NovelToon NovelToon

MY BODYGUARD

BAB 1 (HERLAMBANG FAMILY)

Pagi hari yang cerah di kediaman keluarga Herlambang…

Seseorang sedang merapihkan meja makan dengan senyum yang mengembang di wajah cantiknya.

Irene Herlambang, semua orang yang mengenalnya biasa memanggilnya Iren, dia adalah putri pertama keluarga Herlambang yang terkenal dengan ke bersihannya.

Yap! Bersih adalah kata yang selalu ada di dalam kamus Iren. Bisa di bilang Iren memiliki OCD yang hanya berlaku di meja makan.

Iren tidak pernah membiarkan siapapun merapihkan meja makan kecuali dirinya, bahkan pelayan di rumahnya tidak berani menyentuh meja makan walaupun hanya sedikit saja.

Jika sedang makan bersama, tidak ada satu orang pun yang boleh menjatuhkan makanan atau minuman mereka di meja makan.

Itulah kenapa dia tidak memiliki teman yang mengajaknya makan di luar bersama karena OCDnya yang menurut teman-temannya terlalu berlebihan.

“Morning kak Iren..” sapa seseorang yang baru saja menuruni tangga dan berjalan menuju ruang makan.

“Morning too Aleena..” balas Irene kepada adiknya.

Aleena Herlambang adalah putri kedua keluarga Herlambang, Aleena adalah anak yang polos, cerdas dan menguasai segala macam hal yang tidak di kuasai saudaranya yang lain.

Aleena adalah anak yang cantik dan juga baik hati, setiap ada masalah pasti Aleena yang selalu menenangkan Irene agar tidak terbawa emosi.

“Dimana Nancy?” tanya Irene kepada Aleena yang sedang membantunya mengambil makanan di dapur.

“I’am here…” seru Nancy yang berlari menuju dapur hingga membuat Irene terkejut.

“Nah kan, dia udah kayak jelangkung aja tiba-tiba dateng.” Sahut Aleena.

Nancy Herlambang adalah putri ketiga keluarga Herlambang, Nancy adalah anak yang suka membuat masalah dan tidak pernah bisa di nasehati, karena semakin di larang dia akan semakin melakukannya.

Bahkan Irene dan papinya tidak bisa menasehati Nancy yang terkesan bebas melakukan apapun yang dia inginkan.

“Ya ampun Nancy! Kamu ga bisa kalo ga lari?!” ketus Irene.

“Sorry kak, aku udah laper banget nih..” rengek Nancy yang langsung menarik kursi makan dan mau duduk di sana.

“Wait!! Bukannya bantuin Aleena ngambil piring di dapur kamu malah mau langsung duduk gitu aja?” ketus Irene yang membuat Nancy tidak jadi duduk dan kembali mendorong kursi makannya.

“Kita ini punya banyak pelayan kak, mereka di gaji untuk melakukan pekerjaan rumah bukan?” ucap Nancy.

“Mereka di gaji untuk melakukan pekerjaan rumah memang, lalu kamu? Apa tugasmu setelah aku dan papi beri uang jajan yang begitu banyak?” tanya Irene.

“Tugas kak Nancy hanya makan dan tidur saja kak!” Ketus Ratu yang berjalan masuk ke dalam ruang makan.

Ratu Herlambang adalah putri ke empat keluarga Herlambang yang memiliki raut wajah dan sikap yang jutek, tidak ada orang yang berani mendekatinya karena kesan mereka terhadap Ratu yang menilainya sebagai wanita yang sombong.

“Kak Nancy keluar hanya untuk kuliah dan pacaran saja kak..” sahut Queenara yang berjalan di belakang Ratu.

Queenara Herlambang, biasa di panggil Queen adalah saudara kembar Ratu yang bisa di bilang adik Ratu karena dia lahir beberapa menit setelah Ratu di lahirkan.

Queen memiliki sikap yang bertolak belakang dengan Ratu, Queen memiliki sikap yang periang, lucu dan menggemaskan, tidak ada orang yang bisa marah kepadanya termasuk ke empat kakaknya. Karena Queen memiliki sikap yang paling menyenangkan dan mudah sekali akrab dengan orang yang baru dia kenal.

