NovelToon NovelToon

KULTIVASI SURGAWI.

prolog

Sudah dari dahulu angka tiga menjadi angka keramat. Dan fenomena alam asap tebal, yang menyelimuti bintang selama tiga puluh hari penuh akan menjadi pertanda buruk. Bukan hanya itu, di ketahui manik-manik di kuil Shanmen sudah menjadi benda berkualitas suci yang di gunakan oleh para peramal, terpengaruhnya manik-manik dan juga tiga belas pilar pada tiga puluh malam berkabut sepenuhnya menandakan kemunculan Bintang Malapetaka yang akan membawa kehancuran di dunia kultivasi.

Bintang kehancuran sama halnya dengan bintang keselamatan yang langsung terpilih dari Kultivasi Surgawi..

Namun Bintang Keselamatan bisa di yakini sebagai Putra Surgawi, anak terpilih sebagai bintang terang polaris yang keberadaannya akan membawa keselamatan seluruh umat manusia.

Ruan Mingchuan bermain catur wiqi dengan seorang remaja yang memiliki alis setajam pedang dan mata seperti phoenix, pemuda itu mengenakan jubah cyan puncak Yilin yang berwarna putih biru langit yang juga berhias pola awan dan dia adalah seorang remaja bernama Jing Yiran.

Perawakam Jing Yiran tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, kabut dingin tipis ada di bawah kelopak matanya, alisnya mengkerut, meskipun wajahnya sendiri masih dalam kelumpuhan dan tidak bisa di baca dengan jelas ekspreksi apa yang ada di wajahnya, tetapi sosok acuh tak acuhnya seolah-olah tidak tersentuh apapun secara duniawi dan seakan matanya yang menyimpit menilai semua yang ada di depan matanya bernilai sama, tidak ada yang percuma juga tidak ada yang berharga bagi dirinya.

Jing Yiran lalu meletakkan sepotong bidak kemudian menfokuskan untuk kembali mendengarkan Ruan Mingchuan berbicara.

"Seperti yang aku katakan tadi bersama Yi Chen, Bintang Malapetaka ini akan ada hubungannya dengan muridnya"

Jing Yiran masih bersikap tenang dan bahkan dia terkesan acuh tak acuh, ramalan yang menentukan nasib dunia bahkan dunia beladiri itu sendiri sedang di bicarakan Ruan Mingchuan selama kultivasi tertutup dua ribu tahun terakhir.

Meski dia terlihat begitu tenang di permukaan, tapi siapa yang tahu jika pikirannya sekarang seperti bertempur dengan puluhan pisau yang datang, Jing Yiran merasa seperti sebuah pisau tajam tiba-tiba datang dan berputar di kepalanya, membuatnya merasakan sakit dan pusing karena yang di ramalkan Ruan Mingchuan ada hubungannya dengan nasib Lau Luo mendatang, orang yang sudah menjadi adik beladiri juniornya itu di Sekte Pedang Patah.

Jing Yiran mengigit bibir bawahnya tipis. "Pendeta kuil Mingchuan langsung berterus terang mengatakan semuanya kepada ku seolah pendeta kuil sangat yakin bahwa ramalan itu tidak ada hubungannya dengan ku, maka anda menceritakannya kepada ku. Tapi aku bukanlah orang yang kuasa untuk mendengar nasib buruk Luo-shidi.. dan lagi ini menyangkut adik beladiri junior ku, bagaimana aku harus tetap menegakkan perasaan dan bersikap tenang setelah mengetahui semua ini?"

/Shidi : adik beladiri junior laki-laki.

Ruan Mingchuan hanya tersenyum namun senyuman itu tidak begitu jelas.

Hanya bertemu sebentar serta mengucapkan sepatah dua patah kata, dia langsung menyukai karakter seperti Jing Yiran yang ada di depannya.

Sebuah karakter yang sangat lembut dan juga berbudi luhur namun di sisi yang sama juga karakter yang tegas yang sulit di jangkau oleh apapun, jadi Ruan Mingchuan mulai mengambil tangan Jing Yiran dan dia mulai membaca garis tangan itu tapi dia tidak bisa membaca apapun setelah meramal beberapa kali.

