NovelToon NovelToon

Nature'S Other Relationship

Ketakutan.

BHUUUK...

"Aaaaugh!" Ringis seorang pemuda menabrak seorang gadis berusia berkisar 20 tahun. Pemuda itu menatap gadis yang sangat cantik menawan berwajah lembut, kulit putih bersih, tanpa polesan diwajah. Bibir merah merona sangat natural.

"Sekuat itu aku menabraknya tapi dia tidak terjatuh." Batin Altezza, berusaha berdiri tanpa dibantu wanita yang tak bergeming menatapnya.

"Kau baik baik saja Tuan?" Tanya gadis itu tanpa mengulurkan tangan lembutnya yang masih berada didada.

"Mungkin dia menahan sakitnya!" Altezza kembali membatin.

Gadis itu pergi meninggalkan Altezza kemudian menghilang diperempatan jalan.

"Busyeeet! Cepet banget ngilangnya?" Bisik Altezza.

"Aaaugh yah, aku lupa! Aku ada pertemuan dengan Keluarga Locateli di Mansion mereka." Batin Altezza.

Bergegas Altezza melangkahkan kaki, menuju Mansion Keluarga Locateli yang tengah berduka atas kematian Putrinya Praavena Locateli yang dibunuh oleh orang asing kemaren malam.

Altezza tiba di Mansion milik Locateli, begitu banyak karangan bunga menghiasi halaman.

"Selamat siang Tuan, apakah anda kerabat dari Nona Muda?" Tanya penjaga saat Altezza hendak memasuki perkarangan.

Altezza tertegun, dia hanya menemani sahabatnya Barita yang akan ikut melayat ke keluarga ini. "Hmmm, sebentar! Saya hubungi sahabat saya dulu!" Ucap Altezza pada penjaga.

Altezza merogoh handphone miliknya, menghubungi Barita.

"Ck, angkat Barita!" Bisiknya.

📞"Ya!"-Barita

📞"Kau dimana?"-Altezza

📞"Aku masih di Greja dekat Mansion Keluarga Locateli, kemarilah!"-Barita

📞"Ya, aku kesana!" Altezza menutup telfonnya, memasukkan ponsel miliknya ke kantong bajunya.

Altezza berlalu meninggalkan kediaman Locateli tanpa peduli dengan penjaga menuju Greja yang dimaksud.

Saat Altezza hadir. Pemakaman telah selesai dilakukan, beribu macam karangan bunga untuk Keluarga Locateli disetiap sudut area pemakaman. Semua keluarga hanya menatap kearah Altezza tanpa menyapa, karena mereka memang tidak saling mengenal.

Mata Altezza tertuju pada gadis yang berdiri dibalik pohon, "itu kan gadis yang aku tabrak tadi! Ngapain dia disana? Kesambet baru tahu rasa!" Kekeh Altezza berusaha mendekati gadis itu.

Tapi lengan Altezza ditahan oleh Barita, "kau mau kemana? Kita ke rumah Keluarga Locateli!" Tegas Barita.

"Hmm!" Altezza menoleh ke arah pohon, menunjuk, tapi gadis itu sudah menghilang tanpa jejak. "Ya!" Ucap Altezza mengikuti langkah Barita menuju mansion Keluarga Locateli.

Sepanjang perjalanan Altezza memikirkan gadis itu, "kenapa dia menghindar? Apakah dia sahabat keluarga ini? Kenapa mereka tidak menyapa gadis itu?" Batin Altezza sepanjang jalan.

Barita menatap aneh pada sahabatnya, "kau kenapa bro? Dari tadi cengok aja kayak memikirkan hutang triliunan!" Kekeh Barita merangkul bahu sahabatnya.

"Hmmm, tidak! Aku sedang memikirkan gadis yang meninggal itu? Apa kau mengenalnya?" Tanya Altezza mulai penasaran.