“Kalian berdua ini seneng banget emang kalo aku di marahin!” ketus Nancy dengan wajah kesalnya.

“Hehehe sabar ya kak Nancy,,” ucap Queenara dengan wajah cerianya.

Setelah semua berkumpul, Irene segera menyuruh ke empat adiknya untuk duduk di kursinya masing-masing.

“Kak, di mana papi?” tanya Aleena.

“Kalian semua tunggu di sini ya, aku akan memanggil papi.” Ucap Irene yang di balas anggukan oleh ke empat adiknya.

“Dan kamu Nancy! Jangan coba-coba makan duluan sebelum papi ada di sini!” tegas Irene sambil menatap tajam ke arah Nancy yang langsung mematung karena peringatan dari sang kakak.

Setelah memperingati adiknya, Irene segera berjalan menaiki tangga menuju kamar papinya untuk membangunkannya.

“Iren! Aleen! Tidak!!!” teriak seorang laki-laki paruh baya yang berasal dari dalam kamar.

Dengan segera Irene yang mendengar teriakan sang papi langsung membuka pintu kamarnya dan berusaha untuk membangunkan papinya.

“Pi,, papi tenanglah..” ucap Irene sambil menggenggam tangan papinya dengan kuat.

Di bawah, semua orang mendengar teriakan papi mereka, mereka berempat langsung saling menatap satu sama lain.

“Kak, itu tadi suara papi yang teriak kan?” tanya Nancy kepada Aleena.

“Kalian diam di sini, aku akan melihat ke atas.” Ucap Aleena yang langsung berjalan menaiki tangga untuk melihat keadaan papinya.

“Papi,, kak Iren ada apa?” tanya Aleena yang sudah membuka pintu kamar papinya dan berjalan masuk ke dalam.

“Iren, Aleen, kalian berdua baik-baik saja kan?” tanya papi mereka yang sudah terbangun dari tidurnya dan sedikit lebih tenang karena Irene sudah menenangkannya.

Gilang Herlambang, adalah pengusaha terkaya pertama di Asia Tenggara, perusahaan Gilang berada di mana-mana.

G.H Sentosa, adalah perusahaan terbesar di bidang properti dan juga makanan, bahkan saat ini Irene berhasil membuat perusahaan agensi modeling yang sudah semakin maju.

Namun sebelum memiliki perusahaan sebesar itu, Gilang adalah seorang mafia yang bisa di bilang sadis, Gilang mampu menghabisi nyawa musuhnya begitu saja, dan itulah yang membuatnya mengkhawatirkan keselamatan ke lima putrinya.

“Papi, kenapa papi seperti ini? Iren dan Aleena baik-baik saja pi..” ucap Irene.

“Papi masih sering bermimpi tentang kejadian itu ya?” tanya Aleena.

Gilang hanya menganggukkan kepala perlahan lalu menatap kedua anak perempuannya yang sudah besar itu.

“Kalian berdua sudah tumbuh dewasa, namun di mata papi kalian tetaplah gadis kecil papi yang cengeng.” Ucap Gilang.

Irene dan Aleena hanya tersenyum ke arah papi mereka dan segera memeluk Gilang bersama-sama.

“Papi, ayo kita sarapan di bawah, adik-adik sudah menunggu papi.” Ajak Aleena.

“Kalian makan duluan saja, papi masih mau beristirahat.” Jawab Gilang.

“Papi ga mau sarapan? Papi mau libur kerja dulu? Aku akan mampir ke perusahaan papi untuk mengecek keadaan di sana kalau papi mau libur.” Ucap Irene.

“Tidak perlu Iren, kamu dan Aleen cepat sarapan dengan adik-adik kalian, mereka pasti buru-buru karena harus ke kampus.” Ucap Gilang.

“Leen, kamu ke bawah duluan ya nanti aku menyusul.” Sahut Irene.

“Baiklah kalau begitu Aleena ke bawah dulu ya pi, kak.” Pamit Aleena yang di balas anggukan oleh Iren dan Gilang.

Setelah Aleena keluar dari kamar, Irene kembali menatap wajah sang papi yang masih terlihat tampan walaupun wajahnya sudah sedikit berkerut.