Garis tangan Jing Yiran tidak terlihat begitu jelas, jadi Ruan Mingchuan semakin mengerutkan kening dan mulai bergumam. "Ini sangat aneh, aku masih berharap kau adalah Bintang Keselamatan.. sosok cahaya polaris yang akan menyelamatkan kekacauan di dunia kultivasi."

Ruan Mingchuan terdiam selama beberapa detik. "Aku mengharapkan demikian karena hanya ada Bintang Keselamatan yang mampu menyelamatkan Bintang Malapetaka, namun bagaimanapun caraku meramalkannya. Aku tidak mampu menemukan satu orang yang cocok dengan Bintang Keselamatan, satu orang ini di tutupi oleh kabut yang tipis menjadikan keberadaannya sangat transparan. Untuk itu sangat sulit untuk menemukan siapa orang yang menjadi Bintang Keselamatan kelak."

Ruan Mingchuan terdiam sejenak. "Karena kita tidak menemukan siapa satu orangnya, ini akan menjadi satu dari sekian alasan Kultivasi Surgawi. Bahkan jika aku mampu mengintip sedikit dari ramalan di dalamnya, itu masih tidak dapat di ubah. Seperti kamu tidak kuasa ini ada hubungannya dengan shidi-mu, aku juga tidak kuasa untuk menemukan siapa yang lain jika hari ini Kultivasi Surgawi tidak berkehendak."

Saat Ruan Mingchuan tidak bisa menemukan siapa Bintang Keselamatan, namun setelah kultivasi tertutup Ruan Mingchuan langsung berkunjung ke puncak Yilin, ini karena dia telah membaca ramalan sebelumnya.

Jing Yiran tiba-tiba membuka suara. "Bagaimana cara pendeta kuil Mingchuan sangat yakin jika Bintang Malapetaka adalah adik beladiri junior?"

"Menentukan Bintang Malapetaka sangat mudah." Ruan Mingchuan masih memainkan catur wiqinya.

"Di katakan Bintang Malapetaka akan muncul di sertai fenomena berat, dan tidak ada fenomena yang lebih mengerikan yang terjadi sekitar enam sampai tujuh tahun yang lalu. Meski aku waktu itu masih menjalani kultivasi tertutup, masih ada peramal yang tidak mundur.."

Setelah diam sejenak, Ruan Mingchuan lalu berkata. "Mereka mengatakan kepadaku, saat hujan badai lebat yang di sertai petir dan gundur. Tepatnya ketika ada kilat cahaya biru merobek langit seperti ular, dan langsung menghancurkan kediaman. Maka saat itu akan menjadi rumah kelahirannya Bintang Malapetaka."

Jing Yiran mendengar jelas apa yang di katakan Ruan Mingchuan. "Hanya ada satu rumah yang di hancurkan oleh guntur biru itu di wilayah terpencil kediaman keluarga Luo, di pemukiman kumuh yang terisolasi."

"Sejak saat itu mudah bagi para peramal untuk mengawasi bocah itu. Dia akan memiliki nasib keluarga yang lemah, bahkan kasih sayang yang dia dapat saat ini juga sangat lemah dan hanya beberapa orang yang akan tulus menyayanginya. Sedangkan ribuan pedang siap terhunus ke arahnya oleh ribuan orang. Dia akan menjadi orang yang tidak berperasaan dan juga hati yang dingin, tidak peduli dengan nasib ataupun nyawa orang-orang biasa. Dia di takdirkan untuk menjalani kehidupan dengan putus asa dan menjalani banyak kesulitan. Meskipun ratusan orang berdiri di sampingnya, dia tidak ada bedanya dengan bintang kesepian yang tidak bisa mendapat apa yang dia inginkan, ataupun memperoleh apa yang dia mimpikan."

"Hatiku juga sakit untuk nasib anak ini, tapi jika kau tidak percaya dengan apa yang aku katakan. Kau bisa meminta peramal lain untuk membaca nasib Lau Luo."

Jing Yiran tersenyum pahit, bahkan seolah-olah ingin tertawa. "Jika pendeta kuil Mingchuan mengatakan demikian, bagaimana mungkin peramal lain mengatakan tidak? Mereka pasti akan mengatakan hal yang tidak akan jauh berbeda dengan apa yang sudah di katakan pendeta kuil, jadi aku tidak perlu mengeluarkan tenaga dan napas untuk hal yang sudah jelas."