"Dia salah satu teman ku! Aku akan melakukan pemotretan dengannya, tapi takdir berkata lain! Dia meninggal setelah di bunuh oleh seorang wanita di club keluarganya." Jelas Barita.

"Ooogh, ya! Aku lupa kau seorang bintang iklan yang sangat tampan di negeri ini!" Goda Altezza.

"Apa kau sedang mengejekku?" Barita mendekap erat leher sahabatnya. "Bagaimana pekerjaanmu mencari berita? Kenapa kau tidak menyelidiki kematian Praavena Locateli!" Ucap Barita menyadarkan Altezza.

Deg. "Apa kau ada foto gadis itu? Aku akan memasukkannya ke media hari ini! Ini akan menjadi berita terbaikku bulan ini!" Altezza berfikir sembari berharap Barita akan memberikannya.

"Heeeeii, dengar! Wanita ini sangat aneh! Dia seperti tidak mati! Tapi dia dinyatakan sudah mati! Semua tengah membicarakan saat pemakaman tadi! Makanya, jika kau sebagai wartawan, harus cepat tanggap!" Jelas Barita menggoda Altezza.

Altezza hanya mengangguk tak mengerti atas apa yang diucapkan Barita barusan. Baginya memberitakan kematian akan membuat petaka untuk dirinya sendiri.

Tibalah mereka di Mansion Locateli. Altezza menatap foto foto yang berbaris dimeja pajangan ruang tamu.

Sheer, "gadis ini? Inikan gadis yang tadi? Apa aku salah lihat? Ooogh God! Apakah dia hantu?" Jantung Altezza berpacu menatap mata gadis yang tersenyum manis di foto itu. Matanya tak berkedip, darahnya mendesir, tangannya terasa dingin.

Altezza menelan salivanya, menatap lagi dan lagi foto itu.

"Baaagh!" Kejut Barita dibahu Altezza.

"Anjiiing! Kaget tau! Apa dia benar benar mati bro?" Tanya Altezza pada Barita dengan berbisik.

"Ya iyalah! Tadi itu pemakamannya! Nggak mungkin yang dikubur tadi batu bata kan?" Kekeh Barita.

Sheeer, darah Altezza semakin mendesir hebat, "ini nggak bener! Aku pasti salah lihat!" Batin Altezza semakin takut nggak karuan.

"Kenapa? Apa kau mengenalnya?" Tanya Barita penasaran.

Altezza menatap Barita, "eeehm, nggak! Dia bukan kelas ku bro! Kau tau aku hanya wartawan yang haus sama berita!" Kekehnya mengalihkan pikiran dan perasaannya.

"Hmm, yuuk! Kita salaman, trus pulang! Aku ada kerjaan!" Ajak Barita membawa Altezza bersalaman dengan keluarganya.

Lagi lagi mata Altezza dikejutkan dengan gadis itu dari balik jendela, menatap kearahnya.

Altezza mengalihkan pandangannya, hanya menunduk takut. Tangannya sedingin es. Meremas jacket Barita yang tengah berdiri disampingnya.

"Kau kenapa?" Tanya Barita melihat sahabatnya sangat pucat. "Apa kau lapar?" Bisik Barita pada Altezza.

Altezza berlalu dengan cepat, ingin segera meninggalkan mansion yang sangat horor baginya. "Kenapa gadis itu menatapku seperti akan memakanku? Apakah dia akan membunuhku seperti kematiannya?" Batin Altezza berkecamuk merasa dihantui oleh gadis cantik itu.

Altezza memasuki mobil milik Barita, meminta diantar hingga halte biasa dia menunggu mono rel. "Setidaknya aku harus menenangkan pikiranku. Mungkin aku kelelahan!" Batinnya menghela nafas lebih dalam menyandarkan tubuhnya di jok mobil Barita.

Barita menatap aneh akan sikap Altezza, memilih melajukan kendaraannya menuju apartemen sahabatnya.

"Kenapa kau mengantarku?" Tanya Altezza menatap Barita yang masih fokus pada badan jalan.