“Jangan melihat papi seperti itu Iren, papi baik-baik saja kok…” ucap Gilang meyakinkan anak sulungnya itu.

“Papi, kejadian itu sudah sepuluh tahun yang lalu, sekarang Iren dan sudah berusia 27 tahun dan Aleena sudah berusia 25 tahun, kami sudah baik-baik saja sekarang.” Ucap Irene.

“Ya papi tau, tapi entah kenapa papi masih mengkhawatirkan kalian berdua dan sepertinya papi harus mengutus bodyguard untuk kalian berlima.” Ucap Gilang yang membuat Irene terkejut mendengarnya,

“What? Bodyguard? Yang bener aja pi, Iren ga mau menjadi pusat perhatian karena memiliki banyak sekali laki-laki bertubuh kekar dan berseragam berjalan mengikuti Iren! Iren juga yakin kalau adik-adik juga ga akan setuju dengan hal ini.” Ucap Irene.

“Jangan membantah Irene! Sebaiknya kamu segera turun dan menemani adik-adikmu sarapan, lalu segera bekerja dan jangan lupa mampir ke perusahaan papi.. Masalah bodyguard kita bicarakan lagi nanti saat makan malam.” Jelas Gilang.

Irene hanya menghela nafas panjang lalu segera berjalan ke luar kamar sang papi dan kembali ke ruang makan untuk sarapan bersama ke empat adiknya.

BAB 2 (PLIN PLAN)

Di perusahaan G.H Sentosa, semua karyawan terkejut dengan kedatangan Irene yang tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dahulu.

Irene sengaja datang ke perusahaan papinya secara tiba-tiba karena dia ingin melihat kegiatan yang di lakukan karyawan papinya.

"Iren? Kamu datang kemari? Kenapa tidak memberitahuku lebih dulu?" tanya Bian asisten pribadi Gilang.

"Hai kak Bian, aku sengaja datang kemari tanpa mengabari lebih dulu karena aku ingin melihat bagaimana suasana perusahaan tanpa papi " jelas Iren.

"Kamu ngebuat semua karyawan ketar-ketir tau ga sih?" ucap Bian.

"Hahaha, masa sih kak? Bagus dong dengan begitu setiap hari mereka akan bersiap kedatangan tamu tidak di undang seperti sekarang ini." ucap Irene sambil tertawa.

Bian adalah karyawan Gilang yang paling lama bekerja dengannya di bandingkan yang lain, Bian selalu berada di samping Gilang sejak Gilang baru merintis bisnisnya setelah keluar dari geng mafia.

Itulah sebabnya kelima putri Gilang sangat dekat dengan Bian, dan Gilang juga menjadikan Bian sebagai asisten pribadinya dan orang kepercayaannya.

"Oh iya kak, bagaimana dengan perusahaan papi akhir-akhir ini?" tanya Irene.

"Apa kamu meragukan papi kamu sendiri Iren? Papi kamu adalah orang yang paling bertanggung jawab untuk masalah pekerjaan, kamu pasti sudah tau hal itu." jelas Bian.

"Aku tau kak, tapi akhir-akhir ini papi kembali mengingat kejadian waktu itu dan aku takut kalau hal itu bisa mempengaruhi pekerjaan papi." jelas Iren.

"Tuan Gilang mengingat kembali kejadian waktu itu? Bagiamana bisa? Bukankah setelah kejadian tuan Gilang langsung aku bawa untuk berobat ke psikiater dan tuan Gilang sudah mulai pulih." ucap Bian.

"Aku juga ga tau kenapa papi mengingat kejadian itu kembali, yang jelas karena hal itu papi mau mengutus bodyguard untukku dan adik-adik." ucap Irene dengan wajah kesal.

"Hah? Bodyguard? Hahahahaha.." Bian terkejut sekaligus menertawakan ucapan Irene.

"Jangan menertawakan aku!" ketus Irene.

"Aku tidak menertawakan kamu, aku tertawa karena kasian sama orang yang akan menjaga kamu dan adik-adikmu." ucap Bian.

"Kasian? Kenapa bisa kasian?" tanya Irene yang kebingungan dengan ucapan Bian.