Saat mengatakannya Jing Yiran tidak tahan untuk tersenyum sakit, sosok yang di takdirkan untuk menjalani kehidupan dengan rasa putus asa dan menjalani banyak kesulitan serta penderitaan tidak berujung..

Yaitu sosok yang takdirkan dari Kultivasi Surgawi.

Lau Luo.

______

Pertama-tama, untuk temen-temen yang belum pernah membaca novel ini semoga betah sama lika likunya dan karena novel KULTIVASI SURGAWI (yang judulnya bbrp kali sy gonta-ganti smpe puyeng..) karena novel saya bukan terjemahan, yang notabene di buat sendiri dan juga sudah mengalami revisi beberapa kali di perbaiki agar enak bacanya.. serta sudah di remake secara sangat matang..

Tolong apresiasi kalian untuk like dan tinggalkan jejak🙏🙏🙏

Karena chapter awal yang hanya prolog, saya mau tulis istilah yang sering ada di novel genre XianXia misal Shixiong, kalau di novel genre pendekar biasanya hanya "Senior" karena lebih formal.

Jadi saya buat catatan agar lebih mudah untuk di ingat teman-teman

Gege : Kakak laki-laki

Didi: Adik laki-laki.

Shixiong : Senior/ kakak beladiri laki-laki.

Shidi : Junior / adik beladiri laki-laki.

Shijie : Senior/ kakak beladiri perempuan.

Shimei : Junior / adik beladiri perempuan.

Zongshi : Tuan muda.

Gongzi : Tuan.

Xianjun : Istilah untuk menghormati orang yang tingkat kultivasinya sudah di akui dalam sekte Taois.

Chapter selanjutnya mundur ke beberapa tahun ke belakang, ketika MC LL (Lau Luo) masih di pemukiman primitif dan dia belum masuk ke sekte, juga nanti ceritanya masih agak sloww jgn bawel soal bertele-tele krn yg namanya alur, butuh proses naik turunnya, ya hehehe..🙏🙏🙏

Pemukiman primitif

Sambaran kilatan petir di langit saling bertautan menimbulkan suara yang memekakkan telinga seolah-olah ada ratusan ular yang mulai berkelok-kelok. Ratusan kilat itu melesat secepat mungkin dan menyilaukan mata siapapun yang melihatnya, sebelum mengelegar seperti guntur biru dengan suara keras dan meledak.

Namun dalam sekejap kemudian, cahaya itu padam menjadi langit dalam kegelapan, seperti nyala hangat kekuningan dari lilin yang tertiup.

Hujan dengan badai kencang menghujam wilayah terkecil di desa kumuh kekaisaran Yin Benua Timur.

Di langit yang mengerikan, mulai terlihat dua sosok sangat rupawan rambut mereka seputih sutra yang berkibar dan bersurai di antara gemuruh kilatan dan hujan badai yang terlihat sangat mengagumkan, tetapi sosok keduanya tidak ada seorangpun yang mampu melihatnya, kehadiran mereka kasat mata dan tidak bisa di lihat hanya dengan mata telanjang.

Dua sosok putih itu hanya menyaksikan kilatan petir menyambar rumah tua di desa kecil dengan mata dingin mereka. Petir yang mampu meruntuhkan rumah dalam beberapa detik yang juga di ikuti kebakaran hebat, badai meniup api semakin lebat yang tidak akan mampu di padamkan oleh hujan yang baru menguyur.

Di antara gelegar petir yang ditabuh, terdengar suara tangisan bayi di antara reruntuhan bangunan seakan bayi kecil tanpa dosa mendapat murka dari dewa di surga.

Mata kecilnya menyapu bersih langit gelap yang pekat itu, bergemuruh dengan kilat petir menderu-deru dan seakan mencaci maki lagi bayi itu karena suara tangisannya seperti bulu yang menggelitik telinga. Bayi kecil itu mulai berhenti menangis saat matanya melihat dua sosok orang yang melayang di atasnya.

Salah seorang pria rupawan itu dengan dengan lembut mulai mengusap dua mata sang bayi, tidak lama kemudian mata bayi mungil itu berangsur tertutup lembut dan sang bayi mulai tertidur pulas.