"Kita beli makanan dulu, kau pasti lapar! Dari tadi aku lihat kau seperti ketakutan! Kau kenapa? Apa kau sedang melihat hantu yang sangat mengerikan?" Tanya Barita dengan mimik wajah serius.

"Hmm, ntahlah! Aku merasa tidak nyaman berada di mansion Locateli tadi! Sekarang aku sudah lebih tenang! Mungkin aku terlalu lelah karena kemaren aku pulang agak larut! Jadi saat ini aku butuh istrahat!" Jelas Altezza dengan nada datar.

"Ooogh, baiklah! Kita beli makanan dan kau istirahat! Aku akan kembali ke studio! Ada pemotretan untuk iklan ku!" Senyum Barita.

Altezza mengangguk setuju, mereka membeli makanan, kemudian Barita mengantarkan Altezza keapartemen miliknya.

Sebelum Barita berlalu, dia berpesan agar Altezza tidak memikirkan hal itu. Dengan langkah lemas Altezza menaiki anak tangga menuju apartemen miliknya yang berada dilantai dua. Dia merogoh kunci dari dalam tas, memutar anak kunci,

CEKLEEK,

Mata Altezza tertuju pada sosok seorang gadis tengah duduk di sofa tamu menatap teduh Altezza, seketika.

BHUUUK,

Altezza pingsan tak sadarkan diri, melihat sosok gadis nan cantik rupawan ada dihadapannya.

"Kenapa dia menghantuiku!" Alam bawah sadar Altezza mengutuki wanita itu, berharap semua hanya mimpi.

-----------*********

Kita kenalan dulu sama sosoknya yah. Biar semakin seru.

Nama: Altezza

Usia: 24 tahun

Pekerjaan: Wartawan

Status: Single

Karakter: Baik, lembut, tegas

Berdarah Jepang, Italy.

Hubungan dengan karakter lain: Sahabat Barateli, memiliki hubungan dengan Praavena Locateli didunia yang berbeda.

Nama: Barita

Usia: 24 tahun

Pekerjaan: Model dan Manager Bank Swasta

Status: Single

Karakter: Keras kepala, egois, baik, perhatian.

Berdarah Italy

Hubungan dengan karakter lain: Sahabat Altezza, Sahabat Praavena Locateli di alam yang lain.

Nama: Praavena Locateli

Usia: 22 tahun

Pekerjaan: Model

Status: Single

Karakter: Keras kepala, egois, baik, perhatian.

Berdarah Italy

Hubungan dengan karakter lain: Kekasih Altezza di alam yang berbeda, menjalin hubungan dengan Barita dialam mereka.

*****************************

Semoga suka dengan visualnya yah reader...

Happy reading...🔥🤗

Jangan lupa Like and Vote...😘

Kaget.

Praavena menatap tubuh Altezza yang terbaring lemas diranjang milik pria Jepang itu. Kamar apartemen yang cukup untuk dua orang terlihat sangat rapi dan bersih. "Ternyata dia pria melankolis yang sempurna." Bisik Praavena. "Dia pria biasa yang sangat tampan!" Tambah Praavena dalam kesendiriannya.

Apartemen milik Altezza.

Praavena tersenyum tipis, saat melihat Altezza terjatuh pingsan, gadis itu langsung membawa pria sipit itu keranjang miliknya tanpa ada kesulitan yang berarti. Perlahan Praavena mengambil paperbag yang masih berada di lantai. Membawa ke meja makan.

"Hmm, setidaknya bisa membuat pria ini kenyang!" Batin Praavena.

Praavena kembali duduk disofa, tak melakukan apapun. Dia hanya memandang langit langit ruangan yang sangat kecil dibanding kamar miliknya. "Ini sebesar kamar mandi ku!" Kekehnya membatin.

"Tapi aku nyaman ada disini! Pria itu memiliki sesuatu, sehingga mampu melihatku!" Praavena masih terdiam tanpa melakukan apapun.