"Kasian karena mereka akan kena mental karena ke bar-baran kalian, apalagi Nancy haha.." ucap Bian.

"Haah... Bener juga sih, paling mereka cuma bertahan beberapa hari aja menjadi bodyguard kita." sambung Irene.

"Ya kalo gitu ga perlu khawatir masalah bodyguard, terima aja ntar juga bodyguardnya yang pergi." ucap Bian.

Mendengar penjelasan Bian membuat Irene menganggukkan kepala karena merasa jika ucapan Bian memang benar.

"Udah deh kalo gitu aku pamit dulu deh." ucap Irene.

"Loh, ga ke ruangan tuan Gilang dulu?" tanya Bian.

"Engga deh kak, aku juga harus ke perusahaanku karena ada rekrutmen model baru.. Lagian aku cuma mau liat-liat aja kok." jelas Irene.

"Ciye yang agensinya udah maju.." goda Bian kepada Irene.

"Apaan sih kak, udah ah jaga baik-baik perusahaan papi ya kak, aku berangkat dulu." pamit Irene yang langsung berjalan ke luar dari perusahaan.

"Siap bos!" tegas Bian dengan sedikit berteriak karena Irene sudah berjalan menjauh darinya.

Sedangkan Irene yang mendengar teriakan dari Bian hanya bisa menutupi wajahnya sambil menggelengkan kepalanya karena malu.

Irene segera masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya menuju agensinya yang tidak terlalu jauh dari perusahaan papinya.

Setelah beberapa menit, sampailah Irene di agensinya dan kedatangannya di sambut oleh para karyawannya dengan hormat.

"Selamat pagi kak Irene..." sapa Elif yang tidak lain adalah sekretaris pribadi Irene.

Irene tidak suka jika dirinya di panggil nyonya atau nona oleh para karyawannya, jadi di perusahaannya semua karyawan memanggilnya kak Irene dan itu sudah menjadi kebiasaannya.

Walaupun begitu, masih banyak karyawan yang merasa takut dengan kharisma yang terpancar dari wajah Irene yang terlihat sangat berwibawa.

"Hai Lif, bagaimana para rekrutmen? Sudah datang semua?" tanya Irene.

"Sudah kak." jawab Elif.

"Para manager? Dan Aleena sudah datang?" tanya Irene kembali.

"Sudah kak, semua sudah datang tinggal menunggu kak Irene saja." ucap Elif.

Irene langsung menganggukkan kepalanya lalu segera berjalan menuju ruangan rekrutmen.

Di dalam ruangan, Irene bisa melihat sudah ada banyak manager-manager perusahaannya yang menunggu untuk menilai para model baru yang akan masuk ke agensi mereka.

Irene segera duduk di tempatnya dan pemilihan pun di mulai. Satu per satu model mulai menunjukkan bakatnya namun tidak ada satupun yang menarik perhatian Irene sampai akhirnya ada salah satu peserta yang membuat Irene dan Aleena membuka kedua matanya karena terkejut.

"Queen!!" teriak Irene dan Aleena secara bersamaan.

Semua orang yang ada di sana saling menatap satu sama lain karena Irene dan Aleena bisa mengenal salah satu peserta tersebut.

Banyak orang yang mengetahui kalau Gilang Herlambang memiliki lima orang anak, tapi tidak semua orang tau wajah kelima anaknya.

Irene menatap wajah Queen yang saat itu sedang memamerkan gigi putihnya dan berdiri di hadapannya.

"Kita sudahi dulu untuk saat ini, kalian semua bisa istirahat sampai jam makan siang selesai!" tegas Irene.

Akhirnya semua orang yang ada di dalam ruangan segera keluar setelah mendengar perintah dari Irene, kecuali Irene, Aleena, dan Queen.

"Apa-apaan ini Queen? Kenapa kamu bisa mendaftar di sini!?" tanya Irene dengan nada yang tegas.

Queenara hanya bisa terdiam di tempatnya sambil menelan salvilanya karena merasakan ketegangan di antara dirinya dan kedua kakaknya.

"Em,, kak, jangan marah dulu ya aku bisa jelasin." ucap Queenara dengan nada yang tenang.