*

- Empat tahun kemudian.

Gerbang yang sangat besar mulai terbuka, gerbang yang menjadi penanda sekaligus gerbang yang menjadi pembatas antara desa kecil yang primitif dengan Kekaisaran Yin yang megah.

Tidak lama setelah pintu besar terbuka, mulai terlihat penjaga istana keluar dengan gerobak segunung penuh sampah yang membusuk, begitu gerbang pembatas kekaisaran dan desa kecil itu terbuka, bau busuk menguar dan mulai menyengat penciuman penjaga istana yang baru saja datang, dan mereka tidak tahan dari keinginan untuk muntah seolah membuat perut mereka terlilit dan hidung mereka terpelintir.

Semua bau itu berasal dari daging busuk atau makan busuk dan juga telur yang sudah membusuk karena kopyor, bergabung dan berbaur di bawah terik matahari yang menyengat, membuat udara berbau bangkai dan lebih tidak layak di makan daripada memakan racun.

Penjaga istana membuang sepenuh sampah itu dari gerobak sambil menutup dua lobang hidung mereka, sebelum mereka cepat-cepat kembali ke dalam wilayah kekaisaran Yin karna sudah tidak kuat dengan bau busuk desa kumuh yang hampir membuat mereka mual dan mati rasa.

Setelah mereka selesai membuangnya, mereka kemudian langsung menutup rapat-rapat gerbang pembatas antara desa dengan wilayah kekaisaran dan untuk mencegah mau mengerikan lebih dari bangkai mayat itu menyebar ke dalam kekaisaran.

Di balik pegunungan sampah, dia sana ada tiga anak kecil. Mereka bernama Lau Luo, Shu Zi Jiu dan juga Yuan Yi, mereka saling memandang dan tersenyum merkah satu sama lain seolah sedang memperebutkan harta karun.

"Makan makanan yang busuk untuk pencernaan mu siapa yang peduli?!" Yuan Yi menatap kedua temanya dan dia berkata lantang. "Ayo kita mencari makanan! Siapa yang lebih dulu akan mendapat yang belum basi! Ini sangat menakjubkan karena stok yang datang lebih banyak dari yang kemarin!"

Di sisi lain Lau Luo juga tidak kalah keras. "Siapa yang lebih duluan akan mendapatkannya!"

Mereka berdua kemudian melesat cepat dan berlari lebih dulu saling mengejar dan saling berlomba mendapatkan makanan. "Ah Jiu-ge! Kalian tertinggal! Akulah yang akan makan enak malam ini dan Yi-ge dapatkan makanan makanan busuk untuk mukamu!"

Shu Zijiu dan Yuan Yi saling menatap kesal, berteriak marah hampir bersamaan. "Lou-didi curang! Kita belum berhitung!"

Mereka bertiga langsung mengais gunung sampah bagaikan permata yang akan membebaskan mereka dari rasa lapar, mereka berlari sangat cepat dan ketiganya bergerak seperti roket. Lau Luo membuka kantong hitam yang langsung di sambut semburan bau telur busuk yang menusuk hidungnya, wajahnya langsung berubah hijau dan putih.

Huek, dia melemparkannya.

Yuan Yi merasakan kepala bagian belakangnya terasa lengket dengan bau yang sangat menyengat di kepalanya. Dia mengulurkan tangannya dan merabanya, sangat lengket dan menjijikan pasti itu adalah telur yang pecah.

Berbalik ke belakang dengan geram dia langsung melihat sumber pelaku itu adalah seorang bocah laki-laki berusia empat tahun yang memamerkan rentetan gigi putih rapinya, tertawa dan tersenyum polos.

Dia memuncak dan menatap Lau Luo marah. " Luo didi!"

/ Didi: adik laki-laki

Dalam kedipan mata Yuan Yi membalas Lau Lou dengan melempar makanan basi yang tepat mengenai muka Lau Luo dan tidak lama kemudian perang mencari makanan langsung berubah menjadi medan perang sungguhan. Keduanya langsung menguar dan melemparkan pegunungan sampah di sekitarnya dengan cara membabi buta.