Memasak dia tidak bisa, mencuci apalagi, dia hanya gadis manja yang tidak bisa melakukan apa apa hingga diakhir hayat hidupnya.

⌛ 1 jam berlalu, Altezza mengerang terjaga, perutnya terasa sangat perih, kakinya masih lemas. Perlahan membuka mata, mencari sosok yang sangat menakutkan tadi.

Praavena mendekat, "kamu sudah bangun?" Tanya Praavena membuat Altezza kembali terlonjak kaget meringkuk dikepala ranjang miliknya.

"Aaaaa, pergi pergi! Jangan bunuh saya! Saya tidak akan mengganggu mu! Pergilah! Anggap aku tidak pernah menabrakmu tadi! Maafkan aku! Jangan mencekik ku! Aku mohon! Aku disini hanya seorang diri!" Tangis Altezza pecah kerena takut, tanpa dia sadari air seninya membasahi ranjang. Badan yang sejak tadi lemas kembali menggigil ketakutan.

Praavena terdiam, tak berani bicara apalagi menyentuh Altezza. Dia terus menatap Altezza yang menurutnya sangat lucu. Perlahan Praavena menyentuh tubuh yang menggigil dari balik selimu, "tenanglah! aku tidak akan menyakitimu!" Ucap Praavena memilih kembali duduk di sofa.

Praavena terkekeh dalam hati, melirik dari kejauhan Altezza. "Kenapa dia berfikir aku akan membunuhnya, hmmm! Aneh!" Praavena menggumam, berusaha mengalihkan pikiran ke alam yang berbeda.

⏳ Beberapa detik kemudian Altezza memberanikan diri membuka selimut yang menutup tubuhnya, perlahan mendongakkan kepala. "Apa kau masih disini?" Tanya Altezza mulai penasaran.

Praavena menoleh, menatap sendu wajah sipit yang menarik perhatiannya, "ya aku disini!" Jawab Praavena dengan senang hati. "Boleh aku menghampirimu? Setidaknya kita berkenalan!" Tatap Praavena pada Altezza.

"Tidak tidak! Kau disana saja! Aku buang air kecil karena ulahmu menakutiku!" Sungut Altezza bergegas menuju kamar mandi.

Praavena tersenyum, bergegas dia membantu Altezza membereskan seprai yang bau ompol secepat kilat, mencari sprei pengganti menggunakan kekuatan mata. Entah dari mana gadis itu bisa melakukannya. Baru beberapa menit dia masuk ke dunia yang berbeda, seperti terjaga mendapatkan keahlian khusus yang belum pernah dia dapatkan semasa hidupnya.

"Hmm, ternyata aku bisa melakukan ini!" Senyumnya merasa senang.

⏳ 10 menit berlalu, Altezza keluar dari kamar mandi menatap Praavena yang berdiri dihadapannya.

Gadis itu tersenyum pada Altezza, pria itu masih menggunakan celana pendek tanpa menggunakan baju, menelan salivanya.

Altezza menatap mata indah gadis dihadapannya, pipi cubi sangat menggemaskan, bibir merah merona, wajah polos tanpa polesan, kulit putih bersih sangat cantik, batin Altezza.

"Haaaiii!" Sapa Praavena mengangkat tangannya sejajar dengan da*da.

Altezza masih tertegun menatap gadis cantik berdiri didepannya dengan mulut ternganga.

"Haii!" Panggil Praavena mulai melambaikan tangannya di wajah Altezza.

Altezza tersadar, "ooogh, sory! Kamu membersihkan sprei ku? Kamu tau dari mana peralatan ku? Apakah dari tadi kamu mengobrak ngabrik tempat tinggalku?" Tanya Altezza menaikkan alisnya.

"Hmm, aku hanya membantumu! Apa kau keberatan?" Tanya Praavena sedikit merasa bersalah.