"Apa yang mau kamu jelasin Queen? Kenapa kamu malah ada di sini bukannya di kampus?" tanya Aleena.

"Kak Iren, kak Aleen,, aku cuma mau mendaftar jadi model agensi kakak, aku mau jadi seperti kak Aleen yang di kenal banyak orang.." jelas Queen.

"Sebenarnya kamu ini mau jadi apa sih? Kamu pernah bilang mau seperti kak Iren, terus kamu mau memilih fakultas kedokteran seperti Ratu, dan sekarang kamu mau menjadi sepertiku?" tanya Aleena.

Queen hanya bisa menghela nafas panjang lalu berjalan menuju sofa yang ada di ruangan itu lalu duduk di sana.

"Sebenernya aku juga ga tau mau jadi apa kak, aku bingung.." ucap Queenara.

Irene dan Aleena hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela nafas panjang.

Keduanya tau kalau adik terakhirnya ini memang orang yang paling plin plan jika di tanya tentang pekerjaan.

Terlebih Ratu dan Queen baru saja lulus SMA dan baru mencari kampus yang akan mereka pilih.

"Sebelum terlambat sebaiknya kamu fikirkan dulu matang-matang apa yang mau kamu tekuni." ucap Aleena.

"Emang apa yang kamu sukai?" tanya Irene.

"Aku? Aku suka melukis kak, kak Iren tau sendiri kan kalau aku suka sekali melukis." ucap Queenara.

"Maka jadilah pelukis yang bisa di kenal banyak orang dengan karya-karyamu yang bagus." ucap Irene.

"Apa papi akan mengijinkan aku jika aku mau menjadi pelukis?" tanya Queen.

"Papi tidak akan pernah menghalangi cita-cita anaknya, jika kamu mau menjadi pelukis papi pasti mengijinkannya." jelas Irene.

"Nanti malam papi mengajak kita makan bersama, kamu bisa berbicara tentang hal ini kepada papi." sambung Irene sambil memberikan profil Queen yang sudah di berikan untuk mendaftar menjadi model.

Queen segera mengambil kertas tersebut lalu menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Irene.

BAB 3 (BODYGUARD)

Sore pun tiba, Aleena yang sudah menyelesaikan pemotretan dan wawancara peserta baru segera berjalan menghampiri ruangan sang kakak.

“Hai kak, kakak ga pulang?” tanya Aleena saat mebuka pintu ruangan kakaknya.

“Kamu bawa mobil sendiri kan? Pulang duluan aja sana jangan menungguku karena aku masih mengurus beberapa pekerjaan.” Ucap Irene.

“Jangan bekerja terlalu keras kak, jangan lupa kalau kita ada makan malam sama papi dan aku yakin pasti tidak ada pelayan rumah yang mau menyentuh meja makan.” Ucap Aleena.

“Yah kau benar, papi mau membicarakan sesuatu kepada kita saat makan malam nanti… Pastikan Nancy tidak keluar malam ini!” tegas Irene.

“Emang sepenting itu kak sampai semuanya ga boleh keluar?” tanya Aleen.

“Yap, penting sekali! Udah sana kamu segera hubungin Nancy sebelum dia memiliki janji dengan teman-temannya.” Ucap Irene.

Aleena segera menganggukkan kepalanya dan berpamitan kepada Irene, Aleena segera pulang ke rumah dan menghubungi adiknya yang selalu keluyuran saat malam hari.

Drrtt,, drrtt.. Aleena mencoba untuk menghubungi Nancy beberapa kali sampai akhirnya Nancy mengangkat telfonnya.

“Halo kak, ada apa?” tanya Nancy setelah mengangkat telfonnya.

“Di mana kamu?” tanya Aleen.

“Di luar kak,, ada apa?” tanya Nancy.

“Cepat pulang karena ada hal penting yang mau papi bicarakan kepada kita semua.” Ucap Aleen.

“Hal penting apa kak?” tanya Nancy.

“Pokoknya penting! Sudahlah jangan banyak tanya dan segera pulang!” tegas Aleena yang langsung menutup telfonnya.