Makanan basi itu menempel di kulit dan pakaian mereka satu sama lain.

Shu Zi Jiu yang melihatnya, "...."

Meski berumur sepuluh tahun Shu Zi Jiu adalah yang paling dewasa diantara ketiganya, dia melihat Yuan Yi dan Lau Luo kemudian hanya bisa mengela nafas enggan.

Mereka mengais tumpukan sampah sudah lumayan lama hampir selama satu jam namun Lau Luo belum menemukan apapun yang bisa dia dapatkan untuk di makan.

Yuan Yi mengambil bungkusan di tumpukan sampah lalu membukanya. Ada dua apel kecil dengan bekas gigitan di sisinya meskipun begitu apel masih segar dan masih bisa di makan, bahkan di sisi lain ada gigi ompong yang menancap di sana yang sepertinya gigi depan orang tua, dia mencabutnya dari apel dan langsung membuang gigi jelek itu sebelum mengusap apelnya dengan pakaiannya kemudian menyimpannya ke dalam saku.

Dia sangat senang dan berkata senang pada Lau Luo dan Shu Zi Jiu. "Aku menemukan buah segar! Aku menemukan buah segar! Ini apel dengan kualitas terbaik yang masih bersih dan higienis!"

Higienis dari mana, jika itu orang normal, mereka pasti muntah darah begitu melihat gigi kekuningan menancap di sana. Atau membanting rahangnya ke tanah dan berteriak terkejut karena terlalu dan sangat menjijikkan untuk di makan.

Lau Luo hanya menatapnya cemburu sebelum matanya kembali lagi ke tumpukan sampah, dan wajahnya berubah sedikit lebih layu karena dia belum menemukan apapun. Wajahnya layu dan kusut seperti kucing yang belum makan selama dua bulan, dan lemas seperti busung lapar.

Shu Zijiu juga sudah lebih dulu menemukan roti keras, meskipun begitu keras seperti balok besi tapi roti itu belum basi. Dia mendongak ke timur, siluet merah matahari sore sudah menunjukkan waktu hampir petang.

Dia kemudian berkata dengan suara lembut, "Ayo kita segera pulang sekarang dan waktunya sudah hampir malam tiba."

Lau Luo menatap Shu Zi Jiu dan berkata suram. "Tapi Ah Jiu-ge aku belum menemukan apapun."

Shu Zijiu berkata padanya. "Aku akan membagi dua roti milikku, ini sudah cukup untuk kita berbagi."

"Kau paling kecil, tentu kami akan membantu mu mencari makanan bersama." Yuan Yi yang mendengarnya segera mendatangi mereka, dia menaruh telapak tangannya di dagu untuk mengusap kotoran hitam di wajahnya, berbalik dan berkata pada Shu Zi Jiu. "Jiu-ge simpan makanan mu sendiri, tidak perlu berbagai dengannya."

Lau Luo mendengus dan mencibir. "Dasar keledai! Meskipun aku kelaparan aku juga tidak ingin merampok makanan Ah Jiu-ge, dan sudi saja aku juga tidak ingin mencoba apel dengan tancapan gigi milikmu!"

Setelah setengah kolom waktu dupa sekitar Lima belas menit, akhirnya Lau Luo menemukan makanan miliknya sendiri. Dia lalu mengambilnya sebuah roti keras yang berwarna hitam, di sisi permukaannya telah penuh tumbuh jamur hijau. Meskipun itu roti yang sudah basi, dia mengambilnya dengan perasaan senang karena dengan roti itu dia bisa mengganjal perutnya selama sehari.

Shu Zi Jiu menatap keduanya dan berkata dengan hangat. "Ayo kita pulang."

Di sepanjang perjalanan mereka hanya terlihat pepohonan menjulang tinggi, yang memberikan kesan liar dari hutan belantara, angker dan seolah tidak ada pemukiman warga di dalamnya. Meskipun tempat itu adalah hutan yang di huni jutaan binatang tetapi bukan binatang sembarangan yang menetap di sana.

Setiap binatang sangat kuat dengan berbagai daya serang berbeda dan hampir membuat semua orang tidak berani sambarang keluar masuk di dalam hutan, dan apalagi begitu malam semua orang tidak berani untuk keluar dan berjalan-jalan. Karena alasan itu tidak ada yang bisa menangkap binatang-binatang itu untuk di jadikan makanan karena semua binatang yang hidup di pemukiman itu memiliki seni beladiri yang tinggi.