"Ooogh tidak! Aku mau makan dulu, apa kau lapar? Kita akan makan bersama!" Tanya Altezza berusaha ramah pada Praavena.

Praavena menggeleng, memilih membantu Altezza menyiapkan minuman. Dia mengambil gelas dari laci, mengambil botol dari dalam kulkas, meletakkan dimeja. Tak lupa pula dia mendekatkan tisyu pada Altezza.

"Apakah kau tidak ingin makan bersama ku?" Tanya Altezza basa basi.

Praavena tersenyum, hanya menatap Altezza tengah melahap makanan.

Perasaan Altezza mulai tenang, "setidaknya wanita ini tidak menyusahkan ku!" Batin Altezza masih menatap lekat wajah gadis cantik itu.

Praavena menatap hezel mata milik Altezza dengan tenang, tidak ada ketakutan lagi dibalik mata sipit nan indah itu, batinnya.

"Hmm, aku minta maaf telah membuatmu takut!" Senyum Praavena memecah keheningan. Gadis itu tau bahwa Altezza sudah kenyang, sudah bisa dibawa bicara dengan santai.

Altezza menatap iris mata Praavena, "apa maksudmu mengikuti ku? Apa kau ingin menyakitiku? atau kau arwah yang gentayangan mencari tentang kematianmu, seperti cerita novel romantis gitu?" Tanya Altezza menatap serius gadis dihadapannya.

"Hmm, aku sudah mati! Kau bisa melihatku karena mata batinmu terbuka dan dilindungi sesuatu. Kau memiliki sixth sense untuk bisa komunikasi dengan ku!" Jelas Praavena.

Tentu kedua alis Altezza menyatu kening glowingnya kembali mengkerut. "Maksud kamu, aku bisa melihat setan, begitu?" Altezza semakin tak mengerti, dia ingin tertawa tapi tertahan. Dia tidak ingin mati konyol dibunuh oleh wanita cantik dihadapannya.

Praavena tersenyum ingin tertawa ngakak mendengar Altezza, "yaaah, setidaknya kau tidak takut lagi!" Jawabnya enteng.

"Busyeeet, masak hantu mau sama aku yang hanya seorang wartawan? Atau jangan jangan dia ingin aku liput agar lebih terkenal!" Batin Altezza terkekeh.

"Apa maksudmu menghantui ku? Apakah kau merasa aku yang membunuhmu?" Goda Altezza menurun naikkan kedua alisnya.

"Hmmm, aku ingin kau membantuku! Mencari penyebab kematianku!" Jelas Praavena menunduk.

"Bukannya kau mati tertembak di club? Seperti yang diberitakan?" Tanya Altezza penasaran menatap serius manik mata gadis itu.

"Hmmm, itu hanya pengalihan! Sebelum kematianku, mereka membawaku ke sebuah rumah kosong! Aku diper*kosa 3 pemuda! Setelah puas, dia membawaku kemudian menembak kepala ku di club! Aku mendengar mereka menyebut nama Ibu tiri ku, Caroline Locateli!" Tunduk Praavena.

Altezza kembali merinding mendengar kasus peme*rkosaan. "Ini nggak bener! Kau pasti sedang bercanda kan?" Tanyanya menatap lekat Praavena.

Praavena memberanikan diri menyentuh tangan Altezza, "bantu aku! Aku tidak ingin menakuti mu! Hanya kau yang bisa melihatku! Merasakan keberadaan ku! Aku mohon!" Ucap Praavena terdengar memelas pada Altezza.

"Aku bisa apa? Aku tidak punya apa apa untuk menolongmu! Aku hanya seorang wartawan! Bukan pengusaha sukses yang memiliki uang banyak, bisa menyewa detektif atau FBI untuk mengusut kasus mu!" Tegas Altezza jelas menolak.

"Ini akan berdampak pada keselamatanku! Aku tidak mengenal keluarga mu! Aku juga tidak mengenalmu!" Tambah Altezza membuat Praavena semakin menunduk lemas.