Setelah menghubungi adiknya, Aleena segera melajukan mobilnya ke rumah keluarganya.

Sedangkan di rumah keluarga Herlambang, Ratu dan Queen yang baru kembali ke rumahnya hanya bisa menoleh ke kanan dan ke kiri melihat para pelayan yang menyiapkan banyak sekali makanan di dapur.

“Kenapa semuanya memasak banyak sekali? Emang mau ada pesta ya?” tanya Queen kepada saudara kembarnya.

“Entahlah, mungkin papi mengundang tamu untuk makan malam.” Jawab Ratu dengan cuek lalu segera menaiki tangga kembali ke kamarnya.

Sedangkan Queen yang penasara segera berjalan menghampiri para pelayan yang sedang bekerja dan berniat untuk mencari informasi.

“Hai bi, papi mau kedatangan tamu ya?” tanya Queenara kepada salah satu pelayan yang ada di sana.

“Katanya mau makan malam sama non non semua, terus mau ada teman baik tuan yang datang kemari.” Jelas pelayan tersebut.

“Ah begitu,, mungkin papi akan menjodohkan salah satu dari kakakku.” Ucap Queenara.

Pelayan yang tidak tau apa-apa itu hanya tersenyum tidak merespon ucapan Queen karena takut jika dirinya salah bicara.

Sedangkan Queenara yang sudah sedikit mendapatkan informasi segera berlari menaiki tangga dan mengetuk pintu kamar papinya.

“Papi,, papi…” Queenara berteriak memanggil papinya sambil mengetuk pintu kamarnya berkali-kali.

Sampai akhirnya Gilang yang mendengar ketukan pintu kamarnya berkali-kali segera membukakan pintu kamar untuk putrinya itu.

“Ada apa Queen? Kenapa kamu membuat keributan maghrib-maghrib begini?” tanya Gilang setelah membuka pintu kamarnya.

“Papi! Papi mau jodohin siapa kali ini?!” tanya Queen dengan nada penuh kecurigaan.

Mendengar pertanyaan putrinya membuat Gilang terkejut lalu menggelengkan kepala sambil menghela nafas panjang.

“Kamu ini pikirannya jodoh-jodohan aja deh! Kamu mau papi jodohin secepatnya?” tanya Gilang.

“Hah? Engga lah! Aku baru 18 tahun dan aku ga mau menikah secepat itu!” ketus Queenara.

“Kalau begitu jangan mengurusi perjodohan kakak-kakakmu, lagi pula papi ga pernah bilang kalau papi akan menjodohkan salah satu kakak-kakakmu!” tegas Gilang.

“Terus kenapa para pelayan sibuk sekali di dapur? Kalo cuma untuk makan malam sepertinya kita tidak pernah sesibuk ini.”

“Karena memang ada tamu yang akan datang dan ikut makan malam bersama kita Queen, sudahlah sana cepat kamu mandi dan memakai pakaian yang sopan karena makan malam ini bukan cuma keluarga kita aja.” Jelas Gilang.

Queenara yang masih memiliki banyak pertanyaan hanya bisa menghela nafas panjang dan segera pergi ke kamarnya untuk bersiap sesuai perintah dari papinya.

Sedangkan Gilang yang sudah melihat putri bungsunya itu pergi, barulah Gilang menutup pintu kamarnya kembali.

***

Malam pun tiba, semua keluarga Herlambang sudah berada di rumah karena makan malam yang di buat Gilang, semua keluarga Herlambang sudah berada di ruang tamu untuk menyambut tamu yang di bilang oleh Gilang.

Nancy yang selama ini selalu pulang malam pun terpaksa segera kembali ke rumah karena perintah dari Aleena yang sepertinya serius.

“Kak, kenapa kamu sudah ada di rumah jam segini? Bukankah sloganmu itu pantang pulang sebelum subuh ya?” tanya Queenara dengan senyum mengejek kepada Nancy.

“Diam kau! Kamu ini lagi ngajak perang ya?” ketus Nancy.

Queen hanya tertawa setelah membuat kakaknya kesal, lalu dirinya menoleh ke arah Irene untuk bertanya kepadanya.

“Kak Iren, tamu siapa yang mau di undang sama papi?” tanya Queen.