Jangankan menangkap salah satunya, mereka akan terbunuh terlebih dahulu jika bertemu. Jadi lupakan saja memiliki keinginan untuk bisa memakan daging.

Mereka masih berjalan pulang untuk kembali ke gubuk yang reyot, setelah menempuh jalan dengan sangat hati-hati atau sekedar untuk menghindari binatang yang menjadi salah satu ancaman nyawa mereka.

Saat jarak mereka sudah dekat mulai terlihat gubuk yang menjadi tempat tinggal mereka. Satu gubuk tua yang reyot kini di tinggali ketiganya, pakaian mereka banyak berlubang karena compang camping terlihat usang dan menjijikkan. Untuk seseorang dengan penciuman normal, bau tubuh ketiganya mengeluarkan bau badan yang mengerikan karena tidak pernah mandi lebih dari berbulan-bulan, jadi cukup untuk membuat siapapun yang mencium bau dari ketiganya akan jatuh pingsan atau mengeluarkan seteguk berdarah-darah karena terlalu mual.

Saat sampai di dalam, Yuan Yi membuka kantong hitam dengan dua apel yang sudah penuh gigitan miliknya, dia memakannya sedikit demi sedikit untuk menikmati rasa buah segar sambil duduk di meja kayu tempatnya biasa untuk tidur.

Bergumam dengan nikmat. "Memang, buah yang masih segar memang rasanya lebih enak."

Shu Zi Jiu juga menikmati hasil carian nya di gunungan sampah tadi, meskipun roti itu keras. Tapi masih memiliki rasa aslinya. Shu Zi Jiu memilih tidak berbicara saat masih makan dan dia memakannya dengan cara rapi.

Di sisi lain, Lau Luo duduk di tempat tidurnya yang terbuat dari kayu, suara kayu hampir rubuh langsung berderit saat dia mendudukinya. Krett, tanpa mendengarnya dia menatap bahagia roti keras yang berwarna hitam yang dia dapatkan seharian, dia lalu mengigit roti tengik itu.

Dia tidak tahan untuk mengeryitkan keningnya, karena saat dia mengigit rasanya seperti dia sedang mengigit batu, dan di nilai dari rasanya bahkan lebih mengerikan daripada memakan kubangan lumpur di bawah kandang keledai.

Rasanya menjijikkan, mau tidak mau dia memakannya sampai habis.

Sakit perut karena makanan basi

Begitu menghabiskan makanannya, dia merasakan perutnya kini mengeluarkan suara gemuruh dan juga rasa sakit melilit usus-ususnya. Lau Luo meringkuk di atas meja kayu sambil memegang perutnya yang sakit karena memakan makanan tengik itu kemarin. Dia meringis kecil karena dia merasa setidaknya itu terasa lebih baik bagi dia dari pada merasakan perasaan lapar yang tidak tertahankan.

Dia meraung sedikit dan semakin meringkuk, meruntuk kesal sambil menahan keinginan mual karena terlalu pusing, dan pening di perutnya.

Shu Zi Jiu melihat keadaannya kesakitan langsung merasa sangat cemas, saat melihat wajah merah Lau Luo yang abnormal. Dia meletakkan telapak tangannya di tepi kening Lau Luo yang seketika menyalurkan rasa panas seperti api langsung membakar kulitnya.

Shu Zi Jiu berkata cemas. "Luo-didi kamu terkena demam panas?"

Yuan Yi segera mendatangi Lau Luo dan meletakkan meletakkan tangannya di kening, sedetik kemudian dia menariknya menjauh. "Ah! Kamu benar! Keningnya sangat panas! Bagaimana ini bisa terjadi?! Kemarin dia baik-baik saja dan tidak seperti ini!"

Shu Zi Jiu mendorong pintu terbuka, sebelum dia keluar dia berkata dengan tergesa-gesa. "Cepat kamu buat air hangat untuk meredakan demamnya dan kompres dia. Aku akan ke tempat Kakek Shang untuk meminta beberapa ramuan obat untuk menyembuhkan perutnya karena keracunan makanan."