Praavena kembali menatap Altezza, "kau bisa menerbitkan tentang kematianku, di media mu! Aku akan menceritakan pada mu, semua kejadian yang aku ingat! Aku akan membawamu ke lokasi itu!" Pinta Praavena tegas.

Altezza memijat pelan pelipisnya, "apa kau gila? Bos ku akan digantung oleh Locateli Nona! Mereka akan menutup media kami." Tolak Altezza.

Praavena memajukan bibirnya, menatap kesal pada Altezza. "Apakah kau tidak memiliki sahabat yang kaya raya?" Rungut Praavena kembali menatap manik sipit itu.

"Hmmm, nantilah aku fikirkan! Aku sangat lelah hari ini! Aku ingin istirahat." Jelas Altezza.

Praavena tersenyum, "boleh aku menemani mu?" pinta Praavena.

Altezza kembali menelan salivanya. "Gila, aku mau ditemani hantu! Ooogh Tuhan, apakah aku harus berhubungan ba*dan dengan sosok hantu?" Batin Altezza kembali shook.

Ada perasaan senang, ada juga takut. Senang karena ditemani wanita cantik, takut karena belum pernah mengalami bercinta dengan hantu...😂🔥

_______________***********

Happy reading...🔥🤗

Jangan lupa Like and Vote...😘

Merasa enakan.

Malam semakin larut Altezza perlahan membuka matanya, terdengar suara televisi yang menyala agar suasana tidak sehoror pikiran pria Jepang yang tampan itu. Cuaca semakin dingin menusuk tulangnya, Altezza melangkahkan kaki untuk turun dari ranjang menyalakan pemanas ruangannya, niatnya. Tapi dia menatap kaki jenjang nan mulus milik gadis yang ternyata masih ada diapartemennya.

"Ooough shiiit!" Batinnya baru tersadar, menatap gadis itu hanya menggunakan handuk terlilit di da*danya.

"Kamu habis ngapain?" Tanya Altezza menatap Praavena.

Praavena tersipu malu, pipinya memerah menatap mata indah Altezza, "bukankah tadi kita melakukannya? Kau sangat menikmati sentuhanku! Beberapa kali kau mende*sah memohon!" Jujurnya.

Altezza baru menyadari menatap kaget tubuh telanjangnya. Kembali merebahkan tubuhnya diranjang dengan nada merengek, "apa kita melakukannya?" Tanya Altezza tak yakin.

Praavena mendekat pada Altezza, manyentuh pahanya. "Aku lihat kau sudah membaik saat ini! Maaf, tadi kau yang memulainya! Aku hanya mengikuti mu, maafkan aku!" Cerita Praavena membuat Altezza kembali shook.

"Ooogh Tuhan, mimpi apa aku semalam, bertemu hantu dan berhubungan ba*dan dengannya tanpa aku sadari." Kesalnya frustasi mengusap kasar wajah orientalnya.

Praavena tersenyum, mengambil baju kaos milik Altezza untuk menutup tubuhnya, kemudian memberikan handuk pada Altezza.

"Maaf, aku pakai bajumu!" Tunjuk Praavena setelah baju besar itu melekat di body indahnya.

"Hmm, terimakasih jika itu memang terjadi, jujur aku merasa enakan saat bangun barusan!" Altezza mengalungkan handuk dilehernya memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

Praavena kembali duduk disofa, menikmati sesuatu yang tak biasa dinikmati manusia, kemudian meletakkannya disuatu tempat agar tak terlihat oleh Altezza.

⏳ Lebih kurang 10 menit Altezza keluar dari kamar mandi, memutar pemanas ruangan agar suhu dingin tidak begitu terasa menusuk tulangnya, perlahan ruangan kembali hangat.