“Mana aku tau! Papi tadi cuma bilang kalau dia mau mengajak kita makan malam karena ada sesuatu yang akan di bicarakan.” Jelas Irene.

Kelima putri Herlambang bertanya-tanya tentang tamu yang akan datang malam itu sampai papi mereka melakukan banyak sekali persiapan.

Sampai akhirnya datanglah seorang laki-laki paruh baya yang keluar dari mobilnya lalu berjalan masuk kedalam rumah mereka.

“Semuanya, beri salam dia adalah pak Bayu, pengacara pribadi papi yang akan papi kenalkan kepada kalian karena seterusnya semua masalah akan di selesaikan olehnya.” Jelas Gilang kepada kelima anaknya.

Kelima putri Gilang segera memberi salam kepada pengacara pribadi papinya tersebut dengan sangat sopan.

“Malam nona-nona, kalian memang sangat cantik seperti kabar yang beredar di masyarakat.” Ucap Bayu memuji kecantikan kelima putri Gilang.

“Jangan memuji mereka pak Bayu, mereka bisa sombong nanti… Mari pak Bayu kita langsung ke belakang aja karena makan malam sudah siap.” Ucap Gilang mempersilahkan.

“Siap tuan Gilang..” ucap Bayu yang langsung berjalan mengikuti Gilang ke meja makan.

Semua orang sudah duduk di kursi makan masing-masing, Bayu hampir saja menumpahkan air putih yang ada di atas meja hingga membuat Irene yang awalnya sudah duduk di kursinya langsung berdiri dan hampir berteriak jika tidak di pelototi oleh papinya.

“Kak, sabar kak sabar, duduklah..” bisik Aleena sambil menarik lengan baju Irene.

Akhirnya Irene berusaha untuk mengatur nafasnya dan segera kembali duduk di tempatnya.

“Jadi papi mengundang pak Bayu untuk makan malam bersama kita karena papi ingin mengenalkannya kepada kalian, pak Bayu juga sudah membantu papi untuk mengatur warisan untuk kalian semua.” Jelas Gilang.

“Papi apaan sih? Kenapa harus ngomongin warisan di saat papi masih sehat!” ketus Irene yang di balas anggukan setuju oleh ke empat adiknya.

“Papi memang masih sehat, tapi papi ini udah tua dan namanya umur manusia ga ada yang tau kan? Jadi papi mau membuat warisan untuk kalian karena Ratu dan Queen sudah cukup umur sekarang.” Jelas Gilang.

“Tapi kami tidak memerlukan peresmian atau apapun sampai harus di buat wasiat papi..” ucap Aleena.

“No! Mungkin kalian tidak akan perduli dengan warisan yang papi punya, tapi papi ga mau kalau sampai suatu saat nanti anak-anak papi akan merebutkan masalah warisan.” Ucap Gilang.

“Tapi pi, kami ga mungkin…” ucap Irene yang langsung terpotong dengan ucapan Gilang.

“Ya papi tau kalian ga akan bertengkar hanya karena warisan, tapi kita ga tau bagaimana pasangan kalian nantinya bukan? Kalian ga tau isi hati pasangan-pasangan kalian nantinya.” Sambung Gilang.

Mendengar ucapan Gilang membuat Irene dan adik-adiknya hanya bisa diam tanpa mengatakan apapun lagi.

“Oh iya ada satu hal lagi, pak Bayu akan membantu kalian berlima untuk memilih bodyguard kalian sendiri.” Ucap Gilang kembali yang membuat semua anaknya terkejut bukan main.

“What!?” teriak Aleena, Nancy, Ratu dan Queen.

Sedangkan Irene hanya diam sambil menghela nafas panjang mendengar ucapan sang papi, Nancy yang melihat ekspresi wajah kakak pertamanya itu langsung mengerutkan keningnya.

“Kak Iren! Kakak udah tau tentang hal ini bukan?” tanya Nancy yang membuat semua mata tertuju kepada Irene.

Irene hanya mengangkat kedua bahunya menjawab pertanyaan adiknya, sedangkan adik-adik Irene hanya bisa menatap kesal ke arah Irene karena merasa terkhianati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!