Yuan Yi mengangguk patuh dan dia mulai membuat api dari gesekan dua batu yang berkopeng dan terjal. Dia melakukannya berkali-kali, dia menggesekkan batu-batu itu lagi untuk menghasilkan percikan api. Setelah perjuangan panjang dan padam lebih dari tujuh kali, akhirnya dia berhasil membuat api di jerami namun sekali lagi angin dingin yang berhembus dari lubang gubuk langsung memadamkan api yang dia buat dengan kesusahan.

Dia kesal dan meruntuk diam. "....."

Sekali lagi dia melakukannya lagi. Yuan Yi kembali mengesek batu-batuan itu berulang kali sampai api kecil mulai menyala, lalu dia buru-buru mempertahankan apinya supaya membesar menggunakan tangannya. Setelah nyala api cukup setabil dia menaruh batu dengan cekungan besar di permukaannya untuk mengisi air dari hujan yang sudah dia simpan, hanya dengan air hujan yang bisa mereka dapatkan untuk kebutuhan minum dan sehari-harinya atau lainnya karena tidak satupun dari mereka yang berani berfikir untuk mengambil air di sungai, karena takut dengan para binatang dengan seni beladiri yang akan mebih dulu memakan daging dan meminum darah mereka.

Meskipun di desa kumuh terdapat sungai. sungai itu di penuhi binatang liar dengan kemampuan tinggi, hanya orang dewasa dengan beladiri yang bisa mengambil air dan ikan di sungai. Sedangkan untuk anak-anak terlantar seperti mereka, mereka harus berusaha mendapatkan makanan dari pegunungan sampah dari limbah pembuangan di Kekaisaran Yin, saling berebut dan hanya mengandalkan skil mengais rejeki mereka.

Setelah di rasa air cukup hangat Yuan Yi kemudian memasukkan kain kecil kusut dan memerasnya, lalu dia meletakkan hati-hati di kening Lau Luo untuk mengompres demam.

Sedangkan Shu Zi Jiu sekarang, dia langsung berlari ke gubuk jerami yang tidak jauh dari gubuk mereka, keadaan gubuk jerami itu juga tidak lebih baik dari gubuk mereka tinggal, sama-sama reyot dan sama-sama usang. Gubuk tua yang sama dengan lubang sama di dinding-dindingnya, tapi keadaan gubuk itu terlihat lebih kokoh jika terkena badai angin tidak akan mudah runtuh.

"Kakek Shang! Kakek Shang! Apa anda di dalam?" Shu Zi Jiu berteriak keras sambil mengetuk pintu gubuk seseorang yang bernama Kakek Shang, dari suaranya terlihat situasi mendesak.

Pintu gubuk mulai terbuka menampilkan seorang pria tua berumur tujuh puluhan dengan punggung tidak tegap. "Bocah kenapa kau kemari!?"

"Kakek, aku meminta ramuan obat-obatan anda. Luo-didi sekarang sakit. Dia tiba-tiba sakit wajahnya sangat pucat dan panas.."

Kakek Shang memasang ekspresi biasa, kejadian ini sudah terjadi berkali-kali. Seperti sekarang juga Shu Zi Jiu memintanya obat untuk Lau Luo juga sudah terjadi ratusan kali.

Dia bertanya suram. "Bocah Luo keracunan makanan lagi kan?"

Shu Zi Jiu mengangguk, tapi secepat kemudian berganti menjadi gelengan kepala. "Iya, ah tidak! Bukan hanya keracunan makanan tapi kali ini dia juga terkena demam tinggi."

Kakek Shang memandang dingin tidak peduli kemudian menutup pintu gubuknya dengan suara keras.

Brak!

Mendapatkan penolakan keras, Shu Zi Jiu langsung mulai lesu. Dia lebih memilih menunggu di depan gubuk Kakek Shang sampai kakek itu memberinya ramuan untuk menyembuhkan Lau Luo. Tanpa dia duga pintu gubuk itu kembali terbuka dan dua benda terlempar ke arahnya. Dia buru-buru menangkapnya, dan dia mendapatkan ramuan obat serta satu helai kain bersih.