Praavena menyediakan makanan untuk Altezza layaknya seorang istri, tanpa banyak bicara pada Altezza. "Makanlah, kau pasti lapar! Karena lelah melayani ku!" Kekeh Praavena membuat Altezza kembali menelan salivanya menatap hidangan didepan mata.

"Kau memasak ini?" Tanya Altezza penasaran menatap tak percaya.

Praavena mengangguk, "aku memasakkan mu! Aku tidak memberimu yang buruk! Aku tahu kau pria sehat dan sagat baik!" Praavena membawa Altezza duduk, mereka duduk berhadapan, dia menemani pria tampan itu menyantap masakannya.

Altezza mengangguk, "hmm, apakah persediaan dikulkas ku masih banyak?" Dia menguji gadis dihadapannya, 'setidaknya jika dia memberiku makanan yang baik, dia akan tahu isi kulkasku!' Batinnya menaikkan alis.

"Ya, setidaknya besok aku akan menemanimu belanja jika kau mengizinkannya, jujur tidak banyak. Cukup untuk sarapan mu besok!" Senyum Praavena.

"Ehm, baik! Kita akan belanja besok sore! Karena pagi aku mesti ke kantor memberikan laporan!" Altezza akhirnya mau tersenyum pada Praavena.

"Makanlah!" Ucap Praavena terdengar lembut ditelinga Altezza.

Altezza menyantap makanannya, terasa lebih enak dari kemasan yang terpampang jelas pada iklan sebuah makanan cepat saji dilidah Altezza. "Hmmm! Apa kau biasa memasak?" Tanya Altezza penasaran.

Praavena menaikkan alisnya, seingat dia tidak menambah apapun, hanya mengikuti perintah yang tertera dikemasan. "Apa kau menyukainya? Maaf jika tidak sesuai dilidahmu!" Praavena berucap sangat lembut.

"Hmmm! Eeegh, ini sangat lezat! Makanya aku bertanya padamu, apa kau terbiasa memasak?" Puji Altezza masih menyantap hingga habis tak bersisa.

Praavena tersenyum lega, setidaknya dia memiliki sahabat yang sangat baik saat ini. "Boleh aku bertanya pada mu?" Tanya Praavena mulai ragu.

"Ya, tanyalah!" Altezza meminum air yang sudah disediakan Praavena.

"Siapa namamu?" Tanya Praavena membuat Altezza tersedak.

"Uuuhugh uhuuuugh uuuhugh!" Altezza menyentuh dadanya, mengambil tisyu dari tangan Praavena.

"Kenapa? Apakah lucu? Kau mengagetkan ku!" Rungut Praavena.

"Hmm, tidak! Aku merasa kaget. Sudah lebih seharian kita bersama, tapi kita belum berkenalan!" Altezza merasa bersalah pada gadis baik dihadapannya.

Praavena tertawa, "gimana mau kenalan! Kamu nggak suka sama kehadiran aku!" Godanya dipuncak hidung Altezza.

Altezza baru menyadari, ternyata dari dia bertemu gadis cantik ini memang sangat menakuti dirinya. Hingga berulang kali dia tak sadarkan diri. Tapi saat dia terjaga kali ini, tubuhnya terasa lebih ringan, lebih rilex dan berg*airah. Ya, iyalah habis kenak cas full, hehehe.

"Hmmm, kenalin aku Altezza!" Ucapnya mengulurkan tangan.

"Aku Praavena Locateli!" Senyum gadis cantik itu.

"Ehhmm, bagaimana kalau kita bersahabat? Jika kau ingin tinggal disini silahkan, anggap ini rumahmu! Maaf tidak sebesar mansion mu!" Tunduk Altezza merasa malu.

"Heeei, aku senang! Kau mau menerimaku disini! Terimakasih! Bagaimana kalau aku memanggilmu Za, kau memanggilku Ve." Kekeh Praavena.

Altezza mengangguk setuju, "baiklah, jika kau ingin istirahat deluan silahkan! Aku akan keluar sebentar membeli minuman dan beberapa makanan kecil! Kau mau apa?" Tanya Altezaa mengambil jacket hangatnya.

