidak ada makanan lagi untukmu," ujar Bilow yang ternyata masih belum pergi dari sana.
Vola langsung pingsan karena syok.
***
Keesokan paginya Vola bangun dari tidurnya. Sudah seminggu Vola di kurung di rumah Bilow. Bukan hanya bosan, Vola juga sering sakit mendengar ucapan Bilow.
"Aaaaaaa... kapan aku keluar dari sini, sangat membosankan sekali, dasar makluk menyebalkan, dia pikir enak di kurung di sini, jika ada ponsel bisa aku bermain game," Teriak Vola galau.
"Nih ponselmu," ujar Bilow melempar ponsel di kasur. Vola langsung mengambilnya mengecek isi ponselnya dan ternyata kartu SIM-nya di cabut.
"Bagaimana aku bermain game online," kata Vola geram.
"Buat berjaga-jaga agar kamu tidak membocorkan informasinya."
"Aku janji tidak akan membocorkan informasinya."
"Apa jaminannya jika kam benar-benar tidak membocornya."
"Jaminan? jaminan apa?" Tanya Vola binggung.
"Jaminannya adalah hidupmu," kata Bilow lagi-lagi membuat Vola syok.
"Hidupku? Hidupku sungguh tak berharga bahkan di jadikan jaminan," lirihnya menundukkan kepala.
"Karena saya berbaik hati, jadi saya akan melepaskanmu dengan syarat jaminan hidupmu, jadi sekarang kamu bebas dan keluar dari rumah saya," kata Bilow mengusir Vola.
"Setelah Anda mengurungku hingga seminggu, sekarang Anda mengusirku dengan cara tak terhormat Tuan," ujar Vola kesal.
"Ya, saya menyesal karena telah mengurungmu karena selain kamu berisik, kamu juga rakus, menghabiskan makanan saya dengan sia-sia."
"Ketika aku ingin pergipun dia masih saja berbicara tajam," bisik Vola. Vola langsung pergi keluar rumah Bilow.
"Aaaaaaaaa... akhirnya aku bebas... aku bisa menghirup udara segar, sungguh menyebalkan di rumah itu, meskipun rumah mewah, aku cuma kebagian ruang kosong saja, dasar BILOW YANG MENYEBALKAN PERGI KE PLANET PLUTO SANA DAN JANGAN KEMBALI LAGI," pekik Vola. Tanpa ia sadari, ia tersandung batu dan jatuh terjungkang.
"Brengsek, bahkan batu pun tidak membiarkanku hidup tenang," umpat Vola. Ia mengambil batu tersebut dengan geramnya ia langsung melempar batu kearah rumah Bilow. Memang batu tersebut tidak sampai mengenai jendela rumah Bilow, tapi batu tersebut mendarat di kaca mobil pengawal Bilow.
Trank...
Kaca mobilnya pecah.
"Astaga, apa yang telah aku lakukan?" Tanyanya binggung. Para pengawal turun kebawah untuk memastikan apa yang terjadi. Vola lari terbirit-birit, ia pun tak tau kearah mana ia lari.
"Apa yang terjadi?" Tanya Bilow.
"Kaca mobilnya pecah Tuan," jawab Jhoni.
"Siapa yang melakukannya?" Tanya Bilow lagi.
"Sepertinya Nona Vola Tuan," jawab Jhoni memberi tau.
"Gadis itu sungguh berani sekali," ujar Bilow tersenyum sinis.
"Baiklah, ganti mobil baru, saya akan buat perhitungan padanya," kata Bilow memberi perintah.
"Baik Tuan," Jawab Jhoni membungkukan badannya. Bilow masuk kembali kedalam rumahnya.
Di sisi lain.
"Kemana aku pergi, ini bukan jalan pulang, uangpun aku ngak punya, tasku masih ketinggalan di sana, mana mungkin aku menjemputnya kembali setelah aku memecahkan kaca mobilnya, dasar pelit, seharusnya sebelum pulang dia memberikan uang untuk aku pulang, aaaaaaaa... jika di pikir-pikir dia makluk paling menyebalkan di dunia ini," teriak Vola mengarukkan kepalanya.
"Pak apa tau di mana jalan kampus BW?" Tanya Vola kepada salah satu bapak yang sedang lewat.
"Oh, jalannya ke arah kiri, kemudian kiri lagi, belok kanan, kemudian kiri, kekiri lagi, kemudian kanan dan kanan, nanti sampai di kampus tersebut," jawab Bapak itu memberi arahan. (Sebenarnya ikuti saja raya besar, meskipun ada belokan ya tetap saja jalan besar).
"Oh, baiklah terima kasih," ucap Vola mengangguk-angguk tak mengerti. Bapak itupun pergi.
"Ya sudahlah, tanya orang-orang saja di sepanjang jalan nanti." kata Vola bingung.
BERSAMBUNG
JANGAN LUPA LIKE DAN SARAN YA
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!