"Terimakasih kakek Shang!" Shu Zi Jiu menghela lega dan senang, dia membungkukkan badannya saat mengucapkan terimakasih. Dia lalu buru-buru kembali ke gubuk jerami mereka dan memasuki gubuk tergesa-gesa.

Dia kemudian membantu mengantikan pakaian Lau Luo dengan yang bersih, karena pakaian Lau Luo sudah basah kuyup oleh keringat sudah membuat semakin bau busuk pakaian kotor. Shu Zi Jiu berhati-hati melepaskan pakaiannya sampai bertelanjang bulat, mereka sudah terbiasa melihat daerah pribadi satu sama lain dengan biasa, lagi pula mereka semua sama-sama laki-laki. Jadi itu bisa saja tidak ada yang istimewa.

Setelah berganti mengenakan pakaian bersih, Shu Zi Jiu menuangkan ramuan obat dan menyuapinya, dia meletakkan tangannya di tepi kening Lau Luo untuk memeriksa suhu panas. Saat merasakan kulitnya tidak lagi terbakar, dia mendesah lega.

Yuan Yi melakukan hal yang sama. "Jiu-ge, ramuan dari kakek Shang sudah berkerja sangat cepat."

Ramuan obat-obatan kakek Shang terbuat dari daun herbal yang tumbuh di hutan belantara, kakek Shang meraciknya sendiri dengan penemuan miliknya. Dia sudah terkenal di desa kumuh sebagai tabib mereka. Meskipun perawatan Kakek Shang mudah marah dan suka membentak, namun kakek Shang selalu peduli dengan orang lain terutama mereka yang sakit, jadi jika ada penduduk desa yang sakit mereka akan berobat pada kakek Shang tanpa membayar apapun.

Hujan mengguyur lebat membuat gubuk jerami mereka saling bergerak, melenceng dan melencong ke kanan ke kiri saat terkena angin kencang. Loteng gubuk yang bocor terlihat seperti air terjun di mata Yuan Yi, dan dia melihatnya sebagai berkah, kemudian dia mengambil benda yang bisa di gunakan untuk tadah air hujan agar bisa menampung air hujan yang jatuh ke dalam gubuk mereka untuk dia simpan nantinya.

Angin dingin juga melewati lubang gubuk mereka membuat Lau Luo meringkuk menggigil kedinginan dan menciutkan tubuhnya ke pojok dinding gubuk.

Shu Zi Jiu melihatnya tidak tahan, dia sangat binggung, mereka tidak memiliki kain sisa ataupun selimut untuk menghangatkan Lau Luo yang kedinginan. Jika hal ini berlanjut terus, Lau Luo tidak akan sembuh sampi besok.

Dia lalu naik ke meja tidur kayu, kemudian memeluk tubuh kecil Lau Luo agar merasa sedikit lebih hangat. Tubuh Lau Luo hanya setinggi siku tangan Shu Zi Jiu, membuatnya mudah terbenam dan nyaman.

Yuan Yi melihat dua orang itu, lalu melompat ke arah mereka dan langsung memeluk mereka berdua.

Dia naik bersama Shu Zi Jiu dan Lau Luo ke meja kayu keras itu. Saat ketiganya sama-sama berada di atas, suara kayu hampir patah terdengar dan berderit sekali lagi.

Krekk!

Saat ini Shu Zi Jiu memiliki keinginan untuk berkata dengan dirinya sendiri. Dia harap kayu ini tidak akan rubuh di naikin tiga orang..

Keesokan harinya Lau Luo terbangun lebih dahulu dan melihat dua orang tidur di sisinya dan di sisinya yang lain sambil memandang heran.

"Kenapa semuanya tidur di meja tidurku?"

Shu Zi Jiu kemudian terbangun merasakan seseorang berdiri di sebelahnya. Kemudian dia memeriksa panas Lau Luo di keningnya, tersenyum hangat dan berkata lembut. "Demam mu sudah sembuh?"

Lau Luo berkata. "Aku demam kemarin? Sepertinya tidak aku hanya sakit perut seperti biasanya."

Yuan Yi yang terbangun langsung mencibir. "Idiot, apa kamu tidak ingat di hujan badai kau merepotkan kami!? Kalau sakit mati aja sekalian, beres!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!