Praavena terdiam, menatap sendu kearah Altezza. "Aku tidak memakan makanan mu!" Tunduknya.

Altezza mendekat menjongkok dihadapan gadis itu agar sejajar, menyentuh bahu Praavena. "Maaf, apa kau memakan binatang? Darah? Atau janin?" Tanya Altezza terdengar horor di telinga Praavena.

"Hmm, kamu pikir aku setan, kuntilanak atau sundel bolong kayak di cerita horor di novel seram itu, atau lebih seramnya vampire?" Sungut Praavena mengusap lembut wajah sipit Altezza.

"Eeegh, bukan bukan! Jadi kamu makan apa Ve?" Tanya Altezza melunak.

"Nanti kamu marah?" Rengek Praavena.

"Ya nggaklah! Ngapain aku marah! Ini apartemen kita, kamu jangan sungkan! Maaf jika aku tidak menyadari perlakuan ku tadi pada mu! Aku sudah merusak mu! Aku tak menyadarinya jika aku yang memulai lebih dulu, aku benar benar minta maaf!" Ucap Altezza menatap wajah sendu Praavena.

Praavena menunjuk ke arah balkon, "Aku mengambil bunga di teras mu, karena saat ini makanan ku bunga Za. Maaf jika aku merusak tanaman mu!" Tunduknya membuat Altezaa kembali melongo.

"Pantas dia tidak menemani ku makan dari tadi!" Batin Altezaa. "Baiklah, besok pulang dari kantor aku akan membelikan mu bunga! Setiap hari aku akan memberimu bunga!" Kecup Altezza pada puncak kepala Praavena mengurungkan niatnya untuk meninggalkan gadis lembut yang sangat baik padanya.

Altezza membuka jacket hangatnya, meletakkan kembali ke gantungan baju yang menempel didinding pintu masuk. Dia menarik tangan Praavena untuk duduk disofa.

"Maaf jika dari tadi aku sangat kaku padamu! Jujur aku memang takut, saat ini aku merasa nyaman denganmu. Selain cantik, kau juga baik. Kenapa ibu tirimu rela menyakiti mu? Hingga membunuhmu Ve?" Altezza membawa Praavena kedadanya agar lebih nyaman.

Jujur ini kali pertama Altezza memeluk wanita setelah kekasihnya meninggal beberapa tahun silam pada sebuah kecelakaan tragis dipersimpangan jalan saat dia melihat pertama kali Praavena menghilang dari hadapannya.

Di persimpangan itu tempat dia melihat tubuh kekasihnya menghembuskan nafas terakhir.

Walode Pevita Clark. Meninggal di usia 22 tahun. Kekasih Altezza.

Praavena menyentuh da*da Altezza, "Kenapa jantungmu terdengar berdegub lebih kencang? Apa kau pria polos belum pernah memeluk wanita?" Goda Praavena membuat Altezza malu, sebelum dia menceritakan tentang ibu tirinya Caroline Locateli.

"Ya, aku pria polos yang masih perjaka! Kau merebut paksa kepolosanku!" Kekeh Altezza membalas godaan Praavena.

"Hmm, aku tidak percaya. Kau bahkan sangat berpengalaman!" Ucap Praavena mendongakkan kepalanya.

Altezza semakin tergoda, "Oya, bisa tunjukkan seperti apa? Setidaknya aku akan melakukannya dalam keadaan sadar!" Kekeh Altezza menundukkan kepalanya.

"Dasar me*sum!" Tepuk Praavena lembut di da*da Altezza.

Mereka saling bercanda bahagia, Altezza seperti mendapatkah kehangatan baru yang sangat menyenangkan.

"Setidaknya, kehadiran gadis ini tidak sehoror pikiranku!" Batinnya terkekeh geli.

___________**********

Happy reading...🔥🤗

Jangan lupa Like and Vote...😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!